Anda di halaman 1dari 4

Peran Sosial-Komunikasi dalam Pembangunan Indonesia

01 Pembangunan Memerlukan Komunikasi yang Baik


Di tengah kemajuan global yang pesat, bangsa Indonesia tidak dapat menghindar
dari tuntutan untuk lebih efisien dan lebih efektif membangun dirinya. Kerja sama,
kekompakan, antar-anak-bangsa ini merupakan syarat mutlak yang harus dijalin untuk
produktivitas yang efisien dan efektif. Tidak ada bangsa yang maju tanpa kerja sama
produktif. Kerja sama memerlukan kesaling-pahaman dan saling-penyesuaian-diri.
Kesaling-pahaman dapat dicapai hanya melalui komunikasi yang efektif. Keberhasilan
sistem komunikasi Indonesia dapat dinilai dari tingkat kerja sama bangsa ini atau
pencapaian tujuan pembangunannya.
Dalam diskusi ini “bangsa” adalah sekumpulan orang yang sengaja hidup bersama
dalam suatu negara yang berdaulat untuk mencapai tujuan bersama. Mereka sepakat
tentang masalah dan peluang pencapaian tujuan kolektif tadi, serta cara menangani
nya. Sepakat dalam hal ini bukan dalam arti sempurna, melainkan dalam batas-batas
yang dapat diterima oleh semua pihak yang terlibat. Misalnya, kita sepakat bahwa tujuan
bersama bangsa Indonesia adalah masyarakat yang “adil” dan “makmur”, sekalipun
kedua konsep itu dapat kita tafsirkan secara tidak sepenuhnya sama.
Akhir-akhir ini kita menyaksikan pertengkaran tentang tujuan pembangunan dan cara
untuk mencapainya. Berbagai elemen di tengah masyarakat saling mengklaim kebenar-
an gagasannya di atas yang lain. Pertengkaran semakin panas ketika elemen-elemen
tersebut berkaitan dengan SARA (suku, agama, ras, atau pengelompokan lain). Bila hal
itu tidak tertangani melalui komunikasi yang baik, bangsa ini terancam perpecahan yang
sangat merugikan bangsa ini secara eseluruhan..
Perkins (2004)1, menguraikan bagaimana korporatokrasi Amerika Serikat merusak
pemerintahan banyak bangsa di dunia yang menolak tunduk pada keinginan mereka
untuk menguasai kekayaan sumber daya alam bangsa-bangsa itu. Pemimpin
pemerintahan bangsa ybs. digulingkan melalui berbagai cara yang seolah wajar, dan
diganti dengan yang bersedia bekerjasama dengan mereka. Perkins sendiri mengaku
pernah diutus untuk membujuk pemerintah Indonesia dalam menangani Pertamina di
tahun 1960-an. Cara untuk merusak pemerintahan bangsa yang tidak tunduk pada
kepentingan Amerika dapat secara sangat halus, seakan-akan demokratis, kudeta
didahului konflik internal, sampai pembunuhan terencana. Bukannya mustahil bahwa
kita sekarang pun, tanpa sadar, sedang diarahkan pada konflik internal berdarah bila
kebijakan internal pemerintahan bangsa ini dianggap mengganggu atau tidak
mendukung kepentingan bangsa-bangsa lain yang lebih maju.
Kesepakatan atau ketidak-sepakatan tidak selalu dinyatakan secara verbal, melain-
kan juga dapat melalui perilaku non-verbal. Misalnya sekalipun UUD 1945 Pasal 29 (2)
mencerminkan kesepakatan kita untuk saling menjamin kemerdekaan beragama,
sebagian warga negara merasa bahwa pada kenyataannya kebebasan-beragamanya
terganggu oleh sebagian warga lain. Kasus-kasus konflik di Indonesia dapat menjadi
pelajaran bagus bagi kita semua untuk memerkuat kekompakan melalui sistem komuni-
kasi yang lebih baik.

1 Perkins, John. 2004. Confessions of An Economic Hit Man. Berrett-Koehler, San Fransisco.
Diterjemahkan oleh Herman Tirtaatmaja & Dwi Karyani. 2005. Pengakuan Seorang Ekonom
Perusak. Abdi Tandur, Jakarta.

