Anda di halaman 1dari 37

HUKUM JAMINAN

MAKALAH “ JAMINAN GADAI”

OLEH :

1. ASRIL BAHRIANSYAH (H1A121134)

2. ANGGI NUR APRIANI (H1A121285)

3. AMIKE PRATIDINA (H1A121278)

4. RISKA BT SULTAN (H1A121085)

5. LM ERFAN MARTANDU (H1A121340)

6. FIKRAH HASAN FARIKI (

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HALU OLEO
2023
DAFTAR ISI

I. Pendahuluan

b. Latar Belakang

a. Rumusan Masalah

II. Pembahasan

a. Pengertian Gadai

b. Dasar Hukum Gadai

c. Subjek dan Objek Gadai

d. Prosedur dan Syarat Gadai

e. Bentuk Gadai

f. Hak dan Kewajiban Pemberi dan Penerima Gadai

g. Hapusnya Gadai

h. Proses Pelelangan Gadai

i. Contoh Gadai

j. Bagaimana jangka Waktu Gadai apabila Jatuh Tempo Gadai Sudah

ada
III. Penutup

a. Kesimpulan

b. Daftar Pustaka
I. PENDAHULUAN

a. LATAR BELAKANG

Gadai merupakan salah satu bentuk penjaminan dalam perjanjian

pinjam

meminjam. Dalam prakteknya penjaminan dalam bentuk gadai

merupakan cara pinjam meminjam yang dianggap paling praktis oleh

masyarakat. Praktek gadai dapat dilakukan oleh masyarakat umum

karena tidak memerlukan suatu tertib administrasi yang rumit dan tidak

juga diperlukan suatu analisa kredit yang mendalam seperti pada bentuk

penjaminan lain seperti pada hak tanggungan dan jaminan Fidusia.

Akibat dari sangat mudahnya praktek gadai tersebut, maka tidak jarang

praktek penjaminan gadai tidak sesuai dengan ketentuan hukum dan

merugikan para peminjam karena lemahnya posisi dari peminjam

tersebut.untuk itu, pemerintah merasa perlu untuk memiliki suatu

lembaga keuangan yang melayani pinjaman kepada masyarakat dengan

sistem gadai. Untuk itu Pemerintah sejak lama telah mendirikan suatu

lembaga Pegadaian.
Rumusan yang berlaku sebagai batasan pinjam gadai sampai

dengan saat ini masih merujuk kepada bunyi pasal 1150 KUHPerdata

yang berbunyi sebagai berikut: Gadai adalah suatu hak yang diperoleh

seorang kreditor atas suatu benda bergerak yang diserahkan kepada nya

oleh debitur atau oleh orang lain atas namanya dan memberikan

kekuasaan kepada kreditor untuk menambil pelunasan dari benda

tersebut secara didahulukan daripada kreditor lainnya, dengan

kekecualian untuk mendahulukan biaya lelang, biaya pemnyelamatan

benda setelah digadaikan.Sejarah Pegadaian dimulai pada saat

Pemerintah dengan sistem gadai, lembaga ini pertama kali didirikan di

Batavia pada tanggal 20 Agustus 1746. Ketika Inggris mengambil alih

kekuasaan Indonesia dari tangan Belanda (1811-1816), Bank Van

Leening milik pemerintah dibubarkan, dan masyarakat diberi keleluasaan

untuk mendirikan usaha pegadaian asal mendapat lisensi dari

Pemerintah Daerah setempat ("liecentie stelsel"). Namun metode

tersebut berdampak buruk, pemegang lisensi menjalankan praktek

rentenir atau lintah darat yang dirasakan kurang menguntungkan

pemerintah berkuasa (Inggris). Oleh karena itu metode "liecentie stelsel"

diganti menjadi "pacth stelsel" yaitu pendirian Pegadaian diberikan

kepada umum yang mampu membayar pajak yang tinggi kepada


Belanda (VOC) mendirikan Bank Van Leening yaitu lembaga keuangan

yang memberikan kredit pemerintah. Pada saat Belanda berkuasa

kembali, pacth stelsel tetap dipertahankan dan menimbulkan dampak

yang sama. Pemegang hak ternyata banyak melakukan penyelewengan

dalam menjalankan bisnisnya. Selanjutnya pemerintah Hindia Belanda

menerapkan apa yang disebut dengan "cultuur stelsel" di mana dalam

kajian tentang Pegadaian saran yang dikemukakan adalah sebaiknya

kegiatan pegadaian ditangani sendiri oleh pemerintah agar dapat

memberikan perlindungan dan manfaat yang lebih besar bagi

masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, pemerintah Hindia

Belanda mengeluarkan Staatsblad No. 131 tanggal 12 Maret 1901 yang

mengatur bahwa usaha Pegadaian merupakan monopoli Pemerintah dan

tanggal 1 April 1901 didirikan Pegadaian Negara pertama di Sukabumi,

Jawa Barat. Selanjutnya setiap tanggal 1 April diperingati sebagai hari

ulang tahun Pegadaian. Pada masa pendudukan Jepang gedung kantor

pusat Jawatan Pegadaian yang terletak di jalan Kramat Raya 162,

Jakarta dijadikan tempat tawanan perang dan kantor pusat Jawatan

Pegadaian dipindahkan ke jalan Kramat Raya 132. Tidak banyak

perubahan yang terjadi pada masa pemerintahan Jepang baik dari sisi

kebijakan maupun struktur organisasi Jawatan Pegadaian.


