Anda di halaman 1dari 48

RENCANA TATA RUANG WILAYAH

KABUPATEN SORONG
TAHUN 2010 2030

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Rencana Tata Ruang Wilayah atau yang disingkat dengan RTRW pada
prinsipnya merupakan matra ruang dari kebijaksanaan pembangunan, mulai
dari tingkat nasional, provinsi, hingga kabupaten/kota. Dengan demikian
maka RTRW Kabupaten Sorong akan menjadi matra ruang dari
kebijaksanaan pembangunan Kabupaten Sorong. Latar belakang
penyusunan RTRW Kabupaten Sorong ini merupakan perpaduan dari
berbagai aspek sebagaimana dijelaskan berikut ini.

1.1.1 Latar Belakang menurut Aspek Legal

Latar belakang menurut aspek legal ini terkait dengan peraturan


perundang-undangan, yang dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Rencana Tata Ruang Wilayah yang ada yang mengatur tentang tata
ruang wilayah Kabupaten Sorong dewasa ini meliputi wilayah
Kabupaten Sorong sebelum dimekarkan. Setelah dimekarkan
dengan pembentukan daerah otonom baru, wilayah tersebut
mencakup 4 (empat) daerah otonom, yaitu : Kabupaten Sorong,
Kota Sorong, Kabupaten Sorong Selatan, dan Kabupaten Raja
Ampat. Dengan demikian, maka penyusunan RTRW Kabupaten
Sorong ini adalah langkah melengkapi kebutuhan bagi Kabupaten
Sorong setelah pemekaran tersebut.

b. Berdasarkan peraturan perundang-undangan tentang penataan


ruang, baik UU No.24/1992 maupun penggantinya UU
No.26/2007, menetapkan bahwa setiap 5 (lima) tahun dilakukan
peninjauan kembali (evaluasi) terhadap RTRW dan bila perlu

LAPORAN AKHIR I-1


RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SORONG
TAHUN 2010 2030

dilakukan revisi. Dengan demikian maka penyusunan RTRW


Kabupaten Sorong ini sekaligus merupakan langkah evaluasi dan
revisi. Bahkan secara jelas ditetapkan dalam UU No.26/2007
Pasal 26 Ayat (6), yaitu : Dalam kondisi lingkungan strategis
tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala besar yang
ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan dan/ atau
perubahan batas teritorial negara, wilayah provinsi, dan/atau
wilayah kabupaten yang ditetapkan dengan undang-undang,
rencana tata ruang wilayah kabupaten ditinjau kembali lebih dari
1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

c. Dengan berlakunya UU No.26/2007 tentang Penataan Ruang yang


menggantikan UU No.24/1992, maka acuan penyusunan RTRW
Kabupaten Sorong ini adalah UU No.26/2007 tersebut, yang tentu
saja ada penyesuaian substansi rencana yang baru.

d. Sehubungan dengan pembentukan Kabupaten Tambrauw yang


merupakan pemekaran dari Kabupaten Sorong, maka dalam
dokumen rencana ini akan dipisahkan antara RTRW Kabupaten
Sorong dan RTRW Kabupaten Tambrauw.

Berdasarkan 4 point penjelasan di atas, maka menurut aspek


legal memang perlu disusun RTRW Kabupaten Sorong yang baru.

1.1.2 Latar Belakang menurut Aspek Teknis

Latar belakang menurut aspek teknis ini terkait dengan substansi


muatan rencana dan saling keterkaitan proses perumusan rencana dan
rencana itu sendiri dengan dokumen-dokumen lainnya.

Ada beberapa hal penting yang menjadi penekanan ataupun


perbedaan dengan substansi menurut UU No.26/2007 bila dibandingkan
dengan UU No.24/1992 terdahulu, yaitu yang terdapat dalam Pasal 25 UU
No.26/2007. Hal penting yang menjadi penekanan ataupun perbedaan
dimaksud adalah :

LAPORAN AKHIR I-2


RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SORONG
TAHUN 2010 2030

1. Penyusunan RTRW Kabupaten mengacu kepada Rencana


Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah. (Ayat (1) huruf c.)

2. Penyusunan RTRW Kabupaten harus memperhatikan RPJP Daerah.


(Ayat (2) huruf e.)

3. RTRW Kabupaten memuat :

a. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;

b. Rencana Struktur Ruang wilayah kabupaten yang meliputi sistem


perkotaan di wilayahnya yang terkait dengan kawasan perdesaan
dan sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten;

c. Rencana Pola Ruang wilayah kabupaten yang meliputi kawasan


lindung kabupaten dan kawasan budidaya kabupaten;

d. Penetapan Kawasan Strategis kabupaten;

e. Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi Indikasi


Program Utama jangka menengah lima tahunan; dan

f. Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang wilayah kabupaten


yang berisi ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan
perizinan, ketentuan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.

4. RTRW Kabupaten menjadi pedoman untuk :

a. Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah;

b. Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah;

c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di


wilayah kabupaten;

d. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan


antarsektor;

e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; dan

f. Penataan ruang Kawasan Strategis kabupaten.

LAPORAN AKHIR I-3


RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SORONG
TAHUN 2010 2030

5. Jangka waktu RTRW Kabupaten adalah 20 (dua puluh) tahun. (Ayat


(4))

Dari uraian-uraian di atas, maka memang perlu penyusunan RTRW


Kabupaten Sorong yang muatan dan keterkaitannya dengan dokumen lain
adalah seperti pada Pasal 25 UU No.26/2007 tersebut. Selain itu, secara
teknis di Kabupaten Sorong dilakukan dan kemungkinan akan dilakukan
kembali pemekaran atau pembentukan distrik (kecamatan) dan
kelurahan/kampung (desa) baru, yang perlu diantisipasi dalam rencana ini.

1.1.3 Latar Belakang menurut Aspek Strategis

Selaras dengan aspek teknis, maka pada aspek strategis ini perlu pula
dirumuskan kebijakan dan strategis pengembangan wilayah (regional
development) Kabupaten Sorong menurut identifikasi karakter
perkembangannya, terutama perbedaan karakter antar bagian wilayah yang
ada serta keterkaitannya dengan pusat perkembangan terdekat (dalam hal ini
Kota Sorong). Aspek strategis ini selain untuk kepentingan perumusan
substansi RTRW Kabupaten Sorong, juga untuk kepentingan perumusan
RPJPD dan RPJMD Kabupaten Sorong.

Dari karakter perkembangan wilayah, akan diidentifikasikan bagian


wilayah ataupun pusat-pusat manakah yang relatif lebih cepat berkembang
dan yang lebih lambat berkembang atau bahkan terisolir. Atas dasar itu
kemudian dirumuskan dan ditetapkan kebijakan dan strategi yang manakah
yang akan dipilih. Misalnya dalam hal ini apakah bagian wilayah/pusat-pusat
yang lebih berkembang akan dijadikan lokomotif untuk menarik bagian
wilayah lainnya (strategi 1) dengan mengaitkan langsung antara keduanya
(strategi 1a) atau dengan mengembangkan jembatan (bridging) melalui
pusat atau wilayah antara (strategi 1b), ataukah bagian wilayah yang lebih
berkembang dan bagian wilayah yang kurang berkembang akan ditangani
dengan strategi masing-masing atau dualistis (strategi 2), ataukah gabungan
dari kedua strategi tersebut (strategi 3).

LAPORAN AKHIR I-4


RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SORONG
TAHUN 2010 2030

Selain itu, apakah ada bagian wilayah yang berkarakter resource


frontier (wilayah jelajah baru dengan sumber daya alam yang tersedia) yang
ditandai oleh melimpahnya sumber daya alam tetapi kekurangan sumber
daya manusia dan sumber daya buatan. Bagaimana strategi bagi bagian
wilayah yang demikian ini? Apakah akan ditangani dengan mendatangkan
sumber daya manusia terlebih dahulu melalui pendekatan sebagai
contiguous resource frontier region, ataukah dengan mendatangkan
investasi dan teknologi terlebih dahulu melalui pendekatan sebagai non-
contiguous resource frontier region.

Dari kajian yang akan dilakukan selanjutnya, dapat diidentifikasikan


karakter perkembangan wilayah Kabupaten Sorong tersebut, baik secara
internal maupun keterkaitannya dengan wilayah makro (eksternal). Terbuka
kemungkinan berbagai bentuk identifikasi lainnya yang akan dijadikan acuan
bagi kebijakan dan strategi pembangunan atau pengembangan wilayah
Kabupaten Sorong.

Dari aspek strategis ini, memang penting disusunnya RTRW


Kabupaten Sorong yang baru yang mengakomodasikan aspek-aspek strategis
tersebut. Dengan demikian diharapkan akan adanya keselarasan antara
RTRW dengan RPJP dan RPJMD Kabupaten Sorong sebagaimana yang
diisyaratkan oleh UU penataan ruang yang baru (UU No.26/2007) dan UU
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (UU No.25/2004).

