Anda di halaman 1dari 136

ANALISIS MISKONSEPSI BUKU AJAR FISIKA SMA

KELAS X PADA MATERI VEKTOR

SKRIPSI

Oleh:

Nama : Hema Sri Handayani

NPM : 16100021

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN

MEDAN

2020
ANALISIS MISKONSEPSI BUKU AJAR FISIKA SMA

KELAS X PADA MATERI VEKTOR

SKRIPSI

Diajukan pada Universitas HKBP Nommensen untuk Memenuhi

Syarat Penyelesaian Program Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

Nama : Hema Sri Handayani

NPM : 16100021

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN

MEDAN

2020
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI

Usulan Penelitian oleh:

Nama : Hema Sri Handayani

NPM : 16100021

Program Studi : Pendidikan Fisika

Judul : Analisis Miskonsepsi Buku Ajar Fisika SMA Kelas X

Pada Materi Vektor.

Telah disetujui dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diajukan dalam ujian
skripsi.

Pembimbing 1

Hebron Pardede, S.Si., M.Si.

Pembimbing II

Drs. Juliper Nainggolan, M.Si.

Medan, September 2020

Wakil Ketua Program Studi

Pendidikan Fisika

i
Parlindungan Sitorus, S.Si., M.Si.

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi oleh:

Nama : Hema Sri Handayani

NPM : 16100021

Program Studi : Pendidikan Fisika

Judul : Analisis Miskonsepsi Buku Ajar Fisika SMA Kelas X

Pada Materi Vektor.

Telah dipertahankan dihadapan dewan penguji pada tanggal................

Dewan Penguji:

1. Hebron Pardede, S.Si., M.Si. (Pembimbing I) ( )

2. Drs. Juliper Nainggolan, M.Si. (Pembimbing II) ( )

3. (Penguji I) ( )

4. (Penguji II) ( )

Mengesahkan Mengetahui

Dekan FKIP Wakil Ketua Program Studi

Pendidikan Fisika

ii
Dr. Hilman Pardede, M.Pd. Parlindungan Sitorus, S.Si., M.Si.

LEMBAR PERSETUJUAN PENGGANDAAN SKRIPSI

NAMA : HEMA SRI HANDAYANI

NPM : 16100021

PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN FISIKA

JUDUL : Analisis Miskonsepsi Buku Ajar Fisika SMA Kelas X

Pada Materi Vektor

1. Hebron Pardede, S.Si., M.Si. ( )

2. Drs. Juliper Nainggolan, M.Si. ( )

3.

4.

Pelaksana Wakil Ketua Prodi

Pendidikan Fisika,

(Parlindungan Sitorus, S.Si., M.Si.)

iii
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

Nama : Hema Sri Handayani

NPM : 16100021

Dosen Pembimbing 1 : Hebron Pardede, S.Si., M.Si.

Judul Skripsi : Analisis Miskonsepsi Buku Ajar Fisika SMA Kelas


X Pada Materi Vektor

PARAF
NO HARI/TANGGAL MATERI/BAB
DOSEN
1. 01-05-2020 Pengajuan Judul
2. 05-05-2020 ACC Judul
3. 25-05-2020 BAB I – BAB II
4. 27-05-2020 BAB I – BAB II
5. 30-05-2020 BAB I – BAB II
6. 01-06-2020 BAB I – BAB II
7. 03-06-2020 BAB I – BAB II
8. 04-06-2020 BAB I – BAB II
9. 06-06-2020 BAB I – BAB II
10. 07-06-2020 ACC Seminar Proposal
11. 04-09-2020 BAB IV
12. 14-09-2020 BAB IV – BAB V
13.
14.

Medan, September 2020

Ketua Prodi PendidikanFisika

iv
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
Parlindungan Sitorus, S.Si.,M.Si

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

Nama : Hema Sri Handayani

NPM : 16100021

Dosen Pembimbing 2 : Drs. Juliper Nainggolan, M.Si.

Judul Skripsi : Analisis Miskonsepsi Buku Ajar Fisika SMA Kelas


X Pada Materi Vektor

PARAF
NO HARI/TANGGAL MATERI/BAB
DOSEN
1 09-06-2020 BAB I – BAB III
2 12-06-2020 BAB I – BAB III
3 13-06-2020 ACC Seminar Proposal
4
5
6

Medan, September 2020

Ketua Prodi PendidikanFisika

v
Parlindungan Sitorus, S.Si.,M.Si

SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT DAN MEMALSUKAN DATA

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Hema Sri Handayani

Tempat/Tanggal Lahir : P.Brandan, 14 Agustus 1998

NPM : 16100021

Program Studi : Pendidikan Fisika

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis


Miskonsepsi Buku Ajar Fisika SMA Kelas X Pada Materi Vektor”.

1. Adalah benar-benar hasil karya saya sendiri (tidak hasil plagiasi/jiplakan).


2. Tidak didasarkan pada data palsu.

Apabila pada kemudian hari terbukti bahwa pernyataan saya tidak benar, saya
bersedia menanggung resiko dan siap diperkarakan sesuai dengan aturan yang
berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Medan, September 2020

Yang menyatakan,

(Hema Sri Handayani)

vi
NPM: 16100021

ABSTRAK
Analisis Miskonsepsi Buku Ajar Fisika SMA

Kelas X Pada Materi Vektor

Oleh:
Nama : Hema Sri Handayani
NPM : 16100021
Dosen Pembimbing : (1). Hebron Pardede, S.Si., M.Si.
(2). Drs. Poltak Panjaitan, M.Pd.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui ada tidaknya miskonsepsi


pada materi vektor, (2) Mengetahui persentase miskonsepsi pada materi vektor,
(3) Mengetahui ada tidaknya identifikasi keterangan lain yang berpotensi
menimbulkan miskonsepsi pada materi vektor dalam buku ajar berikut ini: Fisika
SMA/MA Kelas X, karangan Hari Subagya, penerbit PT. Bumi Aksarra
berdasarkan kurikulum 2013 edisi revisi 2016, Fisika 1 untuk SMA/MA Kelas X,
karangan Marthen Kanginan, penerbit Erlangga berdasarkan kurikulum 2013 edisi
revisi 2016, dan Fisika untuk SMA/MA Kelas X, karangan Ketut Kamajaya,
penerbit Grafindo Media Pratama berdasarkan kurikulum 2013 edisi revisi 2016.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif bersifat deskriptif. Objek atau
materi ajar pada penelitian ini adalah konsep vektor pada ketiga buku ajar
tersebut. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kajian pustaka untuk mendapatkan konsep yang benar. Validitas (keabsahan) data
menggunakan teknik triangulasi dengan studi pustaka terhadap konsep-konsep
dari buku ajar yang diteliti, disesuaikan dengan buku pembanding. Teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis kualitatif
deskriptif yang terdiri dari empat tahap yaitu Tahap Pengumpulan Data, Tahap
Reduksi Data, Tahap Penyajian Data, dan Tahap Pengambilan Kesimpulan.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai
berikut: (1) Pada buku A terdapat miskonsepsi pada materi ajar vektor, pada buku
B tidak terdapat miskonsepsi pada materi ajar vektor, dan Pada buku C terdapat
miskonsepsi pada materi ajar vektor, (2) Persentase miskonsepsi buku A pada
materi vektor sebesar 4,3%, Persentase miskonsepsi buku B pada materi vektor
sebesar 0%, dan Persentase miskonsepsi buku C pada materi vektor sebesar 13%,
(3) Buku A dari 23 konsep yang seharusnya ada berdasarkan silabus, dalam buku
memuat 9 konsep tidak ada, 1 konsep tidak lengkap, 1 perbaikan notasi gambar,
dan 1 perlu penambahan gambar. Buku B dari 23 konsep yang seharusnya ada
berdasarkan silabus, dalam buku memuat 12 konsep tidak ada dan 2 perlu

vii
penambahan gambar. dan buku C dari 23 konsep yang seharusnya ada
berdasarkan silabus, dalam buku memuat 3 konsep tidak ada, 2 perbaikan
penulisan istilah, 1 konsep tidak lengkap, 1 perbaikan penulisan perumusan, dan 1
perlu penambahan gambar.
Kata Kunci: Miskonsepsi, Buku Ajar, Vektor.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyeselaikan

penulian skripsi ini yang berjudul “Analisis Miskonsepsi Buku Ajar Fisika SMA

Kelas X Pada Materi Vektor”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan sebagai persyarat dalam

memperoleh Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan (FKIP) Universitas HKBP Nommensen Medan.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa

adanya bantuan, dorongan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

pada kesempatan ini dengan kerendahan hati dan rasa hormat penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Hebron Pardede, S.Si., M.Si., selaku dosen Pembimbing I dalam

penyusunan skripsi ini yang sangat banyak memberikan motivasi dan arahan

serta membagikan begitu banyak ilmu kepada penulis mulai dari awal sampai

pada selesainya penyusunan skripsi ini.

viii
2. Bapak Drs. Juliper Nainggolan, M.Si., selaku dosen Pembimbing II dalam

penyusunan skripsi ini yang memberikan masukan dalam penyempurnaan

skripsi ini mulai dari awal sampai selesainya.

3. Bapak selaku dosen Penguji I dalam penyusunan skripsi ini yang memberikan

saran kepada penulis untuk penyempurnaan skripsi ini.

4. Bapak selaku dosen Penguji II sekaligus Ketua Prodi Pendidikan Fisika yang

telah memberikan masukan dan dukungan dalam penulisan skripsi ini mulai

dari awal sampai terselesaikannya.

5. Bapak Dr. Hilman Pardede, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas HKBP Nommensen Medan.

6. Bapak Dr. Haposan Siallagan, S.H., M.H., selaku Rektor Universitas HKBP

Nommensen Medan.

7. Seluruh Bapak/Ibu dosen Program Studi Pendidikan Fisika yang sudah

banyak membagikan ilmu kepada penulis mulai dari awal perkuliahan sampai

terselesaikannya penulisan skripsi ini, kiranya ilmu yang telah diberikan

dapat diimplementasikan penulis.

8. Seluruh pegawai TU Fakultas Keguuruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)

Universitas HKBP Nommensen Medan yang banyak membantu penulis

dalam setiap pengurusan berkas.

9. Ibu Tiarma P. Siagian, S.Sos., selaku Kepala Perpustakaan Universitas HKBP

Nommensen Medan yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis.

10. Kedua orangtua penulis yang sangat istimewa, Ayahanda Hotmaruli

Situmeang dan Ibunda Erianti Br. Butar-Butar atas semua doa, kasih sayang,

ix
perhatian, nasihat, motivasi, dan materi yang diberikan kepada penulis sampai

saat ini.

11. Keluarga terkasih, keenam adik penulis Friska Adenia Roma Ito

Br.Situmeang, Trisna Yulandari Br.Situmeang, Yemima Br.Situmeang, Tiolina

Sapangkirimon Br.Situmeang, Marito Br.Situmeang, Indri Pelangi Natanaila

Br.Situmeang dan semua keluarga besar penulis yang tidak dapat disebutkan

satu per satu yang telah mendukung dan mendoakan penulis.

12. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika Stambuk 2016

yang saling memberikan dukungan dan motivasi selama mengikuti

perkuliahan di Universitas HKBP Nommensen Medan, berkat bantuan dan

dukungan mereka penulis bisa sampai sejauh ini.

13. Adik-adik mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika stambuk 2017-2019

yang banyak mmendukung penulis selama perkuliahan berlangsung.

14. Alumni Pendidikan Fisika yang telah memberikan saran dan dukungan

kepada penulis mulai dari awal sampai terselesaikannya skripsi ini.

15. KTB Alena ( Kak Vera Munthe, Lisbet Pintauli Sitorus, Morianta Sitepu, dan

Perseveranda Onjom) yang telah memberikan semangat dan masukan kepada

penulis.

16. Teman kos (keluarga seatap di perantauan) di jalan Pelita II, Gg.Kelapa no 18

kak Irene Bernadetha Siagian, S.KM., Arga Fitriyani Sitorus, Friska Adenia

Romaito Situmeang yang selalu ada bersama penulis baik suka maupun duka

yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan serta doa.

x
17. Teman-teman seperjuangan penulis Agnes Gultom, Winda Barus, Arga

Sitorus, Ernita Manalu, Perseveranda Onjom, Nindy Simarmata, Marcelina

Sijabat, Eklesia Gultom, Irawati Nainggolan, Ayu Siallagan, Rika Purba, Mei

Banjarnahor dan yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang selalu

mendukung, bekerjasama, dan saling mendoakan.

18. Teman-teman PPL di SMA Negeri 8 Medan beserta guru pamong penulis, Ibu

Dra. Rosmaida Asianna Purba, S.Pd, M.Si., yang memberikan semangat

kepada penulis.

Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan

jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, demi kesempurnaan skripsi ini, saran

dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Dengan segala

keterbatasannya, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-

besarnya.

Medan, September 2020

Penulis,

Hema Sri Handayani

NPM: 16100021

xi
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI..............................................................i


HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI...............................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN PENGGANDAAN SKRIPSI...............................iii
......................................................................................................................................iv
BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI.........................................................iv
BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI..........................................................v
SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT DAN MEMALSUKAN DATA.. .v
ABSTRAK.............................................................................................................vi
KATA PENGANTAR...........................................................................................vii
DAFTAR ISI.........................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiv
DAFTAR TABEL.................................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Identifikasi Masalah..............................................................................................5

xii
C. Batasan Masalah....................................................................................................6
D. Rumusan Masalah.................................................................................................6
E. Tujuan Penelitian...................................................................................................7
F. Manfaat Penelitian.................................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................9
A. Kerangka Teoritis..................................................................................................9
1.Miskonsepsi.......................................................................................................9
2.Buku Ajar.........................................................................................................11
B. Kajian Penelitian Yang Relevan..........................................................................17
C. Materi Pembelajaran............................................................................................19
1.Vektor dan Skalar.............................................................................................19
2.Penjumlahan Vektor.........................................................................................22
3.Komponen-Komponen Vektor..........................................................................26
4.Vektor Satuan...................................................................................................28
5.Menambahkan Vektor melalui Komponen-Komponennya...............................29
6.Vektor dan Fisika..............................................................................................30
7.Perkalian Vektor...............................................................................................30
D. Kerangka Konseptual..........................................................................................32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................34
A. Waktu dan Tempat Peneltian...............................................................................34
B. Populasi dan Sampel Penelitian...........................................................................34
1.Populasi............................................................................................................34
2.Sampel..............................................................................................................35
C. Prosedur Penelitian..............................................................................................37
D. Jenis Penelitian.................................................................................................38
E. Instrumen Penelitian............................................................................................39
F. Validitas (Keabsahan) Data.................................................................................43
G. Teknik Pengumpulan Data...................................................................................43
H. Teknik Analisis Data............................................................................................44
BAB IV HASIL PENELITIAN...........................................................................47
A. Deskripsi Objek Penelitian..................................................................................47

xiii
B. Deskripsi Temuan Penelitian...............................................................................48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................63
A. Kesimpulan.........................................................................................................63
B. Saran...................................................................................................................64
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................67

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus Fisika Kelas X............................................................ 69

Lampiran 2 Tabel Analisis Miskonsepsi Buku A..................................... 74

Lampiran 3 Tabel Analisis Miskonsepsi Buku B..................................... 84

Lampiran 4 Tabel Analisis Miskonsepsi Buku C..................................... 97

Lampiran 5 Tabel Rangkuman Hasil Perhitungan Identifikasi

Keterangan lain................................................................... 109

Lampiran 6 Tabel Persentase Miskonsepsi............................................. 111

Lampiran 7 Riwayat Hidup..................................................................... 112

Lampiran 8 Surat Izin Penelitian............................................................ 113

Lampiran 9 Surat Balasan Penelitian...................................................... 114

xiv
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Penyebab Miskonsepsi ....................................................... 23


Tabel 3.1. Hasil Analisis Miskonsepsi ................................................. 38
Tabel 3.2. Rangkuman Hasil Perhitungan Identifikasi Keterangan
Lain .................................................................................... 40
Tabel 3.3. Persentase Miskonsepsi ....................................................... 41
Tabel 4.1. Data Hasil Persentase Miskonsepsi ..................................... 46
Tabel 4.2. Data Rangkuman Hasil Perhitungan Identifikasi
Keterangan lain ................................................................... 52

xv
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Vektor ⃗


A adalah perpindahan Dari titik P1 ke P2 ...................... 20

Gambar 2.2. Vektor ⃗


C adalah jumlah vektor dari vektor ⃗
A dan ⃗
B ................ 23

Gambar 2.3. Beberapa konstruksi untuk mendapatkan jumlah vektor


A+ ⃗ ⃗ ................................................................................ 24
B +C

Gambar 2.4. (a) vektor ⃗


A dan vektor ⃗
B ......................................................... 25

Gambar 2.4. (b) vektor ⃗


A dan vektor – ⃗
B ...................................................... 25

Gambar 2.4. (c) Selisih vektor ⃗


A−⃗
B adalah penjumlahan

vektor ⃗
A dan −⃗
B ...................................................................... 25

Gambar 2.4. (d) Untuk pengujian: ( ⃗


A+ ⃗
B)+ ⃗
B =⃗
A ................................. 25

Gambar 2.5. Komponen a x dan a y dari vektor a⃗ ......................................... 27

Gambar 2.6. Komponen b⃗ , pada sumbu x adalah positif dan pada sumbu

y adalah negatif ................................................................... 27

Gambar 2.7. Vektor satuan i^ , ^j , dan k^ ........................................................... 29

Gambar 3.1. Bagan Prosedur Penelitian ............................................... 37

Gambar 3.2. Bagan Skema Triangulasi ................................................ 42

Gambar 4.1. Diagram Miskonsepsi ...................................................... 48

Gambar 4.2. Diagram Indikasi Keterangan Lain ................................... 53

xvi
i
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dr. Omar Al Toumy Al Syaebani (dalam Rosdiana 2015: 14) menyatakan

bahwa pendidikan adalah proses mengubah perilaku anak didik agar menjadi

manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan mampu hidup sebagai

anggota masyarakatnya serta mampu hidup bahagia dalam lingkungan alam

sekitar. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional Indonesia yang

tertulis dalam Undang – Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, Pasal 3, tujuan pendidikan Nasional adalah

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan agar diperoleh peningkatan hasil

belajar peserta didik sangat ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu : guru,

peserta didik, kurikulum, metode, sarana dan prasarana, serta lingkungan

sekolah. Salah satu komponen yang penting dari sarana prasarana dan

perangkat kurikulum pendidikan di sekolah adalah buku pelajaran, yang

sering disebut sebagai buku teks (buku ajar). Hal ini sejalan dengan Peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar

Proses Pendidikan Dasar dan Menengah BAB IV pada poin 3 menyatakan

1
2

“buku teks pelajaran (buku ajar) digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan

efektivitas pembelajaran yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan

peserta didik.

