Anda di halaman 1dari 7

Makalah

Tradisi Marakkabola dari Sulawesi Selatan

Di susun oleh :
 Dzakky Noufal Amka
 Fitri Rahmadhani
 Kayyisah Adzlin Mantika
 Nasywa Kamila Shafa
 Raden Roro Mutiara Aulia S.
 Wika Septiani

X.6
SMA YADIKA 13 TAMBUN UTARA
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR
kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang "Tradisi Gotong Puji
Royong Marakkabola Sulawesi Selatan".
syukur
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal
jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan
maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah
hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini.

Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi
untuk pembaca.
Daftar isi
Bab 1
Pendahuluan

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak sekali puilau, hingga saat ini
terhitung ada lebih dari 17.000 pulau . Karena itu Indonesia memiliki banyak sekali suku
diberbagai daerah, ada lebih dari 300 kelompok etnik atau lebih tepatnya 1340 suku bangsa di
tanah air. Banyaknya suku menyebabkan keberagaman budaya, adat istiadat, bahasa,
pengetahuan dan teknologi lokal, tradisi, kearifan lokal, dan seni. Keberagaman ini justru
memberikan identitas Indonesia menjadi negara yang kaya akan budaya, karena dinilai
mempunyai potret kebudayaan yang lengkap dan bervariasi.

Selain kebudayaan kelompok suku bangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari
berbagai kebudayaan daerah yang bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari
berbagai kebudayaan kelompok suku bangsa yang terdapat didaerah tersebut. Memiliki
jumlah penduduk lebih dari 200 juta yang tersebar diseluruh penjuru Indonesia, yang tinggal
didaerah yang beragam, mulai dari pegunungan, dataran rendah, hutan, pesisir, pedesaan,
hingga perkotaan.

Salah satu dari keberagaman budaya di Indonesia yang telah lama ada yaitu
kebudayaan suku Bugis. Suku Bugis merupakan salah satu suku yang masih mempertahankan
budaya dan adat istiadatnya di Indonesia. Dalam masyarakat Bugis, hubungan kekerabatan
merupakan aspek utama, baik dinilai penting oleh anggotanya maupun fungsinya sebagai
suatu struktur dasar dalam suatu tatanan masyarakat. Pengetahuan mendalam tentang prinsip
– prinsip kekerabatan sangat penting bagi orang Bugis untuk mempererat tali silaturahmi.
Rumusan Masalah
Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan, memiliki tradisi unik dalam memindahkan
tempat tinggal. Suku Bugis tidak mengemasi barang dan menempati tempat baru, namun
mereka ‘memindahkan’ bangunan rumah yang sudah ada secara utuh ke lokasi baru.

Tradisi tersebut bernama marraka bola atau Mappalette’ bola dan telah menjadi
Warisan Budaya Tak Benda sejak tahun 2021. Masyarakat Suku Bugis melakukan tradisi ini
secara gotong royong dengan cara mendorong atau mengangkat bangunan rumah panggung
menuju ke lokasi baru.

Rumah panggung memiliki masyarakat Suku Bugis umunya memiliki tiga tingkaatan,
yakni dunia tas ( bottinglangi ), dunia tengah ( ale – kawa ), serta dunia bawah ( awa bola ).
Dunia atas berfungsi sebagai tempat menaruh padi hasil panen. Sementara dunia tengah
layaknya runah pada umumnya sebagai tempay beraktivitas sehari – hari. Sedangkan dunia
bawah awalnya berfungsi sebagai tempat menaruh hewan peliharaan, tetapi saat ini lebih
sering sebagai tempat kendaraan.

Ada dua cara untuk memindahkan rumah tersebut, yakni dengan cara didorong atau
diangkat. Jika jarak perpindahan rumah dekat, maka mereka memindah rumah tersebut
dengan cara mendorongnya. Terdapat ban dari kayu hitam yang kuat dan dengan dua papan
mengampitnya untuk memudahkan prosem pemindahan.

Sementara jika jarak perpindahan rumah cukup jauh maka mereka memindahkannya
dengan cara mengangkat rumah panggung tersebut. Nmaun sebelumnya, mereka akan
memasang bamboo dengan tinggi sekitar 1,7 meter pada tiang-tiang rumah. Sebelum
mendorong atau mengangkat rumah, pemilik rumah harus mengeluarkan barang-barang yang
mudah pecah dan mudah bergerak, seperti piring, gelas, dan barang- barang elektronik.

