Anda di halaman 1dari 35

1

Doa Bersama Atas Keselamatan Daerah Kab. Nisel dari Wabah Covid-19
dan Sosialisasi Berkehidupan New Normal Dalam Percepatan Penanganan Covid-19

Hidup Berdamai dengan Covid-19 dengan Berkehidupan “New Normal”


(inspirasi Sabda: EFESUS 4:21-24)

Review situasi di masa pandemi covid 19:


kita dipaksa cuci tangan lebih sering, pake masker, tidak berjabatan tangan, hindari
kerumunan, stay at home...sulit?

Yang membuat sulit: budaya kita harus diubah, dari kebiasaan lama menjadi nwe
normal

Memang sesuatu yang new pasti direaksi, entah postiif atau negatif, karena orang
sudah aman dan nyaman di zona masing-masing. Kebanyakan orang meremehkan
new normal, cari pembenaran daripada bertindak yang benar. Masalahnya cuma
satu: apa yang sudah melekat dan menjadi kebiasaan kita, sangat sulit diubah begitu
saja meski ada alasan yang masuk akal.

Cfr: contoh....

Begitu juga kehidupan kita sebagai orang percaya. Kita masih sering hidup dalam
kebiasaan lama, lebih mengikuti gaya hidup modern menuruti kedagingan kita
darpada mengikuti kehendaknya..

Kita adalah orag yg telah mendengar dan menerima pengajaranNya. Maka ada dua
prinsip yang harus kita jalankan: TANGGALKAN dan KENAKANLAH. Dan
dalam kedua prinsip ini, berlangsung Proses Pembaharuan. Menanggalkan dan
mengenakan menjadi metafora berkenaan dengan yang melekat pada kita, pakaian
kita, yang kita miliki. Apa yang harus ditanggalkan? Yaitu manusia lama kita
dengan segala tabiat dosanya, yaitu kehidupan saya dan saudara, kelakuan kita,
cara hidup kita yang lama, yang menbuat kita menyerahkan hidup kita pada
kedagingan, egoisme, memberontak kepada allah dan hidup di dalam kedosaan.
Lalu kenakanlah mansia baru. Jika manusia lama kita telah disalibkan dengan
Kristus, maka manusia baru kita telah dibangkitkan bersama dengan kebangkitan
Kristus. Sebagai manusia baru, pikiran kita terus menerus dibaharui dalam roh. Kita
persilahkan Roh kudus untuk mengubah hidup dan karakter kita agar tidak melekat
dalam keberdosaan.

Firman Tuhan mengatakan “yang pemarah janganlah menjadi pendendam, tetapi


jadi peramah dan pengampun, Yang mencuri jangan mencuri lagi, tetapi hendaklah
bekerja keras supaya dapat berbagi dengan yang berkekurangan. Singkatnya, kita
2

harus berbalik arah hidup kita dari manusia lama menjadi manusia baru. Dari
kebiasaan lama menjadi new normal.
Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru. Yang lama sudah
berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.

Saudara/i terkasih,
Pengalaman negatif dalam kehidupan manusiawi kita, yakni aneka hal, pengalaman
dan peristiwa yang tidak kita kehendaki terjadi, namun dalam kenyataannya terjadi,
- dan dalam konteks hidup kita sekarang adalah wabah Covid-19 ini – namun kita
pun dapat memaknai dan mengambil hikmah dari pengalaman negatif tersebut
sebagai kesempatan bagi kita untuk membaharui hidup kita.

Kita ingat misalnya, pengalaman bangsa Israel di padang gurun selama 40 tahun
adalah bagaikan salah satu pengalaman "PSBB terlama" yang ada di Alkitab, dan di
mana bangsa pilihan Tuhan itu jatuh bangun untuk hidup dalam ketaatan vs
ketidaktaatan, kesetiaan vs ketidaksetiaan kepada Yahwe.. Tetapi TUHAN
menghendaki mereka saat itu untuk mengingat semuanya sebelum masuk "New
Normal di Tanah Perjanjian".

MENJELANG NEW NORMAL

Dalam Kitab Ulangan 8:1-3, ada tiga hal yang harus diingat bangsa Israel sebagai
tujuan karantina padang gurun.
Pertama, Merendahkan hati mereka.
Keadaan yang serba terbatas dan tidak banyak pilihan membuat mereka
merendahkan diri di hadapan TUHAN serta taat sepenuhnya kepada Allah. Mereka
harus mendengarkan dan mentaati perintah-Nya agar tidak mendatangkan
penghakiman bagi mereka. Mereka juga diajar untuk memahami bahwa
pemeliharaan dan perlindungan mereka hanyalah datang dari TUHAN.
Masa PSBB yang kita alami saat ini juga mengingatkan kita kembali, bahwa TUHAN lah
yang pasti memelihara dan melindungi kita.

Kedua, Menguji hati mereka.


Karantina padang gurun, adalah momen Allah untuk menguji hati mereka, apakah
prioritas mereka adalah TUHAN sendiri, atau terus mempertahankan dan mencari
kenyamanan mereka dengan mengikuti kehendaknya sendiri.

PSBB telah menyingkapkan keadaan dan kondisi hati kita sebenarnya, apakah
prioritas kita selama ini sudah benar? Apakah kita memprioritaskan Tuhan setiap
hari di dalam waktu dan perhatian kita? Bagaimana relasi kita dengan keluarga,
dengan sesama, dan lingkungan hidup kita?
3

Ketiga, Membuat mereka 'lapar'.


Kondisi kelaparan diijinkan TUHAN terjadi kepada bangsa pilihan-Nya itu di
padang gurun agar mereka bisa menghargai pemberian TUHAN, dan lebih
daripada itu adalah untuk mengakui ketergantungan hidup sepenuhnya kepada
Allah. Maka Allah bertindak tidak hanya mampu sebagai penyedia makanan fisik
bagi mereka - seperti manna - tetapi juga menyediakan makanan rohani, yakni
Firman Tuhan dan ketetapan-ketetapan-Nya.

Masa PSBB yang kita alami saat ini, kiranya juga menyadarkan kita betapa
pentingnya kita tidak hanya mendapatkan makanan jasmani, tetapi juga
'mengkonsumsi' makanan rohani, yaitu Firman TUHAN. Masa-masa sulit yang
masih dipenuhi ketidak-jelasan ini bisa saja menggerogoti kerohanian dan semangat
kita. Karena itu Firman TUHAN sangat kita perlukan untuk menguatkan kita,
memampukan kita menjalani masa-masa ini dengan hati dan pikiran yang tetap
terfokus kepada TUHAN. Apakah kita telah sungguh belajar bergantung
sepenuhnya kepada Tuhan Yesus sebagai sumber kehidupan kita? Apakah
perkataan-Nya telah menjadi sumber kehidupan kita utama? Apakah kehadiran-
Nya telah menjadi sumber sukacita kita, dimana setiap hari kita bisa menikmati dari
pada-Nya?

Saudara/i, memasuki “New Normal Life”, tentu saja dibarengi dengan perubahan
perilaku yang lebih sehat dan lebih bersih, lebih murni, pembaharuan cara pikir,
perkataan dan tindakan kita. Maka diperlukan kecerdasan dan kebijaksanaan hidup,
ketajaman hati nurani sehingga bisa peduli, memiliki kepekaan yang melahirkan
aksi. Kita diajak untuk menekuni hidup tidak denan cara yang murahan, yang
hanya mau dan senang dalam cara yang gampang dan singkat (sehingga dapat
menghalalkan cara untuk mencapai tujuan), tetapi berani berjuang dalam hidup
pada kondisi sulit, dan penuh derita.

Hidup kita sungguh sangat berharga di mata Allah, dan untuk itulah Dia telah
menebus kerapuhan manusiawi kita dengan pengorbanan besar Yesus Putea-Nya,
Dia tuntaskan dengan penuh pengorbanan dan derita hingga wafat di Salib. Dan
kebangkitan Kristus menjadikan kita dapat menjalani hidup yang bercahaya, New
Normal Life in Christ.

Kita tidak sedang diajak untuk mengikuti zaman ini yang tak tentu arahnya, namun
juga tidak boleh mengabaikan zaman yang sedang kita jalani ini dengan seluruh
tawarannya. Kita dipanggil untuk menjawab zaman ini dengan kehidupan baru.
Mari kita menjalani hidup ini dengan new normal dalam Kristus. Tuhan
memberkati. Amin.
4

Mat 5:17-19 : New Normal

Aturan vs nilay yang terkandung di dalamnya

Renungan Virus Corona Bangkitkan Kesadaran Spiritual

https://www.youtube.com/watch?
time_continue=13&v=TedPMBJqjGw&feature=emb_logo
Persamaan kami lebih menetukan dari beda kami

memasuki “New Normal Life” yang diterapkan pemerintah, tentu saja dibarengi
dengan perubahan perilaku yang lebih sehat dan lebih bersih,

“Pandemi ini memberikan banyak pelajaran, saya jadi jauh lebih sehat, bisa merubah
gaya hidup yang dulu tidak sesering ini cuci tangan, tidak jaga kebersihan, namun
sekarang malah jadi gaya hidup kita yang baru. Belajar untuk lebih sabar, karena
kita tidak pernah menyangka keadaan ini bisa terjadi. Begitu ini semua berakhir,
diharapkan kita bisa menjadi orang yang lebih menghargai lingkungan, kesehatan,
waktu dan segalanya,” katanya.

http://www.sesawi.net/the-new-normal-ala-tuhan-yesus/
https://www.youtube.com/watch?
time_continue=3&v=dN87R_YkCvY&feature=emb_logo
Semua pihak berpikir..... apakah kita terus berada dalam situasi pandem?

Kecerdasan perlu: berpikir, bertindak, ketajaman hati nurani, jangan tumpul


Jangan cari jalan yng mudah, murah
5

Hidup yang murahan


Hidup krn berharga di mata Allah telah ditebus dengan pengorbanan besar Yesus
Putea-Nya
Ia tuntaskan meski dengan jalan derita
Kebangkitan menjadi cahaya baru yang menrangi kegelapan manusia lama kita
Gereja ..... kita semua berhati-hati demi kebaikan bersama

https://www.mirifica.net/2020/05/30/uskup-pangkalpinang-pembicara-utama-
dalam-talkshow-komsos/

Kita perlu mewanti-wanti virus kehidupan yang perlu diwaspadai yakni hedonistik
dan konsumeristik. Sikap yang perlu dikembangkan adalah gotongroyong dan
solidaritas sosial.

Perlu pertobatn Ekologis.


New normal harus dilihat dalam 3 bentuk relasi manusia: melihat hal ini dalam
konteks relasi manusia dengan Allah, dengan sesama dan alam semesta.
Paus Fransiskus mengajak semua orang untuk mendekatkan diri dengan Kitab Suci
sebagai inspirasi bagi hidup sehari-hari.

“Mari kita beri ruang dalam hidup kita untuk firman Tuhan. Setiap hari, mari kita
membaca satu atau dua ayat Kitab Suci,” katanya.

“Mari kita tetap membiarkannya terbuka di meja kita, membawanya di saku kita,
membacanya di ponsel kita, dan biarkan itu menginspirasi kita setiap hari,” kata
paus asal Argentina itu dalam homili saat Misa Minggu, 26 Januari 2020.

Ia mengatakan, “Tuhan memberi Anda firman-Nya, sehingga Anda dapat


menerimanya seperti surat cinta yang telah ia tulis kepada Anda, untuk membantu
Anda menyadari bahwa ia ada di pihak Anda.”

“Firman-Nya menghibur dan mendorong kita. Pada saat yang sama itu menantang
kita, membebaskan kita dari ikatan keegoisan kita dan memanggil kita untuk
bertobat, karena firman-Nya memiliki kekuatan untuk mengubah hidup kita dan
untuk menuntun kita keluar dari kegelapan menuju terang,” kata paus seperti
dilansir Catholic News Agency.