Menurut Millah, 2012 (dalam Suwarni, 2015: 87) buku ajar merupakan

seperangkat materi substansi pelajaran yang disusun secara sistematis

menampilkan keutuhan dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik

dalam kegiatan pembelajaran.

Ketersediaan buku teks (buku ajar) yang bermutu dan memadai

merupakan instrumen untuk menghasilkan pendidikan yang bermutu.

Berdasaarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 11 Tahun 2005

menjelaskan bahwa buku teks (buku pelajaran) adalah buku acuan wajib

untuk digunakan di sekolah yang memuat materi pembelajaran dalam rangka

peningkatan keimanan dan ketakwaan, budi pekerti dan kepribadian,

kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan

kemampuan estetis, serta potensi fisik dan kesehatan yang disusun

berdasarkan Standar Nasional Pendidikan.

Dengan semakin banyaknya buku ajar yang beredar, maka hal yang

sangat penting dilakukan adalah seleksi buku ajar agar tidak terjadi

miskonsepsi. Menurut Suparno, (dalam Zendrato, 2019: 21) menyatakan

bahwa miskonsepsi adalah suatu pengertian yang tidak akurat terhadap suatu

konsep, penggunaan konsep yang salah, kekacauan konsep-konsep yang

berbeda dan hubungan hirearki tingkatan konsep-konsep yang tidak benar.


3

Menurut Suparno, 2005: 29 (dalam Fitrianingrum, 2013: 10), menyatakan

bahwa penyebab utama miskonsepsi berasal dari (1) siswa, (2) pengajar, (3)

buku teks, (4) konteks, dan (5) cara mengajar. Begitu juga dengan kurikulum

yang terus berganti sehingga memaksakan buku ajar terus diperbaharui agar

sejalan dengan kurikulum yang diterapkan untuk dapat memenuhi

Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang dimuat dalam silabus

pendidikan.

Fisika merupakan bidang studi yang dipelajari pada jenjang Sekolah

Menengah Atas (SMA sederajat), dimana pada pembelajaran fisika peserta

didik dituntut untuk memiliki kemampuan kognitif, affektif, dan

psikomotorik. Kemampuan kognitif peserta didik dapat diasah dengan

mempelajari materi yang ada pada buku ajar fisika oleh peserta didik secara

individu. Miskonsepsi banyak terjadi dalam bidang fisika. Berdasarkan artikel

Wandersee, (dalam Suparno, 2013: 11), menjelaskan bahwa miskonsepsi

terjadi dalam semua bidang fisika. Dari 700 studi tentang miskonsepsi bidang

fisika, terdapat 300 studi yang meneliti tentang miskonsepsi dalam mekanika;

159 studi tentang listrik; 70 studi tentang panas, optika, dan sifat-sifat materi;

35 studi tentang bumi dan antariksa; serta 10 studi tentang fisika modern.

Penelitian miskonsepsi fisika pada mekanika lebih banyak dilakukan

karena mekanika adalah bidang atau gejala fisika yang paling dekat dengan

kehidupan manusia sehingga kemungkinan terjadinya miskonsepsi fisika

adalah pada bidang mekanika. Sedangkan vektor merupakan bidang yang

tidak bisa dilepaskan dari fisika (khususnya mekanika), karena gejala fisika
4

selalu dinyatakan dalam besaran vektor dan besaran skalar. Kesalahan dalam

menyatakan besaran sebagai besaran vektor atau besaran skalar akan

menyebabkan kesalahan ketika menggunakan operasi matematika yang

berkaitan dengan perhitungan-perhitungan fisika, karena operasi vektor dan

skalar sangat jauh berbeda, misalnya dengan perhitungan trigonometri.

Disamping operasi-operasi vektor, pembelajaran materi vektor sangat

ditekankan ketika menuliskan lambang/simbol vektor dan juga cara

penggambaran vektor. Kesalahan penulisan vektor dan non vektor akan

berakibat pada permasalahan makna gejala fisika.

Penelitian terkait dengan, simbol, penulisan rumus dan penyajian gambar

dalam buku ajar telah dilakukan oleh Hasan Khoiri, Andika Kusuma Wijaya,

dan Intan Kusumawati (2017), dengan hasil sebagai berikut: bahwa pada

buku ajar Intan Pariwara mengalami miskonsepsi pada aspek penjelasan

konsep 20%, penulisan rumus 66,67%, penulisan simbol 40%, penyajian

gambar 20%. Buku ajar Phibeta Aneka Gama mengalami miskonsepsi pada

aspek penjelasan konsep 10%, penulisan rumus 22,22%, penulisan simbol

10%, dan penyajian gambar 20%. Buku ajar Grafindo Media pratama

mengalami miskonsepsi pada aspek penjelasan konsep 20%, penulisan rumus

44,44%, penulisan simbol 10%, dan tidak mengalami miskonsepsi pada aspek

gambar. Dan dari ketiga buku tidak ada miskonsepsi pada aspek satuan.

Sebagaimana telah disebutkan diatas bahwa selain operasi vektor,

penekanan dalam pebelajaran vektor adalah ketika menuliskan

lambang/simbol vektor dan juga cara penggambaran vektor, dan berdasarkan


5

hasil penelitian Hasan Khoiri, Andika Kusuma Wijaya, dan Intan Kusumawati

yang menemukan miskonsepsi penulisan rumus yang sangat besar (66,7%),

maka perlu dilakukan penelitian miskonsepsi pada mekanika secara spesifik

pada materi vektor. Banyaknya buku ajar fisika yang beredar dipasaran saat

ini juga menjadi dasar ketertarikan penulis untuk melakukan penelitian

miskonsepsi fisika pada buku ajar.

Dengan alasan-alasan yang disebut diatas maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian miskonsepsi pada buku ajar fisika dengan judul

Analisis Miskonsepsi Buku Ajar Fisika SMA Kelas X Pada Materi

Vektor.

a. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka dapat didefenisikan

beberapa masalah – masalah yang relevan dalam penelitian ini yaitu sebagai

berikut :

1. Buku ajar merupakan komponen penting untuk meningkatkan efisiensi dan

efektivitas pembelajaran.

2. Beragamnya buku ajar fisika SMA kelas X yang beredar.

3. Miskonsepsi pada buku ajar dapat menjadi salah satu penyebab

miskonsepsi pada peserta didik.

4. Kurikulum yang terus berganti memaksakan buku ajar untuk ikut

diperbaharui.

5. Pada pembelajaran fisika peserta didik dituntut untuk memiliki

kemampuan kognitif, affektif, dan psikomotorik.


6

6. Pada pembelajaran fisika banyak terjadi miskonsepsi pada penjelasan

konsep, penulisan rumus, penyajian gambar, dan penulisan simbol.

b. Batasan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah diatas, agar

penelitian ini mencapai tujuan dan terarah maka penelitian ini dibatasi pada:

1. Buku ajar fisika yang dianalisis miskonsepsinya adalah:

a. Fisika SMA/MA Kelas X, karangan Hari Subagya, penerbit PT.

Bumi Aksarra berdasarkan kurikulum 2013 edisi revisi 2016.

b. Fisika 1 untuk SMA/MA Kelas X, karangan Marthen Kanginan,

penerbit Erlangga berdasarkan kurikulum 2013 edisi revisi 2016.

c. Fisika untuk SMA/MA Kelas X, karangan Ketut Kamajaya, penerbit

Grafindo Media Pratama berdasarkan kurikulum 2013 edisi revisi

2016.

2. Materi yang dianalisis adalah materi vektor kelas X semester 1.

3. Penelitian ini menganalisis pada miskonsepsi buku ajar dan

mengidentifikasi keterangan lainnya yaitu konsep benar, konsep tidak

ada, perbaikan gambar, perbaikan penulisan notasi, perbaikan penulisan

satuan, perbaikan penulisan perumusan, perbaikan penulisan hasil

perhitungan, dan perbaikan keterangan perumusan.


7

c. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah di atas,

dapat dirumuskan permasalahan pada tiga buku ajar fisika untuk SMA/MA

kelas X semester 1 tahun 2016 yang diterbitkan oleh pusat perbukuan

kemendikbud, yaitu:

1. Apakah ada miskonsepsi pada materi vektor dalam buku-buku tersebut?

2. Berapa persentase miskonsepsi pada materi vektor dalam buku-buku

tersebut?

3. Apakah terdapat identifikasi keterangan lainnya yang berpotensi

menimbulkan miskonsepsi pada materi vektor dalam buku-buku

tersebut?

d. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah,

rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini yaitu:

1. Mengetahui ada tidaknya miskonsepsi materi vektor pada ketiga buku

tersebut.

2. Mengetahui persentase miskonsepsi materi vektor pada ketiga buku

tersebut.

3. Mengetahui ada tidaknya identifikasi keterangan lain yang berpotensi

menimbulkan miskonsepsi vektor pada ketiga buku tersebut.


8

e. Manfaat Penelitian

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka manfaat dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Peserta Didik

Penelitian ini diharapkan dapat membantu peserta didik dalam menentukan

buku teks yang baik digunakan dengan cara mendiskusikan terlebih dahulu

kepada guru bidang studi.

2. Bagi Guru

Menjadi acuan guru dalam memahami konsep dalam setiap buku teks dan

dapat menentukan buku teks mana yang baik digunakan dalam proses

pembelajaran.

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru dan

pengalaman praktis dalam bidang penelitian dan dapat dijadikan sebagai

bekal ketika peneliti sudah menjadi tenaga pendidik.

4. Bagi Penerbit dan Dinas Pendidikan

Menjadi bahan koreksi untuk memperbaharui isi bahan ajar dari buku yang

diterbitkan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kerangka Teoritis

Dalam kegiatan penelitian ilmiah, landasan teoritis merupakan hal – hal

yang berkaitan dengan apa yang dikaji dalam suatu penelitian. Teori tersebut

digunakan sebagai landasan pemikiran atau patokan pada pembahasan

masalah yang diteliti. Oleh karena itu, peneliti akan menuliskan beberapa

pendapat para ahli yang berhubungan dengan permasalahan yang akan

diteliti, yang bertujuan untuk memperjelas uraian suatu penelitian.

i. Miskonsepsi

a. Pengertian Miskonsepsi

Menurut Nainggolan, (2016: 2) miskonsepsi atau salah konsep

merujuk pada suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah

atau pengertian yang diterima para pakar dalam bidang itu. Menurut

Suparno, 2005 (dalam Zendrato, 2019: 21) menyatakan bahwa

miskonsepsi adalah suatu pengertian yang tidak akurat terhadap suatu

konsep, penggunaan konsep yang salah, kekacauan konsep-konsep yang

berbeda dan hubungan hirearki tingkatan konsep-konsep yang tidak

benar.

b. Penyebab Miskonsepsi

9
10

Menurut Suparno, 2005 (dalam Fitrianingrum, 2013: 10) ada lima

faktor penyebab miskonsepsi pada fisika yaitu: siswa, pengajar, buku

teks/buku ajar, konteks, dan cara mengajar. Agar lebih rinci perhatikan

tabel berikut ini:

Tabel 2.1. Penyebab Miskonsepsi

No Sebab Utama Sebab Khusus


1. Siswa Prakonsepsi, pemikiran asosiatif,
pemikiran humanistik, reasoning yang
tidak lengkap, intuisi yang salah, tahap
perkembangan kognitif siswa,
kemampuan siswa, minat belajar siswa.
2. Pengajar Tidak menguasai bahan, bukan lulusan
dari bidang ilmu fisika, tidak
membiarkan siswa mengungkapan
gagasan/atau ide, relasi guru-siswa tidak
baik.
3. Buku Teks/Buku Penjelasan keliru, salah tulis terutama
Ajar dalam rumus, tingkat penulisan buku
terlalu tinggi bagi siswa, tidak tahu cara
membaca buku teks (buku ajar), buku
fiksi dan kartun sains yang kadang-
kadang konsepnya menyimpang demi
menarik pembaca.
4. Konteks Pengalaman siswa, bahasa sehari-hari
berbeda, teman diskusi yang salah,
keyakinan dan agama, penjelasan orang
tua/orang lain yang keliru, konteks hidup
siswa (TV, radio, film yang keliru,
perasaan senang tidak senang, bebas atau
tertekan.
5. Cara Mengajar Hanya berisi ceramah dan menulis,
langsung kedalam bentuk matematika,
tidak mengungkapkan miskonsepsi, tidak
mengoreksi PR, model analogi yang
dipakai kurang tepat, model demonstrasi
sempit.
11

ii. Buku Ajar

a. Pengertian Buku Ajar

Menurut Millah, (dalam Suwarni, 2015: 87) buku ajar merupakan

seperangkat materi substansi pelajaran yang disusun secara sistematis

menampilkan keutuhan dari kompetensi yang akan dikuasai peserta

didik dalam kegiatan pembelajaran.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 11 Tahun 2005

menjelaskan bahwa buku teks (buku pelajaran) adalah buku acuan

wajib untuk digunakan di sekolah yang memuat materi pembelajaran

dalam rangka peningkatan keimanan dan ketakwaan, budi pekerti dan

kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi,

kepekaan dan kemampuan estetis, serta potensi fisik dan kesehatan

yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan.

b. Indikator atau Ciri Buku Ajar

Menurut Muslich, (dalam Fitriyah, 2017: 12), indikator atau ciri

buku ajar adalah sebagai berikut:

1) Buku ajar merupakan buku sekolah yang ditujukan bagi peserta

didik pada jenjang pendidikan tertentu.

2) Buku ajar berisi bahan yang telah terseleksi.


12

3) Buku ajar selalu berkaitan dengan bidang studi atau mata pelajaran

tertentu.

4) Buku ajar biasanya disusun oleh para pakar di bidangnya.

5) Buku ajar ditulis untuk tujuan instruksional tertentu.

6) Buku ajar biasanya dilengkapi dengan sarana pembelajaran.

7) Buku ajar disusun secara sistematis mengikuti strategi

pembelajaran tertentu.

8) Buku ajar untuk asimilasikan dalam pembelajaran.

9) Buku ajar disusun untuk menunjang program pembelajaran.

c. Karakteristik Buku Ajar

Menurut Muslich, (dalam Fitriyah, 2017: 13), karakteristik buku

ajar terbagi dua yaitu umum dan khusus.

Karakteristik secara umum, yaitu:

1) Dari segi, isi buku ajar berisi serangkaian pengetahuan atau

informasi yang bisa di pertanggungjawabkan keilmiahannya.

2) Dari segi sajian, materi yang terdapat dalam buku ajar diuraikan

dengan mengikuti pola penalaran tertentu, sebagaimana pola

penalaran dalam sajian ilmiah, yaitu pola penalaran induktif,

deduktif, atau campuran (kombinasi induktif-deduktif).

3) Dari segi format, buku ajar mengikuti konvensi buku ilmiah, baik

pola penulisan, pola pengutipan, pola pembagian, maupun pola

pembahasannya.

Karakteristik secara khusus, yaitu:


13

1) Buku ajar disusun berdasarkan pesan kurikulum pendidikan, pesan

kurikulum pendidikan bisa diarahkan kepada landasan dasar,

pendekatan, strategi, dan sruktur program.

2) Buku ajar memfokuskan ke tujuan tertentu, sajian bahan yang

terdapat pada buku ajar haruslah diarahkan kepada tujuan tertentu.

3) Buku ajar menyajikan bidang pelajaran tertentu, buku ajar dikemas

untuk bidang pelajaran tertentu. Oleh sebab itu, tidak dibenarkan

buku yang berisi berbagai bidang pelajaran. Bahkan, kemasan buku

ajar diarahkan pada kelas dan jenjang pendidikan tertentu. Ini

berarti tidak ada buku ajar yang cocok untuk semua kelas, apalagi

untuk semua jenjang pendidikan.

4) Buku ajar berorientasi pada kegiatan belajar siswa, pada dasarnya

buku ajar disusun untuk siswa, bukan untuk guru. Oleh sebab itu,

penyajian bahannya harus diarahkan pada kegiatan belajar siswa.

Ketika membaca buku ajar, siswa dapat melakukan serangkaian

kegiatan pembelajaran, baik dalam rangka pencapaian tujuan

pemahaman, keterampilan, maupun sikap.

5) Buku ajar dapat mengarahkan kegiatan mengajar guru di kelas,

sebagai sarana pelancar kegiatan belajar mengajar, sajian buku ajar

hendaknya bisa mengarahkan guru dalam melakukang tugas-tugas

pengajaran di kelas. Ini berarti langkah-langkah pembbelajaran

yang terdapat dalam buku ajar harus bisa “menyarankan” guru

dalam penentuan langkah-langkah pengajaran di kelas.


14

6) Pola sajian buku ajar disesuaikan dengan perkembangan intelektual

siswa sasaran. Pola sajian dianggap sesuai dengan perkembangan

intelektual siswa apabila memenuhi kriteria berikut:

a) Berpijak pada pengetahuan dan pengalaman siswa.

b) Berpijak pada pola pikir siswa.

c) Berpijak pada kebutuhan siswa.

d) Berppijak pada kemungkinan daya responsi siswa.

e) Berpijak pada kemampuna bahasa siswa.

