Anda di halaman 1dari 78

SKRIPSI

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP


HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 1 BARRU
( Studi Pada Materi Pokok Suhu dan Kalor )

KHUSNUL FATIMAH IRFAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022
SKRIPSI

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP


HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 1 BARRU
( Studi Pada Materi Pokok Suhu dan Kalor )

Diajukan Kepada Program Studi Pendidikan IPA


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam untuk memenuhi
salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan IPA

KHUSNUL FATIMAH IRFAN


1816440012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022

i
HALAMAN PENGESAHAN

ii
PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil

karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah

saya nyatakan dengan benar. Bila dikemudian hari ternyata pernyataan saya terbukti

tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi yang telah ditetapkan oleh

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar.

Yang membuat pernyataan,

Nama : Khusnul Fatimah Irfan

NIM : 1816440012

Tanggal :-

iii
PERSETUJUAN PUBLIKASI UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIK
Sebagai sivitas akademika Universitas Negeri Makassar, saya yang bertanda tangan
di bawah ini
Nama : Khusnul Fatimah Irfan
NIM : 1816440012
Program Studi : Pendidikan IPA
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan


kepada Universitas Negeri Makassar Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non-
exclusive Royalty-free Right) atas skripsi saya yang berjudul:

Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) Terhadap Hasil Belajar


Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 1 Barru
( Studi Pada Materi Pokok Suhu Dan Kalor )

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non
eksklusif ini Universitas Negeri Makassar berhak menyimpan, mengalih-
strategi/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat
dan mempublikasikan skripsi saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta, serta tidak dikomersialkan.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Makassar
Pada Tanggal : -
Yang Menyatakan,

Khusnul Fatimah Irfan


Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II

Sitti Rahma Yunus, S.Pd., M.Pd Dr. Nurhayani H. Muhiddin, M.Si


NIP. 19860717 201404 2 001 NIP. 19671231 199303 2 004

iv
MOTTO

“Lakukan hal kecil dengan cinta yang besar agar memperoleh hasil yang

maksimal”

Karya ilmiah ini saya persembahkan kepada orang-orang baik

yang Allah SWT titipkan di kehidupan saya.

v
ABSTRAK

Khusnul Fatimah Irfan, 2022. Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL)
Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 1 Barru (Studi pada
Materi Pokok Suhu Dan Kalor). Skripsi. Program Studi Pendidikan IPA, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Makassar.
(Dibimbing oleh Sitti Rahma Yunus dan Nurhayani H. Muhiddin).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) tingkat hasil belajar peserta didik
kelas VII yang diperoleh peserta didik SMP Negeri 1 Barru dengan menggunakan
model Problem Based Learning (PBL). (2) tingkat hasil belajar peserta didik kelas
VII yang diperoleh peserta didik SMP Negeri 1 Barru dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional. (3) seberapa tinggi pengingkatan hasil belajar peserta
didik kelas VII SMP Negeri 1 Barru dengan menggunakan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL). (4) pengaruh Model Problem Based Learning
(PBL) Terhadap Hasil Belajar Peserta didik Materi Kalor dan Perpindahannya pada
Peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Barru. Jenis penelitian ini adalah penelitian
Quasi Eksperimental dan desain penelitian Nonequivalent Control Group Design.
Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VII di SMP Negeri 1 Barru
Sampel dipilih dengan teknik Purposive Sampling dan diperoleh kelas VII.3 32
orang dan VII.6 32 orang. Instrumen penelitian berupa soal tes pilihan ganda. Data
dianalisis dengan statistik deskriptif dan inferensial. Hasil analisis disimpulkan: (1)
Tingkat hasil belajar peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Barru yang di ajar
menggunakan model PBL mengalami peningkatan berada pada kategori sedang
yaitu 12,00. (2) Tingkat hasil belajar peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Barru
yang diajar menggunakan model pembelajaran konvensional mengalami
peningkatan berada pada kategori sedang yaitu 11,16. (3) Hasil belajar peserta didik
kelas VII di SMP Negeri 1 Barru yang diajar menggunakan model pembelajaran
PBL mengalami peningkatan dengan nilai N-Gain 0,31 berada pada kategori sedang.
(4) Terdapat pengaruh model Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar
peserta didik kelas VII di SMP Negeri 1 Barru (Studi pada materi pokok Suhu dan
Kalor).

Kata kunci: Problem Based Learning (PBL), dan Hasil Belajar

vi
ABSTRACT

Khusnul Fatimah Irfan, 2022. The Effect of Problem Based Learning (PBL)
Model on The Learning Outcomes of Grade VII Students of SMP Negeri 1 Barru
(Study on Temperature and Heat Subject Matter). Thesis. Science Education Study
Program, Faculty of Mathematics and Natural Sciences. Makassar State University.
(Guided by Sitti Rahma Yunus and Nurhayani H. Muhiddin).

This study aims to determine (1) the level of learning outcomes of class VII students
obtained by students of SMP Negeri 1 Barru using the Problem Based Learning
(PBL) model. (2) the level of learning outcomes of class VII students obtained by
students of SMP Negeri 1 Barru using conventional learning models. (3) how high
the improvement of learning outcomes of grade VII students of SMP Negeri 1 Barru
using the Problem Based Learning (PBL) learning model. (4) the influence of the
Problem Based Learning (PBL) Model on the Learning Outcomes of Students of
Heat Material and Its Transfer in grade VII students of SMP Negeri 1 Barru. This
type of research is Quasi-Experimental research and Nonequivalent Control Group
Design research design. The population of this study was all class VII students at
SMP Negeri 1 Barru Samples were selected using the Purposive Sampling
technique and obtained class VII.3 32 people and VII.6 32 people. The research
instrument is in the form of multiple-choice test questions. The data were analyzed
with descriptive and inferential statistics. The results of the analysis concluded: (1)
The level of learning outcomes of grade VII students of SMP Negeri 1 Barru who
are taught using the PBL model has increased to the moderate category of 12.00.
(2) The level of learning outcomes of grade VII students of SMP Negeri 1 Barru
who were taught using conventional learning models has increased to the moderate
category, namely 11.16. (3) The learning outcomes of class VII students at SMP
Negeri 1 Barru who were taught using the PBL learning model have increased with
an N-Gain value of 0.31 in the moderate category. (4) There is an influence of the
Problem Based Learning (PBL) model on the learning outcomes of class VII
students at SMP Negeri 1 Barru (Study on the subject matter of Temperature and
Heat).
Keywords: Problem Based Learning (PBL), and Learning Outcomes.

vii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillahirobbil ‘alamin, segala puja dan puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas segala limpahan rahmat, nikmat dan
karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) Terhadap Hasil Belajar Peserta
Didik Kelas VII SMP Negeri 1 Barru (Studi pada Materi Pokok Suhu Dan Kalor)”
yang diajukan sebagai salah satu prasyarat akademik guna memperoleh gelar
sarjana pendidikan pada program studi Pendidikan IPA, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Makassar.
Selama pelaksanaan penelitian hingga penyusunan skripsi ini, tentunya ada
banyak hambatan dan rintangan yang penulis hadapi. Namun dengan adanya
bantuan dan bimbingan serta doa dari berbagai pihak yang tiada hentinya disertai
harapan yang kuat sehingga segalanya dapat teratasi.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibunda
Sitti Rahma Yunus, S.Pd., M.Pd selaku pembimbing I sekaligus sebagai penasehat
akademik saya dan Ibunda Dr. Nurhayani H. Muhiddin, M.Si selaku pembimbing
II saya yang selalu bersedia meluangkan waktunya dalam membimbing penulis,
memberikan ide dan saran, serta memberikan ilmu dan pengetahuan baik dalam hal
penyusunan skripsi ini maupun selama menempuh perkuliahan.
Penulis secara istimewa berterima kasih kepada kedua orang tua tercinta,

Ayahanda Irfan. ST dan Ibunda Hj. Yuliana, S.Pd.I serta saudari saya Salwah

Adisah Irfan yang senantiasa mendoakan dan memotivasi dalam menyelesaikan

studi. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Husain Syam, M.TP., IPU., ASEAN Eng. selaku Rektor
Universitas Negeri Makassar.