Jawatan Pegadaian dalam bahasa Jepang disebut ‘Sitji Eigeikyuku’,

Pimpinan Jawatan Pegadaian dipegang oleh orang Jepang yang

bernama Ohno-San dengan wakilnya orang pribumi yang bernama M.

Saubari. Pada masa awal pemerintahan Republik Indonesia, kantor

Jawatan Pegadaian sempat pindah ke Karanganyar, Kebumen karena

situasi perang yang kian memanas. Agresi Militer Belanda II memaksa

kantor Jawatan Pegadaian dipindah lagi ke Magelang. Pasca perang

kemerdekaan kantor Jawatan Pegadaian kembali lagi ke Jakarta dan

Pegadaian dikelola oleh Pemerintah Republik Indonesia. Dalam masa ini,

Pegadaian sudah beberapa kali berubah status, yaitu sebagai

Perusahaan Negara (PN) sejak 1 Januari 1961, kemudian berdasarkan

Peraturan Pemerintah No.7/1969 menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan),

dan selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah No.10/1990 (yang

diperbaharui dengan Peraturan Pemerintah No.103/2000) berubah lagi

menjadi Perusahaan Umum (Perum) hingga sekarangSebagai lembaga

keuangan bukan bank, saat ini Perum Penggadaian menawarkan jasa

layanan masyarakat tidak hanya dalam pemberian kredit dengan sistem

gadai tetapi juga jasa lainnya, seperti:


a. Kredit Angsuran Sistem Gadai (KRASIDA)

KRASIDA merupakan pemberian pinjaman kepada pengusaha mikro dan

kecil atas dasar gadai dengan pengembalian pinjaman secara angsuran.

b. Kredit Angsuran Fidusia (KREASI)

KREASI merupakn pemberian pinjaman yang diberikan kepada

pengusaha kecil yang usahanya sedang berjalan sangat membutuhkan

tambahan modal dengan bunga yang relatif rendah serta prosedur yang

mudah dan cepat sesuai dengan karakteristik usaha kecil yang umumnya

bergerak cepat dengan administrasi yang sederhana yang disediakan

oleh perum pegadaian. Nasabah Debitur cukup menjaminkan surat-surat

bukti kepemilikan barang yang digadaikan untuk mengikat barang

jaminan dengan sistem Fidusia.

C. Kredit Cepat dan Aman (KCA)

Kredit KCA adalah pinjaman berdasarkan hukum gadai dengan prosedur

pelayanan yang mudah, aman dan cepat. Dengan usaha ini, Pemerintah

melindungi rakyat kecil yang tidak memiliki akses kedalam perbankan.

d. Rahn (Gadai Syariah)


Rahn adalah Produk jasa gadai yang berlandaskan pada prinsip-prinsip

syariah, dimana nasabah hanya akan dibebani biaya administrasi dan

biaya jasa simpan dan pemeliharaan barang jaminan (Ijarah).

e. Kredit tunda jual Komuditas Pertanian

Layanan Kredit ini ditujukan untuk membantu para petani pasca panen

terhindar dari tekanan akibat fluktuasi harga pada saat panen dan

permainan para tengkulak.

f. Jasa Taksiran

Dengan biaya yang relatif ringan, masyarakat dapat mengetahui dengan

pasti tentang nilai atau kualitas suatu barang miliknya setelah lebih dulu

dipeiksa dan ditaksir oleh juru taksir berpengalaman.

g. Jasa Titipan

Dalam Dunia Perbankan, layanan ini dikenal sebagai safe deposit box.

Hal yang menarik untuk dicermati dari sudut pandang hukum khususnya

hukum perikatan adalah Kredit angsuran Sistem Fidusia, disingkat

KREASI karena dalam sejarah perkembangan Pegadaian yang melekat

dengan pinjam gadai, saat ini memberikan kredit dengan sistem Fidusia
yang sudah semestinya terikat dengan hukum dan peraturan perundang-

undangan mengenai Fidusia. Sebagai badan usaha dengan bisnis

utamanya memberikan kredit dengan sistem gadai, dalam prakteknya

kredit dengan sistem Fidusia yang dilaksanakan oleh perum pegadaian

tersebut sedikit banyak dipengaruhi oleh kredit dengan sistem gadai. Hal

ini berbeda dengan lembaga keuangan lainnya seperti bank yang

sebelumnya telah berlaku pengikatan jaminan dengan hanya menyimpan

alat bukti kepemilikannya saja tanpa memegang barang jaminan secara

fisik baik dalam bentuk Hipotek, Hak Tanggungan maupun jaminan hak

Fidusia itu sendiri atau perusahaan pembiayaan (Leasing) untuk

kendaraan bermotor dimana jaminan Fidusia merupakan satu-satunya

cara untuk mengikat barang jaminan.

b. RUMUSAN MASALAH

Tentunya, dalam menyusun rumusan masalah untuk makalah tentang

gadai, beberapa pertanyaan kunci bisa menjadi titik tolak:

1. Bagaimana sejarah evolusi praktik gadai dari zaman kuno hingga

zaman modern?
2. Apa prinsip dasar dari praktik gadai dan bagaimana prosesnya dalam

konteks keuangan saat ini?

