Anda di halaman 1dari 3

Nats : Wahyu 3:14-22

Tema : Kesuaman Rohani.

Ada tiga Level 3 level Temperatur/Suhu kekristenan:


1. Level Panas
Level ini akan mempunyai api dan titik didih dari Tuhan. Mempunyai semangat
dan api dari Tuhan sendiri untuk memasuki kegerakanNya, ada Gelora Cinta dari
Tuhan sendiri.

2. Level Dingin:
kata dingin mempunyai arti menggigil seperti dipegunungan.
Level ini terjadi dimana kita tidak berbuat apa-apa karena dalam keadaan berada
dalam keadaan kedinginan dan mengigil.

3. Level Suam
Level dimana antara panas dan dingin, sudah menjadi basi, proses
pembusukan mulai terjadi, mulai ada rasa kecewa, pahit. Level Suam ini
sepertinya kita stagnan, mandeg, dan berjalan di tempat.

Sangat penting bagi kita utuk terus mengontrol level atau temperatur
kehidupan kekristean kita, supaya kita bisa melakukan penanganan yang baik jika
menghadapi kondisi kesuaman rohani.
Tiap tahun di Australia, ratusan orang terkena penyakit pneumonia (radang
paru-paru) gara-gara infeksi bakteri legionella yang sering ditemukan berkembang
biak dalam air stagnan yang suam-suam kuku. Mereka yang fisiknya lemah bisa
tewas karena penyakit ini. Karena itu, pemerintah menganjurkan agar air panas
dari keran mempunyai temperatur setidaknya 60 derajat Celcius untuk
mematikan bakteria yang mungkin berkembang biak disitu. Air keran yang suam-
suam kuku sebaiknya tidak diminum tetapi air yang dingin boleh diminum
langsung dari keran.
Ayat Alkitab yang menyebutkan soal air dingin, air panas dan air suam-
suam kuku hanyalah ada dalam kitab Wahyu. Sungguh mengherankan bahwa
pada saat kitab itu ditulis, Tuhan memperingatkan jemaat Kristen di Laodikia
tentang kemiripan hidup mereka dengan air yang suam-suam kuku, yang tidak
enak untuk diminum. Air yang tidak bisa menyegarkan atau menghangatkan
tubuh, dan hanya bisa membawa rasa mual kepada orang yang meminumnya. Air
serupa pada zaman ini diketahui sebagai air yang mungkin mengandung bakteria
yang bisa mengganggu kesehatan dan bahkan menyebabkan kematian.
Mengapa Tuhan menegur jemaat di Laodikia secara tajam seperti itu?
Apakah kekurangan mereka? Jemaat di Laodikia sebenarnya jemaat yang tidak
berkekurangan dari segi materi. Mereka adalah orang-orang yang sukses (Wahyu
3: 17). Tetapi, dalam kekayaan dan kesuksesan mereka, jemaat ini belum berhasil
untuk hidup benar. Hidup iman mereka mengalami stagnasi. Bagai sebuah barang,
mereka hanya tampak indah dari bungkusnya, tetapi busuk isinya!
Di zaman modern ini orang Kristen yang pasif, stagnan dan suam-suam
kuku mungkin jauh lebih banyak persentasenya jika dibandingkan dengan zaman
dulu. Apalagi, dengan kemajuan ekonomi sebuah bangsa atau kemakmuran
manusia, kenyamanan materi mungkin lebih disukai daripada pertumbuhan
rohani. Banyak orang Kristen yang lebih tertarik pada soal memperoleh berkat
Tuhan daripada berusaha hidup menurut perintahNya. Mereka itu tidak
menyadari bahwa orang yang benar-benar beriman tidak hanya sekedar ikut-
ikutan tetapi harus giat memuliakan nama Tuhan.
Jika kita ingin menjadi kristen yang panas maka kita harus seperti air yang
mendidih diatas 70 derajat celcius. Kuman masih hidup pada suhu kurang dari 70
derajat celcius. Iblis tidak mudah menyentuh orang yang memiliki suhu rohani
yang tinggi.

kita harus meneliti hidup kita. Apakah kita orang yang mengaku Kristen
hanya karena pergi ke gereja atau pernah mendengar kisah tentang Yesus?
Ataukah kita adalah orang yang benar-benar mau mempelajari firmanNya,
menjalankan perintahNya, dan mengenal Kristus secara pribadi? Hanya kita yang
bisa menjawabnya jika kita mendengar suara ketukanTuhan dalam hati kita.
“Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang
mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya
dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.”
Wahyu 3: 20

Campuran antara panas dan dingin menghasilkan sesuatu yang hangat,


yakni tidak panas juga tidak dingin. Sebagaimana dikatakan dengan jelas dalam
perikop pembacaan kita, suam-suam kuku adalah keadaan yang tidak dapat
diterima di mata Tuhan. Orang yang suam-suam kuku tidak bersemangat bagi
Tuhan. Hatinya tidak dibakar oleh kasih kepada-Nya.
Orang yang mengikut Yesus Kristus harus menyangkal dirinya sendiri, dan
ini bukan sesuatu yang statis. Bukan sesuatu yang karena kita melakukannya
kemarin, maka pasti akan kita lakukan juga pada hari ini. Sekalipun kita mungkin
telah mengakui Yesus sebagai Tuhan, dan mungkin pernah BERSUNGGUH-
SUNGGUH menjadikan Dia Tuhan atau Tuan kita, tetapi itu haruslah menjadi
sesuatu yang kita putuskan setiap hari, setiap saat. Yesus Kristus tidak ingin kita
menjadi orang-orang yang hanya mengakui Dia di masa lalu, tetapi Ia ingin agar
kita menjadi orang-orang yang MENGHIDUPI pengakuan kita itu secara terus
menerus. Kontrol terus temperatus kekristenan kita agar terus panas dan
berkobar-kobar dalam melayani Tuhan. amin

Anda mungkin juga menyukai