Minggu kemarin adalah Hari Minggu Sabda Allah yang pertama yang telah
ditetapkan Paus Fransiskus untuk dirayakan setiap setiap tahun di seluruh dunia
pada hari Minggu ketiga dari Pekan Biasa.

“Pada hari Minggu pertama dari Firman Tuhan ini, mari kita pergi ke akar dari
khotbah-Nya, ke sumber dari kata-kata yang menghidupkan,” kata paus.
6

“Kita membutuhkan kata-kata-Nya: agar kita dapat mendengar, di tengah ribuan


kata-kata lain dalam kehidupan kita sehari-hari, bahwa satu kata yang berbicara
kepada kita bukan tentang hal meteri, tetapi tentang kehidupan,” katanya.

Paus merefleksikan khotbah Yesus dalam Injil Matius: “Bertobatlah sebab Kerajaan
Surga sudah dekat.”

“Kita sekarang dapat memahami tuntutan langsung yang Yesus sampaikan:


‘Bertobat,’ dengan kata lain, ‘Ubah hidupmu.’ Ubah hidupmu, karena cara hidup
baru telah dimulai. Waktu ketika Anda hidup untuk diri sendiri sudah berakhir;
sekarang adalah waktu untuk hidup bersama dan untuk Tuhan, dengan dan untuk
orang lain, dengan dan untuk cinta. Hari ini Yesus mengucapkan kata-kata yang
sama kepada Anda,” katanya.

Ia menjelaskan bahwa Yesus mulai berkhotbah dari pinggiran di Galilea, melewati


“semua daerah yang beragam dan kompleks.”

Dengan cara yang sama, kata dia, Kristus tidak takut untuk menjelajahi medan yang
sulit di hati kita.

“Di sini ada pesan untuk kita: firman keselamatan tidak mencari tempat yang tidak
tersentuh, bersih dan aman. Sebaliknya, ia memasuki tempat-tempat yang kompleks
dan tidak jelas dalam hidup kita,” kata paus.

“Sekarang, seperti itu, Tuhan ingin mengunjungi tempat-tempat yang kita pikir Dia
tidak akan pernah kunjungi. Seberapa sering kita adalah orang-orang yang menutup
pintu, lebih memilih untuk menjaga kebingungan kita, sisi gelap kita dan
kebohongan kita yang tersembunyi. Kita menyimpannya terkunci di dalam,
mendekati Tuhan dengan doa-doa hafalan, tidak mau kebenarannya menggerakkan
hati kami,” katanya.

Pada akhir Misa, Paus Fransiskus secara simbolis memberikan Alkitab kepada 40
orang.

“Untuk mengikuti Yesus, hanya perbuatan baik saja tidak cukup; kita harus
mendengarkan setiap hari panggilan-Nya. Dia, yang sendir mengenal kita dan yang
mencintai kita sepenuhnya, menuntun kita untuk memasuki kehidupan yang
dalam,” katanya.

“Kita akan menemukan bahwa Tuhan dekat dengan kita, bahwa dia mengusir
kegelapan kita dan dengan kasih yang besar, menuntun hidup kita ke air yang
dalam,” kata Paus Fransiskus.
7

"Sebab, perjalanan pandemi ini masih panjang, vaksin masih lama," tutunya.
Dengan demikian, hadirnya new normal maka diharapkan masyarakat bisa kembali
menjalankan rutinitas yang diiringi dengan protokol kesehatan yang disiplin,
sehingga kehidupan tetap berjalan meskipun diiringi dengan pandemi Covid-19.(*)
Seharusnya bisa corona ini berakhir dari 2 minggu sd 1 bulan.... jika semua dari
kalangan bisa mematuhi protokol dan peraturan peraturan yang dapat mencegah
penularan COVID19...dan 1 hal lagi jika dari diri kita tidak merasa sok hebat,sok
kuat, sok sehat,sok bersih, dan menyepelekan....
Giliran wabah tanpa di sadari menghampiri dan di vonis pisitiv baru ada
PENYESALAN dan myncukah pertanyaan KENAPA saya ga... ( di fikir masing
masing pribadi) dan semoga tim terdepan kita selu di beri jekuatan dan kesabaran
akibat banyak dari diri kita yang MENYEPELEKAN dan TANPA
MEMPERDULIKAN PROTOKOL KESEHATAN

4 Aspek Kehidupan yang Akan Berubah Saat Kehidupan New Normal

Sikap penerimaan tanpa syarat terhadap kondisi yang ada menjadi hal yang penting
pada kehidupan New Normal. New normal sendiri merupakan istilah yang merujuk
dengan penerimaan terhadap kejadian pandemi Covid-19 seperti sekarang.

Kemampuan adaptasi seseorang terhadap kondisi new normal, membuatnya


mampu untuk mengembangkan kebiasaan-kebiasaan baru dan memandang
kehidupan dengan cara yang lebih realistis terhadap situasi yang sebelumnya
dianggap sebagai disrupsi pada semua aspek kehidupannya.

Beberapa aspek perubahan yang mulai dilakukan pada mereka yang telah mencapai
tahap ini diantaranya adalah:

1. Terbentuknya gaya hidup stay at home


Pandemi Covid-19 memaksa masyarakat untuk menerapkan gaya hidup stay at
home atau di rumah aja. Pada akhirnya, mobilitas akan menurun drastis,
masyarakat juga akan diminta selalu menggunakan masker saat bepergian ke luar
rumah. Belanja keperluan sehari-hari akan bergantung pada aplikasi atau online.
Orang juga akan lebih selektif dalam belanja (kebutuhan vs keinginan).

Baca Juga: Iuran BPJS Kesehatan Naik, Lokataru: Pemerintah Tengah Permainkan
Warga
8

2. Back to basic
Aktivitas akan lebih banyak terpusat di rumah. Masyarakat juga akan cenderung
kembali ke bahan-bahan tradisional atau herbal untuk menjaga kesehatan tubuh.
Aktivitas sederhana seperti mencuci tangan hingga berjemur di bawah sinar
matahari akan menjadi kegiatan yang kerap dilakukan.

3. Optimalisasi virtual
Aturan bekerja dari rumah atau work from home hingga sekolah dari rumah akan
sangat memanfaatkan teknologi. Ini diperkirakan akan melahirkan generasi rapat
virtual. Bahkan konsultasi kesehatan juga akan banyak menggunakan teknologi
dengan mengandalkan layanan telemedicine.

4. Timbulnya kebersamaan dan rasa senasib sepenanggung


Pada akhirnya, rasa kemanusiaan dan kebersamaan akan sangat diuji dan akan
menjadi hal yang berarti di tengah pandemi Covid-19 seperti sekarang.

Baca Juga: Langgar Kesimpulan, Komisi I Rekomendasikan Pemberhentian Ketua


Dewas TVRI

Namun, tidak semua orang memiliki ketangguhan yang sama untuk mencapai
tahap penerimaan. Seseorang yang biasanya mudah tertekan, akan merasakan
dampak pandemi lebih berat.

Untuk menyiasati situasi tertekan dan tidak mengalami stres yang berlarut-larut, dr.
Leonardi Goenawan, Sp.KJ Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa dari RS Pondok Indah
Puri Indah dan RS Pondok Indah Bintaro Jaya mengungkapkan ada beberapa hal
yang bisa diterapkan.

Pertama, berikan diri Anda istirahat dari menonton, membaca, atau mendengarkan
berita, termasuk media sosial. Mendengar info pandemi berulang kali bisa membuat
hanyut dalam kekhawatiran yang berlebihan.

Kedua, pelihara baik-baik kesehatan tubuh Anda dan berolahraga ringan secara
teratur, seperti latihan napas, stretching, yoga, atau meditasi. Makan makanan yang
sehat dan berimbang dan berolahraga secara teratur juga tidur dengan waktu yang
cukup. Hindari penggunaan alkohol, rokok, dan obat-obatan yang tidak perlu.

Ketiga, berikan diri Anda waktu untuk bersantai. Lakukan beberapa aktivitas lain
yang Anda sukai. Berbagai penelitian memperlihatkan hubungan resiprokal
(terbalik) antara stres dan aktivitas fisik. Semakin rutin Anda beraktivitas fisik maka
semakin rendah tingkat stres yang Anda miliki.
9

Selain itu, aktivitas fisik dan olahraga terbukti penting dalam manajemen stres yang
efektif karena dapat menurunkan kadar hormon-hormon stres seperti adrenalin dan
kortisol dalam tubuh. Pada saat yang sama aktivitas fisik menstimulasi produksi
endorfin, yaitu bahan kimia yang diproduksi oleh otak dan berfungsi sebagai pereda
rasa sakit. Endorfin juga dapat menghasilkan perasaan relaks dan optimisme ketika
Anda berolahraga rutin.

Moving to a New Normal


In transitioning to a "New Normal," we rely on the expertise of scientists, health
experts and people from all walks of life in Miami-Dade County.
Kenormalan baru[1] (bahasa Inggris: new normal) adalah sebuah istilah dalam bisnis
dan ekonomi yang merujuk kepada kondisi-kondisi keuangan usai krisis keuangan
2007-2008, resesi global 2008–2012, dan pandemi COVID-19. Sejak itu, istilah
tersebut dipakai pada berbagai konteks lain untuk mengimplikasikan bahwa suatu
hal yang sebelumnya dianggap tidak normal atau tidak lazim, kini menjadi umum
dilakukan.
New normal dilakukan sebagai upaya kesiapan untuk beraktivitas di luar rumah
seoptimal mungkin, sehingga dapat beradaptasi dalam menjalani perubahan
perilaku yang baru. Perubahan pola hidup ini dibarengi dengan menjalani protokol
kesehatan sebagai pencegahan penyebaran dan penularan COVID-19.
New normal adalah langkah yang telah direncanakan Pemerintah Indonesia dalam
situasi pandemi. Langkah ini dilakukan agar roda perekonomian tetap berjalan
dengan tetap menjalani protokol kesehatan demi mencegah penyebaran virus SARS-
CoV-2 yang menyebabkan COVID-19 semakin meluas. Lalu apa itu new normal?
Bagaimana penerapannya?
Apa Itu New Normal?
New normal adalah perubahan perilaku atau pola hidup baru yang harus dilakukan
agar tetap dapat menjalani aktivitas normal selama pandemi. Ini dilakukan setelah
pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dalam mencegah penularan
wabah COVID-19 yang masih berlangsung.
New normal dilakukan sebagai upaya mitigasi dan kesiapan untuk warga yang harus
beraktivitas di luar rumah seoptimal mungkin, sehingga dapat beradaptasi dalam
menjalani perubahan perilaku yang baru. Perubahan pola hidup ini dibarengi
dengan menjalani protokol kesehatan sebagai pencegahan virus COVID-19.
Kenapa Harus Menerapkan New Normal?
New normal pandemi COVID-19 harus dijalani untuk memutus mata rantai
penyebaran virus SARS-CoV-2 di lingkungan masyarakat, terutama di tempat kerja
10