3. Bagaimana peran gadai dalam membantu individu atau masyarakat

mengatasi masalah keuangan mendesak?

4. Apa dampak sosial dan ekonomi dari praktik gadai terhadap individu

dan masyarakat?

5. Bagaimana regulasi dan perlindungan konsumen dalam praktik gadai di

berbagai negara?

Dengan merumuskan pertanyaan-pertanyaan ini, kita dapat menyelidiki

aspek-aspek yang relevan dan penting dalam memahami praktik gadai

secara komprehensif.
II. Pembahasan

a. Pengertian Gadai

Istilah gadai berasal dari terjemahan dari kata pand (bahasa

Belanda) ataupledge atau pawn (bahasa Inggris).1Ketentuan-ketentuan

mengenai gadai diatur dalam KUHPerdata Bab XX Buku II KUHPerdata

Pasal 1150 sampai dengan Pas1160. Menurut Pasal 1150 KUHPerdata,

gadai merupakan suatu hak yang diperoleh berpiutang atas suatu benda

bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau orang

lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang

itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan

dari orang-orang berpiutang lainnya, kecuali haruslah didahulukan biaya

untuk melelang barang serta biaya yang telah dikeluarkan untuk

menyelamatkan barang yang digadaikan tersebut.

Pengertian gadai yang tercantum dalam Pasal 1150 KUHPerdata ini

sangat luas, tidak hanya mengatur tentang pembebanan jaminan atas

barang bergerak, tetapi juga mengatur tentang kewenangan kreditur untuk


mengambil pelunasannya dan mengatur eksekusi barang gadai, apabila

debitur lalai dalam melaksanakan kewajibannya.

Selain itu beberapa perumusan tentang gadai juga dikemukakan oleh

beberapa ahli hukum sebagai berikut:

a. Frieda Husni Hasbullah merumuskan bahwa gadai pada dasarnya adalah

suatu hak kebendaan atas benda bergerak milik orang lain dan bertujuan

tidak untuk memberi kenikmatan atas benda tersebut melainkan untuk

memberi jaminan bagi pelunasan hutang orang yang memberikan

jaminantersebut.

b. Susilo merumuskan gadai adalah suatu hak yang diperoleh oleh seorang

yang mempunyai piutang atas suatu barang bergerak. Barang bergerak

tersebut diserahkan kepada orang yang berpiutang oleh seorang yang

mempunyai utang atau oleh orang lain atas nama orang yang mempunyai

utang. Seorang yang berutang tersebut memberikan kekuasaan kepada

orang yang berpiutang untuk menggunakan barang bergerak yang telah

diserahkan untuk melunasi utang apabila pihak yang berutang tidak dapat

melunasi kewajibannya pada saat jatuh tempo.


c. Wirjono Prodjodikoro mengartikan gadai sebagai suatu hak yang didapat

oleh seorang berpiutang atas suatu benda bergerak, yang kepadanya

diserahkan oleh si berhutang atau seorang lain atas namanya, untuk

menjamin pembayaran hutang, dan yang memberi hak kepada si berpiutang

untuk dibayar lebih dulu daripada berpiutang lain, diambil dari uang

pendapatan-pendapatan barang itu.

Selain itu terdapat jg beberapa pengertian Gadai dari berbagai sumber

yakni :

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), gadai /ga·dai /

adalah meminjam uang dalam batas waktu tertentu dengan menyerahkan

barang sebagai tanggungan, jika telah sampai pada waktunya tidak ditebus,

barang itu menjadi hak yang memberi pinjaman.

Sedangkan menurut OJK (Otoritas Jasa Keungan) yang dimaksud

dengan gadai ialah hak tanggungan atas barang bergerak; barang jaminan

harus lepas dari kekuasaan debitur. Maksud dari barang bergerak adalah

suatu benda atau barang yang dapat dipindahkan.


Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa gadai adalah

kegiatan transaksi keuangan antar dua belah pihak yang terdiri dari

peminjam (debitur) dan yang memberi pinjaman (kreditur) dengan jaminan

berupa barang gerak.

b. Dasar Hukum Gadai

Hak jaminan gadai diatur dalam Buku II KUHPerdata, yaitu dalam

Bab keduapuluh dari pasal 1150 sampai dengan pasal 1160 KUHPerdata.

Adapun bunyi pasal 1150 KUHPerdata Yaitu :

"Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas

suatu barang bergerak, yang dijelaskan diserahkan kepadanya oleh

seorang berutang atau oleh seorang lain atas namanya, dan yang

memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil

pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan dari pada orang-orang

berpiutang lainnya ; dengan kekecualian biaya untuk melelang barang

tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelematkan setelah

barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan."

Menurut Pasal 1160 KUHPerdata yaitu :


"Barang gadai tidak dapat dibagi-bagi, sekalipun utangnya diantara para

waris si berutang atau diantara para warisnya si berpiutang dapat dibagi-

bagi."