Selain itu dalam aspek strategis ini diacu juga prinsip bahwa untuk
mempercepat proses pembangunan di Kabupaten Sorong, RTRW Kabupaten
Sorong sangat diperlukan sebagai acuan spasial bagi kegiatan
pengembangan sosial dan ekonomi sehingga dapat memberikan hasil yang
optimal dan berkelanjutan bagi masyarakat. Oleh karenanya, penyusunan
RTRW Kabupaten Sorong sangat mendesak untuk dilakukan, tentunya
dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan (stake holder) dan
partisipasi dari masyarakat sendiri sebagaimana diamanatkan oleh UU No.
26 Tahun 2007 tersebut.

LAPORAN AKHIR I-5


RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SORONG
TAHUN 2010 2030

1.2 LANDASAN HUKUM

Peraturan Perundang-undangan yang digunakan sebagai dasar hokum


dalam kegiatan penyusunan Rencana Tata Ruang Kabuapten Sorong,
meliputi:

1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar


Pokokpokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1960 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2043);
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan
Propinsi Otonomi Irian Barat dan Kabupaten-kabupaten di Propinsi
Irian Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor
47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2907);
3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 65, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3046);
4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209);
5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perendustrian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3274);
6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3419);
7. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan
Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992
Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3469);
8. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 27,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3470);

LAPORAN AKHIR I-6


RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SORONG
TAHUN 2010 2030

9. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya


Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor
46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478);
10. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3881);
11. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3888);
12. Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999 tentang Pembentukan Provinsi
Irian Jaya Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 173, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3894);
13. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus
Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 135,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4151);
14. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4169);
15. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4377);
16. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389);
17. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 85,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4411);
18. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 1999 tentang
Kehutanan Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik

LAPORAN AKHIR I-7


RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SORONG
TAHUN 2010 2030

Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara


Nomor 4412);
19. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421);
20. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4433);
21. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437);
22. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4444);
23. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang 2005 - 2025 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4700);
24. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4723);
25. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4723);
26. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4725);
27. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4739);

LAPORAN AKHIR I-8


RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SORONG
TAHUN 2010 2030

28. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849);
29. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956 );
30. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4959);
31. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966);
32. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5025);
33. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 133,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5052 );
34. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5059);
35. Undang-undang Nomor 41 tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5068);
36. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1985 tentang Jalan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 37,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3293);

LAPORAN AKHIR I-9


RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SORONG
TAHUN 2010 2030

37. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan


Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 39,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3294);
38. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 44,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3445);
39. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan
Hak dan Kewajiban, serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta
Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1996 Nomor 104,);
40. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan
Suaka Alam dan Pelestarian Alam (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1998 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3776);
41. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3838);
42. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat
Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang Wilayah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3934);
43. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);
44. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang
Kebandarudaraan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001
Nomor 128, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4146);

LAPORAN AKHIR I - 10
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SORONG
TAHUN 2010 2030

45. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2001 tentang Irigasi


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 143,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4156);
46. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemenfaatan Hutan, dan
Penggunaan Kawasan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2002 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4206);
47. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2002 tentang Keadaan
Geografis Titik-Titik Garis Panggkal (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4833);
48. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi,
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4741);
49. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Tata Ruang
Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4833);
50. Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2009 tentang Kepelabuhanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070);
51. Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5103);
52. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan
Hutan Lindung;
53. Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1991 tentang Penggunaan
Tanah bagi Kawasan Industri;

LAPORAN AKHIR I - 11
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SORONG
TAHUN 2010 2030

54. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik


Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Rencana
Undang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan
Keputusan Presiden;
55. Keputusan Presiden Nomor 62 Tahun 2000 tentang Koordinasi
Penataan Ruang Naional;
56. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 134 Tahun 1998 tentang
Pedoman Penyusunan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Propinsi Derah Tinggkat I dan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Daerah Tingkat II;
57. Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah Nomor
327/KPTS/M/2002 tentang Penetapan Enam Pedoman Bidang
Penataan Ruang;

1.3 RUANG LINGKUP PERENCANAAN

1.3.1 Ruang Lingkup Kegiatan

Lingkup Kegiatannya mencakup :

1. Melakukan review terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten


Sorong sebelumnya.

2. Mengumpulkan data, baik dilakukan melalui survei primer (observasi


lapangan, wawancara, penyebaran kuesioner) maupun survei
sekunder kepada instansi-instansi terkait.

3. Melakukan analisis terhadap berbagai data dan informasi yang


sudah didapatkan.

4. Menyusun Konsepsi atau rancangan rencana dengan sudah


memperhatikan arahan/masukan dari tim teknis.

5. Menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sorong.

6. Menyusun Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata


Ruang Wilayah Kabupaten Sorong, dan

LAPORAN AKHIR I - 12
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SORONG
TAHUN 2010 2030

7. Sosialisasi produk rencana

1.3.2 Ruang Lingkup Wilayah

Lingkup wilayah penyusunan Rencana Tata Ruang ini meliputi


seluruh wilayah Kabupaten Sorong. Menurut data terakhir, wilayah
Kabupaten Sorong ini terdiri atas 11 distrik dengan 88 kampung/kelurahan.
Luas wilayah daratan adalah sekitar 828.931,52 Ha atau 8.289,31 km 2,
dan wilayah laut kewenangan sekitar 514.636,39 Ha atau 5.146,36 km 2
(yaitu selebar 4 mil-laut dari garis pantai).

Berdasarkan pembacaan pada Peta Rupa Bumi BAKOSURTANAL


skala 1 : 250.000, wilayah Kabupaten Sorong tersebut secara geografis
terletak di antara : 130o 40 49 132o 13 48 BT dan 00 o 33 42 01o
35 29 LS. Batas wilayah Kabupaten Sorong tersebut adalah sebagai
berikut:

sebelah utara : Samudera Pasifik dan Selat Dampir;


sebelah timur : Kabupaten Tambrauw dan Kab. Sorong Selatan;
sebelah selatan : Laut Seram; dan
sebelah barat : Kota Sorong, Kab. Raja Ampat dan Laut Seram.

Lihat Gambar 1.1 Wilayah Administrasi Kabupaten Sorong, Tabel I.1 Distrik
dan Kampung/Kelurahan di Kabupaten Sorong, dan Tabel I.2 Luas Wilayah
Kabupaten Sorong dan Wilayah Laut Kewenangan (WLK).

LAPORAN AKHIR I - 13
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SORONG
TAHUN 2010 2030

LAPORAN AKHIR I - 14
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SORONG
TAHUN 2010 2030

1.3.3 Lingkup Substansi Rencana dalam RTRW Kabupaten Sorong

Lingkup substansi atau muatan rencana dalam RTRW Kabupaten


Sorong adalah meliputi :

a) Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah Kabupaten


Sorong;
b) Rencana Struktur Ruang wilayah Kabupaten Sorong yang meliputi
sistem perkotaan di wilayahnya yang terkait dengankawasan
perdesaan dan sistem jaringan prasarana wilayah Kabupaten Sorong;
c) Rencana Pola Ruang wilayah Kabupaten Sorong yang meliputi
kawasan lindung dan kawasan budidaya;
d) Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Sorong;
e) Arahan pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Sorong yang berisi
Indikasi Program utama jangka menengah lima tahunan; dan
f) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten
Sorong yang berisi ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan
perizinan, ketentuan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.

Substansi rencana yang berkaitan dengan gambar peta akan disajikan


dengan peta ketelitian sampai skala 1 : 100.000. Sementara kedalaman
analisis dan penetapan rencana menurut bagian wilayah adalah sampai
tingkat distrik (kecamatan); sementara kedalaman untuk sistem jaringan
prasarana adalah sampai sistem jaringan primer.

1.3.4 Jangka waktu rencana

Sesuai dengan penetapan UU No.26/2007, maka jangka waktu


rencana untuk RTRW Kabupaten Sorong ini adalah 20 (dua puluh) tahun ke
depan, atau sampai tahun 2028. Sehingga dengan demikian substansi
analisis dan rencana yang berkaitan dengan prediksi atau antisipasi akan
menjangkau waktu 20 tahun ke depan atau sampai tahun 2028 tersebut.

LAPORAN AKHIR I - 15
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SORONG
TAHUN 2010 2030

1.4 PROFIL WILAYAH KABUPATEN SORONG

1.4.1 Ekonomi dan Sektor Unggulan Wilayah Perencanaan

A. Struktur Ekonomi

Keadaan ekonomi Kabupaten Sorong dapat dilihat dari angka Produk


Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Sorong sebagai Kabupaten Induk
(sebelum terbentuknya Kabupaten Tambrauw), yaitu atas dasar harga
berlaku tahun 2004 sampai 2006. Angka PDRB ini menunjukan adanya
peranan migas (minyak dan gas), baik pada sektor pertambangan maupun
sektor industri pengolahannya (pengilangan minyak). Porsi pertambangan
migas pada tahun 2006 adalah 42,57 % dan porsi industri pengilangan
minyak adalah 33,29 %. Total porsi kegiatan yang terkait dengan migas
adalah 75,86 %, suatu porsi yang sangat dominan bagi wilayah Kabupaten
Sorong.