viii
2. Bapak Drs. Suwardi Annas, M.Si., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar.
3. Ibu Dr. Hj. Ramlawati, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan IPA Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar.
4. Ibu Dr. Sitti Saenab, S.Pd., M.Pd. selaku penguji I dan Ibu Dr. Salma Samputri,
M.Pd. selaku penguji II yang telah memberikan arahan dan masukan yang
membangun.
5. Ibu Fitra Yanto, S.Pd., M.Pd. selaku validator I dan Ibu Sitti Mutia Alfiyanti
Muhiddin, S.Pd., M.Pd. selaku validator II yang telah meluangkan waktunya untuk
memeriksa dan memberi saran terhadap perangkat dan instrumen penelitian.
6. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan IPA atas segala ilmu pengetahuan yang diberikan
selama penulis mengikuti pendidikan di Prodi Pendidikan IPA.
7. Bapak Muhammad Alham, S.Pd. sebagai Staf Admin di Prodi Pendidikan IPA yang
selalu membantu pengurusan administrasi penulis di Prodi Pendidikan IPA.
8. Bapak Drs. Muhammad Talha, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Barru
yang telah memberikan izin dan bantuan dalam melakukan penelitian.
9. Ibu Dra. Judriah. selaku guru IPA SMP Negeri 1 Barru yang telah membimbing
selama penelitian.
10. Peserta didik kelas VII.3 dan VII.6 SMP Negeri 1 Barru tahun ajaran 2022/2023
atas kesediaannya menjadi sampel penelitian penulis.
11. Keluargaku Alm. Bapak Husaimah Daud, S.H., M.H., Ibu Hj.Rahmiati Rasyid, S.
Ag., Ibu Fitri Daud, S.Pd.I., Ibu Nurhijrah Daud, S.E., Bapak Hasriandi, Ibu Erny
Safa, Bapak Erwin Safa, Nenek saya Hj. Raehan, Kakek saya H.Abd. Safa dan
ponakan tercinta saya Aysah yang senantiasa mendukung dan memberi semangat
dari awal perkuliahan hingga penyelesaian studi.
12. Sahabat-sahabatku Andi Ulfah, Azkiah, Hermin, Fina, Iccang, Musdar, A. Agung,
Dian Saputri, Isra, Akbar, Ato, Ronal, Masdoy, Iin, Dimas, Pipo, Bulan, Kasturi,
dan Fika yang tiada lelah saling membantu, mendoakan dan memberi semangat.
13. Teman-teman seperjuangan Pendidikan IPA ICP 2018 dan FIBROSA, yang telah
berbagi ilmu dan memberikan dukungan, semangat serta motivasi dalam
menyelesaikan skripsi.

ix
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata kesempurnaan
karena keterbatasan wawasan yang dimiliki. Olehnya itu, saran dan kritik yang
membangun dari berbagai pihak senantiasa penulis harapkan dalam
menyempurnakan skripsi ini agar lebih baik. Akhirnya penulis hanya dapat berdoa
semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan yang terbaik untuk kita semua
dan apa yang kita lakukan menjadi bermakna dan bernilai ibadah disisi-Nya.
Demikian skripsi ini dibuat, semoga dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca
terutama bagi penulis sendiri. Amin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, November 2022


Penulis

Khusnul Fatimah Irfan

x
DAFTAR ISI

SKRIPSI .............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................ ii
PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................ iii
PERSETUJUAN PUBLIKASI .......................................................... iv
MOTTO............................................................................................... v
ABSTRAK........................................................................................... vi
ABSTRACT ........................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ........................................................................ viii
DAFTAR ISI ....................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................... 7
A. Landasan Teori ......................................................................... 7
B. Kerangka Pikir .......................................................................... 30
C. Hipotesis ................................................................................... 34
BAB III METODE PENELITIAN .................................................. 35
A. Jenis Penelitian ......................................................................... 35
B. Desain Penelitian ...................................................................... 35
C. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 36
D. Populasi dan Sampel................................................................. 36
E. Definisi Operasional Variabel .................................................. 37
F. Instrumen Penelitian dan Perangkat pembelajaran................... 38
G. Prosedur Penelitian ................................................................... 39
H. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 40
I. Teknik Analisis Data ................................................................ 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................ 46
A. Hasil Penelitian ......................................................................... 46
B. Pembahasan .............................................................................. 53
BAB V PENUTUP .............................................................................. 58
A. Kesimpulan ............................................................................... 58
B. Saran ......................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 60

xi
DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal.


Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran PBL .................................................................... 12
Tabel 3.1 Desain Penelitian .............................................................................................. 35
Tabel 3.2 Jumlah Populasi Peserta Didik Kelas VII SMPN 1 Barru ................................ 36
Tabel 3.3 Kategori Skor Hasil Belajar Peserta Didik ....................................................... 42
Tabel 3.4 Kriteria Normalized N-Gain ............................................................................. 42
Tabel 4.1 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Skor Pretest dan Posttest Hasil Belajar ...... 46
Tabel 4.2 Kategori Rata-Rata Skor Hasil Belajar Peserta Didik....................................... 47
Tabel 4.3 Rata-Rata N-Gain Data Hasil Belajar ............................................................... 48
Tabel 4.4 Analisis N-Gain Tiap Indikator Hasil Belajar Peserta Didik ............................ 48
Tabel 4.5 Hasil Analisis Uji Normalitas Hasil Belajar Peserta Didik............................... 51
Tabel 4.6 Analisis Uji Homogenitas Hasil Belajar ........................................................... 52
Tabel 4.7 Hasil Analisis Uji-t Hasil Belajar Peserta Didik ............................................... 53

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal.


Gambar 2.1 Proses Perubahan Wujud............................................................................... 28
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Pikir ................................................................................... 33

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Hal.
Lampiran A Persuratan 64
A.1 Surat Izin Penelitian 65
A.2 Surat Telah Melaksanakan Penelitian 66
Lampiran B Perangkat dan Instrumen 67
B.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 68
B.2 Lembar Kerja Peserta Didik 162
B.3 Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar Peserta Didik 202
B.4 Tes Hasil Belajar Peserta Didik 203
B.5 Lembar Validasi Perangkat, Instrumen dan Media Pembelajaran 212
Lampiran C Data dan Analisis 224
C.1 Skor Pretest dan Posttest Hasil Belajar 225
C.2 Analisis Statistik Deskriptif Hasil Belajar 232
C.3 Analisis Kategori Tingkat Hasil Belajar 235
C.4 Analisis Uji N-Gain Hasil Belajar 238
C.5 Analisis Tiap Indikator Hasil Belajar 240
C.6 Analisis Uji Normalitas Hasil Belajar 253
C.7 Analisis Uji Homogenitas Hasil Belajar 259
C.8 Analisis Uji T Hasil Belajar 263
Lampiran D Dokumentasi 266
Lampiran E Riwayat Hidup 269

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Upaya meningkatkan kualitas pendidikan terus menerus dilakukan baik

secara konvensional maupun inovatif. Hal tersebut lebih terfokus lagi setelah

diamanatkan bahwa tujuan Pendidikan nasional adalah untuk meningkatkan mutu

pada setiap jenis dan jenjang pendidikan. Sistem Pendidika Nasioanl bahwa

pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa yang tertuang pada Undang-Undang No.20 tahun 2003, dan

Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

(SNP), yang telah dilakukan penataan kembali dalam peraturan pemerintahan

No.32 Tahun 2013 (Mulyasa, 2013).

Salah satu upaya meningkatkan pendidikan adalah dengan belajar. Menurut

(Aunur, 2012) belajar adalah kegiatan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.

Menciptakan sistem pembelajaran yang kreatif. Pembelajaran yang kreatif yaitu

lebih menekankan kepata metode atau pendekatan yang digunakan dalam proses

pembelajaran, sehingga diperoleh pembelajaran yang kreatif sangat mempengaruhi

keberhasilan pembelajaran.