karena interaksi dan berkumpulnya orang adalah faktor risiko yang harus
diantisipasi sebagai media penularan virus ini.
Dunia usaha dan para pekerja memiliki peran penting dalam memutus mata rantai
penularan virus karena besarnya jumlah populasi pekerja, mobilitas, dan interaksi
masyarakatnya. Oleh karena itu, lakukan pencegahan semaksimal mungkin dengan
menghindari penularannya.
Virus COVID-19 mudah menular melalui beberapa cara, di antaranya:
 Droplet, yakni percikan ketika berbicara, bersin, dan batuk.
 Kontak langsung, yakni mencium tangan, berjabat tangan, berpelukan, atau
cipika-cipiki.
 Menyentuh permukaan benda yang terkontaminasi (misal handle pintu,
railing tangga, kertas, kaca, dan permukaan meja). Virus Corona dapat
bertahan selama beberapa jam sampai berhari-hari di permukaan benda
tersebut.
Langkah-langkah pencegahan penularan berikut juga tak kalah penting:
 Menggunakan masker.
 Rajin mencuci tangan.
 Menggunakan hand sanitizer.
 Jaga sarak, minimal 1 meter.
 Hindari kerumunan.
 Hindari bersentuhan dengan binatang.
 Memasak makanan dengan benar.
Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Selama Menjalani New Normal
Terkait Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan rencana ini, Badan Pengawasan
Obat dan Makanan (BPOM) telah membagikan panduan tentang bagaimana
menjalani new normal pandemi COVID-19, mulai dari definisi COVID-19, penularan,
dan pencegahannya.
Berikut ini adalah sejumlah panduan yang harus diperhatikan selama menjalani new
normal:
1. Mencegah Virus COVID-19 di Kendaraan Umum
Bepergian menggunakan kendaraan umum selama pandemi harus selalu
menggunakan masker dan jaga jarak antar-penumpang 1 meter untuk mencegah
penularan virus. Juga, sebisa mungkin hindari memegang gagang pintu atau
pegangan dalam kendaraan jika tidak menggunakan hand sanitizer atau sarung
tangan.
2. Pencegahan Virus di Tempat Kerja
Ketika sampai di tempat kerja, Anda harus lolos pengukuran suhu tubuh
menggunakan thermogun, langsung mencuci tangan, dan menghindari pertemuan
atau menjaga jarak minimal 1 meter.
Selama di lingkungan kerja kita harus melakukan beberapa perilaku new normal
pandemi COVID-19 untuk pencegahan, di antaranya menggunakan masker,
menggunakan hand sanitizer, sering cuci tangan, menjaga kebersihan meja kerja,
11

menutup hidung dan mulut menggunakan tisu (ketika bersin, batuk, atau meludah),
dan membungkus tisu bekas dengan plastik sebelum dibuang.
Satu hal yang juga tak kalah penting adalah jika Anda sedang sakit, sebaiknya
bekerjalah dari rumah atau work from home (WFH).
3. Menjaga Kebersihan Tempat Kerja
Manajemen kantor harus memastikan seluruh area kerja tetap bersih dan higienis
dengan melakukan pembersihan secara berkala menggunakan desinfektan setiap 4
jam sekali. Area yang dibersihkan terutama pegangan pintu dan tangga, tombol lift,
peralatan kantor, dan fasilitas umum lainya.
Kualitas udara di tempat kerja juga harus dijaga dengan dengan mengoptimalkan
sirkulasi udara, mengatur sinar matahari yang masuk ruangan kerja, dan
pembersihan filter air conditioner (AC) atau pendingin ruangan
4. Pencegahan Virus Setelah Bepergian
Setelah beraktivitas di luar, pastikan untuk membersihkan diri sebelum bertemu
dengan anggota keluarga di rumah.
Beberapa hal yang harus dilakukan adalah membuka sepatu atau sandal, semprot
sepatu atau barang lainnya (tas, pakaian, ponsel, laptop dan pulpen) dengan
disinfektan. Sebelum menyentuh benda lainnya, cuci tangan, letakkan pakaian bekas
pakai di dalam wadah tertutup, dan kemudian langsung mandi.
5. Menjaga Daya Tahan Tubuh
Selama menjalani new normal pandemi COVID-19, kita harus menjaga kekebalan
tubuh agar tetap sehat dan terhindar dari penyakit. Cara meningkatkan daya tahan
tubuh bisa dilakukan dengan cukup mudah, yakni minum yang cukup (idealnya 8
gelas sehari), makan makanan bergizi, rajin berolahraga, tidur yang cukup, minum
vitamin bila perlu, dan rajin mencuci tangan.
6. Berhati-Hati Menggunakan Obat dan Makanan
Penyakit bisa datang dari mana saja, termasuk makanan dan penggunaan obat! Oleh
karena itu, sebelum membeli dan mengonsumsi produk obat dan makanan kita
harus melakukan pemeriksaan produk dengan Cek KLIK (Kemasan, Label, Izin
Edar, dan Kedaluwarsa) yang direkomendasikan oleh Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM).
7. Cara Mendapatkan Obat yang Aman
Selain memeriksa produk obat dengan cermat, perlu diperhatikan pula bagaimana
mendapatkan obat yang aman.
Sebaiknya dapatkan obat dari sarana kesehatan resmi atau apotek dan berdasarkan
resep dari dokter. Jika mempertimbangkan membeli obat secara online, berhati-hati
terhadap penawaran online dari sumber dan keaslian yang tidak jelas. Selanjutnya
jangan lupa memastikan produk obat dengan melakukan Cek KLIK.
8. Pencegahan Virus untuk Penjual dan Pembeli Makanan
Transaksi jual beli secara langsung berisiko menularkan virus. Oleh karena itu,
lakukan kiat-kiat untuk pencegahan selama new normal pandemi COVID-19. Jika
12

membeli makanan di warung makan atau restoran, pastikan kebersihan tempat, alat
masak, kesegaran makanan, proses memasak, penyajian, dan pelayanannya.
Ketika pembeli dan penjual bertransaksi, sebelumnya cuci tangan (begitupun
sesudahnya) atau pakai hand sanitizer, pakailah masker, jaga jarak 1 meter, dan
sebisa mungkin tidak makan di tempat atau bawa pulang. Pastikan pula selalu
melakukan Cek KLIK.
New normal disebut-sebut menjadi era setelah adanya pandemi Covid-19.
Istilah new normal muncul di Indonesia setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi)
menegaskan masyarakat harus bisa berkompromi, hidup berdampingan, dan
berdamai dengan Covid-19 agar tetap produktif.
Dengan demikian, pemerintah akan mengatur agar kehidupan masyarakat agar
dapat kembali berjalan normal, inilah yang kemudian disebut Jokowi sebagai new
normal.
Berbagai pihak pun kerap merancang skenario new normal dalam menghadapi
kehidupan di tengah pandemi Covid-19 ini.
Namun, beredarnya istilah new normal pun menjadi samar.
Lantas apa arti dari new normal?
Dilansir dari Kompas.com, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19
Achmad Yurianto menegaskan, istilah new normal lebih menitikberatkan perubahan
budaya masyarakat untuk berperilaku hidup sehat.
"New normal adalah perubahan budaya. (Misalnya) Selalu menerapkan pola hidup
bersih dan sehat (PHBS), memakai masker kalau keluar rumah, mencuci tangan dan
seterusnya," ujar Yuri, seperti dikutip dari Kompas.com, Senin (18/5/20).
Sementara itu, Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19
Wiku Adisasmita, menjelaskan new normal adalah perubahan perilaku untuk tetap
menjalankan aktivitas normal namun dengan ditambah menerapkan protokol
kesehatan guna mencegah terjadinya penularan Covid-19.
Menurut Wiku, prinsip utama dari new normal adalah dapat menyesuaikan dengan
pola hidup.
"Secara sosial, kita pasti akan mengalami sesuatu bentuk new normal atau kita harus
beradaptasi dengan beraktifitas, dan bekerja, dan tentunya harus mengurangi
kontak fisik dengan orang lain, dan menghindari kerumunan, serta bekerja,
bersekolah dari rumah," kata Wiku.
Wiku menjelaskan, masyarakat akan menjalani kehidupan secara new normal hingga
ditemukannya vaksin dan dapat digunakan sebagai penangkal virus corona (Covid-
19).
"Transformasi ini adalah untuk menata kehidupan dan perilaku baru, ketika
pandemi, yang kemudian akan dibawa terus ke depannya sampai tertemukannya
vaksin untuk Covid-19," katanya lagi.
Senada dengan Wiku, seorang epidemiolog dari Griffith University Australia dokter
Dicky Budiman, juga memaparkan new normal merupakan bagian dari strategi yang
13

diterapkan selama belum ditemukannya vaksin atau obat untuk virus corona
(Covid-19).
"Pembatasan jumlah kerumunan, batasan jarak, keharusan memakai masker di
manapun dan bisa dilakukan skrining suhu di tiap kantor atau mall atau sekolah,"
kata Dicky, dikutip dari Kompas.com, Sabtu (9/5/20).
"Sebab, perjalanan pandemi ini masih panjang, vaksin masih lama," tutunya.
Dengan demikian, hadirnya new normal maka diharapkan masyarakat bisa kembali
menjalankan rutinitas yang diiringi dengan protokol kesehatan yang disiplin,
sehingga kehidupan tetap berjalan meskipun diiringi dengan pandemi Covid-19.(*)

New Normal, Tatanan Baru Kehidupan di Masa Pandemi


Sejumlah negara termasuk Indonesia tengah bersiap untuk menerapkan sistem
the new normal untuk menghadapi pandemi virus corona yang belum akan
berakhir.
Negara, Masyarakat dan Era New Normal
COVID-19 menjadi realitas penyakit yang mengubah struktur sosial masyarakat.
Perilaku sosial berubah, begitu pun kohesi sosial. Cara (usage), kebiasaan (folkways),
tata kelakuan (mores), dan adat istiadat (custom) turut beradaptasi. Secara sosiologis
setidaknya pandemi Covid-19 terkonstruksi empat persepsi di masyarakat.
Pertama, Covid-19 merupakan jenis penyakit yang berbahaya. Sejak ditemukan
Covid-19 di Wuhan China, Covid-19 diyakini oleh para ahli kesehatan tidak begitu
tinggi tingkat persentase kematiannya daripada virus lain seperti SARS dan MERS.
Namun Covid-19 menjadi virus berbahaya karena tingkat penyebarannya sangat
cepat dibandingkan dengan virus lain. Itu terbukti dengan cepatnya penduduk di
dunia yang terinfeksi Covid-19.
Kedua, Covid-19 merupakan ancaman bagi berbagai sektor kehidupan. Selain
kesehatan, Covid-19 turut mengancam kehidupan sosial, ekonomi, pendidikan, dan
politik di berbagai negara. Pada aspek kehidupan sosial, hubungan sosial terbatasi,
disorganisasi dan disfungsi sosial terjadi di masyarakat. Sementara pada aspek
ekonomi, tingkat kemiskinan meningkat dan mekanisme transaksi perdagangan
berbasis online. Sedangkan pada sektor pendidikan, model pembelajaran harus
dilakukan jarak jauh secara daring. Pada kehidupan politik juga tidak lepas terkena
dampaknya. Ego sektoral antar lembaga pemerintah dan politik dramaturgi untuk
meraih simpati masyarakat menjadi fenomena dalam konteks politik di tengah
pandemi Covid-19.
14