B. Pertumbuhan Ekonomi

Dengan acuan PDRB Kabupaten Sorong atas dasar harga konstan


tahun 2000, dapat dikemukakan laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Kabupaten
Sorong. Sehubungan dengan kondisi perekonomian nasional yang berada
dalam tahapan pemulihan, terlihat pertumbuhan ekonomi yang sangat variatif
sejak 2004 sampai 2006. Bila dilihat dalam kurun waktu 2004 2006, maka
secara rerata LPE Kabupaten Sorong adalah 1,10 % per tahun, dengan
pertumbuhan yang relatif paling konsisten dan agak stabil adalah pada sektor
jasa-jasa, transportasi dan komunikasi. Sementara sektor-sektor lainnya
sangat bervariasi antara negatif dan positif.

Bila dipakai acuan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 tanpa migas
pada kurun waktu 2004 - 2006, maka angka LPE adalah 5,51 % per tahun,
yang lebih besar daripada LPE dengan migas.

C. Prospek Perkembangan Ekonomi dan Sektor Unggulan

Dari kontribusinya terhadap PDRB Kabupaten Sorong, sub-sektor


pertambangan migas sangat dominan, dengan kata lain besarnya PDRB

LAPORAN AKHIR I - 16
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SORONG
TAHUN 2010 2030

masih sangat tergantung kepada sub-sektor migas ini. Kendati ada


kecenderungan menurun dalam beberapa tahun terakhir, tetapi peranan sub-
sektor pertambangan migas ini masih sangat menonjol.

Sub-sektor pertambangan migas ini merupakan kegiatan ekonomi


yang non-contiguous, atau tidak berhampiran atau tidak berkaitan langsung
dengan ekonomi kerakyatan. Oleh karena itu, dalam melihat prospek
pengembangan ekonomi ke depan, yang diharapkan banyak berkaitan
dengan ekonomi rakyat, atau dapat diperani / dilakukan oleh rakyat, dapat
dilihat dari PDRB tanpa migas. Bila dihubungkan antara porsi peranan
sektor/sub-sektor dan laju pertumbuhan PDRB tanpa migas, maka dapat
diindikasikan prospek pengembangan masing-masing sektor/sub-sektor
tersebut.

Dari segenap kajian dan uraian mengenai prospek perkembangan


ekonomi maka dapat disimpulkan beberapa point penting dalam prospek
pengembangan ekonomi ke depan, yaitu :

1) Bahwa sub-sektor pertambangan migas masih memegang porsi yang


sangat besar dalam ekonomi produksi Kabupaten Sorong, dan merupakan
forward linkage-nya adalah kegiatan sub-sektor industri non-migas skala
besar. Kedua sub-sektor ini merupakan kegiatan ekonomi skala besar
atau bukan kegiatan ekonomi kerakyatan. Kedua sub-sektor ini
diharapkan dapat memberikan pertumbuhan ekonomi yang signifikan bagi
Kabupaten Sorong dan selanjutnya dapat memunculkan kegiatan-
kegiatan ekonomi lainnya (multiplier) terutama untuk ekonomi kerakyatan
atau ekonomi skala kecil.

2) Bahwa sektor pertanian (dengan sub-sektor : tanaman perkebunan,


peternakan) akan merupakan sektor yang menjanjikan bagi ekonomi
kerakyatan, yang akan didukung oleh kegiatan sektor/sub-sektor :
perdagangan, angkutan, industri kecil & rumah tangga, dan jasa-jasa
lainnya.

LAPORAN AKHIR I - 17
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SORONG
TAHUN 2010 2030

Kesimpulan dari kajian sektor ekonomi menunjukkan bahwa hingga


dewasa ini kegiatan yang berkaitan dengan migas, baik pertambangan migas
maupun industri pengolahan (penyulingan minyak) masih merupakan seketor
yang dominan dalam perekonomian Kabupaten Sorong. Kegiatan yang
berkaitan dengan migas ini merupakan kegiatan skala besar dan tidak atau
kecil sekali hubungannya dengan ekonomi kerakyatan. Oleh karena itu untuk
ke depan perlu kiranya diarahkan pengembangan ekonomi yang lebih
mendekat ke ekonomi rakyat seperti perkebunan dan perikanan.

1.4.2 Kependudukan / Sumber Daya Manusia


A. Jumlah, Persebaran, dan Komposisi Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Sorong tahun 2008, adalah sebesar


63.498 jiwa (sumber : Dinas Kependudukan Kab. Sorong, Mei 2008), yang
terdiri dari penduduk laki-laki 33.704 jiwa dan penduduk perempuan 29.794
jiwa, serta terdiri dari 16.081 KK, yang tersebar menurut masing-masing
Distrik, seperti pada Tabel I.1 Dengan jumlah distrik sebanyak 11 unit, maka
secara rata-rata jumlah penduduk distrik adalah 5.773 jiwa; serta dengan
jumlah kampung/ kelurahan efektif dewasa ini 88 unit, maka secara rata-rata
kampung/kelurahan jumlah penduduk adalah 722 jiwa.

TABEL III.4.1
PEMBAGIAN ADMINISTRASI DISTRIK, LUAS, JUMLAH KAMPUNG, PENDUDUK DAN RUMAH TANGGA
KABUPATEN SORONG (BARU) TAHUN 2008

Luas Darat Jumlah Penduduk 2008 KK Kepadatan Pddk Kpg. Family Size
No. Distrik Ibukota
(Ha) Kamp/Kel. Laki-Laki Perempuan Total 2008 (Jiwa/km2) Rata-rata (Jiwa/KK)

1 Aimas Aimas 25.740,50 11 13.491 11.929 25.420 6.481 98,75 2.311 3,92
2 Mayamuk Yeflio 13.635,75 7 4.882 4.336 9.218 2.332 67,60 1.317 3,95
3 Salawati Katinim 45.217,96 12 5.992 5.128 11.120 3.070 24,59 927 3,62
4 Klamono Klamono 43.289,30 7 1.366 1.254 2.620 614 6,05 374 4,27
5 Segun Segun 104.436,98 7 993 885 1.878 481 1,80 268 3,90
6 Seget Seget 36.008,63 4 1.520 1.304 2.824 684 7,84 706 4,13
7 Salawati Selatan Sailolof 71.473,29 5 963 882 1.845 397 2,58 369 4,65
8 Beraur Wanurian 133.003,60 12 1.529 1.381 2.910 810 2,19 243 3,59
9 Sayosa Sayosa 170.600,27 8 801 738 1.539 341 0,90 192 4,51
10 Makbon Makbon 89.174,42 8 1.364 1.273 2.637 546 2,96 330 4,83
11 Moraid Mega 96.350,82 7 803 684 1.487 325 1,54 212 4,58
Kab. SORONG (Baru) 828.931,52 88 33.704 29.794 63.498 16.081 7,66 722 3,95
Sumber : Dinas Kependudukan Kab. Sorong, Mei 2008

LAPORAN AKHIR I - 18
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SORONG
TAHUN 2010 2030

B. Pertumbuhan dan Perkembangan Penduduk

Pada Tabel I.2 juga dikemukakan angka Laju Pertumbuhan Penduduk


(LPP) untuk masing-masing distrik di Kabupaten Sorong. Untuk selang waktu
tahun 2003 2008, maka Kabupaten Sorong mempunyai angka LPP sebesar
3,16 % / tahun. Sementara LPP untuk masing-masing distrik sangat
bervariasi dari yang jauh lebih besar dari 3,16 % tersebut, sampai ada yang
negatif pertumbuhan penduduknya.

TABEL III.4.2
LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK (LPP)
DI KABUPATEN SORONG TAHUN 2003 - 2008

Jumlah Penduduk
No. Distrik LPP (%)
2003 2008
1 Aimas 18.621 25.420 6,42
2 Mayamuk 8.209 9.218 2,35
3 Salawati 9.834 11.120 2,49
4 Klamono 4.403 2.620 (9,86)
5 Segun 1.753 1.878 1,39
6 Seget 2.544 2.824 2,11
7 Salawati Selatan 1.880 1.845 (0,38)
8 Beraur 2.247 2.910 5,31
9 Sayosa 1.117 1.539 6,62
10 Makbon 2.206 2.637 3,63
11 Moraid 1.525 1.487 (0,50)
Kab. SORONG 54.339 63.498 3,16
Sumber : Dinas Kependudukan Kab. Sorong, Mei 2008

C. Prediksi Jumlah Penduduk

Berdasarkan karakter pertumbuhan penduduk menurut kecamatan


sebelumnya, maka untuk prediksi jumlah penduduk Kabupaten Sorong
sampai 20 tahun ke depan dapat diindikasikan dengan skenario alamiah dan
optimis. Pada skenario optimis, LPP kecamatan yang lebih kecil dan negatif
sebelumnya dianggap sama dengan LPP Kabupaten Sorong sebelumnya,
yaitu 3,49 % per tahun, sementara untuk yang lebih besar tetap
dipertahankan angka LPP sebelumnya, kecuali untuk Distrik Miyah dan Distrik
Yembun yang dianggap sama dengan LPP Kabupaten Sorong sebelumnya.

