Anda di halaman 1dari 6

TUGAS GOTONG ROYONG

Nama Anggota:
1. Ni Putu Rayya Pradnyanari Bayupati (34/XI.6)
2. I Putu Bayu Sunantara Ryohei (13/XI.6)
3. I Putu Bagus Neka Pradnyadinata (12/XI.6)
4. I Made Adhitya Widyasta Budiana (9/XI.6)
5. Putu Gede Reinanta Widiarsana (37/XI.6)
6. Ni Wayan Kesari Manik Mas (35/XI.6)

Istilah Lain Gotong Royong

1. Botobo (Riau)

Di Riau ada istilah botobo yang merupakan sebutan gotong royong saat menggarap
ladang atau sawah.

2. Sambatan (Surakarta & Yogyakarta) Ada juga istilah sambatan yang merupakan
istilah gotong royong yang berasal dari wilayah Surakarta dan Yogyakarta. Biasanya
samatan dilakukan untuk membantu sesama dalam berbagai kegiatan, seperti saat ada
musibah.
3. Masohi (Maluku)

Masohi adalah istilah dari wilayah Maluku untuk menyebut kegiatan gotong royong
yang biasa dilakukan untuk kepentingan banyak orang.

4. Liliuran (Sukabumi, Jawa Barat)

Di wilayah Sukabumi, Jawa Barat ada istilah liliuran yang merupakan istilah gotong
royong dan biasa dilakukan saat menyelenggarakan acara besar, seperti pembangunan
rumah atau yang lainnya.

5. Mapalus (Minahasa)

Dareah Minahasa menggunakan istilah Mapalus untuk menyebut kegiatan gotong


royong saat menolong antar warga.

6. Alang Tulung (Aceh)


Alang tulung adalah istilah untuk menyebut kegiatan gotong royong di wilayah Aceh
yang biasa dilakukan saat kegiatan berkebun.

7. Ammosi (Sulawesi Selatan)

Di wilayah Sulawesi Selatan teman-teman akan lebih sering mendengar istilah


ammosi untuk menyebut gotong royong. Namun bedanya, ammosi dilakukan secara
sakral dan penuh dengan nilai kebudayaan.

8. Ngacau Gelamai (Bengkulu)

Di Bengkulu, teman-teman akan mengenal istilah ngacau gelamai yang merupakan


sebutan untuk gotong royong saat akan membuat kudapan gelemai.

9. Gemohing (NTT)

Gemohing adalah istilah gotong royong yang berasal dari Nusa Tenggara Timur
(NTT). Biasanya gemohing dilakukan secara sukarela dalam beragam kegiatan,
seperti membangun rumah.

10. Sidapari (Tapanuli Utara, Sumatera Utara)

Sidapari merupakan istilah gotong royong di Tapanuli Utara, Sumatera Selatan.


Sidapari adalah gotong royong yang dilakukan beberapa orang secara serentak (rimpa
atau rumpa) di ladang masing-masing secara bergiliran.

11. Nyambung-nyambungan (Baduy, Banten)

Nyambung-nyambungan merupakan istilah gotong royong di Baduy, Banten.

Nyambungan yakni kebiasaan masyarakat Baduy mengirim atau menyumbang


sesuatu kepada warga yang sedang menyelenggarakan hajatan atau pesta dengan
sistem timbal balik (resiprositas)

12. Barifola (Ternate, Maluku Utara)

Barifola merupakan suatu istilah dalam Bahasa Tidore, yang terdiri dari dua kata yaitu
Bari dan Fola. Bari artinya gotong royong, dan Fola artinya rumah. Barifola adalah
bergotong royong membangun rumah. Membangun rumah di sini adalah rumah
masyarakat yang akan di bangun yang dimulai dari mempersiapkan bahan-bahan
material hingga proses membantu membangun rumah bersama-sama dengan anggota
masyarakat lainnya

13. Paleo (Nunukan, Kalimantan Utara)

Paleo adalah salah satu bentuk gotong royong berupa kegiatan saling membantu untuk
membersihkan sawah sebelum ditanami dan pada saat menanam padi. Bentuk gotong
royong berupa kegiatan saling membantu untuk membersihkan sawah sebelum
ditanami padi dan pada saat menanam padi. Paleo merupaka saah satu bentuk gotong
royong yang berasal dari Kalimantan Utara

14. Marsiadapari (Batak)

Marsiadapari adalah gotong royong yang dilakukan beberapa orang secara serentak
(rimpa atau rumpa) di ladang masing-masing secara bergiliran, agar pekerjaan yang
berat dipikul bersama hingga meringankan beban kumpulan.