7) Gaya sajian buku ajar dapat memunculkan kreativitas siswa dalam

belajar. Agar dapat memunculkan kreativitas siswa dalam belajar,

gaya sajian buku ajar hendaknya sebagai berikut:

a) Dapat mendorong siswa untuk berpikir.

b) Dapat mendorong siswa untuk berbuat dan mencoba.

c) Dapat mendorong siswa untuk menilai dan bersikap.

d) Dapat membiasakan siswa untuk mencipta.

d. Fungsi Buku Ajar

Buku ajar memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran.

Menurut Nasution, (dalam Fitriyah, 2017: 16), buku ajar memiliki

fungsi sebagai berikut:

1) Sebagai bahan referensi atau rujukan oleh peserta didik.

2) Sebagai bahan evaluasi.

3) Sebagai alat bantu pendidik dalam melaksanakan kurikulum.


15

4) Sebagai salah penentu metode atau teknik pengajaran yang akan

digunakan pendidik.

5) Sebagai sarana untuk peningkatan karier dan jabatan.

Berdasarkan uraian di atas, pada dasarnya buku ajar berfungsi

untuk memperlancar proses pembelajaran sehingga kurikulum yang

diterapkan dapat terpenuhi dan tujuan pendidikan nasional dapat

tercapai.

e. Penilaian Buku Ajar

Melakukan analisis terhadap buku ajar adalah suatu cara untuk

mengetahui kualitas dari buku tersebut. Berbagai penelitian

menunjukkkan bahwa buku ajar memiliki peranan penting dalam

proses pembelajaran, sehingga perlu dilakukan penilaian pada buku

ajar dengan standar ketentuan yang menyatakan kualitas buku

tersebut.

Berikut ini peraturan perundang-undangan yang melandasi

penilaian buku ajar:

1) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 11 Tahun 2005

menjelaskan bahwa buku teks (buku pelajaran) adalah buku acuan

wajib untuk digunakan di sekolah yang memuat materi

pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan dan ketakwaan,

budi pekerti dan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu

pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan kemampuan estetis, serta


16

potensi fisik dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar

nasional pendidikan.

2) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor 8 Tahun 2016 tentang buku yang digunakan oleh satuan

pendidikan, pasal 3 ayat 5 menyatakan bahwa bagian isi buku pada

buku teks pelajaran wajib memenuhi aspek materi, aspek

kebahasaan, aspek penyajian materi, dan aspek kegrafikan.

Menurut Sitepu, 2005 (dalam Fitrianingrum, 2013: 16) hal-hal yang

perlu dianalisis berkaitan dengan kebenaran konsep dalam buku ajar

adalah sebagai berikut:

1) Kesesuaiannya dengan cakupan (ontologi) disiplin ilmu yang

bersangkutan.

2) Kelengkapannya mencapai kompetensi yang dikehendaki.

3) Kebenaran konsep dapat dipertanggung jawabkan.

4) Konsep-konsep yang disampaiakn apakah masih relevan dengan

keadaan sekarang.

Menurut Suparno, 2009 (dalam Fitrianingrum, 2013: 16)

menyatakan bahwa dalam menganalisis buku ajar fisika SMA/MA ada

beberapa pertanyaan dan hal yang perlu diperhatikan. Pertanyaan itu

antara lain:

1) Apakah penuhlisan konsep utamanya benar?

2) Apakah penulisan rumus benar?


17

3) Apakah penggunaan gambar, tabel, ilustrasi, dan skema benar?

4) Apakah penulisan satuan, ketepatan, dan ketentuan-ketentuan lain

benar?

a. Kajian Penelitian Yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang berkaitan atau relevan dengan analisis

keterampilan proses sains melalui metode eksperimen diantaranya:

1. Hasil penelitian Hasil penelitian Hasan Khoiri, Andika Kusuma Wijaya,

dan Intan Kusumawati (2017), yang berjudul “Identifikasi Miskonsepsi

Buku Ajar Fisika SMA Kelas X Pada Pokok Bahasan Kinematika Gerak

Lurus”, menunjukkan bahwa pada buku ajar Intan Pariwara mengalami

miskonsepsi pada aspek penjelasan konsep 20%, penulisan rumus 66,67%,

penulisan simbol 40%, penyajian gambar 20%. Buku ajar Phibeta Aneka

Gama mengalami miskonsepsi pada aspek penjelasan konsep 10%,

penulisan rumus 22,22%, penulisan simbol 10%, dan penyajian gambar

20%. Buku ajar Grafindo Media pratama mengalami miskonsepsi pada

aspek penjelasan konsep 20%, penulisan rumus 44,44%, penulisan simbol

10%, dan tidak mengalami miskonsepsi pada aspek gambar. Dan dari

ketiga buku tidak ada miskonsepsi pada aspek satuan.

2. Hasil penelitian Nirmala Respatiningrum, Yohanes Radiyono, dan Edy

Wiyono (2015), yang berjudul “Analisis Miskonsepsi Materi Fluida pada

Buku Ajar Fisika SMA”, menunjukkan bahwa (1) buku A terdapat 1

miskonsepsi, buku B tidak terdapat miskonsepsi, dan buku C terdapat 2

miskonsepsi. Indikasi-indikasi lain yang dapat menyebabkan miskonsepsi


18

pada masing-masing buku, pada buku A terdapat 12 buah yang terdiri dari:

3 konsep tidak lengkap, 4 gambar perlu diperbaiki, 2 penulisan perumusan

perlu diperbaiki, 1 penulisan notasi perlu diperbaiki, 1 penggunaan istilah

perlu diperbaiki, dan 1 salah ketik. Dalam buku B terdapat 16 buah terdiri

dari: 2 konsep tidak lengkap, 8 gambar perlu diperbaiki, 1 perumusan

perlu diperbaiki, 5 salah ketik. Dalam buku C terdapat 8 buah terdiri dari:

2 konsep tidak lengkap, 3 gambar perlu diperbaiki, 1 penulisan perumusan

perlu diperbaiki, 1 penulisan notasi perlu diperbaiki, dan 1 penggunaan

istilah perlu diperbaiki. (2) presentase miskonsepsi yang terdapat pada

ketiga buku ajar fisika SMA adalah: buku A 5,88%, buku B 0%, buku C

11,11%.

3. Hasil penelitian Nurul Fitrianingrum, Widha Sunarno, dan Dewanto

Harjunowibowo (2013), yang berjudul “Analisis Miskonsepsi Gerak

Melingkar Pada Buku Sekolah Elektronik (BSE) Fisika SMA Kelas X

Semester 1”, menunjukkan bahwa hasil dari analisis ketiga buku elektronik

(BSE) cetakan pertama tahun 2009 yang diterbitkan pusat perbukuan

kemendikbud adalah (1) Tidak ada miskonsepsi gerak melingkar pada

buku-buku tersebut, (2) Besar persentase miskonsepsi pada buku-buku

tersebut adalah 0%, (3) Selain miskonsepsi, pada buku ajar juga

diidentifikasi keterangan lainnya meliputi: konsep benar, konsep tidak ada,

perbaikan gambar, perbaikan penulisan notasi, perbaikan penulisan satuan,

perbaikan penulisan perumusan, perbaikan penulisan hasil perhitungan,

dan perbaikan keterangan perumusan.


19

4. Hasil penelitian Matsun, Dwi Fajar Saputri, dan Triyanta (2016), yang

berjudul “Analisis Miskonsepsi dan Tingkat Keterbacaan Buku Ajar Fisika

SMA Kelas XII pada Materi Listrik Statis”, menunjukkan bahwa (1)

terdapat miskonsepsi pada aspek yang diteliti, (a) pada aspek penjelasan

konsep pada buku ajar fisika untuk SMA kelas XII karangan Budi

Purwanto penertbit Global miskonsepsi sebesar 33,33%, dan pada buku

ajar fisika untuk SMA kelas XII karangan Supiyanto penerbit Phibeta

miskonsepsi sebesar 16,67%, (b) pada aspek penulisan rumus pada buku

ajar fisika untuk SMA kelas XII karangan Budi Purwanto penertbit Global

miskonsepsi sebesar 11,11%, (c) aspek penulisan satuan pada buku ajar

fisika untuk SMA kelas XII karangan Budi Purwanto penertbit Global

miskonsepsi sebesar 14,29%, (2) hasil analisis tingkat keterbacaan buku

ajar fisika SMA untuk kelas XII pada materi listrik statis karangan Budi

Purwanto penertbit Global sebesar 6,02, buku ajar fisika SMA untuk kelas

XII pada materi listrik statis karangan Marthen Kanginan penerbit

erlangga sebesar 6,24, dan buku ajar fisika SMA untuk kelas XII pada

materi listrik statis karangan Supiyanto penerbit Phibeta sebesar 6,01.

b. Materi Pembelajaran

Materi dibawah ini merupakan rangkuman dari buku Fisika Dasar

Halliday (2010) dan buku Fisika Universitas Hugd D, Young, R.A Freedman

(2002).
20

i. Vektor dan Skalar

Besaran vektor (kuantitas vektor) adalah suatu besaran yang

mempunyai magnitudo dan arah sehingga dapat diwakilkan dengan sebuah

vektor. Beberapa besaran fisis yang merupakan besaran vektor adalah

perpindahan, kecepatan, dan percepatan. Besaran skalar adalah besaran

fisis yang tidak melibatkan arah yang hanya digambarkan dengan

bilangan, contohnya suhu, tekanan, energi, massa, dan waktu.

Untuk dapat lebih mengerti tentang vektor dan bagaimana cara

mengkombinasikannya, kita mulai dari besaran vektor yang paling

sederhana yaitu vektor perpindahan. Perpindahan adalah perubahan posisi

dari suatu titik. Pada gambar 2.1 kita menyatakan perubahan posisi dai

titik P1 ke titik P2 dengan sebuah garis dari P1 ke P2, dengan kepala

panah pada P2untuk menyatakan arah gerak. Perpindahan adalah sebuah

besaran vektor karena kita tidak hanya harus menyatakan berapa jauh

partikel bergerak, tetapi juga ke arah mana. Misalnya, berjalan 3 km

kearah utara dari depan pintu rumah tidak akan mengantarkan kita pada

posisi yang sama jika berjalan 3 km ke arah selatan dari depan rumah.

Kedua perpindahan ini memiliki besar yang sama tetapi arah yang

berbeda.
21

Gambar 2.1. Vektor ⃗


A adalah perpindahan

Dari titik P1 ke P2

Sebuah besaran vektor seperti vektor perpindahan dilambangkan

dengan huruf tebal miring dengan anak panah di atasnya (⃗


A ). Tanda ini

digunakan untuk mengingatkan bahwa besaran vektor memiliki perbedaan

sifat dengan besaran skalar, panah mengingatkan bahwa besaran vektor

meiliki arah.

Jika menggambarkan suatu vektor, selalu ujungnya. Panjang garis

menyaakan vektor dan arah garis menunjukkan arah vektor. Perpindahan

selalu merupakan segmen garis lurus, berarah dari titik awal ke titik akhir.

Meskipun lintasan partikel sebenarnya berupa lengkungan. Ingat bahwa

perpindahan tidak berhubungan langsung dengan jarak total yang

ditempuh.

Jika dua vektor memiliki arah yang sama, maka kedua vektor itu

sejajar (paralel). Jika keduanya memiliki besar dan arah yang sama, tidak

tergantung pada diamana lokasi dimana keduanya berada.

Biasanya untuk menyatakan besar dari besaran suatu vektor (yaitu

panjangnya pada kasus vektor perpindahan) dengan huruf yang sama


22

digunakan untuk vektor, tetapi dengan huruf miring yang tidak ditebalkan

dan tanpa anak panah diatasnya. Cara penulisan alternatif adalah simbol

vektor dengan garis vertikal di kedua sisinya:

A ) = A = |⃗
(Besar dari ⃗ A|

Berdasarkan defenisinya, besar sebuah vektor adalah besar skalar

(suatu bilangan) dan selalu positif. Perlu di ingat juga bahwa sebuah vektor

tidak akan pernah sama dengan besaran skalar karena keduanya adalah

besaran yang berbeda.

ii. Penjumlahan Vektor

Misalkan sebuah partikel mengalami perpindahan ⃗


A , di ikuti

dengan perpindahan kedua ⃗


B (gambar 2.2a). Hasil akhirnya sama dengan

jika partikel tersebut mulai bergerak dari titik yang sama dan mengalami

satu perpindahan ⃗
C seperti terlihat pada gambar dibawah.

Disebut perpindahan ⃗
C sebagai jumlah vektor atau resultan, dari

perpindahan ⃗
A dan ⃗
B. Hubungan ini dinyatakan dengan:


C =⃗
A+ ⃗
B

Tanda tambah yang ditebalkan menekankan bahwa penjumlahan

dua besaran vektor memerlukan suatu proses geometri dan tidak sama

dengan operasi penjumlahan dua besaran skalar. Pada penjumlahan vektor

ekor dari vektor kedua ditempatkan pada kepala dari vektor pertama

(gambar 2.2a ).
23

Jika membuat perpindahan ⃗


A dan ⃗
B dalam urutan sebaliknya,

dengan ⃗
B sebagai vektor pertama dan ⃗
A sebagai vektor kedua, hasilnya

adalah sama (gambar 2.2b). jadi:


C =⃗
B +⃗
A dan ⃗
A+ ⃗
B= ⃗
B +⃗
A

Persamaan diatas menunjukkan bahwa urutan dalam suku

penjumlahan vektor tidaklah berpengaruh. Dengan kata lain, penjumlahan

vektor mengikuti hukum komutatif.

Gambar 2.2c menunjukkan representasi alternatif dari penjumlahan

vektor. Jika vektor ⃗


A dan ⃗
B digambarkan dengan kedua ekornya berada

pada satu titik yang sama, vektor ⃗


C adalah diagonal dari jajaran genjang

yang dibentuk dengan ⃗


A dan ⃗
B sebagai dua sisi yang berdekatan.

(a) (b) (c)

Gambar 2.2. Vektor ⃗ C adalah jumlah vektor dari vektor ⃗


A dan ⃗
B.
Urutan dalam penjumlahan vektor tidak penting; penjumlahan
vektor bersifat komutatif.

Jika akan menjumlahkan lebih dari dua vektor, pertama

menjumlahkan dulu sembarang dua vektor, kemudian menjumlahkan

hasilnya dengan vektor ketiga dan seterusnya. Gambar 2.3a menunjukkan

tiga buah vektor ⃗


A, ⃗ C . Pada gambar 2.3b vektor ⃗
B, dan ⃗ A dan ⃗
B
24

D ; lalu vektor ⃗
dijumlahkan, menghasilkan vektor ⃗ C dan ⃗
D dijumlahkan

dengan proses yang sama sehingga menghasilkan jumlah vektor ⃗


R:


R =( ⃗
A +⃗
B ) +⃗
C =⃗
D+⃗
C

B, dan ⃗
Dengan cara lain, dapat menjumlahkan terlebih dahulu ⃗ C

(gambar 2.3c) untuk mendapatkan vektor ⃗


E , dan kemudian menjumlahkan

vektor ⃗
A dan ⃗
E untuk mendapatkan ⃗
R.


R =⃗
A +( ⃗
B +⃗
C )= ⃗
A+ ⃗
E

Kita tidak perlu menggambarkan vektor ⃗


D dan ⃗
E , hanya perlu

menggambarkan vektor-vektor tersebut berurutan, dimana tiap ekor

ditempatkan pada kepala dari vektor sebelumnya, dan melengkapi poligon

tersebut dengan vekktor ⃗


R mulai dari ekor vektor pertama ke kepala vektor

terakhir (gambar 2.3d), urutan vektor tidak memberikan perbedaan;

gambar 2.3e menunjukkan suatu urutan yang berbeda dan disarankan

untuk mencoba urutan yang lain. Terlihat bahwa penjumlahan vektor

mengikuti hukum assosiatif.

(a) (b) (c)


25

(d) (e)

Gambar 2.3. Beberapa konstruksi untuk mendapatkan jumlah vektor



A+ ⃗ ⃗
B +C

Disebutkan diatas bahwa −⃗


A adalah suatu vektor yang memiliki

besar yang sama dengan vektor ⃗


A tetapi dengan arah yang berlawanan.

Hal ini memberikan dasar untuk defenisi pengurangan vektor.

Didefenisikan selisih ⃗
A−⃗
B dari dua vektor ⃗
A dan ⃗
B sebagai penjumlahan

vektor ⃗
A dan −⃗
B:


A−⃗
B =⃗
A+ (− ⃗
B)

Gambar 2.4 menunjukkan contoh dari pengurangan vektor. Untuk

menggambarkan selisih ⃗
A−⃗
B , ekor dari vektor −⃗
B ditempatkan pada

kepala vektor ⃗
A.

(a) (b) (c)


26

(d)

Gambar 2.4. (a) Vektor ⃗ B, (b) Vektor ⃗


A dan vektor ⃗ A dan vektor – ⃗
B,
(c) Selisih vektor ⃗
A−⃗ B adalah penjumlahan vektor ⃗ A dan −⃗ B ekor
⃗ ⃗
dari vektor – B ditempatkan pada kepala dari A , (d) Untuk
pengujian: ( ⃗
A+ ⃗
B)+ ⃗
B =⃗A

Suatu besara vektor seperti perpindahan dapat dikalikan dengan

sebuah besaran skalar (bilangan biasa). Perpindahan 2 ⃗


A adalah suatu

perpindahan (besaran vektor) dengan arah yang sama dengan vektor ⃗


A

tetapi dua kali lebih panjang; hal ini sama dengan menjumlahkan vektor ⃗
A

dengan dirinya sendiri. Secara umum, jika suatu vektor ⃗


A dikalikan

A memiliki besar |c|⃗


dengan suatu skalar c, hasilnya c⃗ A (nilai absolut dari

c dikalikan dengan besar vektor ⃗


A ). Jika c positif, c⃗
A memiliki arah yang

sama dengan vektor ⃗


A ; jika c negatif, c⃗
A berlawanan arah dengan ⃗
A . Jadi,

5⃗
A adalah paralel dengan ⃗
A , sedangkan −5 ⃗
A adalah anti paralel dengan


A.

iii. Komponen-Komponen Vektor

Komponen sebuah vektor adalah proyeksi vektor tersebut pada

suatu sumbu. Pada gambar 2.5, a x adalah komponen vektor a⃗ pada


27

(sepanjang) sumbu x, dan a y adalah komponen vektor a⃗ pada (sepanjang)

sumbu y. Untuk mendapatkan proyeksi dari sebuah vektor sepanjang

sumbu, kita tarik garis tegak lurus dari kedua ujung vektor terhadap sumbu

seperti pada gambar. Proyeksi vektor pada sumbu x disebut komponen x

dari vektor, dan sama halnya proyeksi vektor pada sumbu y disebut

komponen y dari vektor. Proses untuk mendapatkan komponen-komponen

vektor ini disebut penguraian vektor.