Semester Genap 2020/21 1


01. Pembangunan Memerlukan Komunikasi yang Baik

Tentang apapun, setiap orang dapat memunyai persepsi/pendapat yang berbeda


dengan pendapat orang lain. Persepsi/pendapat bisa bersifat subyektif dan dapat
memicu konflik. Perbedaan pendapat dan ketidak-sepakatan sebenarnya merupakan
sesuatu yang sangat wajar karena setiap orang punya pengalaman dan lingkungan
berbeda. Perbedaan pendapat menjadi masalah dan berkembang menjadi konflik,
hanya ketika ada pihak yang memaksakan pendapatnya pada pihak lain.
Pengaruh lingkungan dan pengalaman pada pendapat seseorang, terjadi melalui
komunikasi. Demikian pula ketidak-pahaman tentang keniscayaan perbedaan pendapat
serta pemaksaan suatu pendapat pada pihak lain, terjadi melalui komunikasi. Artinya,
komunikasi yang baik dapat sangat mengurangi konflik dan meningkatkan kekompakan
suatu masyarakat.
Dalam bermasyarakat, tujuan bersama kita berkaitan dengan kesejahteraan,
terpenuhinya kebutuhan lahir dan batin. Keinginan memenuhi semua kebutuhan itulah
yang memotivasi manusia untuk bertindak, bekerja-sama, berkomunikasi.
Menurut Abraham Maslow2, ada lima kelompok kebutuhan dasar yang memotivasi
tindakan manusia. Kebutuhan-kebutuhan itu secara bertingkat: dasar (fisiologis dan rasa
aman), psikologis (sosialisasi dan rasa berharga), serta aktualisasi diri. Aktualisasi diri
berkaitan dengan melakukan atau menjadi apapun, sesuai nurani, potensi, dan
keyakinan masing-masing.
Sebagai komponen kesejahteraan masyarakat, aktualisasi diri unik karena sifatnya
pribadi, tetapi perlu dicapai secara kolektif (bersama). Semua kita perlu sepakat untuk
saling membebaskan cara mengaktualisasikan diri, sepanjang tidak saling mengganggu.
Kalau ada orang yang senang memakai cincin akik, misalnya, saya tidak layak melarang
dan melecehken dia hanya karena saya secara pribadi tidak menyukai benda itu.
Demikian pula dalam pilihan pribadi berbagai hal lain, dari yang sangat sederhana
seperti warna kaus kaki, sampai yang lebih kompleks seperti profesi dan agama.
Menurut Maslow, untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar tadi, kita harus
memenuhi persyaratan sosial seperti kebebasan menyatakan pendapat atau menyam-
paikan gagasan/pesan, kebebasan berbuat sepanjang tidak merugikan orang lain,
kebebasan mencari dan mendapatkan ilmu pengetahuan, kebebasan membela diri,
keadilan, kejujuran, dan keteraturan kelompok/bangsa. Syarat-syarat itu mewajibkan kita
untuk saling memahami dan menghormati; dan hal itu hanya mungkin terjadi bila kita
berkomunikasi secara efektif.
Bagi Mahbub ul Haq dan Amartya Sen, kesejahteraan adalah terbukanya kesempat-
an dan kemampuan untuk memeroleh hak-hak dasar. Mereka membuat rumus Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) yang dipakai oleh Program Pembangunan PBB untuk
mengukur tingkat keberhasilan pembangunan suatu bangsa. IPM itu memerhitungkan
tiga hal: (1) kesehatan, yang diwakili rata-rata panjang usia, (2) pendidikan, yang diwakili
rata-rata panjang masa sekolah, dan (3) kelayakan hidup, yang diukur dengan rata-rata
pendapatan nasional bruto (GNI) per kapita.

2 Maslow, A.H.1943. A Theory of Human Motivation. Psychological Review, 50(4): 370–96,


http://psychclassics.yorku.ca/Maslow/motivation.htm, https://docs.google.com/file/d/0B-5-
JeCa2Z7hNjZlNDNhOTEtMWNkYi00YmFhLWI3YjUtMDEyMDJkZDExNWRm/edit,
http://www.afirstlook.com/docs/hierarchy.pdf (diakses pada 17/1/15).

2 Semester Genap 2020/21


Peran Sosial-Komunikasi dalam Pembangunan Indonesia

Laporan UNDP tahun 20203, menunjukkan bahwa IPM Indonesia berada pada
peringkat 107 di antara 189 bangsa, sama dengan Filipina. Sementara itu bangsa-
bangsa lain di sekitar Indonesia: Australia pada peringkat 8, Singapura 11, Brunei 47,
Malaysia 62, dan Muangthai 79. Indonesia memang berada di atas Timor Leste
(peringkat 141), dan Papua Nugini (155), tetapi kedua bangsa itu rasanya bukan
pembanding yang bagus untuk Indonesia.

Peringkat IPM di antara 189 bangsa, 2020:


Peringkat Usia Masa PNB*/kapita/
IPM harapan sekolah tahun (US$)
(tahun) (tahun)
Australia 8 83,4 12,9 66.494
Singapura 11 83,6 11,6 88.155
Brunei 47 75,9 9,1 63.965
Malaysia 62 76,2 10,4 27.534
Muangthai 79 77,2 7,9 17.781
Indonesia 107 71,2 13,1 9.778
Filipina 107 68,2 8,9 7.915
Timor Leste 141 69,5 4,8 4.440
Papua Nugini 155 64,5 5,1 4.301
“Pendapatan Nasional Bruto (Gross National Income)