LAPORAN AKHIR I - 19
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SORONG
TAHUN 2010 2030

Besarnya angka prediksi penduduk sampai Tahun 2028 berdasarkan


skenario optimis dapat dilihat pada Tabel I.3. Dengan prediksi optimis jumlah
penduduk Kabupaten Sorong ke depan diperkirakan :

tahun 2013 : 80.534 jiwa,

tahun 2018 : 102.617 jiwa;

tahun 2023 : 131.366 jiwa;

tahun 2028 : 168.945 jiwa;

TABEL III.4.3
PREDIKSI PENDUDUK (LPP Optimis)
DI KABUPATEN SORONG SAMPAI TAHUN 2028

Penduduk LPP Prediksi Jumlah Penduduk


No. Distrik
2008 (%) 2013 2018 2023 2028
1 Aimas 25.420 6,42 34.701 47.372 64.669 88.281
2 Mayamuk 9.218 3,49 10.943 12.990 15.421 18.306
3 Salawati 11.120 3,49 13.201 15.671 18.603 22.084
4 Klamono 2.620 3,49 3.110 3.692 4.383 5.203
5 Segun 1.878 3,49 2.229 2.647 3.142 3.730
6 Seget 2.824 3,49 3.352 3.980 4.724 5.608
7 Salawati Selatan 1.845 3,49 2.190 2.600 3.087 3.664
8 Beraur 2.910 5,31 3.769 4.881 6.321 8.186
9 Sayosa 1.539 6,62 2.120 2.922 4.025 5.546
10 Makbon 2.637 3,63 3.152 3.768 4.504 5.384
11 Moraid 1.487 3,49 1.765 2.096 2.488 2.953

Kab. SORONG 63.498 5,01 80.534 102.617 131.366 168.945


Sumber : Hasil Analisis

D. Sosial Budaya

Penduduk Kabupaten Sorong, seperti halnya dengan Kota Sorong


tetangganya secara sosial budaya terdiri atas penduduk asli dan penduduk
pendatang. Penduduk asli di Kabupaten Sorong dapat dibagi ke dalam
beberapa kelompok, yaitu :

1. Suku Moi, terdiri dari suku Klabra, Karon, Madik, Kebar, Keboro, dan
Yaun, yang tersebar di Distrik Feet, Abun, Sausafor, Moraid, Makbon,
Aimas, Salawati, Seget, Segun, Beraur, Klamono, dan Disrik Sayosa;

LAPORAN AKHIR I - 20
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SORONG
TAHUN 2010 2030

2. Suku Maibrat, terdiri dari suku Meimere/Make, Meite, dan Meimaru,


yang tersebar di Distrik Aimas dan Salawati;

3. Suku Inanwatan, terdiri dari suku Mate Mani, suku Puragi, Oderau,
Kaiso, dan Samaun, yang tersebar di Distrik Aimas dan Salawati;

4. Suku Tehit, terdiri dari suku Sawiat, dan Ogit, yang tersebart di Distrik
Aimas daan Salawati;

Masyarakat asli ini bermukim tersebar di semua distrik. Umumnya


mereka inilah yang bermukim pada kampung-kampung yang relatif jauh dan
terisolir letaknya, dengan kegiatan pertanian yang relatif masih sederhana.

Sementara penduduk pendatang berasal dari 2 kelompok utama,


yaitu: transmigran dan bukan transmigran. Penduduk transmigran telah
bermukim sejak sekitar 1980-an, yang bermukim di distrik-distrik yang berada
di sekitar ibukota kabupaten, yaitu Aimas, Mayamuk, Salawati, dan Klamono.
Mereka ini berasal dari Pulau Jawa yang akrab dengan pertanian, khususnya
pertanian lahan basah, sehingga permukiman mereka ini berhampiran
dengan lahan pertanian berupa sawah dan di luar itu ada kebun atau kebun
campuran.

Sementara penduduk pendatang yang bukan transmigran umumnya


adalah migran biasa yang masuk secara individu ataupun keluarga, yang
berasal dari rumpun suku Jawa, Batak, Makasar, Buton, Ambon, Manado dan
sebagainya, sehubungan dengan penugasan ataupun peluang kerja atau
peluang usaha di wilayah ini.

Dengan komposisi sosial budaya yang heterogen ini dan wilayah yang
berhampiran dengan pusat utama wilayah (Kota Sorong) akan menjadi
potensi bagi pengembangan wilayah dari dukungan sumber daya manusia.

Kesimpulan: Dari kajian sumber daya manusia, memang sumber daya


manusia secara kuantitas masih sangat sedikit jika dibandingkan dengan
luas wilayah dan potensi sumber daya alam yang ada. Selain itu sebaran
penduduk cenderung lebih dominan di bagian wilayah sekitar pusat utama

LAPORAN AKHIR I - 21
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SORONG
TAHUN 2010 2030

kabupaten (Aimas) dan Kota Sorong, yang selaras dengan perkembangan


kegiatan ekonomi/produksi yang telah berlangsung selama ini. Pada bagian
wilayah lainnya sumber daya manusia ini masih sangat kecil, dan tersebar
pada permukiman-pemukiman atau perkampungan kecil yang relatif saling
berjauhan letaknya.

1.4.3 Prasarana dan Sarana / Sumber Daya Buatan


A. Prasarana Transportasi

Keberadaan prasarana transportasi di Kabupaten Sorong ditunjukkan pada


Gambar 3.5.1.

Prasarana Jalan

Data kondisi jaringan jalan yang ada di Kabupaten Sorong, yang terdiri
atas Jalan Negara, Jalan Propinsi dan Jalan Kabupaten. Panjang Jalan Negara
adalah 90,00 km, panjang Jalan Propinsi adalah 121,00 km, dan panjang
Jalan Kabupaten adalah 1.269,00 km.

Jenis permukaan jalan di Kabupaten Sorong yaitu jalan nasoinal, jalan


provoinsi dan jalan kabupaten belum seluruhnya di aspal. Permukaan jalan
yang diaspal yaitu jalan nasional baru 16,90 %, jalan provinsi 15,70 % dan
jalan kabupaten 4,33%. Kondisi jalan yang demikian akan menggangu
aktivitas penduduk dalam pergerakan maupun dalam memasarkan
produk/hasil bumi.

LAPORAN AKHIR I - 22
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SORONG
TAHUN 2010 2030

LAPORAN AKHIR I - 23
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SORONG
TAHUN 2010 2030

Prasarana Pelabuhan Laut


Pelabuhan laut yang terdapat di Kabupaten Sorong, ada tiga jenis
pelabuhan, yaitu :
1. Pelabuhan Umum, yang terdiri dari:
a. Pelabuhan Seget, di Distrik Seget;
b. Pelabuhan Makbon, di Distrik Makbon; dan
c. Pelabuhan Mega, di Distrik Moraid.
2. Pelabuhan Rakyat, terdapat di Klamono, yang menghubungkan rute
KlamonoTeminabuan, namun pada saat ini, karena kondisi jalan akses
ke pelabuhan rakyat rusak, jadi masyarakat memilih alternatif lain yaitu
melalui Bandar Udara DEO & Pelabuhan di Kota Sorong. Kesimpulan
pada saat ini Pelabuhan Rakyat di Klamono ini cenderung tidak dapat
beroperasi lagi.
3. Pelabuhan Khusus, yang meliputi :
a. Pelabuhan Khusus Perikanan & Pengalengan, di Klalin I;
b. Pelabuhan Khusus Kayu Lapis, di Arar;
c. Pelabuhan Khusus Petro Cina (minyak), di MT. Kasim (distrik Seget);
d. Pelabuhan Khusus Kilang Minyak Pertamina di Kasim (distrik Seget).
Prasarana Bandar Udara
Prasarana bandar udara di Kabupaten Sorong, saat ini terdapat di
Distrik Feef, dengan jenis pesawat yang dapat mendarat jenis Cessna. Untuk
ke depan ada rencana pengembangan prasarana Bandar Udara, yaitu :
1. Rencana Bandar Udara Internasional di Distrik Segun; dan
2. Ada alternatif Bandar Udara Internasional di Arar.
Prasarana Energi Listrik
Banyaknya unit pembangkit tenaga listrik di Kabupaten Sorong tahun
2006 sebanyak 10 unit, dengan kapasitas terpasang 423 KW, kemampuan
mesin 364 KW, dan beban puncak 222 KW. Jumlah produksi listrik dari 10
unit pembangkit adaalah 307.724 KWH, dialirkan 307.724 KWH yang terjual
288.507 KWH. Secara umum jaringan energi listrik di Kabupaten Sorong
belum menjangkau semua kampung di Kabupaten Sorong. Pada Tahun
2006 tercatat 8 lokasi pembangkit yaitu di Klamono, Makbon, Sausapor,
Seget, Wanurian (Distrik Blaur), Kalfdalim (Distrik Salawati), Mega (Distrk

LAPORAN AKHIR I - 24
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SORONG
TAHUN 2010 2030