15. Grebuhan (Gunung Kidul, DI Yogyakarta)

Adalah budaya gotong-royong yang dilakukan untuk kepentingan bersama seperti


membangun jalan, membangun masjid/mushola, dll.

16. Nugal (Kalimantan Barat)

Nugal adalah tradisi membuka lahan untuk menanam padi ladang kering yang
menjadi kebiasaan Suku Dayak. Nugal dilakukan pada saat pemilik lahan sudah
membuka lahannya untuk berladang.

17. Helem Foi Kenambai Umbai (Papua)


18. Tradisi Huyula (Gorontalo)

Gotong-royong atau huyula dalam kegiatan sosial membangun rumah telah ada sejak
manusia mulai hidup menetap di dataran Gorontalo. Setiap keluarga atau masyarakat
yang hendak membangun rumah meminta bantuan atau minta tolong (motiayo)
kepada tetangga, saudara, atau kerabatnya. Bentuk kegiatan huyula ini bertujuan
untuk meringankan beban pemilik rumah. Diutamakan mereka yang baru berumah
tangga atau yang belum memiliki rumah sendiri. Ketentuan-ketentuan para peserta
yang ikut dalam pengumpulan bahan bangunan rumah memberikan bahan sesuai yang
disepakati bersama.Pemilik yang minta bantuan motiayo dari para kerabat dan
tetatangganya (tihedu) untuk membangun rumah wajib memberikan makanan kepada
mereka yang datang membantu, baik dalam bentuk membalas jasa maupun mereka
yang datang dengan sukarela (mohubode). Demikian pula sebaliknya yang sudah
dibantu wajib mengembalikan apa yang disepakati dan membantu juga secara suka
rela bagi yang membutuhkan bantuan. Mereka yang sudah pernah dibantu dan tidak
membalas akan mendapat sanksi cemoohan masyarakat dan tidak diikutsertakan
dalam kegiatan huyula yang lain.

19. Tradisi Nganggung dari Kabupaten Bangka

Tradisi yang masih melekat dalam ranah tanah Bangka adalah nganggung, yaitu
sebuah kegiatan membawa dulang berisi makanan ke mesjid atau langgar. Nganggung
merupakan rangkaian kegiatan yang mencerminkan nilai-nilai kebersamaan, saling
membantu antarwarga dalam suatu desa atau kampung. Nganggung dilakukan untuk
menyambut datangnya hari besar keagamaan, menghormati orang yang meninggal
dunia, atau menyambut kedatangan tamu besar, seperti gubernur atau bupati. Terlepas
dari apa kepentingan tamu ini, bagi warga, tamu tetap harus disambut, dijunjung
tinggi, dan dilayani dengan sebaik-baiknya. Cara atau bentuk pelayanan itu adalah
memberikan makanan ''secukupnya'' yang artinya memberikan makanan
''sekenyang-kenyangnya'' kepada sang tamu.

20. Tradisi Rambu Solo di Toraja

Tradisi Rambu Solo di Toraja adalah tradisi upacara pemakaman yang terkenal.
Tradisi ini dilambangkan sebagai kesempurnaan kematian seseorang agar bisa pergi
dengan tenang dan bahagia. Untuk satu kali upacara, pihak keluarga yang
ditinggalkan harus menyediakan hewan kurban berupa kerbau dan babi. Proses
upacara pemakaman ini tentulah memerlukan banyak orang, sehingga kegiatan gotong
royong oleh masyarakat setempat dilakukan.

Cerita lainnya, tradisi ini digadang-gadang menjadi upacara pemakaman yang paling
mahal di dunia. Upacara pemakaman yang berlangsung sampai tujuh hari ini
diperkirakan memakan biaya ratusan juta hingga miliaran rupiah per satu kali acara
adat. Bahkan membutuhkan tenaga ratusan orang.
21. Tradisi Beganjal dari Kepulauan Riau

Tradisi beganjal terdapat di daerah Kepulauan Riau yang mayoritas masyarakatnya


adalah suku Melayu. Tradisi gotong royong ini dilakukan menjelang pelaksanaan
hajatan, seperti pesta perkawinan di Kabupaten Lingga, Provinsi Kepri. Dalam tradisi
beganjal, masyarakat kompak bersama-sama mempersiapkan keperluan sebelum
pesta perkawinan.