Gambar 2.5 Komponen a x dan a y dari vektor a⃗

Sebuah komponen vektor memiliki arah yang sama (sepanjang

sumbu) dengan vektor. Pada gambar 2.5, a x dan a y keduanya bernilai

positif karena a⃗ memanjang diarah positif kedua sumbu, (perhatikan

bahwa tanda paanh kecil pada kepala komponen, mengindikasikan arah

vektornya). Bila dibalikan arah vektor a⃗ , maka kedua komponenya akan

bernilai negatif dan kepala panahnya akan mengarah menuju sumbu x dan

y negatif. Pemisahan vektor b⃗ pada gambar 2.6 komponen b x yang

bernilai positif dan komponen b y yang bernilai negatif.


28

Gambar 2.6. Komponen b⃗ , pada sumbu x adalah positif dan pada


sumbu y adalah negatif.

Umumnya, sebuah vektor mempunyai tiga komponen meskipun

pada kasus 2.5, komponen vektor sepanjang sumbu z sama dengan nol.

Untuk mencari komponen dari a⃗ pada gambar 2.5 secara geometri

dari bentuk segitiga siku-siku sebagai berikut:

a x =a cos θ dan a y =a sin θ

Dimana θ adalah sudut yang dibuat oleh vektor a⃗ dengan sumbu x

arah positif, dan α arah magnitudo dari vektor a⃗ . Bila diketahui vektor

dalam notasi komponen (a x dan a y) dan ingin mendapatkan notasi

magnitudo – sudutnya (α dan θ ), maka dapat digunakan persamaan

berikut untuk mengubahnya:

ay
α = √ a x 2+ a y 2 dan tanθ=
ax

iv. Vektor Satuan

Vektor satuan adalah sebuah vektor yang mempunyai magnitudo

tepat 1 dan mempunyai arah tertentu. Vektor satuan tidak memiliki


29

dimensi dan satuan, tujuannya hanya untuk menentukan arah. Vektor-

vektor satuan yang searah dengan sumbu positif x, y, dan z dan masing-

masing dilabeli i^ , ^j , dan k^ . Dimana tanda topi ( ˆ ) digunakan sebagai

pengganti tanda panah untuk menyatakan vektor lainnya (gambar 2.7).

Gambar 2.7. Vektor satuan i^ , ^j , dan k^ mendefenisikan arah dari sistem


koordinat tangan kanan.

Menambahkan Vektor melalui Komponen-Komponennya

Cara selanjutnya untuk menambahkan vektor adalah dengan

menggabungkan komponen-komponen pada masing-masing sumbunya,

Tinaju persamaan berikut: r⃗ =⃗a + b⃗

Dimana dikatakan bahwa r⃗ adalah sama dengan vektor (a⃗ + ⃗b), jadi

setiap komponen r⃗ harus sama dengan komponen (a⃗ + ⃗b) yang sesuai:

r x =a x + b x

r y =a y +b y

r z=az + b z

Dengan kata lain, dua vektor pasti sama bila komponen-komponen

keduanya sama. Dari persamaan diatas untuk menambahkan a⃗ dan vektor


30

b⃗ , harus melakukan (1) memecah vektornya menjadi komponen-komponen

skalarnya, (2) menggabungkan komponen-komponen skalarnya, sumbu

demi sumbu, untuk menggabungkan komponen jumlahnya r⃗ , dan (3)

menggabungkan komponen-komponen dari r⃗ untuk mendapatkan r⃗ itu

sendiri.

Prosedur penambahan vektor dengan komponen-komponen diatas

dapat juga diaplikasikan pada pengurangan vektor. Ingat bahwa sebuah

⃗ a− ⃗b dapat ditulis sebagai penambahan


pengurangan vektor seperti d=⃗

⃗ a + (− ⃗b ). Untuk mengurangi, tambahkan komponen-komponen a⃗ dan


d=⃗

−b⃗ , untuk mendapatkan :

d x =a x −b x , d y =a y −b y , dan d z=az −b z

Dimana : ⃗
d=d ^ ^ ^
x i+ d y j+ d z k

v. Vektor dan Fisika

Situasi fisika apapun yang melibatkan vektor dapat dijabarkan

dengan beragam sistem koordinat yang memungkinkan. Kita biasanya

memilih salah satu dari yang paling dapat menyederhanakan situasi

tersebut. Akan tetapi, hubungan antara kuantitas vektor tidak bergantung

pada koordinat yang kita pilih. Hukum fisika tidak tergantung pada

hukum-hukum yang kita pilih tersebut.

vi. Perkalian Vektor

1. Perkalian skalar
31

Perkalian skalar dari dua vektor ⃗ B dinyatakan dengan ⃗


A dan ⃗ A.⃗
B,

karena notasi ini besaran skalar disebut juga perkalian titik.

Hasil perkalian skalar C=⃗


A.⃗
B dari dua vektor ⃗
A dan ⃗
B adalah

besaran skalar, didefenisikan sebagai

⃗ B = ABcos ∅ =|⃗
A.⃗ A||⃗
B|cos ∅

Perkalian skalar dapat juga dinyatakan dalam komponen-

komponennya:


A.⃗
B = A x Bx + A y B y + A z B z

Perkalian skalar bersifat komutatif, untuk setiap dua vektor ⃗


A dan

B, ⃗
⃗ A.⃗
B =⃗
B .⃗
A , hasil perkalian skalar yang saling tegak lurus adalah

nol.

2. Perkalian vektor dengan vektor.

Perkalian vektor dari dua vektor ⃗


A dan ⃗
B, disebut juga perkalian

silang dinyatakan dengan ⃗


A×⃗
B.

Hasil perkalian vektor ⃗


C =⃗ B dari dua vektor ⃗
A×⃗ A dan ⃗
B adalah

sebuah vektor ⃗
C . Yang besarnya diberikan oleh C= ABsin ∅

Arah dari hasil perkalian vektor adalah tegak lurus dari kedua

vektor yang dikalikan, seperti yang diberikan aturan tangan kanan.

Jika dinyatakan dalam komponen-komponen dari vektor yang

dikalikan, komponen-komponen hasil perkalian vektor adalah:

C x = A y B z− A z B y, C y = A z B x − A x B z, dan C z =A x B y − A y Bx
32

Perkalian vektor tidak bersifat komutatif; untuk setiap dua vektor ⃗


A

dan ⃗
B. ⃗
A×⃗
B=−⃗
B×⃗
A . hasil perkalian vektor dari dua vektor yang

sejajar atau anti sejajar adalah nol.

c. Kerangka Konseptual

Salah satu komponen yang penting dari sarana prasarana dan perangkat

kurikulum pendidikan di sekolah adalah buku pelajaran, yang sering disebut

sebagai buku teks (buku ajar). Hal ini sejalan dengan Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses

Pendidikan Dasar dan Menengah BAB IV pada poin 3 menyatakan “buku

teks pelajaran (buku ajar) digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan

efektivitas pembelajaran yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan

peserta didik.

Menurut Millah, (dalam Suwarni, 2015: 87) buku ajar merupakan

seperangkat materi substansi pelajaran yang disusun secara sistematis

menampilkan keutuhan dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik

dalam kegiatan pembelajaran.

Dimana dengan adanya buku ajar dapat membantu guru untuk

memudahkan mengembangkan pelajaran dan menentukan strategi yang

cocok digunakan ketika proses pembelajaran berlangsung, sedangkan untuk

peserta didik dapat membantu peserta didik dalam memahami materi

pembelajaran.

Salah satu penyebab miskonsepsi dalam pembelajaran fisika terletak pada

buku ajar yang digunakan. Peserta didik dalam memahami materi


33

pembelajaran fisika tergantung dengan bagaimana seorang guru dalam

menyampaikan pembelajaran, untuk itu pembelajaran dapat berjalan dengan

baik jika seorang guru mampu mengajar dengan baik dan dengan tepat

memilih buku ajar yang digunakannya agar tujuan pembelajaran serta tujuan

pendidikan nasional dapat tercapai.

Menurut Suparno, 2005 (dalam Zendrato, 2019: 21) menyatakan bahwa

miskonsepsi adalah suatu pengertian yang tidak akurat terhadap suatu konsep,

penggunaan konsep yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda dan

hubungan hirarki tingkatan konsep-konsep yang tidak benar.

Berdasarkan kerangka berpikir diatas dapat disimpulkan bahwa buku ajar

sangat penting dalam komponen pendidikan ketika melakukan proses

pembelajaran. Salah satu penyebab miskonsepsi pada buku ajar adalah

adanya miskonsepsi pada materi ajar yang dimuat dalam buku ajar.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat Peneltian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan bulan

September 2020. Penelitian ini dilakukan di perpustakaan Universitas HBKP

Nommensen Medan, peneliti memilih tempat tersebut karena terdapat buku

yang lengkap dan relevan dengan judul penelitian untuk digunakan sebagai

buku rujukan utama dalam proses penelitian dan dilengkapi dengan wifi.

a. Populasi dan Sampel Penelitian

i. Populasi

Menurut Arikunto, (2016: 130) Populasi adalah keseluruhan

subjek penelitian. Menurut Sugiyino, (2017: 80) Populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya.

Dari pengertian diatas, dapat dipahami bahwa populasi adalah

keseluruhan objek/subjek penelitian dalam suatu wilayah yang telah

ditetapkan oleh peneliti.

Menurut Fraenkel dkk. dan Gall dkk., 2003 (dalam Romdiansah,

2014: 44) mengelompokkan populasi menjadi dua kelompok yaitu

populasi target (target population) dan target yang dapat dijangkau

34
35

(accessible population). Populasi target merupakan populasi aktual untuk

menggeneralisasi hasil penelitian. Adakalanya karena berbagai

keterbatasan populasi aktual ini harus dipersempit sehingga dapat

dijangkau oleh peneliti sesuai dengan sumber daya yang tersedia.

Populasi dari penelitian ini adalah semua buku fisika dengan target buku

ajar fisika kelas X. Karena populasi target relatif kecil dan dapat

dijangkau, maka populasi target tersebut sama dengan populasi yang

dapat dijangkau.

ii. Sampel

Menurut Arikunto, (2016: 131) sampel adalah sebagian atau wakil

populasi yang diteliti. Menurut Sugiyono, (2017: 81) sampel adalah

bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Dari pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa sampel adalah sebagian

atau wakil dari jumlah karakteristik yang ada pada populasi.

Menurut Sudjana, (2005: 161) Ada 6 alasan perlunya pengambilan

sampel yaitu: 1) ukuran populasi, 2) faktor biaya, 3) faktor waktu, 4)

percobaaan yang sifatnya merusak/mengganggu, 5) faktor kecermatan

penelitian, dan 6) faktor ekonomi.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

purposive sampling. Menurut Khoiri, Hasan (2017: 62) purposive

sampling yaitu teknik pengambilan sampel secara sengaja. Maksudnya,

ditentukan sendiri sampel mana yang diambil karena pertimbangan


36

tertentu dan tujuan tertentu. Purposive sampling digunakan pada

penelitian ini karena alasan-alasan sebagai berikut:

1. Peneliti cukup memiliki informasi mengenai karakteristik dari

populasi target yaitu substansi-substansi atau sub-sub bahasan dalam

buku-buku sampel yang dipilih dan digunakan memiliki kesamaan

yang memudahkan peneliti untuk membandingkan dan mendapatkan

data yang akurat.

2. Penelitian ini bertujuan menganalisis miskonsepsi pada materi

vektor.

Berdasarkan informasi, tujuan dan keterjangkauan populasi maka

peneliti mengambil sampel sebanyak tiga buku ajar yang berbeda, yaitu:

(1) Fisika SMA/MA Kelas X, karangan Hari Subagya, penerbit PT. Bumi

Aksarra berdasarkan kurikulum 2013 edisi revisi 2016. (2) Fisika 1 untuk

SMA/MA Kelas X, karangan Marthen Kanginan, penerbit Erlangga

berdasarkan kurikulum 2013 edisi revisi 2016. (3) Fisika untuk SMA/MA

Kelas X, karangan Ketut Kamajaya, penerbit Grafindo Media Pratama

berdasarkan kurikulum 2013 edisi revisi 2016. Dimana data yang diteliti

dalam penelitian ini meliputi aspek istilah, pengertian, penjelasan konsep,

perumusan, simbol, dan gambar.


37

b. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan berdasarkan prosedur berikut ini:

1. Tahap Awal

Kegiatan awal yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu melakukan

identifikasi masalah, merumuskan masalah, menyusun rancangan

penelitian.

2. Tahap Persiapan

a) Menentukan sampel penelitian yang akan di identifikasi.

b) Identifikasi konsep-konsep materi vektor pada buku ajar

berdasarkan silabus.

c) Penyusunan instrumen penelitian.

3. Tahap pelaksanaan

a) Pengumpulan data

b) Studi pustaka

c) Analisis data

4. Kesimpulaan
38

Tahap Awal

Pemilihan Buku Ajar Fisika SMA/MA Kelas X

Identifikasi Konsep-Konsep Materi Vektor pada Buku Ajar Berdasarkan Silabus


Penyusunan Instrumen Penelitian
Pengumpulan Data

Studi Pustaka

Analisis Data

Kesimpulan

Gambar 3.1. Bagan Prosedur Penelitian.

i. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif bersifat deskriptif. Menurut Mahmud (2011: 29), penelitian

kualitatif merupakan penelitian dengan mempergunakan data yang dinyatakan

secara verbal dan kualifikasinya bersifat teoritis. Dimana penelitian deskriptif

mampu memberikan pemaparan, penjabaran, atau gambaran mengenai

sesuatu yang diteliti dalam bentuk uraian naratif.


39

c. Instrumen Penelitian

Menurut Dimyati, (2014: 75) secara fungsional kegunaan instrumen

penelitian adalah untuk memperoleh data yang diperlukan ketika peneliti

sudah menginjak pada langkah pengumpulan informasi dilapangan.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi

miskonsepsi berdasarkan hal-hal yang perlu dipertanyakan dalam

menganalisis buku ajar fisika (Suparno, 2009).

Tabel. 3.1. Hasil Analisis Miskonsepsi

Buku Keputusan/
No Konsep (Kognitif) Buku Ajar Rujukan Hasil Kajian
Utama Pustaka
1. Pengertian besaran vector
2. Simbol penulisan vektor
3. Gambar Vektor
4. Cara melukis pada
penjumlahan vektor
(Resultan)
5. Gambar penjumlahan
vektor untuk mencari
resultan dari dua vektor
6. Gambar penjumlahan
vektor untuk mencari
resultan dari tiga vektor
7. Cara melukis pada
pengurangan vektor
(Resultan)
8. Gambar pengurangan
vektor untuk mencari
resultan dari dua vektor
9. Gambar pengurangan
vektor untuk mencari
40

resultan dari tiga vektor


10. Komponen-komponen
vector
11. Gambar komponen-
komponen vektor
12. Rumus komponen-
komponen vektor
13. Rumus sudut komponen-
komponen vektor
14. Pengertian vektor satuan
15. Simbol vektor satuan
16. Gambar vektor satuan
17. Rumus menambahkan
vektor melalui
komponen-komponennya
18. Perkalian skalar
(perkalian titik/dot)
19. Rumus perkalian skalar
(perkalian titik/dot)
20. Rumus perkalian skalar
(perkalian titik/dot)
dalam komponen-
komponennya.
21. Perkalian vektor
(perkalian silang)
22. Rumus perkalian vektor
(perkalian silang)
23. Rumus perkalian vektoor
(perkalian silang) dalam
komponen-
komponennya.
41

Tabel. 3.2. Rangkuman Hasil Perhitungan Identifikasi Keterangan lain


Buku Ajar yang Diteliti.

Jumlah Jumlah
Konsep yang K P P K P P S P
Seharusnya T G P T P N K P
No Buku Ajar Ada A I L P G G
Berdasarkan
Silabus
1. Subagya, Hari.
2016. Fisika
SMA/MA Kelas 23
X. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
2. Kanginan,
Marthen. 2016.
Fisika 1 untuk
23
SMA/MA Kelas
X. Jakarta:
Erlangga
3. Kamajaya, Ketut. 23
2016. Fisika
untuk SMA/MA
Kelas X.
Bandung:
42

Grafindo Media
Pratama.

Jumlah
Keterangan:
KTA : Konsep Tidak Ada PG : Perbaikan Gambar

PPI : Perbaikan Penulisan Istilah KTL : Konsep Tidak


Lengkap

PPP : Perbaikan Penulisan Perumusan PNG : Perbaikan Notasi


Gambar
PPG : Perlu Penambahan Gambar SK : Salah Ketik

Tabel. 3.3. Persentase Miskonsepsi

Miskonsepsi Buku Ajar


Jumlah
No Buku Ajar Konsep yang Jumlah Persentase %
Seharusnya
Ada
Berdasarkan
Silabus
1. Subagya, Hari. 2016.
Fisika SMA/MA
23
Kelas X. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
2. Kanginan, Marthen.
2016. Fisika 1 untuk
23
SMA/MA Kelas X.
Jakarta: Erlangga.
3. Kamajaya, Ketut. 23
2016. Fisika untuk
43

SMA/MA Kelas X.
Bandung: Grafindo
Media Pratama.

d. Validitas (Keabsahan) Data

Teknik yang digunakan dalam memeriksa validitas (keabsahan) data dalam

penelitian ini yaitu dengan teknik triangulasi. Menurut Sugiyono, 2009

(dalam Hanatan, 2014: 153) triangulasi adalah pengecekan data dari berbagai

sumber dengan berbagai cara dan waktu.

Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka

terhadap konsep-konsep dari buku ajar yang diteliti, disesuaikan dengan buku

rujukan utama. Dengan melakukan teknik triangulasi hasil yang di peroleh

akan dijadikan dasar yang dapat dipertanggung jawabkan ketika mengambil

kesimpulan.

Buku Ajar Buku Universitas

Observasi

Gambar 3.2. Bagan Skema Triangulasi


44

e. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dilakukan dengan

penelitian kepustakaan. Menurut Mahmud (2011: 31) penelitian kepustakaan

adalah penelitian yang dilakukan dengan cara membaca buku-buku atau

majalah dan sumber data lainnya dalam perpustakaan. kegiatan penelitian ini

dilakukan dengan menghimpun data dari berbagai literatur, baik

diperpustakaan maupun di tempat-tempat lain. Literatur yang digunakan tidak

terbatas hanya pada buku-buku, tetapi dapat juga berupa bahan-bahan

dokumentasi, majalah-majalah, koran-koran, dan lain-lain.

Penelitian kepustakaan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain

dari buku ajar fisika dan buku teks fisika. Dari buku, paling utama adalah dari

buku-buku universitas. Judul buku yang dijadikan pembanding dalam

penelitian ini adalah (1) Fisika dasar edisi ketujuh, jilid 1 ( diterjemahkan

oleh Sustini E, Sparisoma Viriadi Ferry Iskandar, dan Fatimah Arofiati Noor)

karangan Halliday D, R. Resnick, dan J. Walker. (2) Fisika universitas edisi

kesepuluh, jilid 1 (diterjemahkan oleh Juliastuti, Endang) karangan Young H.

D dan R. A. Freedman. Peneliti memilih kedua buku tersebut sebagai buku

pembanding karena kedua buku tersebut merupakan buku teks yang dipakai

banyak PT, diakui secara Nasional maupun Internasional, dan merupakan

edisi terbaru.

f. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono, (2017: 244) analisis data adalah proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
45

lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam

kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun

kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan

membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun

orang lain.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis

kualitatif deskriptif.

Teknis analisis data ini dilakukan dengan empat tahap, yaitu:

1. Tahap Pengumpulan Data (Data Collection)

Tahap pengumpulan data atau informasi dilakukan dengan penelitian

kepustakaan atau studi pustaka dari setiap konsep yang diteliti.

2. Tahap Reduksi Data (Data Reduction)

Menurut Emzir, 2010 (dalam Fitrianingrum, 2013: 37) pada tahap

reduksi data dilakukan proses pemilihan, pemfokusan, penyederhanaan,

abstraksi, dan pentransformasian data mentah yang terjadi dalam

catatan-catatan lapangan. Reduksi data dalam peneliitian ini berarti

merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang

penting, dan membuang data-data yang tidak perlu. Dengan demikian

data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya

dan memcari data yang dibutuhkan. Data penjabaran konsep buku ajar

selanjutnya akan di analisis berdasarkan konsep yang benar hasil studi

pustaka dari sumber pembanding apakah terdapat miskonsepsi pada


46

konsep yang diteliti dari ketiga buku. Selanjutnya dilakukan

perhitungan jumlah konsep buku ajar, jumlah miskonsepsi, dan

keterangan lainnya pada materi vektor dalam tiga buku ajar yang

diteliti.

Perumusan perhitungan persentase miskonsepsi pada setiap buku

ajar adalah:

Nks
% ks= ×100 %
Nk

Dimana:

% ks = Persentase miskonsepsi buku ajar

Nks = Jumlah miskonsepsi buku ajar

Nk = Jumlah konsep buku ajar

3. Tahap Penyajian Data

Setelah mereduksi data, selanjutnya dilakukan tahap penyajian data.

Dimana data yang didapat dari pengumpulan data, reduksi data

kemudian ditabulasikan ke dalam bentuk tabel hasil analisis

miskonsepsi buku ajar yang selanjutnya dianalisis dengan cara

deskriptif untuk ditarik kesimpulan.

4. Tahap Pengambilan Kesimpulan

Langkah terakhir dalam analisis data kualitatif adalah penarikan

kesimpulan. Tahap penarikan kesimpulan dilakukan setelah analisis


47

data. Kesimpulan yang ditarik berupa data yang mengungkapkan

adanya miskonsepsi dan kesalahan lain serta besarnya miskonsepsi

materi vektor yang terdapat dalam ketiga buku ajar yang diteliti.
BAB IV

HASIL PENELITIAN

Deskripsi Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah konsep vektor yang terdapat dalam buku ajar

fisika sekolah sekota medan, dimana dalam penentuan objek ini digunakan

teknik purposive sampling. Buku ajar fisika yang dianalisis miskonsepsinya

adalah:

1. Fisika SMA/MA Kelas X, karangan Hari Subagya, penerbit PT. Bumi

Aksara berdasarkan kurikulum 2013 edisi revisi 2016.

2. Fisika 1 untuk SMA/MA Kelas X, karangan Marthen Kanginan, penerbit

Erlangga berdasarkan kurikulum 2013 edisi revisi 2016.

3. Fisika untuk SMA/MA Kelas X, karangan Ketut Kamajaya, penerbit

Grafindo Media Pratama berdasarkan kurikulum 2013 edisi revisi 2016.

Dan sebagai buku rujukan utama, yang menjadi buku pembanding dalam

penelitian ini adalah (1) Fisika dasar edisi ketujuh, jilid 1 ( diterjemahkan oleh

Sustini E, Sparisoma Viriadi Ferry Iskandar, dan Fatimah Arofiati Noor)

karangan Halliday D, R. Resnick, dan J. Walker. (2) Fisika universitas edisi

kesepuluh, jilid 1 (diterjemahkan oleh Juliastuti, Endang) karangan Young H.

D dan R. A. Freedman.

48
49

a. Deskripsi Temuan Penelitian

Analisis buku ajar fisika yang diteliti terdapat pada lampiran 1, 2, dan 3.

Berdasarkan analisis miskonsepsi buku ajar yang diteliti, dapat dihitung

besarnya persentase miskonsepsi pada ketiga buku ajar fisika yang diteliti

seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Data Hasil Persentase Miskonsepsi pada Materi Vektor dalam

Ketiga Buku Ajar Fisika SMA//MA Kelas X Tahun 2016

Penerbit Pusat Perbukuan Kemendiknas.

No Buku Ajar Fisika Jumlah Konsep yang Miskonsepsi Buku Ajar


Seharusnya Ada Jumlah Persentase (%)
1. Buku A 23 1 4,3
2. Buku B 23 0 0
3. Buku C 23 3 13
Keterangan:

Buku A : Fisika SMA/MA Kelas X, karangan Hari Subagya, penerbit PT.

Bumi Aksarra berdasarkan kurikulum 2013 edisi revisi 2016.

Buku B : Fisika 1 untuk SMA/MA Kelas X, karangan Marthen Kanginan,

penerbit Erlangga berdasarkan kurikulum 2013 edisi revisi 2016.

Buku C : Fisika untuk SMA/MA Kelas X, karangan Ketut Kamajaya,

penerbit Grafindo Media Pratama berdasarkan kurikulum 2013

edisi revisi 2016.

Hasil analisis persentase miskonsepsi pada ketiga buku ajar dapat disajikan

dalam bentuk diagram seperti pada gambar 4.1 di bawah ini.


50

Miskonsepsi (%)
14
13%
12

10

4 4,3%

0
Buku A Buku B Buku C

Gambar 4.1. Diagram Miskonsepsi

Dari hasil analisis dengan kajian pustaka yaitu membandingkan ketiga

buku ajar dengan buku rujukan utama dihasilkan data seperti yang tertera

pada tabel 4.1 dan diagram pada gambar 4.1, maka dijelaskan sebagai berikut:

1. Buku A

Berdasarkan hasil analisis berupa kajian pustaka dengan

membandingkan buku ajar A dengan buku rujukan utama ditemui

kesalahan konsep (miskonsepsi) pada pengertian vektor satuan. Pada buku

A dijelaskan Vektor satuan adalah vektor yang besarnya satu satuan.

Sedangkan berdasarkan buku pembanding dijelaskan vektor satuan adalah

suatu vektor yang memiliki besar 1, tanpa satuan. Tujuan satu-satunya

ialah menunjuk, artinya mendeskripsikan suatu arah dalam ruang.


51

Letak kesalahan konsep (miskonsepsi) nya adalah pada buku A

hanya dikatakan besarnya satu satuan, dimana tidak dijabarkan bagaimana

yang dikatakan besarnya satu satuan dan tidak dijelaskan bahwasannya

vektor satuan digunakan untuk mendeskripsikan suatu arah dalam ruang.

Dengan begitu nantinya akan membingungkan ketika buku A digunakan

sebagai buku ajar disekolah oleh siswa sebelum dijelaskan lebih dalam

oleh guru.

Hasil analisis konsep secara keseluruhan pada buku A dapat dilihat

pada lampiran 1.

2. Buku B

Berdasarkan hasil analisis berupa kajian pustaka dengan

membandingkan buku ajar B dengan buku rujukan utama tidak ditemui

kesalahan konsep (miskonsepsi).

Hasil Hasil analisis konsep secara keseluruhan pada buku B dapat

dilihat pada lampiran 2.

3. Buku C

Berdasarkan hasil analisis berupa kajian pustaka dengan

membandingkan buku ajar C dengan buku rujukan utama ditemui

kesalahan konsep (miskonsepsi) pada:

a) Simbol vektor satuan

Pada buku C dijelaskan dengan tujuan memudahkan analisis,

ditetapkan vektor-vektor satuan pada sumbu-x, sumbu-y, dan sumbu-z

yang masing-masing diberi lambang i, j, dan k. Sedangkan


52

berdasarkan buku pembanding Pada vektor satuan akan selalu

menyertakan suatu tanda sisipan atau “topi” ( ˆ ) pada simbol suatu

vektor satuan untuk membedakannya dari vektor biasa. Pada sistem

koordinat xy dapat didefenisikan sebuah vektor satuan i^ yang

menunjukkan arah sumbu x positif dan sebuah vektor satuan ^j yang

menunjukkan arah sumbu y positif. Juka tidak semua vektor berada

pada bidang xy, maka memerlukan komponen ketiga. Masukkan

komponen ketiga vektor satuan k^ yang menunjukkan arah sumbu z

positif.

Letak kesalahan konsep buku ajar yaitu bahwasannya pada buku C

simbol vektor satuan dituliskan i, j, dan k, sementara pada buku

pembanding penulisan vektor satuan yang benar adalah i^ yang

menunjukkan arah sumbu x positif, sebuah vektor satuan ^j yang

menunjukkan arah sumbu y positif, dan vektor satuan k^ yang

menunjukkan arah sumbu z positif. Dimana dalam penulisan akan

selalu menyertakan suatu tanda sisipan atau “topi” ( ˆ ) pada simbol

suatu vektor satuan untuk membedakannya dari vektor biasa. Karena

pada buku C simbol pada vektor satuan tidak diberi sisipan atau “topi”

( ˆ ) maka dinyatakan ada kesalahan konsep (miskonsepsi) pada buku

tersebut.
53

b) Gambar vektor satuan

Pada buku C vektor satuan digambarkan sebagai berikut:

Sedangkan pada buku pembanding vektor satuan digambarkan

sebagai berikut:

Dari gambar yang telah dianalisis dikatakan gambar vektor satuan

ada kesalahan konsep (miskonsepsi) pada buku C karena di gambar

yang dicantumkan pada buku C simbol vektor satuan yang di

cantumkan pada gambar salah dimana dituliskan pada sumbu x diberi

simbol i, pada sumbu y diberi simbol j, dan pada sumbu z diberi

simbol k yang seharusnya pada sumbu x diberi simbol i^ , pada sumbu y

diberi simbol ^j , pada sumbu z diberi simbol k^ . Pada simbol harus


54

diberikan tanda topi ( ˆ ) untuk menyatakan bahwasannya gambar

tersebut menyatakan vektor satuan.

Hasil analisis konsep secara keseluruhan pada buku C dapat dilihat

pada lampiran 3.

Selain menganalisis miskonsepsi pada buku ajar, penenlitian ini juga

mengidentifikasi keterangan lainnya meliputi: konsep tidak ada, perbaikan

gambar, perbaikan penulisan istilah, konsep tidak lengkap, perbaikan

penulisan perumusan, perbaikan notasi gambar, salah ketik, dan perlu

penambahan gambar.

Tabel 4.2. Data Rangkuman Hasil Perhitungan Identifikasi Keterangan


lain Buku Ajar yang Diteliti.

Jumlah

No Buku Sekolah SMA K P K P P P


Kelas X P S
T P T P N P
G K
A I L P G G
1. Buku A 9 1 1 1

2. Buku B 12 2

3. Buku C 3 0 2 1 1 1

Jumlah 24 0 2 2 1 1 0 4

Keterangan:

KTA : Konsep Tidak Ada

PPI : Perbaikan Penulisan Istilah

KTL : Konsep Tidak Lengkap

PPP : Perbaikan Penulisan Perumusan


55

PNG : Perbaikan Notasi Gambar

PPG : Perlu Penambahan Gambar

SK : Salah Ketik

PG : Perbaikan Gambar

Hasil Indikasi keterangan lain yang dapat menimbulkan miskonsepsi pada

masing-masing ketiga buku yang diteliti dapat disajikan dalam bentuk

diagram yang ditunjukkan pada gambar 4.2.

Gambar 4.2. Diagram Indikasi Keterangan Lain


56

Dari data dan diagram hasil analisis indikasi keterangan lain pada tabel

4.2 dan diagram pada gambar 4.2, maka dijelaskan sebagai berikut:

1. Konsep Tidak Ada (KTA)

a) Buku A

Pada buku A konsep tidak ada berjumlah 9 konsep meliputi Gambar

pengurangan vektor untuk mencari resultan dari tiga vektor,

Komponen-komponen vektor, Rumus menambahkan vektor melalui

komponen-komponennya, Perkalian skalar (perkalian titik/dot),

Rumus perkalian skalar (perkalian titik/dot), Rumus perkalian skalar

(perkalian titik/dot) dalam komponen-komponennya, Perkalian

vektor (perkalian silang), Rumus perkalian vektor (perkalian silang),

Rumus perkalian vektor (perkalian silang) dalam komponen-

komponennya.

b) Buku B

Pada buku B konsep tidak ada berjumlah 12 konsep meliputi

Gambar pengurangan vektor untuk mencari resultan dari tiga

vektor, Komponen-komponen vektor, Pengertian vektor satuan,

Simbol vektor satuan, Gambar vektor satuan, Rumus

menambahkan vektor melalui komponen-komponennya, Perkalian

skalar (perkalian titik), Rumus perkalian skalar (perkalian titik),

Rumus perkalian skalar (perkalian titik) dalam komponen-

komponennya, Perkalian vektor (perkalian silang), Rumus


57

perkalian vektor (perkalian silang), Rumus perkalian vektor

(perkalian silang) dalam komponen-komponennya.

c) Buku C

Pada buku C konsep tidak ada berjumlah 3 konsep meliputi

Gambar pengurangan vektor untuk mencari resultan dari tiga

vektor, Rumus perkalian skalar (perkalian titik) dalam komponen-

komponennya, Rumus perkalian vektor (perkalian silang) dalam

komponen-komponennya.

2. Perbaikan Gambar (PG)

Berdasarkan hasil analisis kajian pustaka yaitu dengan

membandingkan buku ajar yang diteliti dengan buku pembanding tidak

ada yang perlu perbaikan gambar pada ketiga buku ajar yang diteliti.

3. Perbaikan Penulisan Istilah (PPI)

a) Buku A

Berdasarkan hasil analisis studi pustaka pada buku A tidak ada

perbaikan penulisan istilah.

b) Buku B

Berdasarkan hasil analisis studi pustaka pada buku B tidak ada

perbaikan penulisan istilah.

c) Buku C

Setelah dilakukan analisis berdasarkan studi pustaka pada buku C

terdapat 2 perbaikan penulisan yaitu: (1) Perkalian titik digunakan

istilah perkalian dot. Berdasarkan studi pustaka menurut buku


58

Fisika Universitas karangan Young H. D dan R. A. Freedman

dengan rumus ⃗
A.⃗
B dengan notasi ini perkalian skalar disebut juga

perkalian titik. Jadi istilah perkalian titik yang benar adalah

perkalian skalar. (2) Perkalian silang digunakan istilah perkalian

cross. Berdasarkan studi pustaka menurut buku Fisika Universitas

karangan Young H. D dan R. A. Freedman dengan rumus ⃗


A×⃗
B

dengan notasi ini perkalian vektor disebut juga perkalian silang.

Jadi istilah perkalian silang yang benar adalah perkalian vektor.

4. Konsep Tidak Lengkap (KTL)

a) Buku A

Pada buku C menyatakan vektor satuan adalah vektor yang

besarnya satu satuan. Berdasarkan hasil analisis studi pustaka

dengan buku pembanding dinyatakan bahwa buku C pada

pengertian vektor satuan termasuk dalam konsep tidak lengkap,

maka akan dilengkapi dengan yang ada pada buku pembanding.

Berdasarkan buku Fisika Dasar Halliday menyatakan vektor satuan

adalah sebuah vektor yang mempunyai magnitudo tepat 1 dan

mempunyai arah tertentu. Vektor satuan tidak mempunyai dimensi

dan satuan.

b) Buku B

Berdasarkan hasil analisis dengan studi pustaka pada buku B tidak

terdapat konsep tidak lengkap.