Ketiga, Covid-19 diyakini oleh beberapa pihak sebagai bentuk konspirasi global yang
sengaja dibuat untuk kepentingan kapitalisme dan penjajahan model baru berbasis
senjata biologis. Walaupun belum ada studi ilmiah terkait dengan persepsi ini, hal
ini menjadi menarik karena banyaknya perdebatan yang terjadi di masyarakat. Saat
masyarakat mulai mengalami berbagai tekanan mekanisme hidup di tengah
pandemi Covid-19, rasa ketidakpercayaan masyarakat muncul dan dapat meyakini
persepsi ini. Teori konspirasi global berkembang dan menjadi hipotesa masyarakat
dalam situasi yang tidak menentu.
Keempat, pandemi Covid-19 sebagai sumber pendapatan ekonomi baru. Pada
persepsi ini beberapa pihak meyakini bahwa pandemi Covid-19 menguntungkan
bagi dirinya, bagi kelompoknya, dan bagi perusahaannya untuk meningkatkan
sumber pendapatan ekonomi. Persepsi keempat inilah yang melahirkan para aktor
ekonomi yang menaikkan harga barang jauh lebih tinggi daripada harga
sebenarnya karena permintaan masyarakat yang tinggi. Aktor ekonomi ini tidak
peduli dengan rasa simpati dan empati di masa pandemi, bagi mereka bisnis adalah
bisnis.
Empat persepsi di atas, dapat menggambarkan dinamika respon masyarakat pada
berbagai kebijakan pemerintah terkait pandemi Covid-19. Persepsi ini juga dapat
kita pahami pada level kesadaran, kedisiplinan, dan perilaku sosial di masa
pandemi.
Adaptasi hidup darurat pandemi
Sejak akhir tahun 2019 hingga menjadi pandemi, dampak Covid-19 sangat luar biasa
pada pelbagai sektor kehidupan di masyarakat. Berdasarkan data dari WHO
tertanggal 9 Juni 2020, terdata kasus pandemi Covid-19 ada di 216 negara, 7.039.918
kasus terkonfirmasi, dan 404.396 kasus yang meninggal. Sedangkan data
perkembangan pandemi Covid-19 di Indonesia berdasarkan data dari gugus tugas,
terdata ada 33.076 kasus yang terinfeksi, 11.414 kasus sembuh, dan 1.923 kasus
meninggal. Bahkan saat ini di Indonesia masih terus ada penambahan kluster baru
penyebaran Covid-19, baik berbasis wilayah maupun aktivitas. Pelbagai upaya
untuk menghadapi pandemi Covid-19 pun dilakukan, seperti karantina rumah,
isolasi mandiri, karantina fasilitas khusus, karantina rumah sakit, dan karantina
wilayah.
Upaya – upaya menghadapi pandemi Covid-19 sudah dilakukan. Menjadi
pertanyaan, sampai kapan masyarakat dengan pelbagai sektor kehidupannya harus
hidup dalam masa ketidakpastian, ketidaknyamanan dan ketidakamanan dari
situasi pandemi. Mengingat saat ini pun belum ditemukan vaksin atau obat untuk
penyembuhan para korban yang terinfeksi Covid-19. Bahkan para ahli kesehatan
memprediksi pandemi Covid-19 masih akan berlangsung hingga tahun kedepan.
Menjawab situasi dan kondisi yang terjadi, maka tatanan kehidupan normal baru
atau new normal menjadi alternatif exit strategy. Tatanan new normal merupakan
transformasi perilaku hidup di masyarakat untuk tetap menjalankan aktivitas
15

normal namun dengan menerapkan protokol kesehatan sampai ditemukannya


vaksin yang dapat menyembuhkan para korban yang terinfeksi Covid-19.
Terlepas dari perdebatan istilah, tatanan new normal secara sosiologis sama dengan
istilah adaptasi hidup darurat pandemi. New normal dimaksudkan agar pelbagai
sektor kehidupan yang tadinya tersendat bahkan berhenti, dapat (sedikit) bergerak
kembali. Dengan kata lain, adaptasi hidup darurat pandemi sebagai upaya meredam
laju tingkat kerentanan sosial di masyarakat yang tidak menentu.
Kerentanan sosial menjadikan posisi ketahanan masyarakat (community resilience)
mengalami guncangan (shock) akibat pandemi Covid-19. Ketahanan masyarakat
berkaitan dengan kemampuan dari masyarakat untuk dapat menggunakan sumber
daya yang tersedia (seperti, teknologi, makanan, pekerjaan, dan rasa aman-nyaman)
dalam memenuhi kebutuhan dasar dan menjalankan fungsi sosialnya. Namun
kondisi saat ini justru menjadikan ketahanan masyarakat mengalami kerentanan
sosial. Kerentanan sosial membuat produktivitas menurun, mata pencarian
terganggu, dan munculnya gangguan kecemasan sosial di masyarakat.
Dampak kerentanan sosial dapat membuat masyarakat melakukan tiga tindakan
yang saling terkait, yaitu tindakan apatis, tindakan irasional, dan tindakan kriminal.
Pertama, tindakan apatis. Pada tindakan apatis bisa kita lihat pada tindakan
masyarakat yang tidak peduli dengan instruksi untuk menjalankan protokol
kesehatan. Kedua, tindakan irasional. Pada tindakan irasional tidak sedikit
masyarakat meyakini pelbagai bahan obat dan metode pencegahan agar tidak
terkena Covid-19 sekalipun belum ada bukti penelitian ilmiahnya, panic buying,
berhutang ke rentenir, hingga bunuh diri. Ketiga, tindakan kriminal. Hal paling
dikuatirkan dari kerentanan sosial atas pandemi Covid-19 adalah tindakan kriminal
seperti pencurian, penjambretan, pencopetan, pemalakan, penjarahan, bahkan
pembunuhan. Tindakan kriminal yang dilakukan karena dasarnya masyarakat itu
berada dalam kondisi stabil, sistem – sistem kehidupannya beroperasi secara lancar
dan berfungsi. Namun, akibat pandemi Covid-19, kondisi kestabilan dan
keberfungsian ini terganggu. Untuk dapat berada pada posisi stabil dan berfungsi,
bagi masyarakat yang tidak memiliki akses kapital dengan baik, maka jalan singkat
yang beresiko akan dilakukannya.
Tiga tindakan dan beserta beberapa contohnya, hanya sebagian dari dampak
kerentanan sosial yang terjadi di masyarakat akibat pandemi Covid-19. Tentu
contoh kasus lain bisa kita amati bersama dipelbagai media dan realitas lingkungan
kehidupan.
Komprehensif
Penerapan new normal terjadi polemik. Satu sisi dianggap akan meningkatkan kasus
Covid-19 dan lain sisi menjadi upaya meredam tingginya kerentanan sosial yang
terjadi di masyarakat. Bahkan ada indikasi bahwa new normal sebagai upaya
menyamarkan ketidakmampuan negara untuk mengatasi pandemi Covid-19.
Pandemi Covid-19 tentu membuat pemasukan negara menjadi berkurang.
Sementara negara harus melindungi dan meminimalisir dampak pandemi Covid-19
16

pada warga negaranya. Maka untuk itu pandemi Covid-19 dianggap menjadi beban
anggaran negara dengan berbagai program jaring pengaman sosialnya. Namun dalil
beban negara ini bukan jadi alasan negara untuk mengurangi kewajiban kepada
warga negaranya. Sebab memang sudah kewajiban negara secara konstitusi untuk
menjamin dan melindungi setiap warga negaranya dari pelbagai ancaman, salah
satunya pandemi Covid-19.
New normal harus direncanakan secara komprehensif. Sebab penerapan new normal
seperti pisau bermata dua, bisa menguraikan masalah dan sebaliknya menambah
masalah. Protokol kesehatan dapat dengan mudah dirumuskan, namun belum tentu
realitas pelaksanaannya dilapangan mudah dilakukan. Maka untuk itu pelbagai
kajian multidisiplin ilmu perlu menjadi pertimbangan pemerintah dalam
menerapkan kebijakan new normal.
Penerapan new normal dapat berkaca pada pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB). Tidak sedikit pelanggaran protokol kesehatan terjadi. Lalu bagaimana
dengan tingkat pelanggaran protokol kesehatan saat diterapkannya new normal.
Pelanggaran protokol kesehatan di masa transisi new normal dapat tergambarkan
pada suasana di stasiun kereta api, pusat pertokoan, dan transportasi publik.
Rupanya tidak berbeda jauh dengan pelanggaran di masa PSBB, bahkan lebih tinggi
tingkat pelanggarannya. Masihkah tetap dilonggarkan PSBB? Perlu evaluasi
kembali.
Setidaknya hal yang perlu dipertimbangkan oleh pemerintah saat menerapkan
kebijakan new normal, yaitu: seperti apa aktivitas kehidupan masyarakat yang sesuai
protokol kesehatan; bagaimana kemampuan negara dalam melakukan pengawasan;
bagaimana tingkat manfaat dan kerugian dari kebijakan ini; bagaimana tingkat
kesadaran dan disiplin masyarakat; bagaimana sarana dan prasarananya;
bagaimana pola manajemennya; dan bagaimana tindakan responsif saat terjadi
peningkatan kasus.
Mengubah cara pandang masyarakat atas situasi dan kondisi yang terjadi saat ini,
harus terus dilakukan. Transisi new normal tentu akan ada cultural shock di
masyarakat. Sebab kehidupan yang tidak biasa dilakukan, harus dilakukan sebagai
cara hidup baru.
Sarana dan prasarana mutlak disediakan. Sumber ekonomi bagi masyarakat perlu
dicarikan alternatifnya. Jaring pengaman sosial harus tetap konsisten dijalankan.
Kolaborasi pemerintah dan masyarakat
Jika skenario new normal menjadi pilihan sambil menunggu vaksin Covid-19
ditemukan, maka kolaborasi dari semua pihak menjadi syarat wajib. Tidak hanya
pemerintah, tetapi masyarakat pun harus menjalankan protokol kesehatan yang
sudah ditetapkan. Jika tidak ada kolaborasi, kasus terinfeksi Covid-19 akan semakin
parah peningkatannya seperti yang diprediksi oleh para ahli kesehatan.
Agar terbangunnya kolaborasi ini, pemerintah sebagai aktor utama harus komitmen
dalam menjalankan perannya. Kebijakan pemerintah senantiasa berorientasi kepada
17

masalah (problem-oriented) dan berorientasi kepada tindakan (action-oriented).


Langkah – langkah secara terencana dan konsisten patut dilakukan.
Untuk meningkatkan rasa kepercayaan antar aktor dalam terciptanya kolaborasi,
maka pemenuhan perlindungan sosial, jaminan sosial, maupun pelayanan sosial
menjadi hal mutlak. Masyarakat akan merasa aman dan mau berkolaborasi karena
negara hadir dan peduli. Jangan salahkan masyarakat jika kolaborasi tidak
terbangun maksimal. Sebab mereka saja memikirkan nasibnya karena merasa tidak
aman (insecure) dalam situasi dan kondisi pandemi saat ini. Mereka harus
memikirkan bagaimana harus memenuhi kebutuhan pokok hidup keluarganya,
bagaimana membayar hutang piutang, dan lain sebagainya. Maka untuk itu negara
harus hadir dalam rupa yang sempurna, karena negara memiliki banyak akses
sumber daya.
Kebijakan publik pun dirumuskan dengan berpihak pada situasi dan kondisi
masyarakat. Bukan justru kebijakan publik yang menambah beban bagi masyarakat.
Negara membangun kepercayaan, kolaborasi adalah keniscayaan.
Sebagai penutup, “wajah lama sudah tak keruan di kaca, sedang wajah baru belum jua
jelas” ungkap Mochtar Lubis dalam kesimpulan manusia Indonesia. Ungkapan ini
dapatlah disinonimkan seperti, “PSBB masih banyak pelanggaran, sedang new
normal menyapa untuk diterapkan”.
'New normal': Tudingan 'herd immunity' hingga 'mengorbankan nyawa demi
bisnis' di balik protokol cegah Covid-19
Pemerintah tengah menyiapkan protokol untuk mengatur "new normal" atau situasi
normal baru di tengah penambahan kasus Covid-19 yang masih mencapai ratusan
orang per hari. Mulai dari tata cara beribadah sampai langkah masuk ke restoran
akan diatur. Provinsi Bali, Yogya, dan Kepulauan Riau jadi proyek percontohan
pertama.
Persiapan protokol new normal ini disampaikan Menteri Koordinator bidang
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, usai rapat kabinet
dengan Presiden Joko Widodo, Senin (18/05).
"Jadi nanti akan ada protokol bagaimana di restoran, bagaimana ibadah, nanti
menteri agama akan mengatur itu. Lalu protokol bagaimana datang di acara yang
pengunjung relatif banyak, dan sebagainya, nanti akan diatur secara detil dan itu
harus dipatuhi," kata Muhadjir.
Namun, rencana tersebut menurut pengamat ekonomi adalah bentuk keberpihakan
pemerintah pada kelompok bisnis dan akan terus menguras uang negara untuk
meredam penyebaran virus corona yang semakin sulit dihentikan.
Senada, peneliti epidemiologi juga menyebut rencana menghadapi new normal ini
sangat berbahaya karena berpotensi meningkatkan risiko penularan Covid-19 di
masyarakat. Berdasarkan penelitian, sekitar 80% kasus Covid-19 adalah kasus
infeksi tanpa gejala.
18