Dan secara spesifik peraturan pegadaian diatur dalam POJK

NO31/POJK.05/2016.

Masing-masing pasal yang ada mengatur mengenai pemberian

gadai, hak dan kewajiban gadai, larangan penyalagunaan barang gadai

oleh penerima gadai, hingga penjualan barang gadai (lelang).

c. Subjek dan Objek Gadai

Seperti yang telah disinggung di atas objek gadai adalah benda

bergerak

berwujud, bertubuh (lichamelijk), dan benda bergerak tidak berwujud/tak

bertubuh (onlichamelijk). Sedangkan subjeknya tidak ditetapkan, artinya

siapapun, jadi setiap manusia selaku pribadi (natuurlijke persoon) dan

setiap badan hukum (rechtspersoon) berhak menggadaikan bendanya yang


penting merupakan orang atau pembawa hak yang cakap bertindak, atau

orang yangberhak berbuat bebas terhadap suatu

benda(beschikkingsbevoegd). Menurut Salim, subjek gadai terdiri atas dua

pihak, yaitu pemberi gadai (pandgever) dan penerima gadai (pandnemer),

pandgever, yaitu orang atau badan hukum yang memberikan jaminan dalam

bentuk benda bergerak selaku gadai kepada penerima gadai untuk

pinjaman uang yang diberikan kepadanya atau pihak ketiga.

Sedangkan penerima gadai (pandnemer) adalah orang atau badan

hukum yang menerima gadai sebagai jaminan untuk pinjaman uang yang

diberikannya kepadapemberi gadai(pandgever).Transaksi pegadaian

benda-benda bergerak dapat dilakukan antara orang perorangan, dapat

juga melalui perusahaan umum (Perum) Pegadaian yang sifatnya lebih

formal dan mudah pertanggungjawabannya. Didirikannya lembaga

pegadaian sebenarnya adalah untuk membantu rakyat kecil yang

memerlukanya melalui kredit atau pinjaman-pinjaman dengan syarat yang

ringan dan longgar.Dengan sendirinya barang-barang yang digadaikan juga

tergolong barang-barang dari yang relatif murah hingga yang relatif sedang

harganya seperti radio, sepeda, main-mainan, emas, dan lain-lain. Namun

sebagai akibat krisis moneter yang berkepanjangan yang dimulai pada


pertengahan 1997, pegadaian khususnya di Jakarta saat ini tidaklagi bisa

diidentikkan dengan perusahaan yang hanya membantu rakyat kecil atau

miskin.Oleh karena itu barang yang digadaikan harganyapun relatif mahal

seperti perhiasan yang nilainya bisa mencapai jutaanrupiah. Untuk benda-

benda bergerak tidak berwujud yang berupa macam-macam hak tagihan,

agar mendapatkan pembayaran sejumlah uang, dapat digunakan surat-

surat piutang. Surat-surat yang dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Surat piutang atas nama (vordering op naam), yaitu surat/akta yang di

dalamnya nama kreditur disebut dengan jelas tanpa tambahan apa-apa

(lihat Pasal 1153KUHPerdata).

b. Surat piutang atas bawa /kepada pembawa (vordering aan toonder/to

bearer),yaitu surat/akta yang didalamnya nama kreditur tidak disebut

dengan jelas dalam akta namun dengan tambahan kata-kata

“ataupembawa” (lihat Pasal 1152 ayat (1) KUHPerdata). Contoh: cek

(Pasal 182 KUH Dagang & UUKepailitan)

c. Surat piutang kepada pengganti atau atas tunjuk (vordering aan order),

yaitu surat/akta yang didalamnya nama kreditur disebut dengan jelas


dengan tambahan kata-kata “atau pengganti”. Contoh : wesel (lihat Pasal

1152 bis KUHPerdata)

d. Prosedur dan Syarat Gadai

Berikut merupakan prosedur yang diuraikan oleh lembaga Otoritas Jasa

Keuangan :

1. Mendatangi Kantor Pergadaian dan Mengisi Formulir Gadai Barang

Langkah pertama adalah mendatangi kantor pergadaian terdekat. Untuk

menggadaikan barang, nasabah akan diminta untuk mengisi formulir gadai

barang yang berisikan informasi tentang nasabah, tujuan menggadaikan

barang, jenis barang yang digadai, dan nilai pinjaman yang diinginkan.

2. Menyerahkan Formulir yang telah diisi, dilengkapi dengan KTP, dan barang

yang digadaikan

Setelah mengisi formulir, selanjutnya nasabah dapat menyerahkan formulir

di loket penaksiran barang gadai beserta fotocopy KTP dan barang yang

digadaikan. Petugas akan menaksir nilai barang gadai sehingga akan

berpengaruh pada nilai pinjaman maksimal yang bisa diperoleh nasabah.

3. Pembuatan Surat Bukti Kredit (SBK)


Setelah penaksiran barang yang akan digadaikan selesai, nasabah akan

diinformasikan tentang harga/nilai pinjaman maksimal yang bisa disetujui.

Jika nasabah setuju, maka akan dilanjutkan dengan pembuatan SBK yang

mencantumkan informasi tentang ketentuan atau perjanjian kredit yang

harus disetujui oleh nasabah.

