I. Penyusun
a. Della Nanda Shafa Nabilah
b. Jessica Devinia
c. Nuruz Zahwa Arrosyidah
(InformedHealth.org, 2021).
3.3 Kegunaan
Pada penggunaan yang tepat, kontrasepsi dapat bermanfaat untuk
mengurangi angka kehamilan yang tidak diinginkan sehingga mencegah
terjadinya aborsi dan memfasilitasi program keluarga berencana. Selain itu,
penggunaan kondom (pria) yang benar dan konsisten dapat mengurangi
risiko penularan HIV dan penyakit menular seksual lainnya, seperti
chlamydia, gonococcus, dan trichomoniasis (Bansode et al. 2021).
3.4 Efektivitas
Secara keseluruhan, semakin lama seseorang menggunakan metode
kontrasepsi, semakin kecil kemungkinan untuk gagal. Oleh karena itu,
kegagalan pada tahun kedua akan lebih rendah daripada tahun pertama.
Walaupun demikian, selalu ada risiko pada setiap penggunaan kontrasepsi
karena mengingat tidak ada yang bisa memprediksi apakah seseorang telah
menggunakan kontrasepsi secara sempurna. Pada metode kontrasepsi
dengan penggunaan lama dan memerlukan kunjungan ke dokter seperti
IUD dan implan memiliki perbedaan kecil antara penggunaan secara
sempurna dan penggunaan yang biasa sehingga dapat menjadi metode
kontrasepsi yang paling efektif (Horvath et al. 2018).
4. Masturbasi
4.1 Pengertian
Mastrubasi adalah proses untuk memperoleh kepuasan secara seksual
tanpa berhubungan kelamin untuk mencapai “orgasme”. Masturbasi dapat
dilakukan dengan tangan, jari, mainan seks dll.
Orgasme adalah perasaan “enak” atau lega yang intens pada alat
kelamin yang diikuti dengan ejakulasi cairan ejakulasi. Tahap ini merupakan
puncak gairah seksual seseorang. semua otot yang berkontraksi selama
gairah seksual akan mengalami relaksasi saat orgasme tercapai.
4.2 Mekanisme
Masturbasi sendiri merupakan respon tubuh seseorang terhadap
aktivitas seksual yang dipengaruhi oleh lingkungan dan faktor psikologi.
Hormon seks akan memicu gairah seksual, sehingga nantinya akan
menyebabkan perubahan lingkungan tubuh kita seperti peningkatan detak
jantung, peningkatan tekanan darah dan laju pernapasan. Jadi, selama
masturbasi efek ini akan terlihat di tubuh kita.
Respons seksual dapat dibagi menjadi 4 fase yaitu:
1. Desire phase
2. Excitement phase
3. Orgasm
4. Resolution
4.3 Dampak
● Dampak positif
- Membantu menghilangkan stress
- Membantu dalam meningkatkan kualitas tidur pada sebagian
orang
- Membantu meredakan kram menstruasi pada wanita
- Membantu dalam meningkatkan konsentrasi
- Meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan mengurangi risiko
penyakit jantung
● Dampak Negatif
- Masturbasi yang bersifat mutual (dilakukan dengan orang lain)
memiliki risiko dalam penularan STD (sexual transmitted
disease) yang penularannya dilakukan dari kulit ke kulit,
contohnya, herpes
- Dapat menyebabkan ejakulasi prematur
- Dapat menyebabkan kelelahan
- Dapat menyebabkan menurunnya sensitivitas seksual
4.4 Fakta dan Mitos
● Masturbasi bisa menyebabkan kebutaan (Mitos)
Fakta : Masturbasi tidak menyebabkan kebutaan
● Masturbasi hanya dilakukan oleh laki-laki (Mitos)
Fakta : laki-laki maupun perempuan bisa melakukan masturbasi,
penelitian mengatakan bahwa 48% wanita di rentang umur 14-17
tahun telah melakukan masturbasi.
● Masturbasi membuat alat kelamin menjadi lebih kecil atau menyusut
(Mitos)
Fakta : Masturbasi tidak menyebabkan kondisi ini. Namun, selama
masturbasi terjadi sedikit gesekan pada kulit lembut organ genital
dapat terjadi dan untuk menghindarinya dapat digunakan pelumas.