'New Normal': Mengatur tata cara ibadah hingga makan di restoran


Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir
Effendy, menjelaskan protokol new normal akan mengatur kehidupan masyarakat
ketika berkumpul di luar rumah, mulai dari beribadah secara bersama-sama, makan
di restoran hingga berkumpul menghadiri acara publik.
"New normal, nanti boleh tetap salat Jumat berjamaah tapi beda salat Jumat
berjamaahnya dengan sebelum ada new normal ini," kata Muhadjir.
Terkait dengan restoran, Muhadjir mengatakan "Misalnya ketika sudah dibolehkan
buka maka tidak berarti restoran buka seperti sebelum ada Covid. Itulah disebut
new normal, kehidupan normal baru, harus mematuhi protokol tentang bagaimana
datang atau makan di restoran, dan restoran harus mematuhi protokol itu."
Pada Jumat (15/05) lalu, Presiden Joko Widodo juga sudah menyinggung tentang
pentingnya kesiapan masyarakat dalam menghadapi apa yang disebutnya sebagai
"tatatan kehidupan baru".
"Kebutuhan kita sudah pasti berubah untuk mengatasi risiko wabah ini. Itu
keniscayaan, itulah yang oleh banyak orang disebut sebagai new normal atau tatanan
kehidupan baru," katanya.
"Herd Immunity" di balik rencana pengurangan pembatasan sosial?
ebelum rapat kabinet tentang new normal pada 18 Mei, pemerintah sudah beberapa
kali menyinggung pelonggaran pembatasan, misal dengan memperbolehkan warga
berusia 45 tahun ke bawah untuk kembali bekerja serta memperbolehkan kelompok
masyarakat tertentu untuk mudik.
Dalam pembicaraan di media sosial kemudian berkembang isu pemerintah tengah
berniat memberlakukan strategi herd immunity (upaya menghentikan laju
penyebaran virus dengan cara membiarkan imunitas alami tubuh).
Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia, Pandu Riono, berpendapat yang
dilakukan pemerintah semata peloggaran PSBB dan bukan pembiaran sistemik agar
masyakat banyak yang terinfeksi (herd immunity).
"Tidak mungkin terjadi karena herd immunity hanya terjadi bila lebih dari 70-80
persen penduduk Indonesia terinfeksi dan punya imunitas yang berhasil hidup."

Apa itu 'New Normal' di Tengah Pandemi Corona?


Pandemi Covid-19 ini memang selama 2 bulan terakhir telah mengubah pola hidup
masyarakat tidak hanya Indonesia, tetapi juga dunia. Untuk mencegah penyebaran
virus Covid-19, masyarakat pun dihimbau untuk tidak keluar rumah.
Hal ini membuat perubahan di beberapa sektor mulai dari pariwisata, transportasi
online hingga usaha-usaha lainnya. Tak bisa selamanya menjalankan hal ini, untuk
menjamin keseimbangan perekonomian, sejumlah negara akhirnya melonggarkan
kebijakan terkait mobilitas masyarakatnya.
Dan pola hidup baru atau new normal akan dicoba. Lalu apa sih new normal itu?
19

Wiku Adisasmita selaku Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan
Covid-19 mengatakan, new normal adalah perubahan perilaku untuk tetap
menjalankan aktivitas normal namun tetap menerapkan protokol kesehatan untuk
mencegah penularan Covid-19.
Pemerintah juga mengatakan new normal adalah hidup bersih dan sehat, bukan
pelonggaran PSBB.
Juru Bicara Pemerintah terkait Penanganan Covid-19, Ahmad Yurianto mengatakan,
"New normal adalah hidup sesuai protokol kesehatan untuk mencegah virus corona
(Covid-19). Karena itu, jaga jarak hingga menggunakan masker akan menjadi bagian
dari kehidupan sehari-hari."
Yuri mengatakan, hidup dengan normal yang baru ini tak ada kaitannya dengan
PSBB. Dia menegaskan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tak pernah memerintahkan
untuk melonggarkan PSBB.
"Sampai saat ini Presiden belum pernah menyampaikan dan memerintahkan kepada
semua pemda untuk melonggarkan PSBB. Justru beliau meminta dalam rapat
kabinet yang terakhir seluruh pemerintah daerah tetap mengawasi PSBB karena
ditengarai pada beberapa minggu ini mobilitas masyarakat akan sangat tinggi
terkait dengan tradisi menjelang Lebaran," ujar Yuri kepada detikNews beberapa
waktu lalu.
Jelang lebaran, beberapa pusat perbelanjaan memang ramai dikunjungi warga.
Sehingga banyak tempat yang akhirnya ditutup. Beberapa mal dan pusat
perbelanjaan pun menggelar rapid test. Dan beberapa pegawai dan pengunjung pun
menunjukkan hasil positif corona.
Sehingga tetap jaga jarak, jaga kebersihan diri dan lingkungan. Dan gunakan selalu
masker sesuai dengan protab kesehatan untuk mencegah penularan virus Covid-19.

Mengenal Apa Itu New Normal di Tengah Pandemi Corona

Pandemi Covid-19 merubah tatanan masyarakat dunia. Guna mencegah penularan


wabah virus corona yang meluas, masyarakat diimbau bahkan dipaksa untuk
tinggal di rumah. Sekolah, bekerja bahkan beribadah pun dianjurkan untuk
dilakukan di rumah saja. Hampir semua negara mengimbau warganya untuk tidak
beraktivitas di luar rumah jika tidak ada kepentingan yang mendesak. Terkecuali,
memang bagi mereka yang harus keluar dan kegiatannya tidak bisa dilakukan dari
rumah.

Perubahan tersebut tentu juga berdampak luas di banyak sektor. Pasalnya


berubahnya aktivitas masyarakat tersebut membuat dunia usaha sepi, seperti
bidang pariwisata, transportasi online, penjuaan retail dan masih banyak lagi.
Berjalannya waktu, tinggal di rumah dinilai tidak bisa selamanya diterapkan untuk
menjaga keseimbangan perekonomian. Sejumlah negara pun mulai melonggarakan
20

kebijakan terkait mobilitas warganya. Di sisi lain, virus SARS-CoV-2 penyebab


Covid-19 masih terus mengancam. Korban jiwa akibat virus corona pun terus
bertambah. Di sinilah, pola hidup baru atau new normal akan diimplementasikan.

Lantas, apa dan seperti apa new normal tersebut? Ketua Tim Pakar Gugus Tugas
Percepatan Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmita mengatakan, new normal
adalah perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal namun
dengan ditambah menerapkan protokol kesehatan guna mencegah terjadinya
penularan Covid-19.

Menurut Wiku, prinsip utama dari new normal itu sendiri adalah dapat
menyesuaikan dengan pola hidup. "Secara sosial, kita pasti akan mengalami sesuatu
bentuk new normal atau kita harus beradaptasi dengan beraktivitas, dan bekerja,
dan tentunya harus mengurangi kontak fisik dengan orang lain, dan menghindari
kerumunan, serta bekerja, bersekolah dari rumah," kata Wiku kepada Kompas.com,
baru-baru ini.

Wiku menerangkan, secara sosial disadari bahwa hal ini akan berpengaruh.
Pasalnya, ada aturan yang disebutkan dalam protokol kesehatan untuk menjaga
jarak sosial dengan mengurangi kontak fisik dengan orang lain. Masyarakat, kata
Wiku, akan menjalani kehidupan secara new normal hingga ditemukannya vaksin
dan dapat digunakan sebagai penangkal virus corona. "Transformasi ini adalah
untuk menata kehidupan dan perilaku baru, ketika pandemi, yang kemudian akan
dibawa terus ke depannya sampai tertemukannya vaksin untuk Covid-19," katanya
lagi. Beberapa ahli dan pakar kesehatan dunia telah memastikan bahwa
kemungkinan paling cepat dapat ditemukannya vaksin adalah pada 2021.

Artinya, masyarakat harus menjalani kehidupan secara new normal hingga tahun
depan, bahkan lebih. Oleh karenanya, perubahan perilaku akan menjadi kunci
optimisme dalam menghadapi Covid-19 dengan menerapkan protokol kesehatan
sesuai anjuran pemerintah atau yang dikenal sebagai new normal. "Tapi kita harus
berpikiran positif, karena Indonesia punya kapasitas yang besar dan gotong royong,
marilah kita gotong royong agar terbebas dari Covid-19," imbuhnya.

New Normal, Jokowi Jelaskan 5 Poin Persiapan Reaktivasi Kegiatan


Jokowi mengungkapkan lima poin yang harus diperhatikan saat negara akan
kembali membuka sejumlah sektor di masa normal baru atau new normal. Poin-poin
itu mesti diikuti dengan pengawasan yang ketat dan penuh kehati-hatian untuk
mengantisipasi persebaran virus corona.
"Pertama, perlu ada prakondisi yang ketat berupa sosialisasi masif kepada
masyarakat mengenai sejumlah protokol kesehatan," ujar Jokowi melalui akun
Instagram pribadinya,
21

Protokol kesehatan yang dimaksud ialah masyarakat harus disiplin menggunakan


masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan atau keramaian,
hingga menjaga imunitas tubuh. Menurut Jokowi, protokol tersebut harus
disampaikan dengan simulasi-simulasi yang baik.
Kedua, dalam mengambil kebijakan, pemerintah pusat dan daerah harus
mendasarkannya pada data dan fakta di lapangan. Jokowi meminta kepala daerah
yang ingin memutuskan daerahnya masuk ke fase adaptasi kebiasaan baru lebih
dulu berkoordinasi dengan Tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19.
Selanjutnya poin ketiga, Jokowi menekankan perlu adanya penentuan untuk sektor
prioritas dan aktivitas yang akan dibuka dalam masa tatanan baru. Pembukaan pun
dilakukan secara bertahap.
"Kesiapan tempat ibadah sebelum dibuka secara bertahap kemarin itu sudah sangat
baik. Sektor ekonomi, sektor dengan penularan Covid yang rendah tapi memiliki
dampak ekonomi yang tinggi didahulukan," ucap Presiden Jokowi
Menurut Jokowi, sektor-sektor ekonomi yang harus diprioritaskan adalah pertanian,
peternakan, perkebunan, perikanan, industri manufaktur, sektor konstruksi.
Kemudian, sektor logistik, transportasi barang, pertambangan, dan perminyakan.
Keempat, Jokowi berharap agar pemerintah pusat dan daerah saling berkonsolidasi.
Terakhir, Presiden meminta evaluasi terhadap reaktivasi kegiatan dilakukan secara
rutin. "Meskipun sebuah daerah kasus barunya sudah menurun, kita tidak tidak
boleh lengah karena kondisi di lapangan masih sangat dinamis," ucapnya.

Celotehan:
New normal adalah suatu kondisi ketika penguasa melalui strategi retorika2
ternyata telah gagal memberikan perlindungan kesehatan dan jaminan kecukupan
kebutuhan dasar kepada rakyat yg sedang menghadapi bahaya akibat ancaman
pandemi, sehingga hanya bisa plonga plongo lalu menyerah dan berharap besar
pada herd immunity
New normal, benar2 normal, kalau dulu yg disebut normal, itu abnormal kaleee
yeee !?
new normal itu produk atas kegagalan memutuskan mata rantai covid, sedangkan
ekonomi memang harus tetap jalan. makanya ada istilah new normal.
NORMAL itu BIASA. NEW NORMAL itu KEBIASAAN BARU (yg dulunya diem,
skrg jadi suka ketawa2 sendiri)
Artinya pemerintah pusat nyerah perangi covid-19, angkat tangan menyerahkan ke
nasib..
22

Penumpang harus menerapkan physical distancing/ jaga jarak di check point tanpa
diingatkan.