Moraid) dan Kasim (Distrik Seget) yang terlayani energi listrik, dengan jumlah
pelanggan 1.082 pelanggan, dengan daya terpasang 668.750 VA.
B. Prasarana Telekomunikasi
Jaringan telepon kabel, di Kabupaten Sorong, baru melayani di sekitar
ibukota Kabupaten Sorong. Berdasarkan data tahun 2006 tercatat
sambungan telepon otomat sebanyak 12.394 sambungan. Dengan jumlah
pelanggan bisnis 2.006 pelanggan, rumah tangga 9.785 pelanggan, serta
banyaknya telepon umum 36 buah.
Pengembangan pelayanan untuk telepon kabel ini di masa datang
sifatnya adalah perluasan atau ekspansi dari pelayanan yang ada dewasa ini.
Namun demikian, sejalan dengan perkembangan teknologi, kebutuhan
pelayanan komunikasi akan didukung pula oleh telekomunikasi seluler
(bukan kabel), yang cenderung akan semakin meningkat dan meluas di masa
datang.
C. Prasarana Penyehatan Lingkungan Permukiman
Air Bersih
Sumber air bersih bagi penduduk Kabupaten Sorong masih bersumber
dari air bersih non-perpipaan yaitu dengan memanfaatkan air sumur (air
tanah), sungai, dan air hujan. Untuk pengembangan air bersih dengan sistem
perpipaan ke depan di Kabupaten Sorong, perlu adanya kajian husus
terutama yang berkaiatan dengan sumber air bersih.
Drainase
Dengan karakter topografi wilayah dan pola aliran sungai, ada
permasalahan dalam drainase wilayah ini, berupa adanya banjir periodik pada
musim penghujan. Banjir periodik tersebut terjadi sebagai limpasan/luapan
air sungai, terutama yang perbedaan tinggi dengan muara (permukaan laut)
tidak terlalu besar, seperti pada sungai-sungai di bagian barat wilayah, yaitu
pada Kelurahan Aimas, Kelurahan Malawele, dan Kelurahan Walawili di
Distrik Aimas, dan Kampung Makbusun dan Kampung Majaran di Distrik
Salawati, dengan tinggi genangan antara 150 cm 200cm.
Persampahan
Persampahan di wilayah Kabupaten Sorong, masih didominasi pola
pengelolaan on-site atau di tempat itu sendiri, yaitu dengan cara pembakaran
sampah oleh masing-masing rumah tangga. Untuk kawasan perdesaan
memang masih dimungkinkan dengan cara pengelolaan tersebut. Namun
dengan antisipasi akan berkembangnya kawasan perkotaan, maka perlu
dipersiapkan pola pengelolaan sampah dengan menetapkan TPA (Tempat

LAPORAN AKHIR I - 25
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SORONG
TAHUN 2010 2030

Pembuangan Akhir, atau Tempat Pengolahan Akhir). Dengan konfigurasi


wilayah yang cukup jauh antar satu kawasan perkotaan dengan perkotaan
lainnya, maka paling tidak dapat dipersiapkan TPA untuk bagian-bagian
wilayah yang ditetapkan berdasarkan pertimbangan volume sampah, serta
jarak dan aksesibilitas TPA tersebut. Sebagai salah satu dasar pertimbangan
dapat diselaraskan dengan penetapan rencana pembagian wilayah menurut
wilayah pembangunan yang salah satunya mencirikan juga pendekatan
pelayanan. Sehingga paling tidak diusulkan untuk satu TPA untuk satu WP.
Penempatan TPA tersebut memerlukan kajian yang lebih lengkap dan
terpadu.
Limbah
Untuk pengelolaan limbah rumah tangga (limbah faecal), yang ada
dewasa ini terdiri atas sistem jamban dengan tangki septik (septic tank) dan
sistem bukan jamban. Sistem jamban terutama pada permukiman yang lebih
padat dan cenderung perkotaan atau semi perkotaan, sementara sistem
bukan jamban banyaknya di perdesaan, terutama ke badan air atau ke
kebun.
Rekomendasi pengelolaan air limbah untuk wilayah Kabupaten
Sorong, yaitu terutama adalah dengan sistem individual, dengan memakai
tangki septic (septic tank) individu. Khusus untuk kawasan perdesaan mulai
diintrodusir pemakaian sistem jamban dengan tangki septik tersebut.
Untuk pengembangan perumahan yang baru, terutama yang berupa
kompleks perumahan dapat diterapkan dengan sistem komunal dengan
memakai tangki septik komunal. Pengembangan demikian adalah pada
komplek-komplek perumahan baru terutama di kawasan perkotaan. Khusus
untuk limbah industri pada prinsipnya ditangani oleh masing-masing industri,
dengan pengawasan dari Pemerintah Kabupaten Sorong.
D. Sarana/Fasilitas Pelayanan (Fasos-Fasum)
Fasilitas Pendidikan
Fasilitas pendidikan di Kabupaten Sorong terdiri atas SD, SMP,
SMA/SMK. Berdasarkan Pedoman Penentuan Standar Pelayanan Minimal
Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.
534/KPTS/M/2001. Jumlah penduduk pendukung untuk masing-masing
fasilitas pendidikan adalah sebagai berikut :
1. Fasilitas pendidikan Sekolah Dasar dengan standar jumlah penduduk
pendukung sebesar 1.600 jiwa/unit,

LAPORAN AKHIR I - 26
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SORONG
TAHUN 2010 2030

2. Fasilitas pendidikan tingkat menengah dan tingkat atas serta sederajat


dengan jumlah penduduk pendukung sebesar 4.800 jiwa/unit,
3. Perguruan tinggi/akademi dengan jumlah penduduk pendukung sebesar
>100.000 jiwa/unit.
Berdasarkan kondisi eksisting, sebaran sarana pendidikan di Kabupaten
Sorong berupa SD sudah tersebar hampir merata di tiap distrik. Tercatat
jumlah fasilitas pendidikan di Kabupaten Sorong sampai tahun 2008 terdiri
dari :
1. SD : 104 unit;
2. SMP : 25 unit;
3. SMA : 15 unit;
4. SMK : 3 unit;
Berdasarkan kondisi eksisting, untuk sarana pendidikan dari segi
jumlah sarana dan tenaga layanan telah memenuhi. Jumlah sarana dan
tenaga tersebut jika dibandingkan dengan jumlah penduduk telah memenuhi.
Namun, dengan wilayahnya yang luas dan dengan topografi yang relatif
berbukit, menjadikan pemenuhan layanan pendidikan dan kesehatan dari
segi distribusi wilayah belum memenuhi. Layanan umumnya terdapat di
pusat-pusat kabupaten yang untuk dapat menuju ke sana harus menempuh
perjalanan yang jauh.
Pemenuhan sarana di Kabupaten Sorong akan lebih tepat jika
dibangun dalam jumlah banyak dan tersebar dengan kapasitas yang lebih
kecil. Pemenuhan layanan juga mesti disertai dengan peningkatan layanan
transportasi. Bentuk pemenuhan layanan yang seperti ini akan dapat lebih
memenuhi aspek pemerataan dan keadilan.
Fasilitas Kesehatan
Layanan kesehatan di Kabupaten Sorong masih sangat kurang, baik
dari segi jumlah maupun dari segi distribusi. Senada dengan pemenuhan
layanan pendidikan, pemenuhan layanan kesehatan di Kabupaten Sorong
akan lebih tepat dalam jumlah banyak dan tersebar dengan tingkat kapasitas
lebih kecil. Hal ini dapat dilakukan melalui pembangunan puskesmas dan
puskesmas pembantu di pelosok wilayah Kabupaten Sorong. Pemenuhan
sarana dengan strategi layanan keliling juga patut dipertimbangkan. Yang tak
kalah penting dengan pemenuhan jumlah sarana adalah juga peningkatan
jumlah dan kualitas dari tenaga sumberdaya kesehatan. Berdasarkan kondisi
eksisting sebaran fasilitas kesehatan di Kabupaten Sorong terdiri dari:
1. Puskesmas : 10 unit;

LAPORAN AKHIR I - 27
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SORONG
TAHUN 2010 2030

2. Pustu : 41 unit;
3. Balai Pengobatan : 1 unit;
4. Puskesmas Keliling : 19 unit.

Fasilitas Taman/Olah Raga


Sebaran fasilitas taman dan olah raga di Kabupaten Sorong, terutama
berupa lapangan sepak bola, sebarannya sudah merata di tiap distrik.
Fasilitas olag raga berupa lapangan sepak bola ini sekaligus merupan tempat
bermain dan berpungsi sebagai taman.
Fasilitas Perkantoran Pelayanan Masyarakat
Fasilitas perkantoran pelayanan umum di Kabupaten Sorong, meliputi
:
1. Perkantoran pemerintah tingkat kabupaten, yang terletak di Distrik Aimas,
2. Perkantoran tingkat distrik yang terdapat di masing-masing distrik, dan
3. Kantor tingkat kampung, tersebar di masing-masing kampung/kelurahan
di Kabupaten Sorong, serta
4. Perkantoran swasta, yang cenderung terkonsentrasi di Aimas.
Fasilitas Perbelanjaan (Pasar, Toko, dsb)
Fasilitas perdagangan, di Kabupaten Sorong terdiri dari pasar modern
dan pasar tradisional, dan pertokoan. Pasar Modern di Kabupaten Sorong
terletak di Distrik Aimas, untuk pasar tradisional tersebar di Distrik Mayamuk,
Distik Slawati, DistrikSeget, Distrik Klamono, Distrik, Makbon, Distrik Moraid,
dan Distrik Sausapor. Sedangkan untuk fasilitas perdagangan berupa
pertokoan/toko terkonsentrasi di Distrik Aimas. Sebaran pasar di Kabupaten
Sorong terdiri dari 1 buah pasar modern di Distrik Aimas dan pasar tradisional
9 buah tersebar di Distrik Mayamuk, Distrik Salawati, Distrik Klamono, Distrik
Seget, Distrik Makbon, dan Distrik Moraid.
Fasilitas Transportasi (Terminal & Pelabuhan)
Fasilitas transportasi terminal dan pelabuhan termasuk pelabuhan
penyeberangan telah dibahas secara khusus dalam prasarana transportasi di
atas.
Kesimpulan: Dari kajian sumber daya buatan, baik prasarana maupun
sarana, secara umum pelayanannya masih terkonsentrasi di sekitar pusat
utama (Aimas dan sekitarnya). Bagian wilayah lainnya masih sangat terbatas
prasarana dan sarana yang melayaninya. Hal ini tampaknya berkaitan dengan

