Anda di halaman 1dari 3

Edukasi Nilai-Nilai Pancasila pada Anak Usia Dini

Intan Nur’ainiza Sitorus


Mahasiswa Universitas Negeri Medan
(email: intannurainiza14@gmail.com)

Abstrak

Keywords

A. PENDAHULUAN

Menurut Laura (2006:217) antara usia anak 2 dan 6 tahun, otak mengalami peningkatan
70% dari berat dewasa sampai 90%, pada usia 4 tahun banyak bagian dari korteks serebral telah
di over produksi sinapsis. Hal ini, menunjukkan bahwa pada masa usia dini (0- 6/8 tahun)
merupakan masa yang tepat untuk dilakukan pendidikan guna merangsang kecerdasan anak
supaya dapat berkembang dengan optimal. Atas dasar inilah penting kiranya dilakukan
pendidikan anak usia dini dalam rangka memaksimalkan kemampuan dan potensi anak.
Penanaman nilai-nilai Pancasila sangat tepat untuk diberikan pada anak usia dini, mengingat
pada usia inilah anak memiliki potensi untuk dapat dibentuk karakternya. Pembentukan karakter
anak usia dini yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dalam proses pembelajaran salah satunya
dapat dilakukan melalui penggunaan media gambar.
Konsep pendidikan karakter berikutnya digagas oleh Thomas Lickona (2005), yang
menyatakan bahwa karakter yang baik meliputi memahami, peduli, dan berperilaku berdasarkan
nilai-nilai etika dasar. Pendidikan karakter memiliki peran membantu siswa dan komunitas
sekolah untuk memahami nilai-nilai yang baik dan berperilaku berdasarkan nilai-nilai tersebut.
Negara memiliki kepentingan dalam menentukan karakter, khususnya yang terkait dengan
ideologi, nasionalisme, hukum, dan kewarganegraraan yang dikenal sebagai karakter bangsa.
Karakter bangsa ini dikenalkan sejak anak usia dini dengan cara-cara yang sederhana. Misalnya,
anak diajak membuat bendera merah putih dari kertas lalu guru bercerita tentang arti bendera
negara merah-putih. Di samping itu, anak juga dikenalkan dengan nilainilai yang bersifat
universal yang diterima di seluruh masyarakat Indonesia bahkan dunia; seperti hormat, jujur,
murah hati, tekun, memiliki integritas, perhatian, toleran, kerjasama, kerja keras, sabar, tanggung
jawab, dan dapat dipercaya. Kini pendidikan anak usia dini menghadapi banyak nilai yang
diusulkan oleh berbagai pihak agar masuk dalam kurikulum PAUD, seperti aturan lalu lintas,
pendidikan anti korupsi, pendidikan kelautan, pendidikan lingkungan hidup, dan pendidikan
pembangunan berkelanjutan. Berikut nilai-nilai, moral, dan karakter yang dikem-bangkan dalam
pendidikan anak usia dini yang berbeda tiap negara, sekolah, dan masyarakat.
Internalisasi Pancasila dilakukan melalui berbagai penerapan pembelajaran inovatif,
kreatif, dan kontekstual secara utuh melalui pendidikan nilai dan moral, pendekatan lingkungan
meluas, pembelajaran aktif, terpadu, berkelompok, keteladanan, penciptaan iklim kelas dan
budaya sekolah yang berkarakter Pancasila (Winaputra, 2014:260). Pendidikan karakter
dilakukansecara informal,dikemas dan disusupkan dalam interaksi belajar dan pembelajaran
(learning and instruction) yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan pembentukan karakter
dengan menerapkan berbagai kegiatan yang terstruktur (structured learning experiences)
(Lickona, 2004:324). Ia dilakukan pada semua subjek didik dengan penekanan yang berbeda
melalui interaksi dalam proses pembelajaran akan melahirkan dampak pengiring (nurturant
effect), sehingga guru PAUD bertindak sebagai sosok panutan (role model).

B.Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan


pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh
informasi tentang fakta-fakta yang ada di lapangan, yakni mengenai ”Edukasi Nilai-Nilai
Pancasila pada Anak Usia Dini ”. Peneliti menggunakan metode deskriptif dikarenakan datadata
yang dikumpulkan berupa katakata, gambar, dan bukan angka-angka. Sehingga laporan
penelitian akan berisi data-data untuk memberi gambaran pada penyajian laporan tersebut.

Penelitian kualitatif ini mengacu pada latar belakang alami sebagai suatu keseluruhan
yang mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, mengadakan analisis secara induktif,
mengarahkan sasaran penelitian pada usaha untuk menemukan teori dasar, bersifat deskriptif,
lebih mementingkan proses daripada hasil, membatasi kajian penelitian dengan fokus masalah,
memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, rancangan penelitian bersifat
sementara, dan hasil penelitiannya disepakati kedua belah pihak yaitu peneliti dan subjek
penelitian. (Moleong, 2003:3). Teknik pengumpulan data yang diguna-kan dalam penelitian ini
adalah observasi partisipatif, wawancara mendalam, dokumentasi, triangulasi dan studi literatur
(Sugiyono, 2011: 225). Dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
reduksi data, display data, verifikasi dan penarikan kesimpulan (Miles dan Huberman, 2007).

Anda mungkin juga menyukai