Renungan Dari Dempo Xler Dari New Normal Menjadi "The New Me"

TERKAIT kesiapan New Normal atau tatanan normal baru di Provinsi Bengkulu
menimbulkan pro dan kontra. Anggota DPRD Provinsi Bengkulu Dempo Xler
angkat bicara menyikapi new normal yang saat ini tengah hangat diperbincangkan.

Badai corona ini memang datang secara tiba-tiba dan menghentak semua sendi
kehidupan kita. Semua lini masyarakat merasakan efek kejut virus ini yang
membuat kita terhenyak.

Bahkan mungkin dari kita ada yang terkejut lemah dan tak berdaya cemas dan
down. Ada sebagian kita yang cepat beradaptasi dan tetap survive dalam musibah
corona ini tapi banyak juga yang tiba-tiba jatuh bahkan bangkrut.

Sekarang apa pilihan kita, pilihannya adalah kita harus segera bangkit mengambil
langkah untuk kehidupan baru. Stop membahas pro kontra new normal. Karena kita
rela maupun tak rela akan dipaksakan menjalankan kehidupan new normal. Oleh
karena itu, untuk menghadapi kehidupan new normal ini maka kita harus
membangun diri, keluarga dan masyarakat kita dengan konsep the new me.

"Memang akan sedikit tertatih di awal tapi Insya Allah kita akan bangkit kembali,"
sambungnya.

Apa itu the new me?? the new me adalah konsep melahirkan kepribadian baru di
bulan yang fitri ini. Kita dihadapan pada tantangan kehidupan baru. Bukan ia yang
berpendidikan tinggi atau kaya yang mampu survive tetapi yang mampu
beradaptasi dengan tantangan zaman lah yang akan survive.

Kita dipaksa bergerak dan mampu melakukan lompatan kehidupan lebih cepat dan
lebih jauh dalam persaingan global di era pasca (mew normal) covid-19 ini.

Konsep new me untuk generasi mudah adalah generasi yang mampu membangun
basis sendi kehidupan yang memiliki tujuan kesuksesan dunia (memberikan
manfaat maksimal untuk masyarakat) dan keselamatan akhirat.

Apa yang harus dilakukan generasi muda menghadapi new normal ini. Pertama
23

adalah update terus ilmu pengetahuan, serap ilmu sebanyak mungkin, bekali diri
dengan soft skil dan life skil terutama di bidang IT dan bergeraklah di usaha UMKM
terutama pandang, sandang, dan papan karena bidang ini selalu dibutuhkan oleh
kehidupan manusia setiap hari.

Kedua, memanfaatkan energi fisik kita di usia muda ini untuk bekerja keras dalam
belejar mencari pengetahuan dan penghasilan. Di usia kita yang masih mudah ini
kita masih kuat dan mampu lebih maksimal bekerja dibandingkan yang sudah
berusia tua. Mari manfaatkan betul energi ini karena kita yang mudah masih kuat
untuk begadang, masih kuat untuk bekerja lebih lama dan lebih ekstra.

Ketiga, tingkatkan trus nilai spiritualitas dalam diri kita karena kita semua
menyakini bahwa tiada daya dan kekuatan dalam kehidupan ini selain
pertolongan Allah yang maha kuasa. Spiritualitas ini bukan hanya ritual keagamaan
tetapi juga kekuatan sosial kita seperti berbagi rejeki, berbagi ilmu dan menegakan
keadilan sosial.

Menghadapi New Normal atawa tatanan baru, tetap harus mempertimbangkan


kesiapan masyarakat dan kondisi yang lebih baik.

Tatanan New Normal dan Kemungkinan Hidup yang Berubah Setelah Pandemi

Sebagian orang percaya hidup akan kembali normal setelah pandemi usai. Sebagian lagi
menilai bakal ada tatanan ‘new normal’ dan kebiasaan baru lain karena hidup terasa begitu
berbeda belakangan.

Pandemi corona telah menampar kita sedemikian dahsyatnya, mengubah tatanan


hidup manusia, dan memaksa kita merugi secara material plus non-material.
Sebulan yang lalu saya ingat, masih bisa nongkrong bersama kawan. Merayakan
ulan tahun dengan hura-hura dan kembang api. Saat ini, melakukannya tidak lebih
jadi dosa besar pada masyarakat.

Orang-orang mulai memprediksikan tatanan ‘new normal’ di mana kebiasaan kita


betul-betl berubah. Mengenakan masker belakangan jadi perilaku umum, bukan lagi
sebuah aksi penyamaran dari publik atau niatan menghalau debu saat naik motor.

Menikah tanpa pesta yang sejak dulu tabu bukan main, belakangan jadi hal yang
lumrah. Bukan tidak mungkin pasca pandemi kita justru nyaman dengan hidup
yang terlanjur bergeser. Menjalani sebuah kebiasaan baru yang tanpa sengaja
mengalami normalisasi.
24

Bertemu via panggilan video dan mengobrol berjam-jam dengan teman

Kita semacam ditegur dari kebiasaan ngopi dan minum-minum yang sudah
keterlaluan. Kini kita bisa tetap ngopi bareng walau berjauhan. Harus saya akui
bahwa belakangan saya melakukan banyak panggilan video dengan kawan-kawan
dan keluarga. Sebelumnya, bertemu lewat teknologi begini terasa begitu canggung
dan nggak penting.

Panggilan video adalah new normal, setidaknya bagi saya dan kawan-kawan.
Bahkan kami melakukan panggilan video sambil melakukan aktivitas lain seperti
makan, menonton film, dan membaca buku. Mereka seperti hadir, tapi saya tidak
dituntut untuk selalu menatap wajah mereka di layar, kami seperti benar-benar
berada di satu ruangan. Sehingga tidak ada sedikit pun yang tersinggung ketika
akhirnya kami saling mengabaikan.

Pesta pernikahan di Indonesia akan lebih privat dan tradisi banyak-banyakan


jumlah undangan menghilang

Setidaknya wacana new normal pada pesta pernikahan membuat saya sedikit lega.
Selama ini kita hidup dalam anggapan kaku soal pesta pernikahan yang semakin
banyak undangannya maka semakin bagus status sosialnya. Belum lagi dengan
berbagai dekorasi, hidangan resepsi, dan berbagai tinakan lain yang sebenarnya bisa
ditekan untuk tidak berlebihan.

Kesadaran soal ketahanan pangan dan betapa fananya hal yang kita kejar

Minimal hal ini saya rasakan sendiri. Saya betul-betul menyadari bahwa seberapa
hypebeast penampilan saya itu nggak penting. Seberapa mahal jam tangan, seberapa
warna-warni kaus yang saya kenakan, seberapa modern hidup ini sungguh akan
sia-sia. Apa yang membuat kita tetap bernapas adalah makanan dan minuman.
Kebutuhan dasar paling hakiki yang perlu dipenuhi setiap hari.

Suatu hari, saya menonton sebuah film lama yang disutradarai Shinobu Yaguchi.
Ketika dunia ini tidak lagi berjalan karena listrik padam, energi kinetik dan kimiawi
tidak lagi berfungsi, transportasi mandeg, kehidupan manusia kacau balau. Mereka
yang tertolong dari bencana ini adalah petani dan peternak. Setidaknya mereka bisa
menghasilkan makanan mereka sendiri untuk bertahan hidup. Uang tidak ada
artinya, jika pada akhirnya kita sama-sama cuma butuh nasi untuk dikunyah.

Memaami betapa fana apa yang saya punya adalah new normal. Selepas pandemi
berakhir saya nggak bisa lagi meremehkan mereka yang bercocok tanam dan
beternak, mereka adalah sumber ketahanan.
25

OMPAS.com - Perlawanan terhadap pandemi Covid-19 masih belum berakhir.


Penambahan kasus baru masih terus terjadi di seluruh negara di dunia, vaksin
untuk menghentikan penyebaran virus ini pun juga masih dalam tahap
pengembangan. Meski demikian, relaksasi atau pelonggaran aturan social
distancing yang sebelumnya diberlakukan guna menekan laju penyebaran virus
corona sudah mulai dilakukan. Seperti yang terlihat di Korea Selatan, pemerintah
setempat sudah mulai membuka kembali gedung-gedung perkantoran dan fasilitas
publik. Sekolah rencananya juga akan dibuka secara bertahap. Selain Korea Selatan,
Thailand juga mulai melonggarkan aturan social distancingnya dengan
mengizinkan pedagang kecil, ritel, dan restoran untuk membuka kembali usahanya.
Baca juga: Bersiap Hadapi New Normal Life Saat Karantina Covid-19 Berakhir,
Seperti Apa? Relaksasi dengan protokol Namun, relaksasi aturan tersebut tetap
dilakukan sembari menaati protokol-protokol kesehatan untuk menekan timbulnya
lonjakan kasus baru. Penggunaan masker kini menjadi hal yang wajib saat berada di
ruang publik, pelaku usaha seperti restoran juga mulai mengatur jarak meja makan
dan membatasi jumlah pengunjung. Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa Covid-19
telah benar-benar mengubah cara hidup manusia. Sesuatu yang sebelumnya tidak
lumrah dilakukan kini menjadi sebuah kewajaran dan bahkan kewajiban. Kondisi
saat ini kemudian memunculkan istilah new normal life atau kondisi normal yang
baru. Kondisi ketika manusia pada akhirnya harus hidup berdampingan dengan
ancaman virus corona penyebab Covid-19. Diungkapkan oleh Presiden Jokowi
Berdamai atau hidup bersama dengan virus corona juga diungkapkan oleh Presiden
Joko Widodo (Jokowi). Jokowi mengatakan, pemerintah terus berupaya keras dan
berharap puncak pandemi Covid-19 akan segera menurun.

5 (100%) 1 vote

HIDUPKATOLIK.COM-USKUP Agung Kupang Mgr. Petrus Turang mengatakan


aktivitas peribadatan di Keuskupan Agung Kupang akan dimulai serentak pada
Rabu, 1 Juli 2020 dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan Covid-19.

Menurutnya, kebijakan ini diambil sejalan dengan imbauan pemerintah, khususnya


Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang sudah membuka kembali
peribadatan secara publik. “Dengan memperhatikan protokol kesehatan, aktivitas
peribadatan di Keuskupan Agung Kupang akan dimulai pada 1 Juli mendatang,”
ujar Mgr. Turang, Rabu, 10/6/2020.

Meski demikian, Mgr. Turang mengungkapkan bisa saja ada kemungkinan lain
terjadi. Pemberlakuan ibadah per-1 Juli mendatang baru akan dilaksanakan jika
keadaan benar-benar normal, aman, dan kondusif.
26

Ia menambahkan, Gereja Keuskupan Agung Kupang menyambut baik surat edaran


Menteri Agama RI, Fachrul Razi dengan No. SE 15 Tahun 2020, serta ketetapan
Gubernur NTT Viktor B Laiskodat tentang pemberlakuan aktivitas peribadatan.

Kendati begitu, umat Katolik perlu bijaksana dalam mengikuti ibadah. Ada beberap
hal yang benar-benar serius diperhatikan seperti kapasitas umat yang hadir Misa,
menjaga jarak aman, menggunakan masker, cuci tangan, serta sebelum masuk pintu
gereja umat wajib diukur suhu tubuhnya.

Tidak kalah penting, Mgr. Turang secara khusus meminta kepada para pastor agar
memimpin ibadah dengan khotbah harus singkat dan tertulis. Misa tanpa nyanyian
dan pengumuman agar memperhatikan waktu yang disediakan. Para pastor yang
memiliki kebiasaan berkhotbah panjang, hendaknya memperhatikan situasi ini.

“Hal ini bukan berarti membatasi kreativitas pastor, tetapi ada situasi khusus
sehingga pastor perlu berkhotbah singkat agar umat tidak berlama-lama di dalam
gereja. Sebab bisa jadi situasi demikian memberi dampak buruk yaitu penularan
virus Corona,” harap Mgr. Turang.