Kualitas pembelajaran pembelajaran dapat dilihat dari proses dan dari segi

hasil. Dari segi proses, pembelajaran dikatjakan berhasil dan berkualitas apabila

seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara

1
2

aktif baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, disamping

menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar dan rasa

percaya pada diri sendiri. Sedangkan dari segi hasil proses pembelajaran dikatakan

berhasil dan berkualitas apabila masukan merata, menghasilkan output yang banyak

dan bermutu tinggi serta sesuai dengan kebutuhan perkembangan masyarakat dan

pembangunan (Mulyasa, 2018).

Salah satu mata pembelajaran yang diterapkan di SMP yaitu Ilmu

Pengetahuan Alam. IPA merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala yang

meliputi makhluk hidup dan makhluk yang tidak hidup atau sains tentang

kehidupan dunia fisik. Pendidik sains menekankan pada pemberian pengalaman

langsung untuk memberikan kompetensi agar peserta didik mampu menjelajahi dan

memahami alam sekitarnya (Fahyuni, 2016). Pada pelajaran Ilmu Pengetahuan

Alam membutuhkan ketelitian guru dalam memilih strategi maupun model

pembelajaran. Hakikat pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam disampaikan dengan

menekankan keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran yang aktif dan

melatih peserta didik untuk berpikir kritis dan objektif. Sehingga akan menjadi

pengalaman yang telah dialami menjadi pengalan baru sehingga semakin tertarik

untuk belajar.

Dalam penerapannya, pembelajaran IPA terkhusus materi suhu dan kalor

masih belum sesuai dengan kebutuhan peserta didik yaitu untuk memecahkan

masalah yang berpengaruh terhadap hasil belajar. Hal tersebut dapat dibuktikan

dengan observasi dan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti. Berdasarkan

hasil tersebut, diperlukan model pembelajaran yang dapat memfasilitasi peserta


3

didik untuk aktif yaitu dengan menerapkan model Problem Based Learning (PBL)

untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di SMP Negeri 1 Barru

dengan guru mata pelajaran IPA, pembelajaran yang diberikan oleh berpusat pada

guru, dimana guru masih menggunakan model pembelajaran langsung dimana guru

hanya menyajikan materi setelah itu peserta didik mengerjakan tugas, selama

pembelajaran berlangsung peserta didik tidak berperan aktif. Hal itu

mempengaruhi hasil belajar peserta didik saat mengerjakan tugas sehingga hasil

belajar yang di dapatkan cenderung dibawah KKM yang ditetapkan di sekolah yaitu

75. Ketuntasan hasil belajar juga bekaitan dengan model pembelajaran yang

diterapkan di sekolah selama proses pembelajaran berlangsung.

Salah satu solusi yaitu, model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

dimana model pembelajaran PBL ini diharapkan dapat meningkatkan rasa ingin

tahu dan peserta didik lebih berperan aktif selama proses pembelajaran

berlangsung. Model Problem Based Learning (PBL) merupakan model

pembalajaran berbasis masalah yang terjadi dalam kehidupan nyata, membangun

peserta didik untuk berpikir kritis dalam mencari konsep dan memecahkan masalah

dari khususnya materi kalor.

PBL dirancang untuk membantu peserta didik mengembangkan

keterampilan berpikir, keterampilan menyelesaikan masalah, dan keterampilan

intelektualnya dalam hal ini adalah hasil belajar peserta didik. Langkah-langkah

dalam PBL yaitu berupa memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada

peserta didik, mengorganisasikan peserta didik untuk meneliti, membantu


4

investigasi mandiri dan kelompok, mengembangkan dan mempresentasikan artefak

dan ex hibit dan menganalisis serta mengevaluasi proses mengatasi masalah

(Arends, 2008).

Adapun penelitian yang relevan yaitu penelitian yang dilakukan oleh

(Majapahit, 2020) menyatakan bahwa adanya pengaruh metode PBL dengan

beberapa uji yaitu uji korelasi menunjukkan nilai signifikan yaitu 18,20%. Pada uji

ketuntasan belajar secara individual kelas eksperimen dikatakan tuntas karena telah

mencapai target yaitu 70%, sedangkan secara kelompok rata-rata kelas eksperimen

sebesar 75 (diatas KKM) dan rata-rata kelas kontrol 75,24.

Berdasarkan latar belakang tersebut, akan dilakukan penelitian tentang

“Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) Terhadap Hasil Belajar Peserta

didik Kelas VII SMP Negeri 1 Barru Pada Materi Suhu dan Kalor”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka proposal ini mengacu

pada pemasalahan pokok yaitu :

1. Seberapa tinggi tingkat hasil belajar peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Barru

yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based

Learning (PBL) ?

2. Seberapa tinggi tingkat hasil belajar peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Barru

yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional ?

3. Seberapa tinggi peningkatan hasil belajar peserta didik kelas VII SMP Negeri 1

Barru dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning

(PBL) ?
5

4. Apakah terdapat pengaruh model Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil

belajar peserta didik materi Kalor dan perpindahannya Pada Peserta didik Kelas

VII SMP Negeri 1 Barru ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui tingkat hasil belajar peserta didik kelas VII yang diperoleh

peserta didik SMP Negeri 1 Barru dengan menggunakan model pembelajaran

Problem Based Learning.

2. Untuk mengetahui tingkat hasil belajar peserta didik kelas VII yang diperoleh

peserta didik SMP Negeri 1 Barru dengan menggunakan model pembelajaran

konvensional.

3. Untuk mengetahui seberapa tinggi pengingkatan hasil belajar peserta didik kelas

VII SMP Negeri 1 Barru dengan menggunakan model pembelajaran Problem

Based Learning (PBL).

4. Untuk mengetahui pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) Terhadap

Hasil Belajar Peserta didik Materi Kalor dan Perpindahannya pada Peserta didik

kelas VII SMP Negeri 1 Barru.

D. Manfaat Penelitian

a) Manfaat Teoritis

Secara umum penelitian ini memberikan sumbangan pada dunia pendidikan

dalam pembelajaran IPA model Model Problem Based Learning (PBL) dapat
6

digunakan terhadap hasil belajar peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Barru

pada materi suhu dan kalor.

b) Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dalam penelitian ini adalah :

1) Peserta didik

Model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar peserta

didik khususnya pada mata pelajaran IPA.

2) Guru

Menambah pengetahuan guru agar dapat memilih model yang tepat sesuai

dengan karakteristik peserta didik dan karakteristik materi pelajaran yang

disampaikan.

3) Sekolah

Untuk meningkatkan kompetensi belajar peserta didik dan kualitas pembelajaran

di sekolah serta penggunaan variasi model pembelajaran yang digunakan.

4) Peneliti

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan referensi mengenai

penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk

meningkatkan hasil belajar peserta didik, selain itu sebagai latihan penulisan

karya ilmiah selanjutnya bagi calon peneliti.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah desain atau rancangan belajar untuk mencapai

tujuan belajar yang lebih spesifik (Yani, 2018). Pada dasarnya model pembelajaran

merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang

disajikan secara khas oleh pendidik dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain

model pembelajaran adalah bingkai dari suatau pendekatan, metode, dan Teknik

pembelajaran (Nurdin, 2016).

Model pembelajaran merupakan cara yang digunakan dalam proses

pembelajaran sehingga diperoleh hasil optimal. Adapun berbagai metode

pembelajaran yang dapat digunakan pendidik dalam kegiatan pembelajaran

diantaranya yaitu metode ceramah, metode latihan, metode tanya jawab, metode

karya wisata, metode demonstrasi, metode bermain perang, metode diskusi,

metode pemberian tugas dan resitasi, metode eksperimen dan metode

proyek (Burso & Siskandar, 2017)

Model pembelajaran sendiri biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip

atau teori pengetahuan. Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan

prinsip-prinsip pembelajaran teori-teori psikologi, sosiologi, analisis sistem atau

teori-teori lain yang mendukungnya. Model pembelajaran berdasarkan teori belajar

yang dikelompokkan menjadi empat model pembelajaran yaitu kelompok model

7
8

yang memproses informasi, kelompok model pengajaran sosial, kelompok model

pengajaran personal, dan kelompok model sistem-sistem perilaku (Joyce &

Calhoun, 2009).