LAPORAN AKHIR I - 28
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SORONG
TAHUN 2010 2030

sebaran jumlah penduduk dan kegiatan ekonomi yang masih terbatas dan
relatif kecil-kecil di bagian wilayah dimaksud. Dengan kata lain, untuk sumber
daya buatan ini diperlukan upaya pembangunan yang signifikan, di samping
tentu saja memelihara prasarana dan sarana yang sudah ada. Prasarana
dimaksud terutama adalah untuk prasarana transportasi internal wilayah.
1.4.4 Fisik Lingkungan / Sumber Daya Alam
Topografi dan Morfologi Wilayah
Dengan batas di sebelah utara dan sebagian bagian selatan adalah
laut, yaitu di sebelah utara adalah Samudera Pasifik dan di sebelah selatan
adalah Laut Seram, serta di sebelah timur adalah kaki pegunungan Tamrau,
maka secara umum bentuk permukaan bumi atau morfologi wilayah
Kabupaten Sorong adalah dataran rendah (sebelah barat) dan makin ke
timur semakin merupakan pegunungan ataupun dataran tinggi. Pada Gambar
3.6.1 disajikan Peta Topografi wilayah Kabupaten Sorong. Wilayah Kabupaten
Sorong mempunyai ketinggian sejak dari 0 sampai sekitar 1.000 meter di
atas permukaan laut (dpl).
Iklim
Kabupaten Sorong memiliki iklim tropis yang lembab dan panas.
Berdasarkan data dari stasiun Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG)
Sorong, suhu udara maksimal Kabupaten Sorong adalah 30,90C dan suhu
minimal 24,70C. Sedangkan kelembaban udara bervariasi antara 81 85 %.
Berdasarkan catatan tahun 2006, curah hujan rata-rata per bulan sebesar
195,4 mm dan banyaknya hari hujan rata-rata sebesar 13 hari. Kejadian
hujan terbanyak pada bulan Januari, dengan jumlah hari hujan 27 hari.
Intensitas penyinaran matahari rata-rata adalah 59,0 % dan tekanan udara
antara 1.009,6 MB.
Hidrologi / DAS
Kondisi hidrologi, dilihat dari pola aliran sungai, secara umum terdiri
dari sungai- sungai yang mengalir ke utara (Samudera Pasifik) dan ke selatan
(Laut Seram), dengan bagian hulu (upstream) adalah di pegunungan bagian
tengah dan timur wilayah (kompleks Pegunungan Tamrau dll). Sungai-sungai
yang mengalir ke arah utara yang relatif besar antara lain adalah
S.Warsamson dan S.Mega; sementara sungai-sungai lainnya relatif lebih kecil
dan pendek, yang selaras dengan posisi pegunungan yang lebih dekat ke
bagian utara tersebut. Sungai-sungai yang mengalir ke arah selatan yang
relatif besar antara lain adalah Kla Segun, S. Beraur, S.Klabra/Kla Dut,
S.Seremuk. Untuk lebih jelasnya tentang pola aliran sungai (DAS) dapat
dilihat pada Gambar 3.6.2.

LAPORAN AKHIR I - 29
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SORONG
TAHUN 2010 2030

LAPORAN AKHIR I - 30
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SORONG
TAHUN 2010 2030

Geologi, Kegempaan dan Gunung Berapi


Pulau Papua merupakan produk pertumbuhan benua yang dihasilkan
dari tubrukan antara lempeng Australia dengan lempeng Pasifik. Lempeng
Pasifik mengalami subduksi atau tertindih di bawah lempeng Australia. Pada
wilayah Papua Barat, termasuk wilayah Kabupaten Sorong, sangat berpotensi
terjadinya gempa tektonik dan berpeluang diikuti oleh gelombang tsunami.
Terdapat sejumlah lipatan dan sesar naik sebagai akibat dari interaksi atau
tubrukan antara kedua lempeng di atas. Di Kabupaten Sorong terdapat Sesar
Sorong (SFZ). Sesar Sorong ini memanjang arah barat timur sejak dari Kota
Sorong Makbon Pegunungan Tamrau terus ke arah Manokwari.
Pada Gambar 3.6.3 disajikan tentang kondisi geologi wilayah
Kabupaten Sorong, yang menggambarkan sebaran kelompok batuan. Secara
umum sebaran tersebut membentuk pola relatif memanjang arah barat-timur.
Kelompok batuan yang ada bila dilihat berturut-turut dari arah utara ke
selatan adalah meliputi:
- batuan volkanik tersier,
- batuan karbonat tersier,
- batuan sedimen mezosoik,
- batuan metamorf mezosoik,
- batuan sedimen tersier,
- batuan sedimen kuarter tersier,
- batuan sedimen kuarter.
Sebaran tersebut relatif selaras dengan pola topografi di depan, di
mana empat kelompok batuan yang pertama terletak pada wilayah dengan
topografi pegunungan di bagian utara dan timur, sementara 3 kelompok
batuan terakhir cenderung terletak pada wilayah yang datar di bagian selatan.
Dilihat dari potensi bahan tambang, pada kelompok batuan volkanik
tersier tersebut terdapat potensi tambang: emas (Au*), tembaga (Cu*), besi
(FeO3), dan timah hitam (Pb*).
Selanjutnya pada Gambar 3.6.4 disajikan juga Peta Hidrogeologi yang
terkena dengan wilayah Kabupaten Sorong. Pada gambar ini dikemukakan
informasi mengenai jenis litologi batuan (lithological rock types) serta potensi
dan prospek air tanah (groundwater potential and prospects). Dengan
sebaran relatif selaras dengan karakter geologi di atas, dapat dikemukakan
sebaran karakter dari sudut hidrogeologi sebagai berikut:

LAPORAN AKHIR I - 32
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SORONG
TAHUN 2010 2030

- sedimen padu - tak terbedakan (consolidated sediment


undifferentiated), dengan potensi dan prospek air tanah sangat rendah
sampai rendah;
- batuan beku atau malihan (igneous or metamorphic rocks), dengan
potensi dan prospek air tanah sangat rendah;
- batu gamping atau dolomi (limestones or dolomites), dengan potensi
dan prospek air tanah sedang sampai tinggi;
- batuan sedimen lepas atau setengah padu: kerikil, pasir, lanau,
lempung (loose or semi-consolidated sediment: gravel, sand, silt, clay),
dengan potensi dan prospek air tanah tinggi.
Pada Gambar 3.6.4 ini juga digambarkan letak Sesar Sorong (Sorong Fault)
seperti yang dijelaskan pada pembahasan geologi di atas.

LAPORAN AKHIR I - 33
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SORONG
TAHUN 2010 2030

LAPORAN AKHIR I - 34
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SORONG
TAHUN 2010 2030

LAPORAN AKHIR I - 35
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SORONG
TAHUN 2010 2030