4. Nasabah Menerima Pinjaman dalam bentuk dana tunai Setelah pembuatan

SBK, nasabah akan menerima uang pinjaman dalam bentuk tunai. Namun

sebelumnya, petugas akan menginformasikan jumlah biaya administrasi

yang harus dibayarkan oleh Nasabah. Biaya administrasi harus dibayar

secara tunai agar Nasabah dapat memperoleh pinjamannya secara utuh.

e. Bentuk Gadai

Bentuk gadai dapat bervariasi tergantung pada jenis barang yang

digadaikan dan persyaratan hukum yang berlaku. Berikut adalah beberapa

bentuk gadai yang umum:

1. Gadai Konvensional:
Merupakan bentuk gadai yang dilakukan secara konvensional sesuai

dengan hukum positif yang berlaku. Dalam gadai konvensional, barang

bergerak seperti kendaraan dapat digunakan sebagai jaminan untuk

mendapatkan pinjaman dana.

2. Gadai Syariah

(Rahn)Merupakan bentuk gadai yang sesuai dengan syariat Islam. Dalam

gadai syariah, sistem gadai disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah

Islam, yang melarang adanya bunga dan mengatur rukun-rukun gadai yang

harus dipenuhi.

3. Gadai Tanah

Gadai tanah melibatkan pemberian jaminan atas tanah sebagai bentuk

gadai. Surat perjanjian gadai tanah adalah dokumen hukum yang mengatur

persyaratan dan ketentuan terkait gadai tanah.

4. Gadai Sawah
Gadai sawah juga merupakan bentuk gadai yang melibatkan pemberian

jaminan atas sawah sebagai bentuk gadai. Surat perjanjian gadai sawah

adalah dokumen hukum yang mengatur persyaratan dan ketentuan terkait

gadai sawah.

Selain itu, terdapat juga bentuk-bentuk gadai lainnya yang dapat

disesuaikan dengan jenis barang yang digadaikan dan ketentuan hukum

yang berlaku. Gadai merupakan salah satu alternatif untuk mendapatkan

dana dengan memberikan jaminan atas suatu benda bergerak, yang

digunakan sebagai jaminan atas pinjaman yang diberikan oleh penerima

gadai.

f. Hak dan Kewajiban Pemberi dan Penerima Gadai

Hak penerima gadai atau pemegang gadai adalah:

1. Menerima angsuran pokok pinjaman dan bunga sesuai dengan waktu

yang telah ditentukan.

2. Pemegang gadai mempunyai hak untuk menahan benda yang digadaikan

(hak rentetie) selama pemberi gadai belum melunasi utang pokok maupun

bunga dan biaya-biaya utang lainnya.


3. Hak pemegang gadai untuk melakukan penjualan kebendaan gadai yang

diserahkan kepadanya dengan kekuasaan sendiri (parate eksekusi) di

depan umum (melalui pelelangan umum) menurut kebiasaan-kebiasaan

setempat serta atas syarat-syarat yang lazim berlaku, bila debitur pemberi

gadai wanprestasi atau tidak menepati janji dan kewajiban-kewajibannya,

guna mengambil pelunasan jumlah piutangnnya dari pendapatan penjualan

kebendaan kebendaan yang digadaikan tersebut. Dengan demikian hak

parate eksekusi atas barang gadai ini akan berlaku jika debitur pemberi

gadai benar-benar telah wanprestasi setelah diberikan peringatan untuk

segera membayar atau melunasi utangnya.

4. Hak untuk didahulukan pelunasan utangnnya (preferen).

5. Hak pemegang gadai untuk mendapatkan penggantian biaya perawatan

barang gadai, ketentuan ini terdapat dalam Pasal 1157 ayat (2) KUHPdt

yang menyatakan: Sebaliknya si berutang diwajibkan mengganti kepada si

berpiutang segala biaya yang berguna dan perlu, yang telah dikeluarkan

oleh pihak yang tersebut belakangan ini guna keselamatan barang

gadainya. Dapat diartikan dari ketentuan Pasal di atas bahwa, kreditur

(pemegang gadai) berhak meminta penggantian atas segala biaya yang

berguna dan perlu untuk memelihara dan merawat serta menyelamatkan

kebendaan gadai yang bersangkutan, yang telah dikeluarkan kreditur


(pemegang gadai). dengan kata lain kreditur (pemegang gadai) dapat

menuntut debitur (pemberi gadai) untuk memberikan penggantian biaya-

biaya yang berguna yang telah dikeluarkannya dalam rangka merawat dan

menjaga nilai ekonomis dari kebendaan gadai yang bersangkutan.

Kewajiban penerima gadai atau pemegang gadai (kreditur) diatur

dalam Pasal 1154, Pasal 1155, Pasal 1156, dan Pasal 1157 KUHPdt.

Kewajiban penerima gadai:

1. Tidak diperkenankan mengalihkan barang yang digadaikan menjadi

miliknya, walaupun pemberi gadai wanprestasi (Pasal 1154 KUHPdt)

2. Memberi tahukan kepada pemberi gadai (debitur), apabila ia bermaksud

hendak menjual barang yang digadaikan dengan melalui sarana,

telekomunikasi atau sarana komunikasi lainnya (Pasal 1156 ayat (2) dan

ayat (3) KUHPdt).