59

c) Buku C

Pada buku C menyatakan simbol vektor satuan dibuat dengan

tujuan memudahkan tujuan analisis, ditetapkan vektor-vektor

satuan pada sumbu-x, sumbu-y, dan sumbu-z yang masing-masing

diberi lambang i, j, dan k. Berdasarkan studi pustaka menurut buku

Fisika Universitas karangan Young H. D dan R. A. Freedman

menyatakan Pada vektor satuan akan selalu menyertakan suatu

tanda sisipan atau “topi” ( ˆ ) pada simbol suatu vektor satuan

untuk membedakannya dari vektor biasa. Pada sistem koordinat xy

dapat didefenisikan sebuah vektor satuan i^ yang menunjukkan arah

sumbu x positif dan sebuah vektor satuan ^j yang menunjukkan

arah sumbu y positif. Juka tidak semua vektor berada pada bidang

xy, maka memerlukan komponen ketiga. Masukkan komponen

ketiga vektor satuan k^ yang menunjukkan arah sumbu z positif.

Jadi, dari hasil analisis yang dilakukan perlu penambahan konsep

pada simbol vektor satuan dimana pada buku C yang dianalisis

tidak diberi tanda topi ( ˆ ) dimana dituliskan notasi huruf biasa

yaitu i, j, dan k seharusnya di tulis dengan notasi i^ , ^j , dan k^ .

5. Perbaikan Penulisan Perumusan (PPP)

a) Buku A

Berdasarkan hasil analisis keterangan lainnya dengan kajian

pustaka pada buku A tidak ada yang perlu dalam perbaikan

penulisan perumusan.
60

b) Buku B

Berdasarkan hasil analisis keterangan lainnya dengan kajian

pustaka pada buku B tidak ada yang perlu dalam perbaikan

penulisan perimusan.

c) Buku C

Berdasarkan hasil analisis keterangan lainnya dengan kajian

pustaka pada buku C dituliskan rumus menambahkan vektor

melalui komponen-komponennya V =V x i+V y j+V z k .

Berdasarkan studi pustaka menurut buku Fisika Dasar karangan

Halliday D, R. Resnick, dan J. Walker di jelaskan bahwa rumus

menambahkan vektor melalui komponen-komponennya yaitu

r⃗ =⃗a + b⃗ dimana dikatakan bahwa vektor r⃗ adalah sama dengan

vektor ( a⃗ + ⃗b ). Jadi setiap komponen r⃗ harus sama dengan

komponen ( a⃗ + ⃗b ) yang sesuai: r x =a x + b x, r y =a y +b y , r z=az + b z


Dimana d=d ^ ^ ^
x i+ d y j+ d z k .

6. Perbaikan Notasi Gambar (PNG)

a) Buku A
61

Pada notasi yang diberi tanda perlu dilakukan perbaikan karena

notasi yang tertulis tidak jelas. Sesuai dengan bagian yang

diketahui maka notasi yang diberi tanda seharusnya r 2 karena

notasi r 1 sudah ada tertera pada gambar.

b) Buku B

Berdasarkan hasil analisis dengan studi pustaka pada buku B tidak

terdapat perbaikan notas gambar.

c) Berdasarkan hasil analisis dengan studi pustaka pada buku C tidak

terdapat perbaikan notas gambar.

7. Salah Ketik (SK)

Berdasarkan hasil analisis kajian pustaka pada ketiga buku ajar

yaitu buku A, buku B, dan buku C tidak terdapat kesalaham dalam

pengetikan.

8. Perlu Penambahan Gambar (PPG)

a) Buku A

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dengan kajian pustaka,

pada buku A perlu penambahan Gambar pengurangan vektor untuk

mencari resultan dari tiga vektor, berdasarkan buku pembanding

yaitu buku Fisika Dasar karangan Halliday D, R. Resnick, dan J.

Walker gambar yang dimaksud perlu ditambahi agar lebih lengkap

isi dari buku ajar yang akan digunakan di sekolah.

Berikut gambar yang perlu ditambahi yaitu Gambar pengurangan

vektor untuk mencari resultan dari tiga vektor:


62

b) Buku B

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dengan kajian pustaka,

pada buku A perlu penambahan Gambar pengurangan vektor untuk

mencari resultan dari tiga vektor dan Gambar vektor satuan,

berdasarkan buku pembanding yaitu buku Fisika Dasar karangan

Halliday D, R. Resnick, dan J. Walker gambar yang dimaksud

perlu ditambahi agar lebih lengkap isi dari buku ajar yang akan

digunakan di sekolah.

Berikut gambar yang perlu ditambahi:

Gambar pengurangan vektor untuk mencari resultan dari tiga

vektor
63

Gambar vektor satuan

c) Buku C

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dengan kajian pustaka,

pada buku A perlu penambahan Gambar pengurangan vektor untuk

mencari resultan dari tiga vektor, berdasarkan buku pembanding

yaitu buku Fisika Dasar karangan Halliday D, R. Resnick, dan J.

Walker gambar yang dimaksud perlu ditambahi agar lebih lengkap

isi dari buku ajar yang akan digunakan di sekolah.

Berikut gambar yang perlu ditambahi yaitu Gambar pengurangan

vektor untuk mencari resultan dari tiga vektor:


64

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis miskonsepsi materi vektor

pada ketiga buku ajar fisika sekolah Kurikulum 2013 edisi revisi 2016 adalah:

1. Miskonsepsi buku ajar pada materi vektor

a) Pada buku A terdapat miskonsepsi pada materi ajar vektor.

b) Pada buku B tidak terdapat miskonsepsi pada materi ajar vektor.

c) Pada buku C terdapat miskonsepsi pada materi ajar vektor.

2. Besar persentase miskonsepsi buku ajar pada materi vektor

a) Persentase miskonsepsi buku A pada materi vektor sebesar 4,3%.

b) Persentase miskonsepsi buku B pada materi vektor sebesar 0%.

c) Persentase miskonsepsi buku C pada materi vektor sebesar 13%.

3. Selain miskonsepsi, pada buku ajar juga di identifikasi keterangan lainnya

meliputi:

a) Buku A

Dari 23 konsep yang seharusnya ada berdasarkan silabus, dalam buku

memuat 9 konsep tidak ada, 1 konsep tidak lengkap, 1 perbaikan

notasi gambar, dan 1 perlu penambahan gambar.


65

b) Buku B

Dari 23 konsep yang seharusnya ada berdasarkan silabus, dalam buku

memuat 12 konsep tidak ada dan 2 perlu penambahan gambar.

c) Buku C

Dari 23 konsep yang seharusnya ada berdasarkan silabus, dalam buku

memuat 3 konsep tidak ada, 2 perbaikan penulisan istilah, 1 konsep

tidak lengkap, 1 perbaikan penulisan perumusan, dan 1 perlu

penambahan gambar.

a. Saran

Berdasarkan kesimpulan pada penelitian ini, ada beberapa hal yang

menjadi saran pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai konsep vektor pada

ketiga buku ajar tersebut dari segi kebahasaannya karena pada penelitian

ini hanya menganalisis dari segi konsep saja.

2. Perlu dilakukan penelitian pada materi lain di ketiga buku ajar fisika

tersebut karena pada penelitian ini hanya dibatasi pada materi vektor agar

keseluruhan konsep dapat diketahui kesalahannya dan dapat menghindari

miskonsepsi saat ketiga buku ajar fisika tersebut dipergunakan sebagai

bahan ajar disekolah.


66

3. Perlu dilakukan penelitian mengenai konsep vektor pada buku ajar

kurikulum 2013 edisi revisi lainnya yang digunakan disekolah sebagai

bahan ajar.
67

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2016. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Dimyati, Johni.M.M. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Aplikasinya


pada Penidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta: Kencana.

Firman Pangaribuan, Aprido B Simamora, dan Rick Hunter Simanungkalit. 2016.


“Pedoman Penulisan Skripsi”. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas HKBP Nommensen. Vol 14,80 (21,00): hal. 65.

Fitrianingrum, Nurul, Widha Sunarno, dan Dewanto Harjunowibowo. 2013.


“Analisis Miskonsepsi Gerak Melingkar Pada Buku Sekolah Elektronik
(BSE) Fisika SMA Kelas X Semester”. Jurnal Pendidikan Fisika. Vol 1
(1): hal. 73- 80.

Fitrianingrum, Nurul. 2013. Analisis Miskonsepsi Gerak Melingkar Pada Buku


Sekolah Elektronik (BSE) Fisika SMA Kelas X Semester. Skripsi tidak
diterbitkan. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Fitriyah, Maghfirotul. 2017. Analisis Konten Buku Teks Pelajaran Fisika Kelas XI
Kurikulum 2013 pada Pokok Materi Fluida Dinamis. Skripsi tidak
diterbitkan. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Halliday D, R. Resnick, dan J. Walker. 2010. Fisika Dasar Jilid 1 Edisi Ketujuh.
Sustini E, Sparisoma Viriadi Ferry Iskandar, dan Fatimah Arofiati Noor.
Jakarta: Erlangga.

Hanatan, Ardiana, Pujayanto, dan Yohanes Radiyono. 2014. Analisis Miskonsepsi


Termodinamika pada Buku Ajar Fisika SMA. SNFPF-Prosiding
Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika. Vol 5 (1). hal: 51-57.

Hasan Khoiri, Andika Kusuma Wijaya, dan Intan Kusumawati. 2017. “Identifikasi
Miskonsepsi Buku Ajar Fisika SMA Kelas X Pada Pokok Bahasan
Kinematika Gerak Lurus”. Jurnal Ilmu Pendidikan Fisika. Vol 2 (2):
hal. 60-64.

Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.

Matsun, Dwi Fajar Saputri, dan Triyanta. 2016. “Analisis Miskonsepsi dan
Tingkat Keterbacaan Buku Ajar Fisika SMA Kelas XII pada Materi
68

Listrik Statis”. Jurnal Pendidikan Informatika dan Sains. Vol 5 (2): hal.
227-236.

Nainggolan, Juliper. 2016. “Analisis Miskonsepsi Mahasiswa Baru tentang Materi


Mekanika Sebelum dan Sesudah Memperoleh Perkuliahan Fisika Dasar
1 dengan Menggunakan Metode Certainly of Respons Idex (CRI) T.A
2015/2016”. Jurnal Suluh Pendidikan FKIP-UHN. Vol. 3 (1): hal 1-11.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 tahun 2016 tentang


standar proses pendidikan dasar dan menengah.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 8


Tahun 2016 tentang buku yang digunakan oleh satuan pendidikan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 11 Tahun 2005 tentang buku teks
pelajaran.

Respatiningrum, Nirmala, Yohanes Radiyono, dan Edy Wiyono. 2015. “Analisis


Miskonsepsi Materi Fluida pada Buku Ajar Fisika SMA”. SNFPF-
Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika. Vol 6 (1).
hal: 313-317.

Romdiansah, R. Rudi. 2014. Pengembangan Modul Interaktif Literasi Sains untuk


Pembelajaran IPA Terpadu pada Tema Bioteknologi di Bidang Produksi
Pangan. Skripsi tidak diterbitkan. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suparno, Paul. 2013. Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan


Fisika. Jakarta: PT Grasindo.

Suwarni, Erna. 2015. “Pengembangan Buku Ajar Berbasis Lokal Materi


Keanekaragaman Laba-Laba di Kota Metro sebagai Sumber Belajar
Alternatif Biologi untuk Siswa SMA Kelas X”. Jurnal Pendidikan
Biologi Universitas Muhammadiyah Metro. Vol. 6 (2): hal 86-92.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.


69

Young H. D dan R. A. Freedman. 2002. Fisika Universitas Jilid 1 Edisi


Kesepuluh. Juliastuti, Endang. Jakarta: Erlangga.

Zendrato, Febriman. 2019. Analisis Miskonsepsi Fisika Siswa pada Materi


Mekanika dengan Menggunakan Four Tier Multiple Choice Diagnostic
Test Kelas XI di SMA Negeri Sekota Medan T.P.2018/2019. Skripsi
tidak diterbitkan. Medan: Universitas HKBP Nommensen Medan
Lampiran 1

SILABUS FISIKA
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas : X (Sepuluh)
Alokasi waktu : 3 jam pelajaran/ minggu

Kompetensi Inti :
 KI-1 dan KI-2:Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur,
disiplin, santun, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), bertanggung jawab, responsif, dan pro-aktif dalam
berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam
sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan kawasan internasional”.
 KI 3: Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
 KI4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai kaidah
keilmuan

Kompetensi Dasar Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran


3.1 Menjelaskan hakikat ilmu Hakikat Fisika dan Prosedur  Mengamati, mendiskusikan, dan menyimpulkan tentang
Fisika dan perannya dalam Ilmiah: fenomena Fisika dalam kehidupan sehari-hari,
kehidupan, metode ilmiah, dan
keselamatan kerja di  Hakikat Fisika dan perlunya hubungan Fisika dengan disiplin ilmu lain, prosedur
laboratorium mempelajari Fisika ilmiah, dan keselamatan kerja di laboratorium
 Ruang lingkup Fisika  Mendiskusikan dan menyimpulkan tentang ilmu Fisika
4.1 Membuat prosedur kerja ilmiah  Metode dan Prosedur ilmiah dan hubungannya dengan disiplin ilmu lain, prosedur
dan keselamatan kerja misalnya  Keselamatan kerja di ilmiah dalam hubungannya dengan keselamatan kerja di
pada pengukuran kalor laboratorium laboratorium
 Mempresentasikan tentang pemanfaatan Fisika dalam
kehidupan sehari-hari, metode ilmiah dan keselamatan
kerja ketika melakukan kegiatan pengukuran besaran
Fisika
3.2. Menerapkan prinsip-prinsip Pengukuran:  Mengamati pembuatan daftar (tabel) nama besaran, alat
pengukuran besaran fisis,  Ketelitian (akurasi) dan ukur, cara mengukur
ketepatan, ketelitian, dan angka ketepatan (presisi)  Mendiskusikan prinsip-prinsip pengukuran (ketepatan,
penting, serta notasi ilmiah  Penggunaan alat ukur ketelitian, dan angka penting), cara menggunakan alat
 Kesalahan pengukuran ukur, cara membaca skala, cara menuliskan hasil
4.2. Menyajikan hasil pengukuran pengukuran
 Penggunaan angka penting
besaran fisis berikut  Mengolah data hasil pengukuran dalam bentuk
ketelitiannya dengan penyajian data, membuat grafik, menginterpretasi data
menggunakan peralatan dan dan grafik, dan menentukan ketelitian pengukuran, serta
teknik yang tepat serta menyimpulkan hasil interpretasi data
mengikuti kaidah angka penting  Membuat laporan tertulis dan mempresentasikan hasil
untuk suatu penyelidikan ilmiah pengukuran
3.3. Menerapkan prinsip Vektor:  Mengamati dengan seksama vektor-vektor yang bekerja
penjumlahan vektor sebidang
(misalnya perpindahan)  Penjumlahan vektor pada benda
 Perpindahan vektor  Melakukan percobaan untuk menentukan resultan vektor
4.3. Merancang percobaan untuk  Kecepatan vektor sebidang (misalnya gaya).
menentukan resultan vektor  Mengolah tentang berbagai operasi vektor
 Percepatan vektor
sebidang (misalnya  Mempresentasikan rancangan percobaan untuk
 Gaya sebagai vektor
perpindahan) beserta presentasi menentukan resultan vektor sebidang beserta makna
hasil dan makna fisisnya fisisnya

3.4 Menganalisis besaran-besaran Gerak lurus:  Mengamati dengan seksama demonstrasi gerak untuk
fisis pada gerak lurus dengan  Gerak lurus dengan membedakan gerak lurus dengan kecepatan tetap dan
kecepatan konstan (tetap) dan kecepatan konstan (tetap) gerak lurus dengan percepatan tetap
gerak lurus dengan percepatan  Gerak lurus dengan  Mendiskusikan perbedaan gerak lurus dengan kecepatan
konstan (tetap) berikut percepatan konstan (tetap) tetap dan gerak lurus dengan percepatan tetap
penerapannya dalam kehidupan  Melakukan percobaan gerak lurus dengan kecepatan dan
sehari-hari misalnya percepatan tetap menggunakan kereta misalnya mobil
keselamatan lalu lintas mainan, troly.
 Menganalisis besaran-besaran Fisika dalam gerak lurus
4.4 Menyajikan data dan grafik
dengan kecepatan dan percepatan tetap melalui diskusi
hasil percobaan untuk
kelas.
menyelidiki sifat gerak benda
 Mempresentasikan hasil percobaan benda yang
yang bergerak lurus dengan
bergerak lurus dengan kecepatan tetap dan gerak lurus
kecepatan konstan (tetap) dan
dengan percepatan tetap dalam bentuk grafik.
bergerak lurus dengan
percepatan konstan (tetap)
berikut makna fisisnya