Menarik juga menyimak laporan Dutta et al. tentang Indeks Inovasi Global4. Dalam
laporan tahun 2020, mereka memeringkat keinovativan 131 bangsa. Indonesia ada di
peringkat 85, sementara Singapura di peringkat 8, Australia 23, Malaysia 33, Viet Nam
42, Muangthai 44, Filipina 50, dan Brunei 71.
Keinovatifan (keterampilan menggunakan akal untuk membentuk gagasan baru)
merupakan produk kreativitas, kepiawaian menggunakan akal, nilai yang antara lain
ditularkan melalui komunikasi pendidikan. Tetapi kreativitas suatu bangsa tidak selalu
sejalan dengan kesejahteraan bangsa itu. Kreativitas hanya berdampak positif pada
kesejahteraan bersama bila digunakan secara bermoral (keterampilan menggunakan
nurani). Moral merupakan bentuk nilai (value) yang terekspresikan melalui tindakan
nyata (praksis), bukan sekadar pernyataan verbal. Moral lebih merupakan sikap mental
(ruhani) positif seperti jujur, adil, amanah, dan sikap-sikap lain yang sejalan dengan
nurani. Misalnya pernyataan verbal suatu pihak bahwa dia beragama, tidak menjamin
bahwa pihak itu bermoral tinggi.

3 UNDP. 2020. Human Development Report 2020: The next frontier: human development and
the anthropocene. United Nations Development Programme, New York.
(http://hdr.undp.org/sites/default/files/hdr2020.pdf, diakses pada 13/01/2021).
4 Dutta, S.; B. Lanvin; S. Wunsch-Vincent (eds.). 2020. Global Innovation Index 2020: Who Will
Finance Innovation?, 13th edn. Cornell University, INSEAD, WIPO.
(https://www.wipo.int/edocs/pubdocs/en/wipo_pub_gii_2020.pdf, diakses pada 14/01/2021).

Semester Genap 2020/21 3


01. Pembangunan Memerlukan Komunikasi yang Baik

Islamicity Indices pada Juli 2019 menerbitkan laporan tentang indeks perilaku islami
151 bangsa5. Empat hal yang diamati adalah ekonomi, hukum & pemerintahan, pemba-
ngunan manusia, serta hubungan internasional. Nilai keislaman yang diberikan pada
tiap bangsa antara 0 (sama sekali tidak islami) dan 10 (sepenuhnya islami). Indonesia
mendapat nilai 5,05 pada peringkat ke-61.
Menurut laporan itu, 43 bangsa yang berperilaku paling islami justru bukan anggota
OKI (Organisasi Kerjasama Islam). Duduk pada peringkat 1–3, berturut-turut adalah
Selandia baru (nilai: 9,07), Swedia (9,03), dan Islandia (9,02).
Tiga anggota OKI yang dinilai paling islami adalah Uni Emirat Arab (peringkat 44,
nilai 6,14), Malaysia (peringkat 45, nilai 6,02), dan Albania (peringkat 46, nilai 6,14).
Sedangkan bangsa yang paling tidak islami justru anggota OKI, yakni Suriah (peringkat
151, nilai 1,07).
Sebagai pembanding, Transparency International mengungkap tingkat korupsi
lembaga-lembaga publik di 180 negara pada 2019.6 Nilai yang diberikan berkisar antara
0 (korup mutlak) dan 100 (bersih mutlak).
Negara yang paling bersih adalah Denmark dan Selandia Baru, dengan nilai
masing2 87. Indonesia mendapat nilai “kebersihan” 40, sementara Malaysia 53, Brunei
60, Australia 77, dan Singapura 85. Nilai (sedikit) lebih rendah didapatkan Timor-Leste
(38), Muangthai (36), dan Filipina (34). Papua Nugini mendapat nilai jauh lebih rendah
(28); tetapi rasanya saat ini Indonesia tidak layak dibandingkan dengan bangsa itu.
Dengan nilai 9, Somalia merupakan negara paling korup.
Kreativitas dan moral (misal: keislaman dan kebersihan dari perilaku korup) berkait-
an dengan nilai-nilai (values). Komunikasi berperan penting dalam pengembangan nilai-
nilai itu. Sistem komunikasi Indonesia perlu diperbaiki untuk memupuk kreativitas dan
moral kita bersama demi kesejahteraan bangsa ini.
Reinert7 pada 2009 menggambarkan bagaimana sampai setidaknya tahun 1960,
Korea Selatan dan Somalia punya PDB (Produk Domestik Bruto) yang sama. Pada
tahun 2001, PDB Korea Selatan meningkat 15 kali, sementara PDB Somalia justru
cenderung menurun. Sekalipun tidak dibahas dalam laporan tsb., perbedaan itu tentu
berhubungan dengan nilai2 yang ditularkan melalui komunikasi antar-warga masing2
bangsa.

Ringkasan
Pembangunan  kerja sama  kesaling-mengertian  nilai2  komunikasi.


5 https://islamicity-index.org/wp/latest-indices-2019/, diakses pada 18/01/2021.
6 Transparency International. 2020. Corruption Perception Index 2019. Berlin.
(https://images.transparencycdn.org/images/2019_CPI_Report_EN.pdf, diakses pada
14/01/2021)
7 Reinert, Erik S. 2009. The Terrible Simplifers: Common Origins of Financial Crises and
Persistent Poverty in Economic Theory and the new ‘1848 Moment’. DESA Working Paper No.
88 (https://www.un.org/esa/desa/papers/2009/wp88_2009.pdf, diakses pada 14/01/2021)

4 Semester Genap 2020/21

Anda mungkin juga menyukai