3. Bertanggung jawab atas hilang atau berkurangnya nilai barang yang

digadaikan yang berada dalam penguasaan penerima gadai (kreditur),

apabila kelalaian ini diakibatkan olehnya. Artinya penerima gadai

berkewajiban untuk menjaga dan merawat barang yang digadaikan tersebut

(Pasal 1157 KUHPdt).


4. Penerima gadai berkewajiban mengembalikan barang yang digadaikan

setelah pemberi gadai (debitur) melunasi utang pokok beserta Bunga dan

biaya lainnya (Pasal 1159 ayat (1) KUHPdt).

5. Penerima gadai dilarang untuk menikmati barang yang digadaikan

kepadanya dan pemberi gadai (debitur) berhak untuk menuntut

pengembalian barang yang digadaikan tersebut dari tangan penerima

gadai, apabila penerima gadai telah menyalahgunakannya (Pasal 1159 ayat

(1) KUHPdt).

6. Penerima gadai berkewajiban memberikan peringatan atau somasi

kepada pemberi gadai (debitur) apabila yang bersangkutan telah lalai

memenuhi kewajibannya untuk melunasi piutangnnya (Pasal 1155 ayat (1)

KUHPdt).

7. Penerima gadai juga berkewajian untuk menyerahkan daftar perhitungan

hasil penjualan barang gadai kepada pemberi gadai (debitur) dan

sesudahnya penerima gadai (kreditur) dapat mengambil bagian jumlah

untuk pelunasan piutang pemberi gadai (debitur) (Pasal 1155 ayat (1)

KUHPdt).

Hak pemberi gadai (debitur):

1. Menerima uang gadai dari penerima gadai


2. Berhak atas barang gadai, apabila utang pokok, bunga, dan biaya lainnya

telah dilunasinya

3. Berhak menuntut kepada pengadilan supaya barang gadai dijual untuk

melunasi utang-utangnya (Pasal 1156 KUHPdt)

Kewajiban pemberi gadai:

1. Menyerahkan barang gadai kepada penerima gadai

2. Membayar pokok dan sewa modal kepada penerima gadai

3. Membayar biaya yag dikeluarkan oleh penerima gadai untuk

menyelamatkan barang-barang gadai (Pasal 1157 KUHPdt).

g. Hapusnya Gadai

Ketentuan tentang hapusnya gadai dapat ditemukan dalam

ketentuan Pasal 1152 KUHPdt. Bahwa bagi benda bergerak yang berwujud,

kembalinya barang gadai tangan pemberi gadai mengakibatkan hapusnya

gadai. Hal kedua yang dapat mengakibatkan hapusnya gadai terdapat pada

pasal 1159 KUHPdt.

Berdasarkan rumusan pada Pasal ini bahwa gadai hapus dan hanya

hapus apabila perikatan pokoknya telah dilunasi sebelumnya.12 Sesuai


dengan sifat perjanjian pemberian jaminan yang merupakan perjanjian

acessoir, dapat diartikan bahwa ada atau tidaknya hak gadai itu ditentukan

oleh eksistensi perjanjian pokok atau perjanjian pendahulunya yang menjadi

dasar adanya perjanjian pemberian jaminan.

Ketentuan dalam Pasal 1381 KUHPdt menyebutkan bahwa suatu

perjanjian (perikatan) hapus karena empat alasan, diantaranya yaitu

pelunasan, perjumpaan utang (dispensasi), pembaharuan utang (novasi),

dan pembebasan utang. Selain alasan-alasan hapusnya hak gadai yang

telah disebutkan di atas, terdapat alasan lagi yang dapat menyebabkan

hapusnya hak gadai yaitu, terjadinya penyalahgunaan barangbarang atau

kebendaan yang digadaikan oleh kreditur pemegang gadai (penerima

gadai) ketentuan ini seperti yang telah tercantum dalam Pasal 1159

KUHPdt.

h. Proses Pelelangan Gadai

Proses pelelangan gadai biasanya terjadi ketika seseorang gagal

untuk melunasi pinjaman yang dijamin dengan barang berharga yang

dijadikan gadai. Pada proses ini, barang gadai akan dilelang untuk

membayar utang yang belum terlunasi. Proses ini melibatkan pengumuman


lelang, penentuan harga awal, pelaksanaan lelang, dan penjualan barang

kepada penawar tertinggi.

Tentu, proses pelelangan gadai biasanya dimulai dengan

pemberitahuan kepada peminjam yang belum melunasi pinjaman. Jika tidak

ada penyelesaian, barang gadai tersebut akan diumumkan akan dilelang.

Proses lelang ini termasuk menetapkan nilai awal barang, penyelenggaraan

lelang, pendaftaran peserta, dan penjualan kepada penawar tertinggi. Hasil

penjualan kemudian digunakan untuk melunasi utang yang belum terbayar.

Jika ada sisa, biasanya dikembalikan kepada peminjam atau pihak yang

berhak.