Renungan

HIDUP BERDAMPINGAN DENGAN COVID-19

Gereja Menyambut New Normal

Istilah “New Normal” pertama kali digunakan oleh Roger McNamee pada tahun
2003. Istilah ini mengacu pada suatu periode waktu di mana manusia bermain
dengan aturan baru untuk jangka waktu yang cukup panjang. Istilah ini pada
mulanya merupakan istilah ekonomi yang mengacu pada kondisi keuangan setelah
krisis ekonomi dunia tahun 2007-2008. Ketika wabah Covid-19 melanda dunia,
istilah New Normal kembali digunakan untuk menegaskan perilaku manusia usai
pandemi karena wabah Covid-19 telah mengubah kehidupan sehari-hari bagi
banyak orang.

Setelah beberapa bulan dunia berupaya melumpuhkan penyebaran Covid-19


dengan physical distancing, lockdown, PSBB dan lain-lain, manusia menyadari bahwa
27

Covid-19 tidak dapat ditundukkan dengan begitu mudah sebelum ditemukan


vaksin atau obat yang tepat. Adapun vaksin baru dapat diperoleh melalui proses
panjang bertahun-tahun apalagi kondisi ini dipersulit dengan mutasi virus corona.
Di lain pihak, upaya lockdown atau PSBB menimbulkan dampak ekonomi yang luar
biasa. Maka, pemerintah-pemerintah di dunia menggaungkan “new normal”, di
mana manusia tetap menjalankan aktivitas secara normal sambil mengedepankan
protokol kesehatan guna mencegah penyebaran Covid-19, misalnya dengan
melaksanakan physical distancing, memakai masker, menghindari kerumunan, rajin
mencuci tangan dan sebagainya.

Pertanyaan yang muncul pada saat ini adalah bagaimana pelayanan pastoral di
gereja bisa disesuaikan dengan protokol new normal. Untuk itu ada baiknya kita
mengamati hal-hal yang terjadi dalam pelayanan pastoral selama berlakunya PSBB
di Jakarta.

Pertama, adalah kewajiban mengikuti perayaan ekaristi pada hari Minggu atau hari-
hari raya yang diwajibkan, yang merupakan perintah kedua dari lima Perintah
Gereja. Karena aturan PSBB kewajiban ini nampaknya bergeser dan umat hanya
dapat melaksanakan ibadah di rumah lewat live streaming. Kedua, dengan tidak
adanya perayaan ibadah di gereja, kolekte atau persembahan umat pun terhenti,
padahal seluruh pelayanan gereja mengandalkan persembahan dari umat. Ketiga,
cara penerimaan komuni hanya dimungkinkan dalam satu rupa dan komuni
diterima di atas tangan. Cara penerimaan komuni di atas lidah atau penerimaan
komuni dalam dua rupa nampaknya tidak sejalan dengan protokol kesehatan
Covid-19. Keempat, praktik rohani berupa ziarah juga tidak dapat dilaksanakan oleh
umat, karena aturan yang melarang kerumunan atau juga pembatasan moda
transportasi antar kota. Kelima, live streaming atau platform digital merupakan
sarana yang semakin luas digunakan dalam pelayanan pastoral: misa, rosario,
kursus dan pelayanan pastoral lainnya. Keenam, umat semakin bebas bergerak
lintas paroki bahkan lintas keuskupan, karena berbagai pelayanan dilaksanakan
online.

Sekarang, bagaimana gereja dapat menyesuaikan diri pada masa “new normal”?
Tentu saja, gereja harus belajar dari pengalaman-pengalaman yang terjadi pada
masa PSBB. Kata “gereja” dalam bahasa Yunani “ecclesia” berarti “kumpulan”. Jadi
dari makna kata gereja saja kita sudah dapat melihat derajat kesulitannya, karena
protokol kesehatan Covid-19 justru mewajibkan penghindaran kerumunan atau
perkumpulan raya. Andaikata benar berita yang beredar di media-media sosial
bahwa mulai tanggal 6 Juli 2020 tempat-tempat ibadah dapat kembali menerima
umat, apa yang perlu dipersiapkan oleh gereja?
28

Pertama, new normal adalah aktivitas manusia normal ditambah dengan protokol
kesehatan Covid-19. Jadi, gereja dan umat harus siaga menjaga kebersihan gereja
dan umat dari kemungkinan terpapar Covid-19 misalnya pengecekan suhu tubuh
umat yang masuk gereja, penyediaan cairan antiseptik, pembersihan gereja, toilet
dan ruang-ruang lain dengan desinfektan. Jangan dilupakan juga, ketegasan
petugas tata tertib untuk menolak umat yang menunjukkan gejala demam atau flu
dan dengan sabar mengarahkan mereka agar melaksanakan ibadah di rumah atau
secara online. Jangan sekali-kali mengabaikan kewajiban melaksanakan protokol
kesehatan.

Kedua, dengan adanya kewajiban physical distancing, kapasitas gereja akan


berkurang sampai separuh atau bahkan lebih. Belum lagi ditambah secara psikologis
mungkin banyak umat juga belum siap untuk melaksanakan ibadah di gereja
beserta umat lain. Maka, selama new normal misa live streaming tetap harus menjadi
alternatif. Ketiga, kolekte umat pun akan berkurang sejalan dengan penurunan
jumlah umat yang beribadah di gereja. Maka, harus diupayakan penggalangan dana
lain dalam bentuk donasi lain. Juga, setiap seksi atau komunitas kategorial perlu
berhemat menggunakan anggaran supaya anggaran paroki tidak mengalami defisit
yang berlebihan.

Keempat, penerimaan komuni hanya dilayani satu rupa dan diterima umat di atas
tangan. Praktik menerima komuni dalam dua rupa misalnya pada saat pembaptisan,
penerimaan komuni pertama, dan perkawinan harus dipertimbangkan matang-
matang sambil menunggu arahan dari keuskupan. Kelima, live streaming tetap
menjadi andalan dalam pelaksanaan pelayanan pastoral dan harus dimanfaatkan
seoptimal mungkin. Seluruh kegiatan lingkungan, wilayah, seksi dan komunitas
kategorial sedapat mungkin tetap dilaksanakan, dengan metode online bilamana
dimungkinkan.

Keenam, ziarah rohani pun dapat dilaksanakan secara online. Ibadah jalan salib
dapat dilaksanakan bersama-sama dari rumah masing-masing. Saat ini juga
merupakan kesempatan untuk “melahirkan kembali” praktik-praktik rohani seperti
latihan spiritual Ignasius Loyola dan devosi-devosi lainnya. Praktik-praktik rohani
ini merupakan mata rantai yang dapat mempertahankan komunikasi antar umat.
Terakhir, pengurus gereja harus rajin menyapa umat supaya rasa cinta lingkungan,
cinta wilayah dan cinta paroki tetap dapat dijaga kehangatannya.

Sebagai penutup, kita akan belajar dari sejarah Gereja menghadapi wabah pada
abad-abad pertama. Wabah Antonine merebak pada abad kedua (165M) dan
menewaskan kurang lebih lima juta orang di kekaisaran Romawi. Seabad kemudian,
muncul wabah Siprianus (250M) yang juga tidak kalah mematikan. Apa dampaknya
29

bagi komunitas Kristiani yang masih merupakan minoritas pada masa-masa itu?
Seorang sosiolog Rodney Stark mengarang sebuah buku yang berjudul “The Rise of
Christianity”. Dia justru mencatat bahwa kedua wabah ini berhasil menambah
jumlah umat Kristiani. Hal ini disebabkan oleh tiga alasan. Pertama, umat Kristen
berada di garda depan mendampingi orang-orang yang terdampak wabah tanpa
memedulikan agamanya. Kedua, secara spiritual umat Kristiani menyadarkan umat
non Kristiani bahwa wabah bukanlah murka dewa-dewi, melainkan peringatan
Allah agar manusia bertobat. Maka, banyak orang-orang non Kristiani bertobat dan
memeluk agama Kristen. Ketiga, secara proporsional umat Kristen lebih tahan
terhadap penyakit karena mereka lebih dapat menjaga sanitasi dan higienis. Hal ini
dibuktikan dengan kenyataan bahwa tingkat kematian di kota-kota yang memiliki
komunitas Kristiani lebih rendah dibandingkan dengan kota-kota lainnya.

Dengan demikian, tepatlah apa yang dikatakan oleh Yesus dalam Luk 21:13, “Hal ini
menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi”. Pernyataan ini disampaikan oleh
Yesus ketika murid-murid-Nya bertanya tentang kapan akan tiba dan apa tanda-
tanda akhir zaman. Yesus mengajarkan bahwa apabila dunia sedang gonjang-
ganjing karena berbagai pemberitaan tentang akhir zaman, murid-murid Yesus
harus tetap tenang dan waspada serta tetap bersaksi. Minggu depan adalah hari
raya Pentakosta, dan kita ingat akan perkataan Yesus sesaat sebelum Dia naik ke
surga, “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu,
dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria
dan sampai ke ujung bumi” (Kis 1:8). Kita berharap bahwa PSBB yang konon akan
diakhiri pada tanggal 4 Juni 2020 akan menjadi Pentakosta Baru untuk umat
Kristiani, terutama umat Paroki Sunter untuk menjadi saksi-saksi Kristus di tengah
fase “New Normal”. Tuhan memberkati kita semua!

-------------------------------

Makna “Berdamai Dengan Covid-19”

Narasi ‘berdamai dengan covid-19’ muncul ke publik setelah Presiden Republik


Indonesia, Joko Widodo, pada 7 Mei 2020 mengajak masyarakat Indonesia untuk
berdamai dengan korona. Beragam tanggapan dan tafsiran muncul terhadap
pernyataan tersebut. Pernyataan ini menarik dan mengandung makna. Karangan
bebas ini menawarkan sebuah penafsiran juga.

Berdamai dengan Banyak Hal.


30

Pertama-tama harus disadari bahwa manusia memang perlu berdamai dengan


banyak hal: dengan diri sendiri, dengan sejarah masa lalu, dengan trauma dan luka,
serta hal lain yang membawa kesulitan dan penderitaan, seperti covid-19 – bahkan
dengan maut. Takut dan panik tak disangkal. Tapi itu bukan sikap sejati manusia.

Terhadap realitas negatif manusia juga tidak bisa tinggal di tahap penolakan (denial)
saja. Dalam situasi sulit, pertanyaan mengapa terjadi cenderung berujung kebuntuan.
Sebaliknya pertanyaan bagaimana harus bersikap membuka wawasan: di sini lah
dinamika hidup menemukan tempatnya; di sini lah apa yang disebut new normal itu
dijumpai. Solusi instan adalah reaksi insting, bukan proses kerja nalar.

Makna ‘Berdamai’.

Sebagai bagian dari hidup, ‘berdamai’ tidak berarti diam saja atau apatis terhadap
hal-hal negatif. Bukan. Menafsirkan berdamai sebagai pasrah jelas tidak benar,
dangkal. Berdamai bukan juga berarti membenarkan bahwa virus itu memang lebih
kuat sehingga kita pasti kalah. Virus bukan manusia, ia tak memiliki finalitas.
Manusia, makhluk berakal budi lah yang memiliki visi terbuka ke depan. Virus tak
paham tentang makna harapan dalam krisis. Jadi new normal itu ada dalam kendali
manusia.

Berdamai dengan sesuatu yang negatif berarti: saya terima bahwa hal itu ada dan
berdampak, maka saya waspada agar tidak terseret dampak buruknya. Saya lah
penentu keputusan di hadapan kemungkinan buruk itu. Dalam konteks ini teori
Evolusi benar: kemampuan beradaptasi menjadi faktor penentu ketahanan ras
makhluk hidup.

Dalam cara pandang itu, berdamai terkait erat dengan kebajikan dalam diri
manusia: Semakin diasah kebajikan itu ia semakin efektif mengantar manusia
menjadi pencinta kebijaksanaan (philosophia). Orang yang tidak mampu belajar
berdamai dalam pengalaman pahit, terkurung dalam cara pandang negatif, sulit
menemukan titik terang masa depan. Orang seperti itu ter-lockdown dalam arti
eksistensial. Ia hidup di ranah panik dan penolakan.