● Mastrubasi menyebabkan ganguan ereksi (Erectyle Dysfunction)
(Mitos)
Fakta : Masturbasi itu alami dan tidak dipengaruhi kualitas atau
frekuensi ereksi. Seseorang mungkin tidak bisa ereksi segera setelah
masturbasi karena ada periode refrakter (refractory period) pada pria
dan tidak sama dengan gangguan ereksi . Masa refrakter pria adalah
masa pemulihan sebelum pria bisa ereksi lagi setelah ejakulasi.
● Riwayat Operasi
Riwayat Operasi di perut atau panggul, contohnya operasi
untuk kehamilan ektopik, dimana sel telur yang telah dibuahi
berimplantasi dan berkembang di tempat lain selain rahim,
yang biasanya terjadi di tuba fallopi.
3. Penyakit Uterus dan Rahim
● Benign polyps atau tumor jinak (fibroid atau mioma) sering
terjadi di rahim. Dalam beberapa kasus dapat memblokir
saluran tuba atau mengganggu implantasi dan mempengaruhi
kesuburan.
● Kelainan pada rahim yang ada sejak lahir (congenital), seperti
bentuk rahim yang tidak biasa sehingga dapat menyebabkan
wanita tidak bisa hamil.
● Stenosis serviks merupakan penyempitan yang terjadi pada
serviks yang disebabkan oleh kelainan bawaan atau kerusakan
pada serviks.
● Terkadang serviks tidak dapat menghasilkan jenis lendir yang
baik untuk sperma dalam melakukan perjalanan melalui serviks
ke dalam rahim.
● Perawatan Kanker
Perawatan yang melibatkan penggunaan beberapa jenis
kemoterapi, radiasi, atau operasi dengan tujuan untuk
mengangkat satu atau kedua testis.
● Kondisi Medis
Kondisi medis, seperti diabetes, cystic fibrosis, beberapa jenis
gangguan autoimun, dan jenis infeksi tertentu dapat
menyebabkan efek negatif pada testis.
2. Gangguan Hormonal
Kelainan fungsi hipotalamus atau kelenjar pituitari yang
bertugas untuk menghasilkan hormon yang berfungsi untuk
mempertahankan fungsi testis normal. Produksi hormon prolaktin
yang terlalu banyak, hormon yang dibuat oleh kelenjar pituitari dapat
menyebabkan jumlah sperma rendah atau tidak ada sama sekali.
Kondisi ini mungkin termasuk tumor hipofisis jinak dan ganas (kanker),
hiperplasia adrenal kongenital, paparan terlalu banyak estrogen,
paparan terlalu banyak testosteron, sindrom Cushing, dan
penggunaan obat glukokortikoid.
3. Kelainan genetik
Kondisi genetik seperti sindrom Klinefelter, mikrodelesi
kromosom Y, distrofi miotonik, dan kelainan genetik lain dapat
menyebabkan produksi sperma terhambat sehingga menghasilkan
jumlah yang sedikit atau tidak memproduksi sperma sama sekali.
2. Merokok
Selain merusak serviks dan tuba fallopi, merokok juga dapat
meningkatkan risiko untuk mengalami keguguran dan kehamilan
ektopik. Merokok juga dapat membuat ovarium untuk mengeluarkan
sel telur terlalu cepat (premature release of ovum).
b. Reproductive Health
1. Overview Hak kesehatan seksual dan reproduksi di Indonesia serta
hubungannya dengan edukasi seks
Hak– Hak Kesehatan Reproduksi menurut Depkes RI (2002) hak kesehatan
reproduksi dapat dijabarkan secara praktis, antara lain:
a. Setiap orang berhak memperoleh standar pelayanan kesehatan
reproduksi yang terbaik. Ini berarti penyedia pelayanan harus
memberikan pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas dengan
memperhatikan kebutuhan klien, sehingga menjamin keselamatan dan
keamanan klien.
b. Setiap orang, perempuan, dan laki-laki (sebagai pasangan atau sebagai
individu) berhak memperoleh informasi selengkap-lengkapnya tentang
seksualitas, reproduksi dan manfaat serta efek samping obat-obatan, alat
dan tindakan medis yang digunakan untuk pelayanan dan/atau
mengatasi masalah kesehatan reproduksi.
c. Setiap orang memiliki hak untuk memperoleh pelayanan KB yang,
efektif, terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan pilihan, tanpa paksaan
dan tidak melawan hukum.
d. Setiap perempuan berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang
dibutuhkannya, yang memungkinkannya sehat dan selamat dalam
menjalani kehamilan dan persalinan, serta memperoleh bayi yang sehat.
e. Setiap anggota pasangan suami-istri berhak memiliki hubungan yang
didasari penghargaan.