Setelah pengumuman lelang, waktu dan tempat lelang biasanya

diumumkan secara publik atau melalui platform online. Pihak yang berminat

hadir untuk melihat barang, menentukan nilai tawar, dan mendaftar sebagai

peserta lelang. Lelang kemudian dilaksanakan dengan proses penawaran

dari peserta yang memperebutkan barang tersebut. Barang akan dijual

kepada penawar dengan penawaran tertinggi. Hasil penjualan tersebut

kemudian digunakan untuk melunasi utang peminjam, sementara sisanya

dikembalikan kepada peminjam atau pihak yang berhak.


Setelah penjualan selesai, ada tahap administratif di mana

dokumentasi tentang lelang dan penjualan dibuat. Ini termasuk pembuatan

laporan tentang hasil lelang, transaksi penjualan, dan penggunaan dana

dari penjualan tersebut. Proses ini bertujuan untuk memastikan transparansi

dan kepatuhan hukum terhadap proses lelang yang dilakukan. Jika terdapat

sisa dana setelah melunasi utang, biasanya akan dikembalikan kepada

peminjam atau pihak yang berhak menerimanya.

Setelah proses administratif selesai, barang yang telah dilelang

biasanya diserahkan kepada pembeli yang menawar tertinggi. Pihak yang

menjalankan lelang juga bertanggung jawab untuk memberikan

dokumentasi resmi terkait penjualan barang kepada pembeli sebagai bukti

kepemilikan yang sah. Bagi peminjam yang masih memiliki kewajiban

terhutang, lelang barang gadai dapat dianggap sebagai penyelesaian dari

pinjaman yang belum terlunasi. Proses ini mengakhiri hubungan gadai

antara pemberi pinjaman dan peminjam terkait barang yang telah dilelang.

Setelah barang dilelang dan transaksi selesai, terjadi penyelesaian

formal terkait pinjaman yang belum terlunasi. Pihak yang memberi pinjaman

menutup akun pinjaman yang terkait dengan barang gadai tersebut. Bagi
peminjam, jika ada sisa dari hasil penjualan setelah melunasi utang,

biasanya pihak yang mengadakan lelang akan mengembalikan kelebihan

dana kepada peminjam. Namun, jika terdapat kekurangan pembayaran,

pihak peminjam masih bertanggung jawab untuk melunasinya.

Setelah proses pelelangan selesai, pihak yang menjadi penjual atau

yang mengadakan lelang biasanya memberikan konfirmasi tertulis kepada

pemenang lelang. Konfirmasi ini meliputi detail pembayaran, proses

penyerahan barang, serta semua dokumen resmi yang diperlukan untuk

mentransfer kepemilikan barang kepada pembeli. Bagi pihak yang berperan

sebagai peminjam, perlu memastikan bahwa semua dokumen terkait

penyelesaian pinjaman sudah diterima dan memahami kewajiban apa yang

perlu dipenuhi setelah proses lelang selesai.

k. Contoh Gadai

Contoh 1: seseorang menghadapi masalah keuangan mendesak dan

memerlukan dana cepat. Mereka memiliki perhiasan berharga yang

kemudian dijadikan jaminan untuk meminjam uang dari lembaga keuangan

atau lembaga gadai. Jaminan tersebut digunakan sebagai underwriting atau

jaminan agar pihak yang memberikan pinjaman merasa lebih aman.


Jika dalam batas waktu yang ditentukan, peminjam tidak dapat

melunasi pinjaman beserta bunganya, lembaga gadai atau pemberi

pinjaman bisa menjalankan proses pelelangan gadai. Barang tersebut

kemudian dilelang untuk mendapatkan dana yang diperlukan untuk

melunasi pinjaman yang belum terbayar. Jika hasil lelang melebihi jumlah

utang, sisa dana tersebut akan dikembalikan kepada peminjam. Namun, jika

tidak cukup, peminjam masih bertanggung jawab untuk melunasi

kekurangannya.

Contoh 2: seseorang memiliki kendaraan yang digunakan sebagai jaminan

pinjaman. Mereka mendapat pinjaman dengan menjaminkan kendaraan

tersebut pada lembaga keuangan atau lembaga gadai. Namun, karena

berbagai alasan, peminjam tidak mampu membayar pinjaman tepat waktu.

Dalam kasus ini, lembaga gadai memiliki hak untuk menjalankan

proses pelelangan gadai. Mereka mengumumkan lelang kendaraan tersebut

untuk mendapatkan dana yang dibutuhkan untuk melunasi pinjaman yang

belum terbayar. Setelah lelang, hasil penjualan kendaraan tersebut akan

digunakan untuk membayar utang peminjam. Jika hasil lelang melebihi

jumlah utang, kelebihannya akan dikembalikan kepada peminjam. Namun,


jika hasil lelang tidak cukup untuk melunasi utang, peminjam masih

bertanggung jawab untuk membayar sisa yang masih terutang.

Contoh 3: eseorang yang membutuhkan uang secara mendesak untuk

keperluan medis mendadak. Mereka memiliki perhiasan berharga yang

kemudian dijadikan jaminan atau gadai di sebuah lembaga keuangan.