3.5. Menganalisis gerak parabola Gerak parabola:  Mengamati simulasi ilustrasi/demonstrasi/video gerak
dengan menggunakan vektor,  Gerak Parabola parabola yang aktual dijumpai di kehidupan sehari-hari
berikut makna fisisnya dan  Pemanfaatan Gerak Parabola  Mendiskusikan vektor posisi, kecepatan gerak dua
penerapannya dalam kehidupan dalam Kehidupan Sehari- dimensi pada gerak parabola, hubungan posisi dengan
sehari-hari hari kecepatan pada gerak parabola
 Menganalisis dan memprediksi posisi dan kecepatan
4.5. Mempresentasikan data hasil pada titik tertentu berdasarkan pengolahan data
percobaan gerak parabola dan percobaan gerak parabola.
makna fisisnya  Mempresentasikan hasil kegiatan diskusi kelompok
tentang penyelesaian masalah gerak parabola
3.6. Menganalisis besaran fisis pada Gerak melingkar:  Menemukan besaran frekuensi, periode, sudut tempuh,
gerak melingkar dengan laju  Gerak melingkar dengan kecepatan linier, kecepatan sudut, percepatan, dan gaya
konstan (tetap) dan laju konstan (tetap) sentripetal pada gerak melingkar melalui tayangan film,
penerapannya dalam kehidupan  Frekuensi dan Periode animasi, atau sketsa
sehari-hari  Kecepatan sudut  Melakukan percobaan secara berkelompok untuk
 Kecepatan linier menyelidiki gerak yang menggunakan hubungan roda-
4.6. Melakukan percobaan berikut roda
 Gaya sentripetal
presentasi hasilnya tentang  Menganalisis besaran yang berhubungan antara gerak
gerak melingkar, makna fisis linier dan gerak melingkar pada gerak menggelinding
dan pemanfaatannya dengan laju tetap
 Melaporkan hasil percobaan dalam bentuk
sketsa/gambar dan laporan sederhana serta
mempresentasikannya
3.7 Menganalisis interaksi pada Hukum Newton:  Mengamati peragaan benda diletakkan di atas kertas
gaya serta hubungan antara  Hukum Newton tentang kemudian kertas ditarik perlahan dan ditarik tiba-tiba
gaya, massa dan gerak lurus gerak atau cepat, peragaan benda ditarik atau didorong untuk
benda serta penerapannya  Penerapan Hukum Newton menghasilkan gerak, benda dilepas dan bergerak jatuh
dalam kehidupan sehari-hari dalam kejadian sehari-hari bebas, benda ditarik tali melalui katrol dengan beban
berbeda
4.7 Melakukan percobaan berikut  Mendiskusikan tentang sifat kelembaman (inersia)
presentasi hasilnya terkait gaya benda, hubungan antara gaya, massa, dan gerakan
serta hubungan gaya, massa dan benda, gaya aksi reaksi, dan gaya gesek
percepatan dalam gerak lurus  Mendemonstrasikan dan atau melakukan percobaan
benda dengan menerapkan hukum 1, 2, dan 3 Newton
metode ilmiah
 Menghitung percepatan benda dalam sistem yang
terletak pada bidang miring, bidang datar, gaya gesek
statik dan kinetik
 Mempresentasikan hasil percobaan hukum 1, 2, dan 3
Newton
3.8. Menganalisis keteraturan gerak Hukum Newton tentang  Mengamati tentang keseimbangan yang terjadi pada
planet dan satelit dalam gravitasi: sistem tatasurya dan gerak planet melalui berbagai
tatasurya berdasarkan hukum-  Gaya gravitasi antar partikel sumber
hukum Newton  Kuat medan gravitasi dan  Mendiksusikan konsep gaya gravitasi, percepatan
percepatan gravitasi gravitasi, dan kuat medan gravitasi, dan hukum
4.8. Menyajikan karya mengenai  Hukum Keppler Keppler berdasarkan hukum Newton tentang gravitasi
gerak satelit buatan yang  Menyimpulkan ulasan tentang hubungan antara
mengorbit bumi, pemanfaatan kedudukan, kemampuan, dan kecepatan gerak satelit
dan dampak yang berdasarkan data dan informasi hasil eksplorasi dengan
ditimbulkannya dari berbagai menerapkan hukum Keppler
sumber informasi  Mempresentasikan dalam bentuk kelompok tentang
keteraturan gerak planet dalam tata surya dan kecepatan
satelit geostasioner
3.9. Menganalisis konsep energi, Usaha (kerja) dan energi:  Mengamati peragaan atau simulasi tentang kerja atau
usaha (kerja), hubungan usaha  Energi kinetik dan energi kerja
(kerja) dan perubahan energi, potensial (gravitasi dan  Mendiskusikan tentang energi kinetik, energi potensial
hukum kekekalan energi, serta pegas) (energi potensial gravitasi dan pegas), hubungan kerja
penerapannya dalam peristiwa  Konsep usaha (kerja) dengan perubahan energi kinetik dan energi potensial,
sehari-hari  Hubungan usaha (kerja) dan serta penerapan hukum kekekalan energi mekanik
energi kinetik  Menganalisis bentuk hukum kekekalan energi mekanik
4.9. Menerapkan metode ilmiah
 Hubungan usaha (kerja) pada berbagai gerak (gerak parabola, gerak pada bidang
untuk mengajukan gagasan lingkaran, dan gerak satelit/planet dalam tata surya)
dengan energi potensial
penyelesaian masalah gerak
 Hukum kekekalan energi  Mempresentasikan hasil diskusi kelompok tentang
dalam kehidupan sehari-hari,
mekanik konsep energi, kerja, hubungan kerja dan perubahan
yang berkaitan dengan konsep
energi, hukum kekekalan energi
energi, usaha (kerja), dan
hukum kekekalan energi
3.10.Menerapkan konsep Momentum dan Impuls:  Mengamati tentang momentum, impuls, hubungan
momentum dan impuls, serta  Momentum, antara impuls dan momentum serta tumbukan dari
hukum kekekalan momentum  Impuls, berbagai sumber belajar.
dalam kehidupan sehari-hari  Tumbukan lenting sempurna,  Mendiskusikan konsep momentum, impuls, hubungan
lenting sebagian, dan tidak antara impuls dan momentum serta hukum kekekalan
4.10.Menyajikan hasil pengujian lenting momentum dalam berbagai penyelesaian masalah
penerapan hukum kekekalan  Merancang dan membuat roket sederhana dengan
momentum, misalnya bola menerapkan hukum kekekalan momentum secara
jatuh bebas ke lantai dan roket berkelompok
sederhana  Mempresentasikan peristiwa bola jatuh ke lantai dan
pembuatan roket sederhana
3.11.Menganalisis hubungan antara Getaran Harmonis:  Mengamati peragaan atau simulasi getaran harmonik
gaya dan getaran dalam  Karakteristik getaran sederhana pada ayunan bandul atau getaran pegas
kehidupan sehari-hari harmonis (simpangan,  Melakukan percobaan getaran harmonis pada ayunan
kecepatan, percepatan, dan bandul sederhana dan getaran pegas
4.11.Melakukan percobaan getaran gaya pemulih, hukum  Mengolah data dan menganalisis hasil percobaan ke
harmonis pada ayunan kekekalan energi mekanik) dalam grafik, menentukan persamaan grafik, dan
sederhana dan/atau getaran pada ayunan bandul dan menginterpretasi data dan grafik untuk menentukan
pegas berikut presentasi serta getaran pegas karakteristik getaran harmonik pada ayunan bandul dan
makna fisisnya  Persamaan simpangan, getaran pegas
kecepatan, dan percepatan  Mempresentasikan hasil percobaan tentang getaran
harmonis pada ayunan bandul sederhana dan getaran
pegas
Lampiran 2
Tabel Analisis Miskonsepsi Buku Ajar Fisika SMA/MA kelas X karangan Hari Subagya penerbit PT. Bumi Aksarra
berdasarkan Kurikulum 2013 edisi revisi 2016 (Buku A).

No Konsep (Kognitif) Buku Ajar Buku Rujukan Utama Keputusan


Besaran vektor adalah besaran Besaran vektor adalah suatu besaran Konsep Benar
Pengertian besaran yang memiliki nilai dan arah. yang mempunyai magnitudo dan arah. (Tidak
1.
vector mengalami
Miskonsepsi)
Vektor dilambangkan dengan Vektor dilambangkan dengan huruf Konsep Benar
a⃗ b⃗
huruf kecil yang dicetak tebal tebal miring (A, a) atau huruf yang (Tidak

A
Simbol penulisan vektor (a,b) dan huruf kecil yang diberi anak panah di atasnya ( , ). mengalami
a⃗ 2
dibubuhi tanda panah diatasnya Miskonsepsi)
.
(, ).
a⃗ Gambar Vektor

A3 Konsep Benar
. (Tidak
mengalami
Miskonsepsi)

a⃗ b⃗ Gambarlah vektor pertama, misal Cara 1: Gambarlah vektor pertama Konsep Benar
b⃗ a⃗ sesuai arah dan skalanya. kemudian menempatkan ekor dari (Tidak
a⃗ b⃗ Gambarlah vektor kedua (), sesuai vektor kedua pada kepala dari vektor mengalami

R arah dan skalanya, dengan pertama sehingga membentuk segitiga. Miskonsepsi)
Cara melukis pada

A menempatkan pangkal (titik Cara 2: Jika vektor dan digambarkan
penjumlahan vektor

B tangkap) pada ujung (terminus) . dengan kedua ekornya berada suatu
(Resultan)
⃗ Tarik vektor dari pangkal sampai titik yang sama, vektor adalah
C
⃗ ujung vektor . Hasil gambar diagonal dari jajaran genjang yang
A
⃗ diperoleh merupakan vektor dibentuk dengan dan sebagai dua sisi
B
4 resultan (). yang berdekatan.
.
⃗ =⃗
C A+ ⃗
Gambar
B penjumlahan Konsep Benar
5. vektor untuk mencari (Tidak
resultan dari dua vektor mengalami
Miskonsepsi)
Konsep Benar
Gambar penjumlahan

R =⃗
A +⃗
B +⃗C (Tidak
vektor untuk mencari
6. mengalami
resultan dari tiga vektor
Miskonsepsi)

a⃗ Cara melukis pada Pada prinsipnya, pengurangan Pada pengurangan cara melukiskan Konsep Benar
−b⃗ pengurangan vektor (misalnya vektor ) sama dengan vektor sama seperti pada penjumlahan, (Tidak
b⃗ (Resultan) penjumlahan vektor negatif. yang membedakannya apabila mengalami

A Pengurangan vektor dilakukan pengurangan arah vektor berlawanan Miskonsepsi)

B dengan cara membuat misalnya arah dengan vektor semula.

C vektor (vektor yang besarnya Cara 1: Gambarlah vektor pertama

A sama dengan vektor , sejajar, kemudian menempatkan ekor dari

B7 tetapi arahnya berlawanan). vektor kedua pada kepala dari vektor

. pertama sehingga membentuk segitiga.


Cara 2: Jika vektor dan digambarkan
dengan kedua ekornya berada suatu
titik yang sama, vektor adalah
diagonal dari jajaran genjang yang
dibentuk dengan dan sebagai dua sisi
yang berdekatan.

⃗ ⃗b=⃗a + (−b⃗pengurangan
Gambar
R =⃗a− ) Konsep Benar
8. vektor untuk mencari (Tidak
resultan dari dua vektor mengalami
Miskonsepsi)
Konsep Tidak
Ada
Gambar pengurangan
9. vektor untuk mencari
resultan dari tiga vektor

ax Komponen-komponen Komponen sebuah vektor adalah Konsep Tidak


a⃗ vector proyeksi vektor tersebut pada suatu Ada
ay sumbu. adalah komponen vektor
a⃗ 1 pada (sepanjang) sumbu x dan adalah
0. komponen vektor pada (sepanjang)
sumbu y.

Konsep Benar
(Tidak
mengalami
Gambar komponen- Miskonsepsi)
11.
komponen vektor

⃗v x =⃗v cos α Konsep Benar


⃗v y =⃗v cos α (Tidak
Rumus komponen-
a x =a cos θ dan dan mengalami
komponen vektor
a y =a sin θ Miskonsepsi)

12.
v y sudut
Rumus Konsep Benar
tan α =
vx
komponen-komponen (Tidak
vector
ay mengalami
tanθ= Miskonsepsi)
ax
13.
Vektor satuan adalah vektor yang vektor satuan adalah suatu vektor yang
besarnya satu satuan. memiliki besar 1, tanpa satuan. Tujuan Konsep Tidak
Pengertian vektor
14. satu-satunya ialah menunjuk, artinya Lengkap
satuan
mendeskripsikan suatu arah dalam (Miskonsepsi)
ruang.
i^ ^j Simbol vektor satuan Pada vektor satuan untuk Pada vektor satuan akan selalu Konsep Benar
k^ i^ menyatakan vektor satuan ke arah menyertakan suatu tanda sisipan atau (Tidak
^j k^ sumbu x, untuk menyatakan “topi” ( ˆ ) pada simbol suatu vektor mengalami
vektor satuan ke arah sumbu y, satuan untuk membedakannya dari Miskonsepsi)
15. untuk menyatakan vektor satuan vektor biasa. Pada sistem koordinat xy
ke arah sumbu z. dapat didefenisikan sebuah vektor
satuan yang menunjukkan arah sumbu
x positif dan sebuah vektor satuan
yang menunjukkan arah sumbu y
positif. Juka tidak semua vektor
berada pada bidang xy, maka
memerlukan komponen ketiga.
Masukkan komponen ketiga vektor
satuan yang menunjukkan arah sumbu
z positif.

Konsep Benar
(Tidak
16. Gambar vektor satuan
mengalami
Miskonsepsi)

b⃗
r⃗ =⃗a +Rumus menambahkan Konsep Tidak
r⃗ vektor melalui Dimana dikatakan bahwa vektor Ada
a⃗ + ⃗b komponen- adalah sama dengan vektor ( ). Jadi
r⃗ komponennya setiap komponen harus sama dengan
a⃗ + ⃗b komponen ( ) yang sesuai:
r x =a x + b x
r y =a y +b y
r z=az + b z
⃗ ^ ^ ^ Dimana
d=d x i+ d y j+ d z k

17.

A Perkalian skalar dari dua vektor dan Konsep Tidak

B dinyatakan dengan . karena notasi ini, Ada

A.⃗
B perkalian skalar disebut juga perkalian

A.⃗
B titik. Didefenisikan sebagai besar

A dikalikan dengan komponen yang

B Perkalian skalar sejajar dengan atau juga disefenisikan

A (perkalian titik/dot) sebagai besar dikalikan dengan

⃗ komponen dari yang sejajar dengan .


A.⃗
B

B

A

B1
8.
a⃗ . ⃗b=ab
Rumus
cos Φperkalian skalar Konsep Tidak
19. (perkalian titik/dot) Ada

a⃗ . ⃗b=Rumus^ a perkalian
( ax i+ ^ ^ skalar ^ ^ ^
y j +a z k ) . ( b x i+ b y j +b z k )
Konsep Tidak

20. (perkalian titik/dot) Ada


dalam komponen-
komponennya.
Perkalian vektor dari dua vektor dan Konsep Tidak

A
disebut juga perkalian silang Ada

B
dinyatakan dengan . Dideenisikan

A×⃗
BPerkalian vektor
perkalian vektor sebagai suatu besaran

A (perkalian silang)
vektor yang memiliki arah tegak lurus

B2
terhadap bidang, artinya tegak lurus
1.
baik terhadap maupun terhadap .
c=abRumus
sin Φ perkalian vektor Konsep Tidak
22. (perkalian silang) Ada
Rumus perkalian vektor Konsep Tidak
a⃗ × ⃗b= ( a y b z−b ysilang)
(perkalian ^ ( adalam
a z ) i+ ^ ^
z b x −b z a x ) j+ ( ax b y −b x a y ) k Ada
23. komponen-
komponennya.

Nks
% ks= ×100 % keterangan: % ks = Persentase miskonsepsi buku ajar
Nk
1
% ks= ×100 % Nks = Jumlah miskonsepsi buku ajar
23

% ks=4 ,3 % Nk = Jumlah konsep buku ajar

Lampiran 3
Tabel Analisis Miskonsepsi Buku Ajar Fisika 1 untuk SMA/MA kelas X karangan Marthen Kanginan penerbit
Erlangga berdasarkan Kurikulum 2013 edisi revisi 2016 (Buku B).

No Konsep (Kognitif) Buku Ajar Buku Rujukan Utama Keputusan


Besaran vektor adalah Besaran vektor adalah suatu besaran Konsep Benar
besaran yang harus yang mempunyai magnitudo dan (Tidak mengalami
1. Pengertian besaran vektor
dinyatakan oleh besar dan arah. Miskonsepsi)
arahnya.
a⃗ ⃗
B Simbol penulisan vektor Untuk tulisan tangan, Vektor dilambangkan dengan huruf Konsep Benar

A lambang suatu vektor tebal miring (A, a) atau huruf yang (Tidak mengalami
a⃗ 2 biasanya dituliskan dengan diberi anak panah di atasnya ( , ). Miskonsepsi)

. satu huruf dan diatas huruf


tersebut diberi tanda anak
panah (, ). Untuk buku
cetakan, lambang vektor
umumnya dicetak dengan
huruf tebal (a, B).

Konsep Benar

A3 A (Tidak mengalami
Gambar vektor
. Miskonsepsi)


A Cara melukis pada Cara 1: Lukis salah satu Cara 1: Gambarlah vektor pertama Konsep Benar

B penjumlahan vektor vektor, lukis vektor kedua kemudian menempatkan ekor dari (Tidak mengalami

C (Resultan) dengan titik tangkapnya di vektor kedua pada kepala dari vektor Miskonsepsi)

A ujung vektor pertama, pertama sehingga membentuk

B4 jumlah semua vektor segitiga.

. (vektor reseltan) adalah Cara 2: Jika vektor dan


vektor yang berarah dari digambarkan dengan kedua ekornya
titik tangkap vektor pertama berada suatu titik yang sama, vektor
menuju ke ujung vektor adalah diagonal dari jajaran genjang
kedua. yang dibentuk dengan dan sebagai
Cara 2: Lukis vektor dua sisi yang berdekatan.
pertama dan vektor kedua
dengan titik pangkal
berimpit, lukis sebuah
jajargenjang dengan kedua
vektor itu sebagai sisi-
sisinya, vektor resultan
adalah diagonal jajargenjang
yang titik pangkalnya sama
dengan titik pangkal kedua
vektor.

C =⃗
A+ ⃗
Gambar
B penjumlahan Konsep Benar
5. vektor untuk mencari (Tidak mengalami
resultan dari dua vektor Miskonsepsi)
Gambar penjumlahan Konsep Benar

R =⃗
A +⃗
B +⃗C
vektor untuk mencari (Tidak mengalami
6.
resultan dari tiga vektor Miskonsepsi)

C= A−B
Cara melukis pada Cara melukis selisih vektor Pada pengurangan cara melukiskan Konsep Benar
C= A+(−B)
pengurangan vektor pada prinsipnya sama vektor sama seperti pada (Tidak mengalami
−B (Resultan) seperti cara melukis penjumlahan, yang membedakannya Miskonsepsi)
−B penjumlahan. Misalnya apabila pengurangan arah vektor
C= A−B selisih dua vektor A dan B berlawanan arah dengan vektor
−B ditulis dapat ditulis sebagai semula.
C= A−B . Artinya, selisih antara Cara 1: Gambarlah vektor pertama
–B vektor A dan B sama saja kemudian menempatkan ekor dari

A dengan penjumlahan vektor vektor kedua pada kepala dari vektor
arah A dan dengan vektor pertama sehingga membentuk
adalah vektor yang segitiga.
berlawanan arah dengan Cara 2: Jika vektor dan
vektor B. Jadi, untuk digambarkan dengan kedua ekornya
melukis , pertama lukiskan berada suatu titik yang sama, vektor

B
dahulu vektor A, kemudian adalah diagonal dari jajaran genjang

C
lukis vektor (vektor yang yang dibentuk dengan dan sebagai

A
diperoleh dengan membalik dua sisi yang berdekatan.