Berdasarkan berbagai pendapat para ahli mengenai pengertian model

pembelajaran, dapat diketahui bahwa model pembelajaran merupakan suatu

perencanaan yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran

di dalam kelas untuk mencapai tujuan belajar baik pengajar maupun pelajar.

2. Jenis-Jenis Model Pembelajaran

Menurut (Suprijono, 2010) terdapat jenis-jenis model pembelajaran

diantaranya:

a) Model pembelajaran langsung ( Direct Instruction )

b) Model pembelajaran kooperatif ( Cooperative Learning )

c) Model pembelajaran berbasis masalah ( Problem Based Learning )

Berdasarakan pendapat diatas, maka guru harus tepat memilih dan

menentukan model pembelajaran yang cocok digunakan dalam pembelajaran

dikelas agar tujuan dari pembelajaran tersebut dapat tercapau secara maksimal.

Model pembelajaran yang digunakan oleh guru pada proses belajar mengajar dapat

membantu peserta didik dalam meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta

didik.

3. Problem Based Learning (PBL)

Model Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran berbasis

masalah. Pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas

pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang


9

dilakukan secara ilmiah (Rasyidin & Wahyudin, 2015). Pembelajaran yang

dilaksanakan dengan penerapan model Problem Based Learning (PBL) didasarkan

pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan menggunakan

penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata.

PBL adalah pendekatan pengajaran yang memberikan tantangan bagi siswa

untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata secara individu maupun

kelompok. Pembelajaran dengan model PBL ini didasarkan dengan prinsip bahwa

masalah dapat digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan ilmu baru (Yusri,

2018) .

PBL dikembangkan untuk pertama kali oleh Prof Howard Barrows dalam

pembelajaran ilmu medis di McMaster University School of Medicine Kanada pada

tahun 1969. Sejak saat itu, PBL menyebar keseluruh dunia, khususnya dalam

bidang Pendidikan kedokteran atau keperawatan dan bidang-bidang ilmu lain di

perguruan tinggi, misalnya arsitektur, matematika, okupasi dan fisioterapi, ilmu

murni. Tiga tahun kemudian, PBL dipakai di tiga universitas lainnya yaitu sekolah

media Universitas Limburg pada Maastricht Neterlands, Universitas Newcastle di

Australia dan Universitas New Mexico Amerika Serikat. Dalam pembelajaran

berbasis masalah ini, peserta didik dipandang sebagai pribadi “yang utuh” yang

memiliki sejumlah pengetahuan sebagai bekal awal dalam pembelajaran (Riyanto,

2010).

Model pembelajaran PBL merupakan salah satu model pembelajaran yang

dianggap memiliki karakteristik pembelajaran saintifik. Pemilihan model

pembelajaran ini dapat dikuatkan oleh hasil penelitian dari peneliti-peneliti


10

sebelumnya yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh setelah diterapkan

model pembelajaran PBL terhadap kemampuan pemecahan masalah

siswa (Destalia, dkk. 2014).

Berdasarkan berbagai pendapat para ahli mengenai pengertian model

pembelajaran PBL dapat di simpulkan bahwa model PBL merupakan salah satu

model pembelajaran yang berbasis masalah. Pembelajaran berbasis masalah ini

merupakan pendekatan oengajaran yang memberikan suatu tantangan kepada

peserta didik untuk menyelesaikan masalah dan mencari solusi dari permasalahan

nyata baik secara individu maupun kelompok.

Menurut Amir (2009) karakteristik Problem Based Learning sebagai

berikut:

1. Masalah digunakan untuk mengawali pembelajaran. Dengan demikian,

mahasiswa merasa tertarik dengan konsep yang dipelajari.

2. Masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang disajikan secara

mengambang. Diharapkan mahasiswa lebih mudah menerima konsep dan

merasa lebih bermakna , karena masalah yang digunakan dekat dengannya.

3. Masalah biasanya menuntut prespektif majemuk. Hal ini melatih mahasiswa

untuk mengembangkan konsep yang diperoleh.

4. Masalah membuat peserta didik tertantang untuk mendapatkan pembelajaran

yang baru. Mahasiswa tentu tidak mudah menyerah dalam mempelajari suatu

konsep apabila mendapat masalah yang menantang.

5. Sangat mengutamakan belajar mandiri. Kemandirian mahasiswa dalam belajar

tentu membuat mahasiswa aktif dalam menemukan ataupun memahami konsep.


11

6. Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi. Dalam berbagai macam

sumber pengetahuan yang digunakan, maka mahasiswa mudah untuk

mempelajari maupun mengembangkan konsep.

7. Pembelajarannya kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif. Karakteristik ini

memungkinkan mahasiswa untuk mampu memahami konsep secara

berkelompok, serta mengomunikasikannya dengan orang lain.

Menurut Kunandar (2008) langkah-langkah PBL Sebagai berikut :

1. Orientasi peserta didik kepada masalah. Dalam langkah ini mahasiswa diberi

suatu masalah sebagai titik awal untuk menemukan atau memahami suatu

konsep.

2. Mengorganisasikan peserta didik. Langkah ini membiasakan mahasiswa untuk

belajar menyelesaikan permasalahan dalam

3. Memahami konsep.

4. Membimbing penyelidikan individu dan kelompok. Dengan langkah ini

mahasiswa belajar untuk bekerja sama maupun individu untuk menyelidiki

permasalahan dalam rangka memahami konsep.

5. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya serta memamerkannya.

Mahasiswa terlatih untuk mengomunikasikan konsep yang telah ditemukan.

6. Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Langkah ini dapat

membiasakan mahasiswa untuk melihat Kembali hasil penyelidikan yang telah

dilakukan dalam upaya menguatkan pemahaman kosep yang telah diperoleh.

Menurut Ngalimun (2016), terdapat 5 fase (tahap) yang perlu dilakukan

untuk mengimplementasikan PBL. Fase-fase tersebut merujuk pada tahapan-


12

tahapan praktis yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran dengan PBL

sebagaimana disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran PBL

Fase Indikator Aktivitas Pendidik Aktivitas Peserta


ke- Didik
1 Menyajikan Menjelaskan tujuan Memahami tujuan
masalah
pembelajaran, logistik pembelajaran,

yang diperlukan, termotivasi aktif pada

memotivasi peserta didik aktifitas pemecahan

terlibat aktif pada masalah yang dipilih

aktivitas pemecahan

masalah yang dipilih.

2 Mengorganisasikan Membantu peserta didik Mencoba membatasi

peserta didik untuk membatasi dan dan mengorganisasi

belajar mengorganisasi tugas tugas belajar yang

belajar yang berhubungan dengan

berhubungan dengan masalah yang

masalah yang dihadapi. dihadapi


13

Lanjutan Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran PBL

3 Membimbing Mendorong peserta Mengumpulkan

penyelidikan didik mengumpulkan informasi yang

individu maupun informasi yang sesuai, sesuai,

Kelompok melaksanakan melaksanakan

eksperimen dan mencari eksperimen, dan

untuk penjelasan dan mencari untuk

pemecahan. penjelasan dan

pemecahan masalah

4 Mengembangkan Membantu peserta didik Menyiapkan karya

dan menyajikan merencanakan dan yang sesuai seperti

hasil karya menyiapkan karya yang laporan, video, dan

sesuai seperti laporan, model, dan berbagai

video, dan model dan tugas dengan

membantu mereka temannya

untuk berbagi tugas

dengan temannya
14

Lanjutan Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran PBL

5 Menganalisis dan Membantu peserta Melakukan refleksi

mengevaluasi didik melakukan terhadap

proses pemecahan refleksi terhadap penyelidikan dan

masalah penyelidikan dan proses yang

proses-proses yang digunakan selama

digunakan selama berlangsungnya

berlangsungnya pemecahan masalah

pemecahan masalah.