Namun untuk barang-barang berat yang akan merepotkan, seperti lemari dan tempat
tindur, tidak akan mereka keluarkan dari rumah. Masyarakat Suku Bugis biasanya melakukan
tradisi ini pada hari jum’at karena konon itu sebagai hari baik. Tepatnya saat banyak
masyarakat berkumpul di masjid untuk beribadah, pemilik rumah akan meminta bantuan
mereka dengan suka rela.

Tradisi Marraka bola juga sebagai bentuk memperkuat solidaritas dan silaturahmi
dalam kehidupan bermasyarakat serta menumbuh kembangkan semua gotong royong. Meski
terdengar tidak mungkin, nyatanya tradisi ini masih tetap lestari hingga sekarang dan menjadi
sebuah keunikan dari Suku Bugis.

TUJUAN

Salah satu bentuk budaya gotong royong yang masih sering dilakukan oleh
masyarakat Kabupaten Barru yaitu kegiatan marraka’Bola, tradisi memindahkan rumah yang
dilakukan secara beramai ramai oleh masyarakat.

Tradisi Marraka’Bola yang dikenal juga sebagai tradisi Mappalette sudah berlangsung
turun-menurun. Warga yang hendak memindahkan rumahnya akan dibantu oleh warga
sekitar dengan suka rela. Bobot rumah yang dipindahkan tentu saja tidak ringa, bias puluhan
ton. Jarak rumah yang dipindahkan ke lokasi baru juga biasanya tidak dekat. Sekilas, kegiatan
menindahkan rumah yang begitu besar tidak masuk akal sehat jika bias dilakukan dengan
tenaga manusia. Namun semangat gotong royong membuktikan bahwa hal yang mustahil
dapat dilakukan.

Untuk memudahkan proses mengangkat rumah awalnya, bambu-bambu diikat di


rumah masing – masing tiang rumah. Ini nantinya menjadi alat bantu mengangkat rumah.
Bambu tersebut di panggul Bersama-sama untuk mempermudah mengangkat rumah dan
memindah ke lokasi baru.

Tradisi gotong royong memindahkan rumah tersebut sudah dilakuka oleh masyarakat
secara turun temurun. Warga yang hendak memindahkan rumah akan dibantu oleh warga
sekitar dengan sukarela. Ini budaya gotong royong yang masih hidup dan lestari di
masyarakat secara spontan masyarakat dating membantu. Ratusan orang ikut mengangkat
rumah. Penyampaian Cuma melalui pengumuman di masjid dan secara spontan masyarakat
dating bermai-ramai. Setelah rumah selesai dipindahkan atau di tempat baru, kegiatan di
lanjutkan dengan acara masyarakat Bugis dengan car abaca Brazanji.

Tujuannya agar rumah yang baru saja dipindahkan terhindar dari bencana dan
malapetaka. Tradisi lalu diakhiri dengan acara makan bersama sebai bentuk ikan silaturahmi
yang erat antar warga. Usai mengangkat rumah warha menyantap makanan yang disediakan
pemilik rumah. Hal ini juga dianggap sebagai imbalan dan ucapan terima kasih kepada
seluruh warga yang rela meluangkan awaktu untuk membantu memindahkan rumah.

Gotong royong menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gotong royong adalah
bekerja bersama-sama. Nilai gotong royong sangat kental pada tradisi Marraka’Bola.
Karakter ini mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja sama dan bahu membahu
menyelesaikan persoalan bersama. Dengan adanya gotong royong, pekerjaan yang sulit jika
dilakukan sendiri akan lebih mudah dan cepat jika dilakukan bersama-sama.

Suka rela memiliki arti melakukan memiliki arti melakukan sesuatu dengan kehendak
sendiri tanpa paksaan. Mealalu Marraka’Bola tumbuh rasa sukarela untuk bersama-sama
membantu dan meringankan beban sesame warga. Bersosialisai merupakan suatu proses
perubahan dari individu untuk diterima atau sesuai dengan keinginan dari pihak luar.
Kesadaran diri sebagai makhluk sosiall yang tidak bisa hidup sendirian menuntut setiap
masyarakat untuk bisa bersosialisai. Pada tradisi Marraka’Bola semua lapisan masyarakat
memiliki kesempatan untuk berbaur dengan yang lainnya.

Anda mungkin juga menyukai