B7
arah vektor B) dengan
.
pangkalnya berada di ujung
vektor A. Selisih vektor
adalah anak panah yang
menghubugkan pangkal A
ke ujung .
Gambar pengurangan Konsep Benar
8. vektor untuk mencari (Tidak mengalami
resultan dari dua vektor Miskonsepsi)

Gambar pengurangan
Konsep Tidak Ada
9. vektor untuk mencari
resultan dari tiga vektor
Komponen sebuah vektor adalah
ax
proyeksi vektor tersebut pada suatu
a⃗
Komponen-komponen sumbu. adalah komponen vektor
ay Konsep Tidak Ada
vector pada (sepanjang) sumbu x dan
a⃗ 1
adalah komponen vektor pada
0.
(sepanjang) sumbu y.
Konsep Benar
(Tidak mengalami
Miskonsepsi)
Gambar komponen-
11.
komponen vektor
r x =r cos θ Konsep Benar
r y =r sinθ (Tidak mengalami
Rumus komponen-
a x =a cos θ dan dan Miskonsepsi)
komponen vektor
a y =a sin θ
12.
ry Konsep Benar
tanθ=
rx (Tidak mengalami
Rumus sudut komponen-
ay Miskonsepsi)
komponen
tanθ= vektor
ax
13.
vektor satuan adalah suatu vektor
yang memiliki besar 1, tanpa satuan.
14. Pengertian vektor satuan Tujuan satu-satunya ialah menunjuk, Konsep Tidak Ada
artinya mendeskripsikan suatu arah
dalam ruang.
i^ ^j Simbol vektor satuan Pada vektor satuan akan selalu Konsep Tidak Ada
k^ 1 menyertakan suatu tanda sisipan

5. atau “topi” ( ˆ ) pada simbol suatu


vektor satuan untuk
membedakannya dari vektor biasa.
Pada sistem koordinat xy dapat
didefenisikan sebuah vektor satuan
yang menunjukkan arah sumbu x
positif dan sebuah vektor satuan
yang menunjukkan arah sumbu y
positif. Juka tidak semua vektor
berada pada bidang xy, maka
memerlukan komponen ketiga.
Masukkan komponen ketiga vektor
satuan yang menunjukkan arah
sumbu z positif.
16. Gambar vektor satuan Konsep Tidak Ada

b⃗
r⃗ =⃗a +Rumus menambahkan Konsep Tidak Ada
r⃗ vektor melalui komponen- Dimana dikatakan bahwa vektor
a⃗ + ⃗b komponennya adalah sama dengan vektor ( ). Jadi
r⃗ setiap komponen harus sama
a⃗ + ⃗b dengan komponen ( ) yang sesuai:
r x =a x + b x
r y =a y +b y
r z=az + b z
⃗ ^ ^ ^ Dimana
d=d x i+ d y j+ d z k
17.


A Perkalian skalar dari dua vektor dan

B dinyatakan dengan . karena notasi

A.⃗
B ini, perkalian skalar disebut juga

A.⃗
B perkalian titik. Didefenisikan

A sebagai besar dikalikan dengan

B Perkalian skalar (perkalian komponen yang sejajar dengan
Konsep Tidak Ada

A titik) atau juga disefenisikan sebagai

⃗ besar dikalikan dengan komponen


A.⃗
B
⃗ dari yang sejajar dengan .
B

A

B1
8.
a⃗ . ⃗b=ab
Rumus
cos Φperkalian skalar
Konsep Tidak Ada
19. (perkalian titik)
a⃗ . ⃗b=Rumus^ a perkalian
( ax i+ ^ ^ skalar ^ ^ ^
y j +a z k ) . ( b x i+ b y j +b z k )
Konsep Tidak Ada

20. (perkalian titik) dalam


komponen-komponennya.
Perkalian vektor dari dua vektor

A dan disebut juga perkalian silang

B dinyatakan dengan . Dideenisikan

A×⃗
BPerkalian vektor (perkalian perkalian vektor sebagai suatu
Konsep Tidak Ada

A silang) besaran vektor yang memiliki arah

B2 tegak lurus terhadap bidang, artinya
1. tegak lurus baik terhadap maupun
terhadap .
c=abRumus
sin Ö perkalian vektor
Konsep Tidak Ada
22. (perkalian silang)
Rumus perkalian vektor
a⃗ × ⃗b=( a y b z−b y a z ) i^ + ( az b x −b z a x ) ^j + ( ax b y −b x a y ) k^
(perkalian silang) dalam Konsep Tidak Ada
23.
komponen-komponennya.
Lampiran 4

Tabel Analisis Miskonsepsi Buku Ajar Fisika untuk SMA/MA kelas X karangan Ketut Kamajaya penerbit Grafindo
Media Pratama berdasarkan Kurikulum 2013 edisi revisi 2016 (Buku C).

No Konsep (Kognitif) Buku Ajar Buku Rujukan Utama Keputusan


Besaran vektor adalah besaran yang Besaran vektor adalah suatu besaran Konsep Benar
Pengertian besaran memiliki besar dan arah. yang mempunyai magnitudo dan (Tidak
1.
vektor arah. mengalami
miskonsepsi)
A atau ⃗
A Dilambangkan dengan huruf yang Vektor dilambangkan dengan huruf Konsep Benar

A Simbol penulisan dicetak tebal atau huruf yang diberi tebal miring (A, a) atau huruf yang (Tidak
a⃗ 2 vektor tanda panah diatasnya (). diberi anak panah di atasnya ( , ). mengalami
. miskonsepsi)
Konsep Benar
(Tidak

A
mengalami

A 3 Gambar vektor
miskonsepsi)
.

F1 Cara melukis pada Cara 1: Lukiskan vektor dan dengan Cara 1: Gambarlah vektor pertama Konsep Benar
F2 penjumlahan vektor titik tangkap berimpit pada pangkal kemudian menempatkan ekor dari (Tidak
F1 (Resultan) vektor, buatlah sebuah jajargenjang vektor kedua pada kepala dari vektor mengalami
F2 dengan sisi-sisi vektor dan , diagonal pertama sehingga membentuk miskonsepsi)

F1 jajargenjang merupakan resultan segitiga.


F2 vektor dan vektor . Cara 2: Jika vektor dan
F1 Cara 2: Lukiskan vektor dengan titik digambarkan dengan kedua ekornya
F2 tangkap di pangkal vektor, lukiskan berada suatu titik yang sama, vektor
F1 vektor dengan titik tangkap di ujung adalah diagonal dari jajaran genjang

F1 vektor , hubungkan titik tangkap pada yang dibentuk dengan dan sebagai

F2 pangkal vektor dengan ujung vektor . dua sisi yang berdekatan.


A

B

C

A

B4
.
Gambar penjumlahan Konsep Benar

C =⃗ ⃗
vektor
A+ B untuk mencari (Tidak
5. resultan dari dua mengalami
vektor miskonsepsi)
Gambar penjumlahan Konsep Benar

R =⃗ +⃗
B +⃗
Avektor
C untuk mencari (Tidak
6. resultan dari tiga mengalami
vektor miskonsepsi)

V1 Cara melukis pada Selisih antara dua vektor dan Pada pengurangan cara melukiskan Konsep Benar
V2 pengurangan vektor (ditulis ) sama dengan menentukan vektor sama seperti pada (Tidak
R=V(Resultan)
1−V 2
jumlah antara vektor dan vektor atau penjumlahan, yang membedakannya mengalami
V1 sehingga metode untuk melukis apabila pengurangan arah vektor miskonsepsi)

−V 2 penjumlahan vektor juga berlaku berlawanan arah dengan vektor

R=V 1+(−V 2 ) untuk melukis selisih vektor. Untuk awalnya.


melukis , mula-mula lukislah vektor , Cara 1: Gambarlah vektor pertama
R=V 1−V 2 kemudian lukis juga vektor yang kemudian menempatkan ekor dari
V1 didapat dengan cara membalikkan vektor kedua pada kepala dari vektor
−V 2 arah sehingga berlawanan arah pertama sehingga membentuk
V2 dengan . segitiga.

−V 2 Cara 2: Jika vektor dan

V2 digambarkan dengan kedua ekornya

⃗ berada suatu titik yang sama, vektor


A
⃗ adalah diagonal dari jajaran genjang
B
yang dibentuk dengan dan sebagai

C
dua sisi yang berdekatan.

A

B7
.
Gambar pengurangan Konsep Benar
vektor untuk mencari (Tidak
8.
resultan dari dua mengalami
vektor miskonsepsi)

Gambar pengurangan
vektor untuk mencari Konsep Tidak
9.
resultan dari tiga Ada
vektor
Vx Komponen-komponen Sebuah vektor V diuraikan menjadi Komponen sebuah vektor adalah Konsep Benar
Vy vektor komponennya pada sumbu x yaitu proyeksi vektor tersebut pada suatu (Tidak
ax dan komponennya pada sumbu y yaitu sumbu. adalah komponen vektor mengalami
a⃗ . pada (sepanjang) sumbu x dan miskonsepsi)
ay adalah komponen vektor pada
a⃗ 1 (sepanjang) sumbu y.
0.
Konsep Benar
(Tidak
mengalami
miskonsepsi)
Gambar komponen-
11.
komponen vektor

Konsep Benar
V x =V cos α
(Tidak
V y =V sin α dan
Rumus komponen- mengalami
a x =a cos θ dan
komponen vektor miskonsepsi)
a y =a sin θ
12.
Vy Konsep Benar
tan α =
Vx (Tidak
Rumus sudut
komponen-komponen
ay mengalami
tanθ= miskonsepsi)
vektor
ax
13.
Vektor satuan adalah vektor yang vektor satuan adalah suatu vektor
Konsep Benar
besarnya sama dengan satu satuan. yang memiliki besar 1, tanpa satuan.
|i|=| jPengertian
|=|k|=1 vektor (Tidak
Tujuan satu-satunya ialah menunjuk,
14. satuan mengalami
artinya mendeskripsikan suatu arah
miskonsepsi)
dalam ruang.
i^ ^j Simbol vektor satuan Dengan tujuan memudahkan analisis, Pada vektor satuan akan selalu Konsep Tidak
k^ 1 ditetapkan vektor-vektor satuan pada menyertakan suatu tanda sisipan atau Lengkap

5. sumbu-x, sumbu-y, dan sumbu-z yang “topi” ( ˆ ) pada simbol suatu vektor (Miskonsepsi)
masing-masing diberi lambang i, j, satuan untuk membedakannya dari
dan k. vektor biasa. Pada sistem koordinat
xy dapat didefenisikan sebuah vektor
satuan yang menunjukkan arah
sumbu x positif dan sebuah vektor
satuan yang menunjukkan arah
sumbu y positif. Juka tidak semua
vektor berada pada bidang xy, maka
memerlukan komponen ketiga.
Masukkan komponen ketiga vektor
satuan yang menunjukkan arah
sumbu z positif.
16. Gambar vektor satuan Konsep Tidak
Lengkap
(Miskonsepsi)
V =V x i+V y j+V z k Konsep Tidak
r⃗ =⃗a + b⃗ Dimana dikatakan bahwa vektor Lengkap
r⃗ adalah sama dengan vektor ( ). Jadi (Miskonsepsi)
a⃗ + ⃗b setiap komponen harus sama dengan
Rumus menambahkan komponen ( ) yang sesuai:
r⃗
vektor melalui
a⃗ + ⃗b
komponen-
r x =a x + b x
komponennya
r y =a y +b y
r z=az + b z Dimana


d=d ^ ^ ^
x i+ d y j+ d z k

17.
C= APerkalian
.B skalar Perkalian titik (.) dua buah vektor Perkalian skalar dari dua vektor dan Konsep Benar

A (perkalian titik) merupakan perkalian skalar dari dinyatakan dengan . karena notasi (Tidak

B vektor tersebut karena hasil kali titik ini, perkalian skalar disebut juga mengalami

A.⃗
B dari dua vektor menghasilkan sebuah perkalian titik. Didefenisikan miskonsepsi)

A.⃗
B besaran skalar. Hasil perkalian titik sebagai besar dikalikan dengan

A dari vektor A dan vektor B (dibaca A komponen yang sejajar dengan atau

B dot B) adalah sebuah besaran skalar juga disefenisikan sebagai besar

A baru, misalnya C. dikalikan dengan komponen dari

A.⃗
B yang sejajar dengan .


B

A

B1
8.
Konsep Benar
A . B=C= ABcos α
Rumus perkalian (Tidak
a⃗ . ⃗b=ab cos Φ
skalar (perkalian titik) mengalami
19.
miskonsepsi)
a⃗ . ⃗b=Rumus^ a perkalian
( ax i+ ^ ^ ^ ^ ^
y j+a z k ) . ( b x i+ b y j+b z k )
Konsep Tidak

20. skalar (perkalian titik) Ada


dalam komponen-
komponennya.
Perkalian silang () dari dua buah Perkalian vektor dari dua vektor dan Konsep Benar
vektor akan menghasilkan sebuah disebut juga perkalian silang (Tidak
vektor baru sehingga perkalian silang dinyatakan dengan . Didefenisikan mengalami
×
dari dua vektor disebut juga perkalian perkalian vektor sebagai suatu miskonsepsi)
C= A × B
vektor. Hasil perkalian silang vektor A besaran vektor yang memiliki arah

A
Perkalian vektor dan vektor B (dibaca sebagai A cross tegak lurus terhadap bidang, artinya

B
(perkalian silang/ B) menghasilkan vektor C. Vektor C tegak lurus baik terhadap maupun

A×⃗
B
cross product) yang dihasilkan ini selalu tegak lurus terhadap .

A
dengan bidang yang dibentuk oleh

B2
vektor A dan Vektor B. Jadi, vektor C
1.
akan selalu tegak lurus dengan vektor
A dan juga tegak lurus dengan vektor
B.
Konsep Benar
|C|= Rumus
AB sin αperkalian
(Tidak
c=abvektor
sin Φ (perkalian
mengalami
22. silang/cross product)
miskonsepsi)
a⃗ × ⃗b= ( a y b z−b
Rumus ^ ^ ^
y a z ) i+ ( az b x −b z a x ) j+ ( ax b y −b x a y ) k
perkalian Konsep Tidak
vektor (perkalian
silang) dalam
23. Ada
komponen-
komponennya.

Nks
% ks= ×100 % keterangan: % ks = Persentase miskonsepsi buku ajar
Nk

3
% ks= ×100 % Nks = Jumlah miskonsepsi buku ajar
23

% ks=13 % Nk = Jumlah konsep buku ajar

Lampiran 5
Tabel Rangkuman Hasil Perhitungan Identifikasi Keterangan lain Buku Ajar yang Diteliti.

No Buku Ajar Jumlah Konsep yang Jumlah


Seharusnya Ada K P P K P P S P
T G P T P N K P
A I L P G G
Hari Subagya. 2016. Fisika
1. SMA/MA Kelas X. Jakarta: 23 9 1 1 1
PT. Bumi Aksara.
Marthen Kanginan. 2016.
2. Fisika 1 untuk SMA/MA 23 12 2
Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Ketut Kamajaya. 2016.
Fisika untuk SMA/MA
3. Kelas X. Bandung: Grafindo 23 3 0 2 1 1 1
Media Pratama.

Jumlah 24 0 2 2 1 1 0 4

Keterangan:

KTA : Konsep Tidak Ada PG : Perbaikan Gambar

PPI : Perbaikan Penulisan Istilah KTL : Konsep Tidak Lengkap


PPP : Perbaikan Penulisan Perumusan PNG : Perbaikan Notasi Gambar

SK : Salah Ketik PPG : Perlu Penambahan Gambar

Lampiran 6
Tabel Persentase Miskonsepsi pada Materi Vektor dalam Ketiga Buku Ajar Fisika SMA/MA Kelas X Kurkulum 2013
Edisi Revisi 2016.
Miskonsepsi Buku Ajar
Jumlah Konsep yang
No Buku Ajar
Seharusnya Ada Jumlah Persentase (%)
1. Subagya, Hari. 2016. Fisika
23
SMA/MA Kelas X. Jakarta:
1 4,3
PT. Bumi Aksara.
2. Kanginan, Marthen. 2016.
23
Fisika 1 untuk SMA/MA Kelas
0 0
X. Jakarta: Erlangga.
3. Kamajaya, Ketut. 2016. Fisika
untuk SMA/MA Kelas X. 23 3 13
Bandung: Grafindo Media
Pratama.
Lampiran 7

RIWAYAT HIDUP

I. Latar Belakang Keluarga

a. Nama : Hema Sri Handayani

b. Tempat Tanggal Lahir : P.Brandan, 14 Agustus 1998

c. Nama Ayah : Hotmaruli Situmeang

d. Nama Ibu : Erianti Br.Butar-Butar

e. Pekerjaan Orang Tua : Karyawan Swasta PT. Serikat Putra

f. Alamat : Pondok 1 LRE PT. Serikat Putra,

Desa Terbangiang, Kecamatan

Bandar Petalangan, Kabupaten

Pelalawan, Provinsi Riau

II. Riwayat Pendidikan

a. Sekolah TK : TK Putra Mandiri 1 PT. Serikat

Putra

b. Sekolah Dasar : SD Negeri 009 Air Terjun

c. Sekolah Menengah Pertama : SMP Negeri 1 Bandar Petalangan

d. Sekolah Menengah Atas : SMA Negeri 1 Bandar Petalangan

e. Perguruan Tinggi : S1 Pendidikan Fisika Universitas

HKBP Nommensen Medan


Lampiran 8

SURAT IZIN PENELITIAN


Lampiran 9

SURAT BALASAN PENELITIAN

Anda mungkin juga menyukai