Adapun kelebihan dan kekurangan Model Problem Based Learning (PBL)

Menurut Mudhorif & Fatimatur (2016) adalah sebagai berkut :

1) Kelebihan :

a) Pemecahan masalah dapat merangsang kemampuan siswa untuk menentukan

pengetahuan yang baru dan mengembangkan pengetahuan baru tersebut.

b) Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir

kritis, inovatif, meningkatkan motivasi dari dalam diri siswa untuk belajar dan

mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan denan pengetahuan

yang baru.

c) Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk

mengaplikasikan pengetahuan mereka dalam dunia nyata.

d) Pemecahan masalah dapat mendorong peserta didik untuk belajar sepanjang

hidupnya.
15

e) Pemecahan masalah tidak hanya memberikan kesadaran kepada siswa bahwa

belajar tidak tergantung pada kehadiran guru namun tergantung pada motivasi

intrinsik peserta didik.

2) Kekurangan

a) Apabila peserta didik tidak memiliki minat dan memandang bahwa masalah

yang akan diselidikki adalah sulit, maka mereka akan merasa enggak untuk

mencoba.

b) Membutuhkan waktu untuk persiapan, apabila guru tidak mempersiapkan secara

matang model pembelajaran ini, maka tujuan pembelajaran tidak tercapai.

c) Pemahaman siswa terhadap suatu masalah di masyarakat atau di dunia nyata

terkadang kurang, sehingga proses pembelajaran berbasis masalah terhambat

oleh fakor ini.

4. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri peserta

didik yang menyangkut tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan

psikomotor sebagai hasil daro kegiatan belajar. Oleh karena itu, diharapkan agar

hasil belajar dapat mengubah perilaku peserta didik menjadi perilaku yang lebih

baik. Selain itu, hasil belajar dapat pula diartikan sebagai tingkat keberhasilan

peserta didik dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam

skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.

Penialaian hasil belajar kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi

diukur melalui ulangan, penugasan, san/atau bentuk lain yang sesuai dengan

karakteristik materi yang dinilai (Uno & Nurdin, 2012).


16

Sistem Pendidikan nasional dimana rumusan tujuan pendidikan

menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang membagi tiga

ranah atau dominan yaitu ranah kognitif (cognitivie domain), ranah afektif (affective

domain), dan psikomotorik (psychomotor domain) (Arikunto, 2016).

Berdasarkan berbagai pendapat para ahli mengenai hasil belajar, dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan tingkat keberhasilan peserta didik

dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang menyangkut tiga aspek yaitu:

aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik.

Menurut Sudjana (2011), secara garis besar ada tiga bagian ranah yakni

ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik sebagai berikut :

a. Ranah Kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari

enak aspek yakni pengetahuan atau ingatan, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.

Pada aspek pengetahuan atau ingatan merupakan kognitif yang berada pada

tingakat rendah sedangkan aspek aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi

merupakan kognitif tingkat yang tinggi. Adapun penjelasan mengenai aspek

tersebut, Menurut Kusnawa (2012) secara singkat sebagai berikut:

1) Mengingat (C1)

Mengingat merupakan mendapatkan kembali atau pengambilan

pengetahuan relevan yang tersimpan dari memori jangka panjang. Dalam kategori

mengingat terdapat dua proses. Pertama mengenali atau mengidentifikasi yaitu

mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang untuk

membandingkannya dengan informasi yang bari diterimanya. Dengan mengenali,


17

peserta didik mencari dengan informasi yang baru diterima. Proses kedua adalah

mengingat kembali, yaitu mengambil kembali pengetahuan yang dibutuhkan dari

memori jangka panjang. Dengan mengingat kembali, peserta didik membawa

informasi dari memori jangka panjang dan memprosesnya.

2) Memahami (C2)

Memahami merupakan mendeskripsikan susunan dalam artian pesan

pembelajaran mencangkup moral, tulisan, dan komunikasi grafik. Memahami dapat

juga didefinisikan mengkonstruksi makna dari materi pembelajaran baik secara

lisan, tulisan ataupun grafis yang disampaikan melalui pengajaran, buku

atau layer komputer. Dalam kategori memahami ada tujuh proses kognitif

yaitu menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum,

menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan.

Pertama, menafsirkan terjadi ketika peserta didik mengubah informasi dari

satu bentuk ke bentuk lainnya. Menafsirkan berupa pengubahan kata-kata menjadi

kata lain, angka menjadi kata-kata, gambar menjadi angka, dan semacamnya.

Kedua, proses mencontohkan terjadi ketika peserta didik dapat memberikan

contoh terhadap suatu konsep. Mencontohkan melibatkan proses identifikasi ciri-

ciri pokok dari suatu konsep. Dalam pembelajaran, peserta didik diberi suatu

konsep dan peserta didik diharuskan memberi contoh lainnya yang belum pernah

dijumpai pada proses pembelajaran.

Ketiga, proses mengklarifikasi terjadi ketika peserta didik mengetahui suatu

informasi termasuk dalam kategori tertentu. Proses ini juga melibatkan proses

identifikasi, mengenali ciri-ciri atau pola-pola terhadap suatu informasi.


18

Mengklasifikasikan menlengkapi proses mencontohkan. Mengklasifikasikan

dimulai dari peserta didik mencontohkan suatu contoh, kemudian diklasifikasikan

sesuai dengan pola-pola atau ciri-ciri suatu konsep.

Keempat, proses kognitif merangkum terjadi ketika peserta didik

mengemukakan satu kalimat yang mempresentasikan informasi yang diterima.

Pada pembelajaran, peserta didik disajikan suatu informasi kemudia mereka

membuat rangkuman dari informasi tersebut.

Kelima, proses kognitif menyimpulkan terjadi ketika peserta didik dapat

mengabstaksi sebuah konsep dengan menerangkan contoh-contohnya dan

mencermati ciri-cirinya. Proses menyimpulkan melibatkan proses kognitif

membandingkan seluruh contohnya.

Keenam, proses kognitif membandingkan melibatkan proses mendeteksi

persamaan dan perbedaan antara dua atau lebih objek, peristiwa, ide, dan konsep.

Membandingkan meliputi pencarian korespondensi satu-satu antara elemen-elemen

suatu objek. Tujuan pembelajarannya, peserta didik diberikan informasi baru,

mereka akan mendeteksi keterkaitan pengetahuan yang sudah familier.

Ketujuh, proses menjelaskan ketika membuat dan menggunakan model

sebab-akibat dalam suatu system. Nama lain menjelaskan adalah membuat model.

Tujuan pembelajarannya, peserta didik diberi gambaran tentang sebuah sistem,

peserta dapat menciptakan dan menggunakan model.


19

3) Mengaplikasikan (C3)

Mengaplikasikan adalah menggunakan prosedur dalam situasi yang

dihadapi. Dalam kategori ini, terdapat dua proses kognitif yaitu mengeksekusi dan

mengimplementasi.

Pertama, mengeksekusi adalah menerapkan prosedur yang telah familiar.

Hal tersebut memberikan petunjuk yang cukup untuk memilih prosedur yang tepat

dan menggunakannya. Soal yang telah familiar adalah soal Latihan yang sering

dikerjakannya sehingga setelah membaca soal, peserta didik dapat menggunakan

prosedur yang benar.

Kedua, mengimplementasikan berlangsung saat peserta didik menggunakan

suatu proses untuk menyelesaikan tugas yang tidak umum. Karena tidak umum,

peserta didik tidak segera mengetahui prosedur yang dilakukan.

4) Menganalis (C4)

Kemampuan untuk memecah suatu kesatuan menjadi bagian-bagian dan

menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut dihubungkan antara satu dengan

yang lain atau bagian tersebut dengan keseluruhannya. Hal tersebut menekanka

pada kemampuan merinci sesuatu unsur pokok menjadi suatu bagian-bagian dan

dapat melihat hubungan antara bagian tersebut. Pada tingkat analisis, seseorang

akan mampu menganalisa informasi yang masuk, membagi dalam bentuk yang

lebih kecil untuk memhami pola atau hubungan serta dapat mengenali dan

membedakan factor-faktor penyebab dan akibatnya. Kategori menganalisa terdiri

dari kemampuan membedakan, mengorganisaisi, dan memberi simbol.


20

Pertama, membedakan meliputi proses memilih-milih bagian-bagian yang

relevan dari sebuah struktur. Membedakan terjadi pada saat peserta didik

mendeskriminasikan informasi yang relevan. Membedakan melibatkan proses

mengorgasinisasi secara struktural dan keseluruhannya.