Jenis Tanah dan Kedalaman Efektif Tanah


Pada Gambar 3.6.5 dikemukakan jenis tanah yang terdapat di wilayah
Kabupaten Sorong, yang diturunkan dari peta jenis tanah Provinsi Papua
Barat, yang meliputi berturut-turut:
1. Brown Forest (Inceptisol): berada pada perbukitan dan lereng
pegunungan di bagian utara wilayah, sekitar Pegunungan Tamrau ke
utara / ke arah Samudera Pasifik;
2. Litosol & Regosol (Entisol): berada pada sisi komplek Pegunungan
Tamrau ke arah selatan;
3. Latosol (Ultisol) dan Lateritik (Oksisol): terletak di bagian tengah
wilayah sampai ke perbatasan dengan Kabupaten Sorong Selatan;
4. Podsolik (Ultisol): terletak di bagian tengah ke arah timur (Distrik
Klamono dan Beraur bagian utara);
5. Rendzina (Molisol): terletak di bagian tengah (di Distrik Sayosa);
6. Aluvial dan Gambut: terletak di daratan Pulau Papua dan Pulau
Salawati yang menghadap ke Selat Sele, dan sebagian lagi di daerah
aliran Sungai Warsamson di bagian utara;
7. Tanah Salin atau tanah garaman (salty soils): terletak di bagian selatan
wilayah yang menghadap ke Laut Seram, yaitu di Distrik Segun,
Beraur, dan sedikit Klamono.
Karateristik tanah dilihat dari aspek tekstur tanah di wilayah
Kabupaten Sorong terdiri dari tekstur halus, sedang, dan kasar, serta
terdapat tanah gambut. Bagian terbesar atau mayoritas tekstur tanah
Kabupaten Sorong adalah tekstur halus, sementara tekstur sedang dan kasar
relatif kecil. Sementara gambut dominan terletak di bagian selatan wilayah
Kabupaten Sorong.
Kedalaman efektif tanah bervariasi. Kedalaman yang relatif lebih kecil
(antara 0 25 cm, dan 25 50 cm) cenderung terdapat di bagian utara dan
timur pada kompleks pegunungan, sementara kedalaman yang relatif lebih
besar (50 100 cm, 100 150 cm, dan 150 cm lebih) umumnya terdapat di
bagian selatan wilayah.
Pertambangan dan Galian
Wilayah Kabupaten Sorong memiliki beberapa lokasi tambang yang
telah dieksplorasi seperti Minyak Bumi yang dilakukan oleh Pertamina di
Distrik Klamono, Distrik Seget, dan Gas Alam dilakukan oleh Petrocina.
Sementara beberapa potensi tambang dan galian yang masih dikembangkan

LAPORAN AKHIR I - 36
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SORONG
TAHUN 2010 2030

di Kabupaten Sorong, yaitu (Sumber Sorong Potensi & Peluang Investasi,


Bappeda Kab. Sorong) :
1. Minyak Bumi dan Gas Alam di Distrik Beraur, Klamono, dan Distrik
Seget;
2. Emas di Distrik Moraid dan Distrik Salawati;
3. Uranium di Distrik Moraid;
4. Fosfat di Distrik Moraid;
5. Kobalt di Distrik Moraid.
Pada Gambar 3.6.3 di depan telah dikemukakan sebaran potensi
mineral atau bahan tambang, yang meliputi: emas, tembaga, bijih besi, timah
hitam, dan batubara.

LAPORAN AKHIR I - 37
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SORONG
TAHUN 2010 2030

LAPORAN AKHIR I - 38
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SORONG
TAHUN 2010 2030

Beberapa areal wilayah izin usaha pertambangan (KP) yang telah


ditetapkan dengan SK Bupati Sorong, yang meliputi bahan tambang:
batubara, emas, tembaga, bijih besi dan nikel, ditunjukkan Gambar 3.6.6.
Khusus untuk pertambangan migas, dapat dikemukakan adanya WKP
Blok Kepala Burung yang dikelola melalui kerjasama operasi Pertamina
Petrochina. Berdasarkan Peta WKP Blok Kepala Burung tersebut, seperti
pada Gambar 3.6.7. Di daratan wilayah Kabupaten Sorong diidentifikasikan
ada 2 blok utama, yaitu: Blok Arar (di Distrik Aimas) dan Blok Walio di Distrik
Seget dan Segun.
Sebaran potensi bahan galian C diperlihatkan pada Gambar 3.6.8,
dengan bahan galian berupa: batu kapur, batu gunung api, batu pasir, batu
lumpur (tanah timbunan), serta pasir batu, konglomerat, dan aneka bahan
lainnya. Sebaran bahan-bahan galian C ini terkonsentrasi di bagian barat
wilayah, di Distrik Makbon, Aimas, Mayamuk, dan Salawati.
Laut dan Pesisir
Terkait dengan letak wilayah Kabupaten Sorong yang relatif dikelilingi
oleh laut, kecuali di bagian timur berbatasan dengan darat, maka panjang
garis pantai di Kabupaten Sorong yang berada pada pulau utama Pulau
Papua dan Pulau Salawati yaitu sekitar 410,46 Km. Sementara panjang garis
pantai di bagian utara mulai dari perbatasan dengan Kabupaten Tambrauw di
bagian timur dan Kota Sorong di bagian barat yaitu di Distrik Moraid dan
Distrik Makbon, mempunyai panjang gasis pantai sekitar 96,85 Km, dan di
bagian selatan sampai ke barat yaitu mulai dari Distrik Beraur, Segun, Seget,
Salawati, Mayamuk, dan Distrik Aimas mempunyai panjang garis pantai
sekitar 313,60 Km.
Wilayah laut kewenangan Kabupaten Sorong, yaitu sejauh 4 mil laut
dari garis pantai untuk yang berhadapan dengan laut lepas dan berbagi
dengan wilayah tetangga untuk yang terdapat pada selat. Luas wilayah laut
kewenangan (WLK) tersebut secara total adalah sekitar atau 514.636, 39 Ha
atau 5.146,36 km2 , seperti disebutkan pada Tabel I.3.2 di depan, yang
sekaligus dirinci menurut distrik yang berhadapan dengan wilayah laut
kewenangan tersebut. Letak atau posisi wilayah laut kewenangan
dikemukakan juga pada Gambar 1.3.1 di depan.
Ekosistem pesisir Kabupaten Sorong yang utama dapat
diidentifikasikan atas 3 karakter ekosistem, yaitu ekosistem estuaria (muara
sungai), ekosistem pantai berpasir, dan ekosistem rawa pesisir, yang saling
terkait atau terintegrasi membentuk ekosisitem pesisir. Ekosistem muara
ditemui pada muara-muara sungai baik yang megalir ke utara maupun yang

LAPORAN AKHIR I - 39
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SORONG
TAHUN 2010 2030

mengalir ke selatan. Ekosistem pantai berpasir dominan terletak di bagian


utara yang menghadap ke Samudera Pasifik, yang pada beberapa tempat
terdapat beting karang di hadapannya. Pada ekosistem ini terdapat potensi
wisata alam pantai. Ekosistem rawa pesisir dominan terdapat di bagian
selatan wilayah yang menghadap ke Laut Seram dan Selat Sele, yang ditandai
oleh sebaran hutan rawa pesisir pada jenis tanah salin, yang sebagian di
antaranya merupakan bakau (mangrove).

LAPORAN AKHIR I - 40
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SORONG
TAHUN 2010 2030

LAPORAN AKHIR I - 41
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SORONG
TAHUN 2010 2030

Potensi Objek Wisata Alam

Pada dasarnya sektor pariwisata memegang peranan sangat penting


dalam menunjang peningkatan perekonomian daerah.

Penunjang peningkatan/pengembangan sektor pariwisata adalah


peningkatan sarana dan prasarana, bimbingan dan penyuluhan sadar
wisata, peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), pelibatan secara
bertahap partisipasi swasta dan masyarakat.

Obyek wisata di kabupaten Sorong terdiri dari objek wisata alam dan
bahari. Obyek wisata tersebut meliputi :

1. Wisata Pantai Mailan Makbon, di Distrik Makbon, yang mencakup


tanjung dan pantai di Teluk Dore, dengan panorama pasir dan view ke
laut lepas Samudera Pasifik, dan pada lokasi ini terdapat juga Tugu
Injil;

2. Wisata Pulau UM, di Kampung Malaumkarta, distrik Makbon, dengan


panorama pasir putih, terumbu karang, burung kelelawar dan burung
camar.

3. Obyek wisata alam air panas, di Kampung Klayili, Distrik Makbon,


dengan panorama hutan yang lebat dan beraneka ragam jenis
tumbuhan tropis serta jenis burung yang silih berganti datang dari
sumber pemandian air panas.

Kesimpulan:

Dari kajian sumber daya alam / fisik lingkungan, wilayah Kabupaten Sorong
dengan luas wilayah dan kandungan sumber daya alamnya memang relatif
kaya, yang tentu saja memerlukan upaya dan investasi untuk
memanfaatkannya bagi perkembangan wilayah terutama perkembangan
ekonomi produksi di sektor primer, yaitu: pertanian dalam arti luas, dan
pertambangan. Selain itu potensi kelautan dan perikanan juga menjanjikan
sebagai komponen penting dalam pengembangan ekonomi wilayah.

LAPORAN AKHIR I - 42
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SORONG
TAHUN 2010 2030

1.5 PENDEKATAN PERENCANAAN

Dalam kerangka pendekatan ini, ada 2 aspek pokok yang akan


dikemukakan, yaitu:

1. Keterkaitan RTRW Kabupaten Sorong dengan dokumen-dokumen


lainnya, baik berupa peraturan perundang-undangan, rencana-
rencana tata ruang lainnya, rencana-rencana sektoral, dan kebijakan
lainnya yang berlaku. (Lihat Diagram 1.1).

2. Pendekatan/Proses normatif penyusunan RTRW Kabupaten Sorong,


sejak dari pengumpulan data sampai dengan finalisasi laporan
rencana. (Lihat Diagram 1.2).