Banyak Virus Selain Covid-19.

Hemat saya prinsip berdamai dengan penyakit adalah narasi keseharian, sebab yang
menyerang tubuh bukan hanya virus korona. Kita masih perlu berdamai dengan
HIV, DB, malaria, TBC, dan sebagainya. Sangat mungkin pada saatnya, berkata
‘saya sakit corona’ menjadi se-ringan ‘saya flu’, ‘saya DB’, atau ‘terserang malaria’.

Ketika HIV baru dikenal, orang takut membicarakannya dan panik mencari obat.
Sampai sekarang harus diterima kenyataan bahwa belum ada obat HIV. Maka orang
31

yang mengidap sakit ini dianjurkan untuk merawat pola hidup sehat, menggunakan
vaksin secara teratur, dan menjaga daya tahan tubuh, agar tidak menjadi rentan
terhadap penyakit lain.

Perlu Habitus Baru.

Ketika untuk pertama kali diumumkan kasus korona di Indonesia pada 2 Maret
2020 lalu, tanda-tanda kepanikan tampak jelas. Terjadi panic buying. Banyak orang
menimbun sembako, obat-obatan dan masker. Sekarang kita dihimbau untuk mulai
meninggalkan tahap panik dan belajar berdamai, yang berarti siap menerima
kenyataan bahwa virus kejam itu dapat menyerang siapa saja, entah bagaimana,
entah kapan.

Dan jika benar bahwa penemuan vaksin atau pun obat korona masih membutuhkan
waktu, entah sampai kapan, maka ajakan ‘berdamai dengan covid-19’ bukan kata-
kata kosong. Berdamai dengan covid-19 berarti hidup dengan habitus baru:
menghargai alam, solider dengan sesama, membentuk pola hidup sehat,
mengenakan masker, menjaga jarak, menjaga kebersihan, menghindari kerumunan
orang, serta petunjuk lain yang bermanfaat.

Sembuh-Sehat-Selamat.

Sembuh-nya seorang dari sakit mengandaikan dua proses: medis dan spiritual.
Sembuh secara medis terjadi karena obat bekerja efektif, sehingga penyakit atau
virus yang menggerogoti tubuh pasien kalah, atau akhirnya musnah. Idealnya
begitu, bahwa untuk setiap penyakit atau virus, ada obat mujarab. Apakah selalu
begitu?

Para ilmuwan memerlukan proses panjang untuk menemukan obat, itu pun tidak
selalu berhasil. Vaksin untuk sebuah virus bukan obat yang dapat menyembuhkan,
tetapi untuk melumpuhkan keganasan virus. Apalagi jika suatu virus itu
berkembang dan menjadi lebih kuat. Dalam konteks ini, sembuh secara medis bukan
satu-satunya jaminan hidup sehat.

Nah, untuk itu pengandaian kedua, yang saya sebut ‘spiritual’ itu penting. Sembuh
secara fisik harus diikuti dengan perubahan cara hidup. Sering kali orang yang
merasa telah sembuh secara fisik tidak taat pada anjuran dokter: mengulang pola
hidup tak sehat. Sembuh karena mengkonsumsi obat itu awal; yang masih panjang
ialah berdamai dengan pola hidup.

Dalam Kitab Suci orang Kristen, terdapat perbedaan antara sembuh dan selamat.
Ketika Yesus melakukan mukjizat penyembuhan orang sakit, Ia menegaskan pula
bahwa orang yang sembuh itu telah diselamatkan. Artinya kesembuhan secara fisik
32

itu diperlukan, tetapi bukan tujuan akhir. Kesembuhan fisik sebaiknya dimaknai
sebagai tanda untuk mengubah cara hidup orang demi keselamatan jiwa. Proses
kedua ini disebut juga pertobatan. Dalam tradisi Kristen, salah satu unsur pertobatan
ialah berdamai dengan diri dan lingkungan.

Motif Kemanusiaan.

Entah kapan obat efektif untuk korona ditemukan. Sementara itu dunia merasa
perlu kembali aktif. Lockdown bukan pilihan ideal. Life must go on! Maka
pernyataan ‘berdamai dengan covid-19’ perlu dimaknai dengan baik dan benar.

Tujuan ‘berdamai’ bukan hanya untuk kepentingan politik dan ekonomi, tetapi
untuk kemanusiaan, untuk hidup semua warga masyarakat. Berdamai dengan
korona berarti sadar bahwa ada ancaman virus, tetapi itu dapat dihadapi, yaitu
dengan mengubah cara hidup kita; jadi orang beraktivitas normal, namun dengan
taat pada petunjuk terpercaya dan anjuran medis, agar virus tidak menyerang atau
menyebar kepada semakin banyak orang.

Implementasi Anjuran Berdamai.

Narasi ‘berdamai dengan covid-19’ tentu harus diterjemahkan secara konkret.


Berdamai sebagai sebagai pribadi berarti menjaga kesehatan, kebersihan, konsumsi
makanan sehat, menghindari rokok dan alkohol, dan taat pada petunjuk menjaga
jarak. Kesehatan-ku terkait erat kesehatan-mu. Itu lah solidaritas.

Berdamai sebagai anggota keluarga berarti memerhatikan orangtua atau anggota


keluarga yang menderita sakit akut: Mereka perlu dilindungi karena rentan
terserang virus. Korona menyadarkan tentang pentingnya perhatian pada mereka
yang lemah dan lanjut usia.

Berdamai sebagai umat beragama ditunjukkan misalnya waktu merayakan Misa di


gereja. Wabah korona menjadi anjuran bahwa saya harus tiba di gereja sebelum
Misa di mulai, karena ada protokol yang harus diindahkan; perlu menjaga jarak,
karena gereja itu tempat hening, bukan untuk mengobrol. Dalam hal ini peran para
agen pastoral menjadi penting.

Berdamai dalam dunia kerja: Korona menegaskan bahwa ekonomi tak terpisah dari
kesehatan. Kesehatan dan keselamatan seseorang menentukan roda ekonomi. Jika
saya adalah pemilik perusahaan, saya perlu memikirkan protokol dan kebijakan
untuk memberi perlindungan maksimal bagi para tenaga kerja. Dan masih banyak
contoh lain.

Makhluk Relasional.
33

Akhirnya perlu direfleksikan bahwa manusia makhluk terbatas: Ia mampu memilih,


namun ia bukan penentu segala sesuatu, sebab ia makhluk fana. Finalitas pilihan
manusia melampaui dirinya. Ia memang harus bersikap, tetapi sikapnya tidak
mutlak. Sebab itu ia perlu berdamai dengan diri agar mampu menerima realitas
dunia sekitar. Anjuran ‘berdamai dengan covid-19’ ternyata bermakna bagi banyak
segi kehidupan kita.

TETAP BERJUANG DI MASA NEW NORMAL

Bacaan : Ibrani 12: 1-3

Nasehat penulis surat Ibrani kepada jemaat saat itu, dapat menjadi dorongan dan
undangan yang sama bagi kita untuk bertekun dan tidak menyerah masuk di masa
'New Normal' ini.

Pertama, Marilah kita terus berlari….dengan ketekunan atau ketahanan !! (12:1)

Kata berlomba yang dimaksudkan di ayat ini, artinya terus berlari sampai selesai,
tidak berhenti atau mundur. Tujuan kita adalah menjadi serupa dengan Kristus, dan
diperlukan ketekunan dalam menjalaninya. Caranya adalah dengan menanggalkan
setiap beban dan dosa, meninggalkan kehidupan yang 'lama' yang dipenuhi dengan
dosa; dan melihat kepada Kristus yang memulai dan menyempurnakan iman kita.
Yesus sudah lebih dahulu melewati rute perjalanan iman ini dengan segala
kesengsaraan dan berhasil menyelesaikannya.

Sebagai penghiburan, kita tidak sedang berlari sendirian, melainkan bersama


dengan orang percaya lainnya dan mendapatkan sorakan semangat iman dari
pahlawan iman, malaikat bahkan Allah sendiri dari sorga. (12:1)

Kedua, Ingatlah selalu akan Dia, yakni Kristus. (12:3)


34

Yesus sudah tekun menanggung segala permusuhan, penderitaan, dan ini membuat
kita untuk tidak menjadi lemah dan putus asa.

Kehidupan Kekristenan hanya bisa mungkin dijalani karena penyediaan TUHAN di


dalam Yesus Kristus. Itu sebabnya kita harus menujukan mata kita pada Kristus.
Mengijinkan pikiran kita dikuasai oleh perkataan dan pekerjaan Kristus di dalam
kita.

Dalam perlombaan, kita dipanggil untuk sebuah gaya hidup yang rajin, disiplin
tinggi dalam mentaati aturan main, seperti Kristus saat melakukannya.

Keadaan 'New Normal' menuntut ketaatan terhadap protokol kesehatan dan


keselamatan lebih tinggi dari biasanya. Diperlukan ketaatan yang sepenuhnya dari
kita, agar kita juga bisa berperan aktif untuk membantu mengurangi penyebaran
virus covid 19 ini, sekaligus menjadi cara kita memberikan teladan yang baik kepada
masyarakat di sekeliling kita, atau dengan kata lain kita menjadi terang dan garam
bagi masyarakat sekitar kita.

RESPON PADA SITUASI HIDUP

Hab 3:17 Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon
zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan,
kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, :18
namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang
menyelamatkan aku.
:19 ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan
aku berjejak di bukit-bukitku.

Dalam hidup sehari-hari, kita selalu berhadapan dengan berbagai hal di lingkungan
keluarga, pekerjaan, tetangga, bahkan di Gereja dimana kita ada. Tidak semua yang
kita harapkan terjadi. Setulus apapun motivasi kita, selalu ada hal yang bisa
memukul, menimpa, menggeser, atau menyusahkan kita.

Ada pula saat dimana apa yang kita tabur tidak tumbuh, apa yang kita panen
ternyata busuk, dan apa yang kita tanam menghasilkan kekecewaan. Dalam hidup
materi, kondisi seperti kini membuat orang mengalami rasa tertekan karena masalah
bertubi-tubi dan terus tak berkeputusan. Dari soal kesehatan, penghasilan, suasana
di rumah, ketidak-pastian masa depan, dan hasil nyata yang nihil.
35

Wajar bagi kita untuk kecewa pada diri sendiri, rekan, atasan, atau bawahan. Wajar
untuk kita kecewa pada orang-orang yang kita harapkan membantu atau menolong
kita. Semua harapan sering pupus.

Habakuk mengalami semua itu. Namun, walaupun dalam realitas kasat mata,
banyak yang hilang, banyak yang tidak ia dapati, dan banyak yang pupus, satu yang
tidak ia biarkan pupus adalah pengendalian atas responnya. Ia tidak membiarkan
keadaan menentukan respon dirinya.

Koq, bisa? Fokusnya tidak hanya pada keadaan atau pada perasaannya. Fokusnya
pada kekuatan dan kasih Tuhan.

Fokusnya pada tindakan Tuhan bagi-nya, yaitu keselamatan yang Tuhan berikan..

Responnya jadi beda dari banyak orang: ia bersukacita justru di tengah kondisi yang
tidak memberikan apa yang manusia normal harapkan..

Pertanyaan Renungan:

1. Apakah yang Anda alami kuasa Tuhan yang luar biasa dalam tiga bulan ini?
2. Apakah ada hal-hal yang membuat Anda bersukaria?
3. Maukah hari ini Anda menolong orang yang tertekan dan mengeluh agar
mengenali kekuatan dan tindakan Allah baginya?

https://www.youtube.com/watch?v=ruKDCzxr86U
https://www.youtube.com/channel/UCUswKKeNS8__-vo__iuSjhg >> Channel
LAI

Anda mungkin juga menyukai