Kedua, mengorganisasi meliputi kemampuan mengidentifikasi unsur-unsur

secara bersama-sama menjadi struktur yang saling terkait. Dalam proses

mengorganisasi peserta didik dapat membangun hubungan-hubungan dengan

sistematis.

Ketiga, mengatribusikan adalah kemampuan peserta didik menyebutkan

tentang sudut pandang, pendapat, nilai atau maksud dari suatu masalah yang

diajukan. ,mengatribusikan membutuhkan pengetahuan dasar yang lebih agar dapat

menerka maksud dari inti permasalahan dari inti permasalahan yang diajukan.

5) Menilai atau mengevaluasi (C5)

Mengevaluasi didefinisikan sebagai membuat keputusan berdasarkan

kriteria dan standar. Kategori dalam evaluasi mencangkup checking dan critiquing.

Pertama, memeriksa (checking) adalah kemampuan untuk mengetes

konsistensi internal atau kesalahan pada operasi atau hasil serta mendeteksi

keefektifan prosedur yang digunakan. Hal ini terjadi ketika peserta didik menguji

apakah kesimpulan sesuai dengan premis-premisnya atau tidak.

Kedua, mengkritik (critiquing) adalah kemampuan memutuskan hasil atau

operasi berdasarkan kriteria dan standar tertentu, mendeteksi apakah hasil yang

diperoleh berdasarkan suatu prosedur menyelesaikan suatu masalah mendekati


21

jawaban yang benar. Dalam mengkritik, peserta didik menilai ciri-ciri positif dan

ciri-ciri negatif.

6) Mencipta (C6)

Mencipta merupakan menempatkan bagian-bagian secara bersama-sama ke

dalam suatu ide, semuanya saling berhubungan untuk membuat hasil yang baik.

Selain itu, mencipta didefinisikan menggeneralisasikan ide baru atau cara pandang

yang baru, dan produk baru. Peserta didik dapat dikatakan create bila dapat

membuat produk baru dengan merombak beberapa bagian ke dalam bentuk atau

sturktur yang belum pernah diterangkan oleh guru sebelumnya. Pada umumnya,

proses create berhubungan dengan pengalaman belajar siswa sebelumnya. Proses

create dapat dipecah menjadi tiga fase yaitu merumuskan, merencanakan, dan

memproduksi.

Pertama, merumuskan melibatkan proses menggambarkan masalah dan

membuat pilihan yang memenuhi kriteria tertentu. Dalam pembelajarannya, peserta

didik diberi deskripsi tentang suatu masalah dan diharuskan mencari beragam

solusinya. Format penilaiannya adalah soal yang membutuhkan jawaban singkat

yang meminta peserta didik membuat hipotesis.

Kedua, merencanaka adalah mempraktikkan langkah-langkah untuk

menciptakan sokusi yang nyata bagi suatu masalah. Merencanakan melibatkan

metode penyelesaian masalah yang sesuai dengan kriteria-kriteria masalah. Tujuan

pembelajarannya, peserta didik diberikan soal kemudian peserta didik membuat

rencana dalam menyelesaikan masalah. Format penilaiannya adalah dengan soal


22

yang meminta peserta didik mencari solusi yang realistis dan mendeskripsikan

rencana penyelesaiannya masalah dengan tepat.

Ketiga, memproduksi melibatkan proses melaksankan rencan untuk

menyelesaika masalah. Nama lain memproduksi adalah mengontruksi. Dalam

prosesnya peserta didik diberikan gambaran suatu produk dan harus menciptakan

suatu produk sesuai dengan gambaran tersebut.

a) Rana Afektif

Rana afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari reciving/attending

yakni semacam kepekaan menerima rangsangan dari luar seperti masalah,

responding atau jawaban yakni diberikan oleh seseorang terhadap rangsangan tadi,

organisasi yakni pengembangan dari nilai ke dalam suatu sistem organisasi dan

terakhir karakteristik nilai yakni keterpaduan semua system nilai yang telah dimiliki

seseorang yang mempengaruhi tingkah lakunya.

b) Ranah Psikomotorik

Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan

kemampuan bertindak. Adapun enam aspek ranah psikomotorik yakni Gerakan

reflex, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan,

Gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpreatif. Menurut

Syah (2006), faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik antara

lain

Faktor internal yakni keadaan/ kondisi jasmani dan rohani peserta didik,

faktor eksternal (faktor dari luar peserta didik), yakni kondisi lingkungan di sekitar

peserta didik misalnya faktor lingkungan dan faktor pendekatan belajar, yakni jenis
23

upaya belajar peserta didik yang meliputi strategi dan metode yang digunakan

untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pembelajaran.

5. Tinjauan Pustaka Materi Konsep Suhu dan Kalor

Kompetensi Inti

1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya


2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
Kompetensi Dasar
3.4 Menganalisis konsep suhu, pemuaian, kalor, perpindahan kalor, dan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari termasuk mekanisme menjaga
kestabilan suhu tubuh pada manusia dan hewan.
4.4. Melakukan percobaan untuk menyelidiki kalor terhadap suhu dan wujud benda
serta perpindahan kalor.
Indikator
3.4.1 Mendefinisikan konsep suhu

3.4.2 Menjelaskan macam-macam suhu

3.4.3 Menghitung konversi skala suhu


3.4.4 Membedakan jenis-jenis teermometer berdasarkan fungsinya

3.4.5 Menjelaskan konsep pemuaian


24

3.4.6 Memberikan contoh peristiwa pemuaian dalam kehidupan sehari-hari

3.4.7 Mengklasifikasikan pemuaian pada zat cair dan gas

3.4.8 Menganalisis muai Panjang, volume, luas pada benda

3.4.9 Menjelaskan pengertian kalor

3.4.10 Membandingkan pengaruh kalor terhadap perubahan suhu benda

3.4.11 Menghitung besar kalor pada kenaikan suhu suatu benda

3.4.12 Menganalisis pengaruh kalor terhadao wujud benda

3.4.13 Menjelaskan konsep perpindahan kalor

3.4.14 Mengelompokkan peristiwa perpindahan kalor secara konduksi, konveksi,

dan radias

3.4.15 Mengaitkan peristiwa perpindahan kalor secara konduksi, konveksi dan


radiasi dalam kehidupan sehari hari
3.4.16 Menganalisis mekanisme kestabilan suhu tubuh pada manusia dan hewan

4.4.1 Melakukan percobaan pengukuran suhu

4.4.2 Menyelidiki pengaruh suhu terhadap pemuaian pada zat padat

4.4.3 Menyelidiki pengaruh kalor terhadap suhu dan wujud benda

4.4.4 Menyelidiki perpindahan kalor secara konduksi, konveksi, dan radiasi

1) Suhu

Suhu adalah tingkat (derajat) panas atau dinginnya suatu zat. Alat yang

digunakan untuk mengukur suhu disebut termometer (Purwoko & Fendi, 2010).

Termometer yang tergolong kedalam termometer zat cair adalah termometer klinis,

termometer dinding, termometer maksimum/minimum. Selain termometer zat cair,

jenis-jenis termometer lainnya adalah termometer bimetal, termometer hambatan,


25

termokopel, termometer gas, dan pirometer. Standar untuk suhu disebut titik tetap.

Ada dua titik tetap, yaitu tiitik tetap bawah dan titik tetap atas (Kanginan, 2006).

Ada empat macam skala termometer, yaitu skala celcius, skala Reamur, skala

Fahrenheit dan skala Kelvin.

2) Pemuaian

a. Pemuaian zat padat

Menurut (Sunardi, 2016), pada dasarnya suatu zat padat yang dipanaskan

akan memuai ke segala arah. Pemuaian zat padat terdiri atas pemuaian panjang,

pemuaian luas, dan pemuaian volume. Suatu zat padat dikatakan mengalami

pemuaian panjang ketika dipanaskan jika lebar dan tebal zat padat tersebut dapat

diabaikan terhadap panjangnya. Secara matematis pemuaian panjang dapat

dinyatakan sebagai.