Pemilik perhiasan tersebut mendapatkan pinjaman sebesar nilai

tertentu dari lembaga gadai dengan menggunakan perhiasan sebagai

jaminan. Mereka sepakat untuk membayar pinjaman tersebut dalam batas

waktu tertentu sesuai dengan perjanjian yang dibuat, bersama dengan

bunga yang telah disepakati.

Namun, karena berbagai alasan, peminjam tidak mampu membayar

pinjaman tepat waktu. Lembaga gadai memiliki hak untuk menjalankan

proses pelelangan gadai. Mereka kemudian menjadwalkan lelang perhiasan

tersebut untuk mendapatkan dana yang diperlukan untuk melunasi

pinjaman yang belum terbayar.

Barang gadai, dalam hal ini perhiasan, akan dilelang kepada

penawar tertinggi. Hasil penjualan digunakan untuk membayar utang

peminjam. Jika hasil lelang melebihi jumlah utang, kelebihannya akan

dikembalikan kepada peminjam. Namun, jika hasil lelang tidak cukup untuk
melunasi utang, peminjam masih bertanggung jawab untuk membayar sisa

yang masih terutang.

l. Bagaimana jangka Waktu Gadai apabila Jatuh Tempo Gadai

Sudah ada

Jangka waktu gadai atau jatuh tempo gadai dapat bervariasi

tergantung pada perjanjian yang dibuat antara peminjam dan

lembaga gadai. Biasanya, jangka waktu gadai atau tenggat waktu

pembayaran pinjaman dan bunga ditetapkan dalam perjanjian saat

barang dijadikan jaminan.

Tenggat waktu ini bisa bervariasi dari beberapa minggu

hingga beberapa bulan tergantung pada kebijakan lembaga gadai

serta nilai dan jenis barang yang digadaikan. Ketika jatuh tempo

gadai sudah tercapai dan peminjam belum melunasi pinjaman

beserta bunganya, lembaga gadai memiliki hak untuk menjalankan

proses pelelangan barang yang digadaikan. Ini dilakukan untuk

mendapatkan dana yang diperlukan guna melunasi utang yang

belum terbayar.
etelah jatuh tempo gadai terlewati dan peminjam tidak dapat

melunasi pinjaman, biasanya lembaga gadai memberikan

pemberitahuan kepada peminjam mengenai rencana pelelangan

barang gadai. Pemberitahuan ini dapat berupa pemberitahuan tertulis

atau pemberitahuan langsung kepada peminjam.

Proses selanjutnya biasanya melibatkan pengumuman resmi

tentang lelang yang akan dilakukan, termasuk tanggal, waktu, dan

lokasi pelaksanaan lelang. Ini memberikan kesempatan kepada

peminjam untuk mempersiapkan diri sebelum barang gadai dilelang

untuk membayar pinjaman yang belum terlunasi.


III. Penutup

a. Kesimpulan

kesimpulannya bisa menggarisbawahi beberapa poin kunci:

1. Definisi Gadai

Gadai adalah praktik pemberian pinjaman dengan menggunakan barang

berharga sebagai jaminan atau underwriting.

2. Proses Gadai

Proses ini melibatkan penilaian barang, penentuan nilai, pembuatan

perjanjian, dan penyerahan barang sebagai jaminan.

3. Jangka Waktu dan Pembayaran

Jangka waktu dan pembayaran pinjaman ditetapkan dalam perjanjian,

dengan batas waktu yang harus diikuti oleh peminjam. Jika gagal melunasi,

barang gadai dapat dilelang.

4. Pelelangan Gadai

Jika peminjam tidak bisa melunasi pinjaman sesuai batas waktu, barang

gadai dilelang untuk mendapatkan dana melunasi utang yang belum

terbayar.

5. Hasil Lelang
Hasil lelang digunakan untuk membayar utang peminjam. Jika kelebihan

dana dari hasil lelang, biasanya dikembalikan kepada peminjam; jika

kurang, peminjam masih bertanggung jawab untuk membayar sisa utang.

6. Kesimpulan Umum

Praktik gadai merupakan alternatif peminjaman yang memanfaatkan barang

berharga sebagai jaminan. Peminjam harus memahami konsekuensi dari

gagal membayar sesuai perjanjian, seperti proses pelelangan barang gadai

dan tanggung jawab melunasi sisa utang.

Kesimpulan ini menekankan pentingnya pemahaman terhadap proses gadai

serta implikasinya bagi peminjam jika tidak dapat memenuhi kewajiban

pembayaran sesuai kesepakatan.


b. Daftar Pustaka

[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Gadai

[2] https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/379

[3] https://www.ocbc.id/id/article/2022/03/09/gadai-adalah

[4] https://www.rumah.com/panduan-properti/surat-perjanjian-gadai-tanah-

77664

[5] https://www.rumah.com/panduan-properti/surat-perjanjian-gadai-sawah-

89005

[6] https://badilag.mahkamahagung.go.id/artikel/publikasi/artikel/slamet-s-

ag-s-h-m-h

[7] https://www.rumah.com/panduan-properti/surat-perjanjian-gadai-sawah-

89005

[8]

https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthawicara/article/download/50644/30019

[9] https://www.99.co/id/panduan/surat-gadai-rumah/

Anda mungkin juga menyukai