1 Perkins, John. 2004. Confessions of An Economic Hit Man. Berrett-Koehler, San Fransisco.
Diterjemahkan oleh Herman Tirtaatmaja & Dwi Karyani. 2005. Pengakuan Seorang Ekonom
Perusak. Abdi Tandur, Jakarta.
Laporan UNDP tahun 20203, menunjukkan bahwa IPM Indonesia berada pada
peringkat 107 di antara 189 bangsa, sama dengan Filipina. Sementara itu bangsa-
bangsa lain di sekitar Indonesia: Australia pada peringkat 8, Singapura 11, Brunei 47,
Malaysia 62, dan Muangthai 79. Indonesia memang berada di atas Timor Leste
(peringkat 141), dan Papua Nugini (155), tetapi kedua bangsa itu rasanya bukan
pembanding yang bagus untuk Indonesia.
Menarik juga menyimak laporan Dutta et al. tentang Indeks Inovasi Global4. Dalam
laporan tahun 2020, mereka memeringkat keinovativan 131 bangsa. Indonesia ada di
peringkat 85, sementara Singapura di peringkat 8, Australia 23, Malaysia 33, Viet Nam
42, Muangthai 44, Filipina 50, dan Brunei 71.
Keinovatifan (keterampilan menggunakan akal untuk membentuk gagasan baru)
merupakan produk kreativitas, kepiawaian menggunakan akal, nilai yang antara lain
ditularkan melalui komunikasi pendidikan. Tetapi kreativitas suatu bangsa tidak selalu
sejalan dengan kesejahteraan bangsa itu. Kreativitas hanya berdampak positif pada
kesejahteraan bersama bila digunakan secara bermoral (keterampilan menggunakan
nurani). Moral merupakan bentuk nilai (value) yang terekspresikan melalui tindakan
nyata (praksis), bukan sekadar pernyataan verbal. Moral lebih merupakan sikap mental
(ruhani) positif seperti jujur, adil, amanah, dan sikap-sikap lain yang sejalan dengan
nurani. Misalnya pernyataan verbal suatu pihak bahwa dia beragama, tidak menjamin
bahwa pihak itu bermoral tinggi.
3 UNDP. 2020. Human Development Report 2020: The next frontier: human development and
the anthropocene. United Nations Development Programme, New York.
(http://hdr.undp.org/sites/default/files/hdr2020.pdf, diakses pada 13/01/2021).
4 Dutta, S.; B. Lanvin; S. Wunsch-Vincent (eds.). 2020. Global Innovation Index 2020: Who Will
Finance Innovation?, 13th edn. Cornell University, INSEAD, WIPO.
(https://www.wipo.int/edocs/pubdocs/en/wipo_pub_gii_2020.pdf, diakses pada 14/01/2021).
Islamicity Indices pada Juli 2019 menerbitkan laporan tentang indeks perilaku islami
151 bangsa5. Empat hal yang diamati adalah ekonomi, hukum & pemerintahan, pemba-
ngunan manusia, serta hubungan internasional. Nilai keislaman yang diberikan pada
tiap bangsa antara 0 (sama sekali tidak islami) dan 10 (sepenuhnya islami). Indonesia
mendapat nilai 5,05 pada peringkat ke-61.
Menurut laporan itu, 43 bangsa yang berperilaku paling islami justru bukan anggota
OKI (Organisasi Kerjasama Islam). Duduk pada peringkat 1–3, berturut-turut adalah
Selandia baru (nilai: 9,07), Swedia (9,03), dan Islandia (9,02).
Tiga anggota OKI yang dinilai paling islami adalah Uni Emirat Arab (peringkat 44,
nilai 6,14), Malaysia (peringkat 45, nilai 6,02), dan Albania (peringkat 46, nilai 6,14).
Sedangkan bangsa yang paling tidak islami justru anggota OKI, yakni Suriah (peringkat
151, nilai 1,07).
Sebagai pembanding, Transparency International mengungkap tingkat korupsi
lembaga-lembaga publik di 180 negara pada 2019.6 Nilai yang diberikan berkisar antara
0 (korup mutlak) dan 100 (bersih mutlak).
Negara yang paling bersih adalah Denmark dan Selandia Baru, dengan nilai
masing2 87. Indonesia mendapat nilai “kebersihan” 40, sementara Malaysia 53, Brunei
60, Australia 77, dan Singapura 85. Nilai (sedikit) lebih rendah didapatkan Timor-Leste
(38), Muangthai (36), dan Filipina (34). Papua Nugini mendapat nilai jauh lebih rendah
(28); tetapi rasanya saat ini Indonesia tidak layak dibandingkan dengan bangsa itu.
Dengan nilai 9, Somalia merupakan negara paling korup.
Kreativitas dan moral (misal: keislaman dan kebersihan dari perilaku korup) berkait-
an dengan nilai-nilai (values). Komunikasi berperan penting dalam pengembangan nilai-
nilai itu. Sistem komunikasi Indonesia perlu diperbaiki untuk memupuk kreativitas dan
moral kita bersama demi kesejahteraan bangsa ini.
Reinert7 pada 2009 menggambarkan bagaimana sampai setidaknya tahun 1960,
Korea Selatan dan Somalia punya PDB (Produk Domestik Bruto) yang sama. Pada
tahun 2001, PDB Korea Selatan meningkat 15 kali, sementara PDB Somalia justru
cenderung menurun. Sekalipun tidak dibahas dalam laporan tsb., perbedaan itu tentu
berhubungan dengan nilai2 yang ditularkan melalui komunikasi antar-warga masing2
bangsa.
Ringkasan
Pembangunan kerja sama kesaling-mengertian nilai2 komunikasi.
▪
5 https://islamicity-index.org/wp/latest-indices-2019/, diakses pada 18/01/2021.
6 Transparency International. 2020. Corruption Perception Index 2019. Berlin.
(https://images.transparencycdn.org/images/2019_CPI_Report_EN.pdf, diakses pada
14/01/2021)
7 Reinert, Erik S. 2009. The Terrible Simplifers: Common Origins of Financial Crises and
Persistent Poverty in Economic Theory and the new ‘1848 Moment’. DESA Working Paper No.
88 (https://www.un.org/esa/desa/papers/2009/wp88_2009.pdf, diakses pada 14/01/2021)