Sebagai contoh seperti membuat bangsal atau pondok tempat memasak, mencari kayu
api, mempersiapkan alat pecah belah. Selain itu, juga menyiapkan bumbu masakan,
termasuk menyiapkan daging untuk dimasak, termasuk memasak nasi dan lauk.

Dalam tradisi beganjal, masyarakat yang datang membantu tidak mendapat upah.
Pemilik hajatan hanya menyiapkan makanan dan minuman bagi mereka yang bekerja.
Dalam traidisi beganjal, laki laki dan perempuan boleh ikut serta. Semakin ramai
masyarakat yang datang membantu, pemilik hajatan akan makin senang.

Manfaat tradisi beganjal ini selain untuk bantu membantu juga untuk mengetahui
bagaimana pergaulan yang punya hajat di masyarakat. Jika ada banyak warga ramai
datang membantu, itu artinya pemilik hajatan menjalin hubungan dan pergaulan yang
bagus dengan para tetangga dan warga sekitar. Sebaliknya, kalau warga enggan
datang, berarti pemilik hajatan selama ini tidak pandai bergaul. Atau bisa juga karena
pihak tersebut jarang ke tempat hajatan orang lain.

Nilai yang bisa diambil dalam tradisi beganjal adalah nilai gotong royong atau
kebersamaan. Tradisi ini tentunya, masih terus dilestarikan oleh orang Melayu di
Kepulauan Riau.

22. Tradisi Marakka' Bola dari Sulawesi Selatan

Marakka’ bola, tradisi ini adalah yang paling unik, merupakan tradisi gotong royong
memindahkan rumah pada Masyarakat Bugis Barru, Sulawesi Selatan. Tradisi gotong
royong di tengah masyarakat Desa Lalabata, Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten
Barru tersebut ini masih kerap dilakukan dan diturunkan kepada generasi selanjutnya
hingga sekarang.
Tradisi marakka’ bola yang dikenal juga sebagai tradisi mappalette. Warga yang
hendak memindahkan rumahnya akan dibantu oleh warga sekitar dengan sukarela.
Bobot rumah yang dipindahkan tentu saja tidak ringan, bisa puluhan ton. Jarak rumah
yang dipindahkan ke lokasi baru juga biasanya tidak dekat.

Kegiatan gotong royong memindahkan rumah yang begitu besar ini kerap dinilai tidak
masuk akal sehat karena para warga benar-benar hanya menggunakan tenaga manusia.
Namun, semangat gotong royong membuktikan bahwa hal yang mustahil dapat
dilakukan.

Untuk memudahkan proses mengangkat rumah awalnya, bambu-bambu diikat di


masing-masing tiang rumah. Ini nantinya berfungsi sebagai alat bantu mengangkat
rumah. Bambu tersebut dipanggul bersama-sama untuk mempermudah pengangkatan
rumah menuju lokasi yang baru.

Tradisi marakka' bola akan menciptakan suasana yang riuh dan ramai. Pasalnya,
ratusan orang akan ikut mengangkat rumah. Setiap ada pengumuman di masjid
tentang seseorang yang akan memindahkan rumahnya, secara spontan masyarakat
akan datang beramai-ramai. Setelah rumah selesai dipindahkan atau di tempat baru,
kegiatan dilanjutkan dengan acara syukuran atau yang dikenal masyarakat Bugis
dengan acara Baca Barazanji.

Tujuannya agar rumah yang baru saja dipindahkan terhindar dari bencana dan
malapetaka. Di akhir acara akan ada acara makan bersama sebagai bentuk ikatan
silaturahmi yang erat antara warga. Usai mengangkat rumah warga menyantap
makanan yang disediakan pemilik rumah. Hal ini juga dianggap sebagai imbalan dan
ucapan terima kasih kepada seluruh warga yang rela meluangkan waktu untuk
membantu memindahkan rumah.

Ternyata tradisi gotong royong dari berbagai daerah di Indonesia ini juga punya
keunikannya sendiri, ya. Tradisi gotong royong ini tentunya bukan untuk
menyusahkan orang lain, namun dengan adanya tradisi ini membuat ikatan warga
setempat menjadi sangat erat, menumbuhkan rasa peduli, dan rasa tolong-menolong
antar satu sama lain.

Anda mungkin juga menyukai