Dalam proses normatif penyusunan RTRW Kabupaten Sorong ini aspirasi,


pendapat, dan masukan dari para stakeholder pembangunan Kabupaten
Sorong menjadi masukan penting. Para stakeholder tersebut akan meliputi :
unsur pemerintahan (eksekutif dan legislatif), masyarakat (melalui tokoh-
tokoh masyarakat), kalangan usahawan (melalui asosiasi-asosiasi), dan
lembaga-lembaga lainnya seperti : Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian,
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM/NGO), dan sebaginya yang terdapat di
Kabupaten Sorong.

LAPORAN AKHIR I - 43
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SORONG
TAHUN 2010 2030

DIAGRAM 1.1
KETERKAITAN RTRW KABUPATEN SORONG
DENGAN DOKUMEN LAINNYA

* UU 26/2007
* UU 32/2004
* Per-UU-an lain

* RTRWN
* RTRWP Papua Barat

* RPJP Kab. Sorong


RTRW Kab. Sorong RTRW KABUPATEN
Sebelumnya SORONG 2008-2028 * RPJM Kab. Sorong

RTRW Kab/Kota
Tetangga :
* Kota Sorong
Rencana
* Kab. Sorong Selatan
Sektoral
* Kab. Raja Ampat
* Kab. Monokwari

RTR-RTR Kawasan/
Rencana Tata Ruang
Lebih Detail

LAPORAN AKHIR I - 44
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SORONG
TAHUN 2010 2030

DIAGRAM 1.2
PENDEKATAN/PROSES NORMATIF PENYUSUNAN
RTRW KABUPATEN SORONG

DISKUSI & SEMINAR

DOKUMEN-DOKUMEN
TERKAIT
(lihat Diagram 3.1)

RTRW Kab. Sorong


ANALISIS/KAJIAN KONSEP 1. Tujuan, kebijakan, dan strategi pe-
DATA DAN INFORMASI
* Kebijakan & Strategi PENGEMBANGAN nataan ruang wilayah
* Kebijaksanaan
* Pembang. Kabupaten RUANG WILAYAH 2. Rencana Struktur Ruang Wilayah
Pembangunan * Regional Setting
* Ekonomi * Struktur Ruang 3. Rencana Pola Ruang Wilayah
* Ekonomi & Sektor Wilayah DRAFT RTRW
* Kependudukan/SDM Kab. Sorong
4. Penetapan Kawasan Starategis
Unggulan * Pola Ruang Wilayah
* Infrastruktur/SDB 5. Arahan Pemanfaatan Ruang
* Kependudukan/SDM
* Fisik/Lingkungan/SDA Wilayah : Indikasi Program
* Infrastruktur/SDB
* Penggunaan Lahan/ * Fisik/Lingkungan/SDA
6. Arahan Pengendalian Pemanfatan
Pemanfaatan Ruang Ruang : Pengaturan Zonasi, arah-
* Sistem Permukiman
* Pembiayaan Pemb. * Penggunaan Lahan/
an perizinan, arahan insentif dan
* Kelembagaan disinsentif, serta arahan sanksi.
* Pemanfaatan Ruang
* Pembiayaan Pemb.
* Kelembagaan

Karakter Perkembangan dan REKOMENDASI IMPLEMENTASI


Konfigurasi Ruang * Operasioanalisasi terkait dengan
RPJPD & RPJMD Kab. Sorong
* Rencana-rencana Sektoral

MASUKAN DARI PARA STAKEHOLDER PEMBANGUNAN KABUPATEN SORONG

LAPORAN AKHIR I - 45
LAPORAN AKHIR I - 46

TABEL I.3.1
DISTRIK DAN KAMPUNG/KELURAHAN DI KABUPATEN SORONG

No. Distrik Kelurahan / Kampung No. Distrik Kelurahan / Kampung

1. Aimas 1 Aimas 7. Klamono 1 Klamono


2 Malawili 2 Klamana
3 Malawele 3 Wariau SP I
4 Klamalu 4 Klamagun SP III
5 Mariyai 5 Malasigit SP II
6 Mariat Pantai 6 Klagulu SP V
7 Klalin II 7 Maladuk
8 Inamo
9 Warmanda 8. Sayosa 1 Sayosa
10 Margumulyo 2 Saluk
11 Mariat Gunung 3 Sailala
4 Klatim
2. Mayamuk 1 Makotyamsa 5 Maladofok
2 Jeflio 6 Dasri
3 Makbusun 7 Batu Payung
4 Makbalim 8 Luwelala
5 Arar
6 Klain 9. Beraur 1 Wanurian
7 Klasmelek 2 Buk
3 Indiwi
3. Salawati 1 Katimin 4 Wilty
2 Majener 5 Klabot
3 Majaran 6 Tarsa
4 Matawolot 7 Disfra
5 Klasari 8 Hobart
6 Walal 9 Mlakhan
7 Malaus 10 Klabra
8 Klafdalim 11 Klarion
9 Klaforo 12 Kaas
10 Klasof
11 Minjimur 10. Makbon 1 Makbon
12 Wonosobo 2 Asbaken
3 Klayili
4. Seget 1 Seget 4 Malaumkarta
2 Malabam 5 Batu Lobang
3 Kasim 6 Batu Lobang Pantai
4 Kasimle 7 Bainkete
8 Kuadas
5. Salawati Selatan 1 Sailolof
2 Katlol 11. Moraid 1 Mega
3 Durian Kari 2 Dela
4 Waliam 3 Selewok
5 Maralol 4 Selekebu
5 Siwis
6. Segun 1 Segun 6 Sengkedup
2 Gisim 7 Malawarssal
3 Waimon
4 UPT Majemau
5 UPT Klasegun
6 UPT Wainlabat
7 Klawaton

Sumber: Bappeda Kabupaten Sorong & Bag. Pemerintahan Setda Kab. Sorong, 2008.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SORONG
TAHUN 2010 2030

TABEL I.3.2
LUAS WILAYAH KABUPATEN SORONG (Setelah Pembentukan Kab. Tamrau)
(DARATAN PULAU UTAMA, PULAU-PULAU KECIL & LAUT KEWENANGAN)

Jumlah Luas di
Luas Darat Pulau Luas Pulau-Pulau Pulau Utama & Luas Laut (WLK 4 Jumlah Luas
No. DISTRIK
Utama (Ha) Kecil (Ha) Pulau-Pulau Kecil mil laut) (Ha) Total (Ha)
(Ha)
1 Aimas 25.918,71 785,57 26.704,28 7.355,03 34.059,31
2 Mayamuk 13.830,52 703,95 14.534,47 7.187,89 21.722,36
3 Salawati 45.217,96 2.568,60 47.786,56 16.578,51 64.365,07
4 Klamono 43.289,30 - 43.289,30 - 43.289,30
5 Segun 104.996,24 88,98 105.085,22 97.052,06 202.137,28
6 Seget 36.254,89 700,68 36.955,57 52.425,25 89.380,82
7 Salawati Selatan 73.274,30 2.916,72 76.191,02 150.327,01 226.518,03
8 Beraur + (klabot) 135.415,34 1.833,86 137.249,20 45.693,54 182.942,74
9 Sayosa 170.600,27 - 170.600,27 - 170.600,27
10 Makbon 90.001,13 704,51 90.705,64 58.562,83 149.268,47
11 Moraid 96.608,19 - 96.608,19 79.454,27 176.062,46
TOTAL 835.406,85 10.302,87 845.709,72 514.636,39 1.360.346,11
Sumber : Hasil Pengukuran Autocad dari Peta Rupa Bumi Bakosurtanal, berdasarkan batas distrik pada Peta Administrasi.

1.6 SISTEMATIKA PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisikan tentang latar belakang, landasan hukum,


ruang lingkup perencanaan, pendekatan perencanaan dan
sistematika pembahasan.

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI RENCANA TATA RUANG


WILAYAH KABUPATEN SORONG

Bab ini menjelaskan tentang tujuan, kebijakan, dan strategi dalam


penetapan pola dan struktur ruang wilayah Kabupaten Sorong.

BAB III RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN SORONG

Bab ini menjelaskan tentang rencana kawasan perkotaan dan


kawasan perdesaan, rencana sistem jaringan prasarana, rencana
sistem jaringan energi, rencana sistem jaringan telematika,
rencana sistem jaringan sumberdaya air, rencana prasarana
pengelolaan lingkungan, dan rencana sistem jaringan/prasarana
lainnya.

LAPORAN AKHIR I - 47
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SORONG
TAHUN 2010 2030

BAB IV RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN SORONG

Pada bab ini memuat tentang rencana pola ruang meliputi rencana
kawasan lindung dan rencana kawasan budidaya.

BAB V PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN SORONG

Memuat tentang rencana kawasan strategis yang terdapat di


wilayah Kabupaten Sorong.

BAB VI ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN SORONG

Pada bab ini memuat tentang usulan program utama kabupaten,


perkiraan pendanaan, intansi pelaksana dan waktu tahapan
pelaksanaan.

BAB VII KETENTUAN PENGENDALIAN RUANG WILAYAH KABUPATEN


SORONG

Memuat tentang ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan


perizinan, ketentuan insentif disinsentif, dan arahan sanksi.

LAPORAN AKHIR I - 48

Anda mungkin juga menyukai