f. Terhadap pasangan masing-masing dan dilakukan dalam situasi dan
kondisi yang diinginkan bersama tanpa unsur paksaan, ancaman, dan
kekerasan.
g. Setiap remaja, lelaki maupun perempuan, berhak memperoleh informasi
yang tepat dan benar tentang reproduksi, sehingga dapat berperilaku
sehat dalam menjalani kehidupan seksual yang bertanggung jawab.
h. Tiap laki-laki dan perempuan berhak mendapat informasi dengan
mudah, lengkap, dan akurat mengenai penyakit menular seksual,
termasuk HIV/AIDS.
i. Pemerintah, lembaga donor dan masyarakat harus mengambil langkah
yang tepat untuk menjamin semua pasangan dan individu yang
menginginkan pelayanan kesehatan reproduksi dan kesehatan
seksualnya terpenuhi.
j. Hukum dan kebijakan harus dibuat dan dijalankan untuk mencegah
diskriminasi, pemaksaan dan kekerasan yang berhubungan dengan
seksualitas dan masalah reproduksi
k. Perempuan dan laki-laki harus bekerja sama untuk mengetahui haknya,
mendorong agar pemerintah dapat melindungi hak-hak ini serta
membangun dukungan atas hak tersebut melalui pendidikan dan
advokasi.
l. Konsep-konsep kesehatan reproduksi dan uraian hak-hak perempuan ini
diambil dari hasil kerja International Women’s Health Advocates
Worldwide.
2. Dasar-Dasar Kesehatan Reproduksi
2.1 Definisi Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik,mental,dan
sosial secara utuh tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan
dalam suatu yang berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsi dan prosesnya
(WHO).
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sempurna fisik, mental dan
kesejahteraan sosial dan tidak semata-mata ketiadaan penyakit atau
kelemahan, dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi dan
fungsi serta proses (ICPD, 1994).
c. Faktor Psikologis
Sebagai contoh rasa rendah diri (“low self esteem“), tekanan teman
sebaya (“peer pressure“), tindak kekerasan di rumah/ lingkungan
terdekat dan dampak adanya keretakan orang tua dan remaja, depresi
karena ketidak seimbangan hormonal, rasa tidak berharga wanita
terhadap pria yang membeli kebebasan secara materi.
d. Faktor Biologis
Faktor biologis mencakup ketidak sempurnaan organ reproduksi
atau cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit
menular seksual, keadaan gizi buruk kronis, anemia, radang panggul
atau adanya keganasan pada alat reproduksi. Dari semua faktor yang
mempengaruhi kesehatan reproduksi diatas dapat memberikan dampak
buruk terhadap kesehatan perempuan, oleh karena itu perlu adanya
penanganan yang baik, dengan harapan semua perempuan
mendapatkan hak-hak reproduksinya dan menjadikan kehidupan
reproduksi menjadi lebih berkualitas.
c. Remaja
Pemberian Gizi seimbang, Informasi Kesehatan Reproduksi yang
adequate, Pencegahan kekerasan sosial, Mencegah ketergantungan
NAPZA, Perkawinan usia yang wajar, Pendidikan dan peningkatan
keterampilan, Peningkatan penghargaan diri,. Peningkatan pertahanan
terhadap godaan dan ancaman.
d. Usia Subur
Pemeliharaan Kehamilan dan pertolongan persalinan yang aman,
Pencegahan kecacatan dan kematian pada ibu dan bayi, Menggunakan
kontrasepsi untuk mengatur jarak kelahiran dan jumlah kehamilan,
Pencegahan terhadap PMS atau HIV/AIDS, Pelayanan kesehatan
reproduksi yang berkualitas, Pencegahan penanggulangan masalah
aborsi, Deteksi dini kanker payudara dan leher rahim, Pencegahan dan
manajemen infertilitas.
e. Usia Lanjut
Perhatian terhadap menopause/andropause, Perhatian terhadap
kemungkinan penyakit utama degeneratif termasuk rabun, gangguan
metabolisme tubuh, gangguan mobilitas dan osteoporosis, Deteksi dini
kanker rahim dan kanker prostat.
e. Masalah Pelacuran
Demografi pekerja seksual komersial atau pelacuran. Faktor-faktor
yang mendorong pelacuran dan sikap masyarakat terhadap pelacuran.
Dampaknya terhadap kesehatan reproduksi, baik bagi pelacur itu sendiri
maupun bagi konsumennya dan keluarganya.
(Aurora, 2018).
3.2 Anatomi dan Fisiologi Organ Reproduksi Pria