∆𝐿 = 𝛼𝐿0∆𝑇
atau
𝐿 = 𝐿0 (1 + 𝛼 ∆𝑇)

Keterangan:
∆𝐿 = Pertambahan Panjang (m)
𝛼 = Koefisien muai Panjang bahan (˚C-1 atau K-1)
∆𝑇 = Perubahan suhu (˚C)
L = Panjang akhir (m
L0 = Panjang awal (m)

Jika suatu zat padat berbentuk pelat dipanaskan maka zat padat tersebut

akan mengalami pemuaian luas, dengan tebal atau tinggi zat padat tersebut

diabaikan terhadap luasnya (Sunardi, 2016). Secara matematis dapat dirumuskan

sebagai berikut:

∆A = ꞵ A0 ∆𝑇
atau
A = A0 (1 + ꞵ ∆𝑇)
26

Keterangan:
∆A = Pertambahan luas (m2)
ꞵ = Koefisien muai luas (˚C-1 atau K-1)
A0 = Luas mula-mula (m2)
∆𝑇 = Perubahan suhu (˚C atau K)

Jika Panjang, lebar, dan ketebalan suatu zat padat tidak dapat diabaikan

maka setiap dipanaskan zat padat tersebut akan mengalami pemuaian volume.

Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

∆𝑉 = 𝛾𝑉0∆𝑇
atau
𝑉 = 𝑉0 (1 + 𝛾∆𝑇)
Keterangan:
∆𝑉 = Pertambahan volume (m3)
𝛾 = Koefisien muai volum (°C-1 atau K-1)
𝑉0 = Volume awal (m3)
∆𝑇 = Perubahan suhu (°C)

b. Pemuaian Zat Cair

Zat cair hanya mengalami pemuaian volume, sehingga persamaan pada

pemuaian zat cair sama seperti persamaan yang berlaku pada pemuaian volume zat

padat (Sunardi, 2016).

c. Pemuaian Zat Gas

Gas juga mengalami pemuaian volume, tetapi pemuaian volume gas lebih

besar dari pemuaian volume zat cair untuk kenaikan suhu yang sama. Selain itu,

gas dapat mengalami pemuaian tekanan pada volume tetap. Secara matematis dapat

dinyatakan sebagai berikut:


P1V1 P2V2 PV
= atau = konstan
𝑇1 𝑇2 𝑇

Keterangan:
P = tekanan gas (atm atau Pa)
V = volume gas (L atau m3)
T = suhu mutlak gas (K)
27

3) Pengaruh Kalor Pada Zat

a) Kalor

Kalor adalah energi yang ditransfer dari satu benda ke yang lainnya karena

adanya perubahan temperature (Giancoli, 2001). Dalam satuan SI, satuan untuk

kalor adalah Joule.

b) Kalor Jenis

Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu

satu gram zat sebesar satu drajat Celcius atau satu Kelvin (Sunardi, 2016). Secara

matematis dapat ditulis:

Q = m.c. ∆𝑇

Keterangan:
Q = Kalor (Joule)
m = Massa benda (kg)
c = Kalor Jenis Benda (J/Kg˚C)
∆𝑇 = Perubahan suhu (˚C)

c) Kapasitas Kalor

Kapasitas kalor didefiniskan sebagai banyaknya kalor yang diperlukan untuk

menaikkan suhu benda (zat) itu dengan satu derajar Celcius (Kelvin) (Pandiangan,

dkk. 2014)
𝑄
𝑄 = 𝐶. ∆𝑇 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐶 = ∆T

Keterangan :
𝑄 = Kalor (joule)
C = Kapasitas kalor (J/°C)
∆𝑇 = Perubahan suhu (°C)
d) Kalor Laten
28

Kalor laten ada dua jenis, yaitu kalor lebur dan kalor didih atau kalor

penguapan. Kalor lebur adalah kalor yang dibutuhkan untuk merubah 1,0 kg zat

dari zat padat menjadi zat cair. Sedangkan kalor penguapan adalah kalor yang

dibutuhkan untuk merubah suatu zat dari fase cair ke uap (Giancoli, 2001). Secara

matematis dapat ditulis:

𝑄 = 𝑚. 𝐿
Keterangan :
𝑄 = Kalor (joule)
𝑚= massa benda (kg)
L = Kalor laten (J/kg°C)

4) Perubahan Wujud Zat

Perubahan wujud suatu zat disebabkan oleh zat yang melepaskan atau

menyerap kalor. Perubahan wujud suatu zat karena zat melepaskan kalor dapat

berupa pengembunan, pembekuan, dan penyubliman. Sementara itu, perubahan

wujud suatu zat karena zat yang menyerap kalor dpaat berupa penguapan,

peleburan, dan penyubliman (Giancoli, 2001). Gambar dibawah ini menunjukkan

skema proses perubahan wujud:

(Sumber: tribunnews.com)
Gambar 2.1 Proses Perubahan Wujud
5) Perpindahan Kalor

Kalor berpindah dari satu tempat atau benda ke yang lainnya dengan tig

acara yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi (Giancoli, 2001).


29

a. Konduksi

Menurut (Indarti, 2016), peristiwa perpindahan kalor melalui suatu zat tanpa

disertai dengan perpindahan partikel-partikelnya disebut konduksi. Perpindahan

kalor dengan cara konduksi disebabkan karena partikel-partikel penyusun ujung zat

yang bersentuhan dengan sumber kalor bergetar. Makin besar getarannya, maka

energi kinetiknya juga makin besar. Energi kinetik yang besar menyebabkan

partikel tersebut menyentuh partikel di dekatnya, demikian seterusnya. Jumlah

kalor tiap detik dirumuskan :


𝑄 ∆T
=H=kA
∆t L

Keterangan:
H = jumlah kalor yang merambat tiap detik (J/s)
k = koefisien konduksi termal (J/msK)
A = luas penampang batang (m2)
L = panjang batang (m)
∆𝑇 = perbedaan suhu antara kedua ujung batang (K)

Ditinjau dari konduktivitas termal (daya hantar kalor), benda dibedakan

menjadi dua macam, yaitu konduktor dan isolator. Konduktor adalah benda yang

mudah menghantarkan kalor. Hampir semua logam termasuk konduktor, seperti

aluminium, timbal, besi, baja, dan tembaga. Isolator adalah zat yang sulit

menghantarkan kalor. Bahan-bahan bukan logam biasanya termasuk isolator,

seperti kayu, karet, plastic, kaca, mika, dan kertas (Indarti, 2016).

b. Konveksi

Menurut (Indarti, 2016), perambatan kalor yang disertai perpindahan massa

atau perpindahan partikel-parikel zat perantaranya, seperti partikel udara disebut


30

konveksi. Untuk menghitung laju kalor secara konveksi, yang merambat tiap detik.

Secara matematis dapat dirumuskan:

𝐻 = ℎ 𝐴 ∆𝑇
Keterangan:
H = laju perpindahan (J/s)
ℎ = koefisien konveksi termal (J/sm2K)
A = luas permukaan (m2)
∆𝑇 = perbedaan suhu (K)

6) Radiasi

Menurut (Indarti, 2016), radiasi adalah perpindahan kalor pada suatu zat

tanpa melalui zat perantara. Misalnya, pancaran sinar matahari sampai ke bumi

melalui hampa udara. Besarnya kalor yang dipancarkan, secara matematis dapat

dirumuskan:
∆𝑄
= 𝑒 𝜎 𝐴 T4
∆t

Keterangan:
Q = kalor yang dipancarkan benda (J)
T = suhu mutlak (K)
e = emisitas bahan
𝜎 = tetapan Stefan-Boltzmann (5,672 × 10-8 W/m2K4)
A = luas penampang benda (m2)

B. Kerangka Pikir

Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu model pembelajaran

inovatif yang memberikan suasana belajar yang aktif kepada peserta didik. Dengan

penerapan model tersebut maka peserta didik akan dilatih untuk memiliki

kemampuan pemecahan masalah dalam keadaan nyata, mempunyai kemampuan

membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas belajar, memiliki


31

kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah dalam kegiatan diskusi atau

presentasi hasil pekerjaannya, kemampuan untuk bekerjasama dalam kelompok,

dan terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan yang terpercaya (buku atau

jurnal).

Menurut Prayogi (2013), bahwa model Problem Based Learning (PBL)

merupakan alternatif tambahan untuk dapat digunakan sebagai model pembelajaran

yang dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir peserta didik

karena terdapat banyak keuntungan penerapan model PBL yaitu memberikan

tantangan kepada peserta didik sehingga mereka bisa memperoleh pengetahuan

barunya sendiri serta mengembangkan keterampilan berpikir peserta didik.

Berdasarkan penelitian Hilmia,dkk (2015) bahwa penerapan model

Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif,

dan psikomotorik peserta didik dalam pembelajaran IPA. Tidak hanya itu, peserta

didik juga memperoleh beberapa manfaat dari pembelajaran menggunakan model

PBL yaitu meningkatkan kemampuan kogntif peserta didik, serta membantu peserta

didik dalam pemecahan masalah secara riil untuk membentuk perilaku peserta didik

yang lebih dewasa. Selain itu, penerapan model PBL membuat peserta didik mampu

menerapkan pengetahuan mereka dalam kehidupan sehari-hari karena mampu

mengaitkan masalah dengan situasi pada dunia nyata (Amalia & Agustina, 2020).

Kalor merupakan materi yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan hal tersebut diperlukan pemahaman yang mendalam agar konsep-

konspe tersebut dapat dipahami dengan baik oleh peserta didik. Dengan

menerapkan model PBL, maka peserta didik akan lebih mudah memahami materi
32

karena saling bekerjasama dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah

yang disajikan. Pengetahuan yang terbentuk pun akan lebih lama bertahan dalam

ranah kognitif peserta didik. Penjelasan tersebut memberikan penguatan bahwa

model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar peserta

didik.
33

Adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat di gambarkan sebagai berikut:

Hasil belajar peserta didik yang masih rendah

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Model PBL Model konvensional

Kelebihan :
1. Dapat merangsang kemampuan peserta
didik untuk menentukan dan
mengembangkan pengetahuan.
2. Dapat mengembangkan kemampuan berpikir
kritis, inovatif dan meningkatkan motivasi
peserta didik untuk belajar.
3. Dapat memberikan kesempatan bagi peserta

Berdasarkan penelitian sebelumnya menyatakan bahwa


adanya pengaruh model PBL terhadap peningkatan
hasil belajar pada peserta didik (Majapahit, 2020).

Hasil belajar pada kelas eksperimen lebih

meningkat
Gambardari pada kelas
2.2 Bagan kontrol
Kerangka Pikir
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Pikir
34

C. Hipotesis

Analisis kajian teori dan kerangka pikir yang telah diuraikan, maka rumusan

hipotesis, yaitu: terdapat pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning

terhadap hasil belajar peserta didik kelas VII di SMP Negeri 1 Barru pada materi

pokok suhu dan kalor.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian ekperimen dengan jenis penelitian

eksperimen semu (Quasi eksperiment). Penelitian ini melibatkan dua kelas, pertama

diajar dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

sebagai eksperimen dan kelas kedua diajar dengan menggunakan model

pembelajaran konvensional sebagai kelas kontrol.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Nonequevalent Control Group

Design. Desain ini menggunakan dua kelas, dimana kelas eksperimen

menggunakan model problem based learning (PBL) dan kelas kontrol

menggunakan model konvensional. Adapun pola desain penelitian ini adalah

seperti pada Tabel 3.1 :

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelas Pretest Perlakuan Posttest


Eksperimen O1 X O2
Kontrol O3 - O4
(Sumber : Sugiyono, 2018)

Keterangan :
O1 : Pretest kelas eksperimen
O2 : Posttest kelas eksperimen
O3 : Pretest kelas kontrol
O4 : Posttest kelas kontrol
X : Pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning
(PBL)

35
36

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di SMP Negeri 1 Barru, yang berlokasi di

Jln.Jend.Sudirman, Kel. Sumpang Binangae, Kec. Barru, Kab.Barru, Sulawesi

Selatan.

2. Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah pada semester genap Tahun

Ajaran 2021-2022.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VII

SMP Negeri 1 Barru yang terdiri dari 9 kelas dengan jumlah peserta didik.

Tabel 3.2 Jumlah Populasi Peserta Didik Kelas VII SMPN 1 Barru

Kelas Jumlah
VII. 1 32
VII. 2 32
VII. 3 32
VII. 4 32
VII. 5 32
VII. 6 32
VII. 7 32
VII. 8 23
VII. 9 24
Jumlah 271
37

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik purposive

sampling. Teknik ini digunakan untuk penentuan sampel dari populasi yang ada.

Teknik tersebut dipilih berdasarkan kelas yang dijadikan sampel ditentukan atas

pertimbangan guru yang mengajar di kelas VII. Kelas VII.3 yang berjumlah 32

peserta didik sebagai kelompok eksperimen dan kelas VII.6 yang berjumlah 32

peserta didik sebagai kelompok kontrol.

E. Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini digunakan beberapa variabel

diantaranya adalah variabel bebas dan variabel kontrol sebagai berikut :

1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model Problem Based Learning (PBL).

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar peserta didik kelas VII

SMP Negeri 1 Barru pada materi kalor.

2. Definisi Operasional Variabel

a. Model Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang dilakukan

untuk memecahkan masalah, pada materi kalor dengan sintaksnya yaitu orientasi

pada masalah, mengorganisasi peserta didik untuk belajar, membimbing


38

penyelidikan, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta menganalisis

dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

b. Hasil belajar merupakan skor total yang diperoleh peserta didik setelah tes pada

ranah kognitif level C1-C4 dalam bentuk soal pilihan ganda pada materi kalor.

F. Instrumen Penelitian dan Perangkat pembelajaran

1. Instrumen Penelitian

Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini soal tes pilihan

ganda bertujuan untuk mendapatkan data hasil belajar peserta didik menggunakan

model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Tes yang dilakukan adalah

bentuk soal tertulis pilihan ganda sebanyak 24 butir dan 4 pilihan jawaban.

Intstrumen ini untuk mengetahui tingkat pemahaman dan peningkatan penguasaan

konsep terhadap materi IPA.

Soal yang digunakan adalah soal yang berbeda dengan indikator yang sama.

Tes hasil belajar terdiri dari beberapa indikator yang didasarkan pada aspek kognitif

meliputi jenjang mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3), dan

menganalisis (C4).

2. Perangkat pembelajaran

Perangkat pembelajaran merupakan komponen yang harus disiapkan

sebelum memulai pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang akan digunakan

dalam penelitian ini berupa rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar

kerja peserta didik (LKPD).


39

G. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan

a) Melakukan observasi di SMPN 1 Barru dan meminta izin kepada pihak sekolah

untuk mengadakan penelitian.

b) Mengurus surat izin penelitian dari Universitas Negeri Makassar.

c) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan LKPD sesuai dengan

kurikulum yang diterapkan di SMPN 1 Barru.

d) Membuat instrument-instrumen berupa lembar tes hasil belajar yang terdiri dari

soal pilihan ganda

e) Validasi perangkat pembelajaran dan intrumen penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

a) Memberikan tes pemahaman konsep (pretest) untuk mengetahui kemampuan

awal peserta duduk pada masing-masing kelas

b) Melaksanakan proses pembelajaran menggunakan model Problem Based

Learning (PBL) pada kelas eksperimen sedangakan dikelas kontrol

menggunakan model konvensional.

c) Pemberian tes pemahaman konsep (posttest) pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol setelah proses pembelajaran dilaksanakan.

3. Tahap Akhir

a) Mengumpulkan dan mengolah data dari hasil penelitian.

b) Menganalisis data dengan statistic deskriptif dan statistik inferensial.

c) Menarik kesimpulan
40

H. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan menggunakan

pengamatan secara langsung terhadap subjek. Lembar observasi digunakan untuk

mengetahui pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

terhadap hasil belajar peserta didik. Data yang dikumpulkan meliputi indikator

lisan, tulisan dan interpersonal. Obeservasi yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah observasi langsung, yaitu dilihat pada proses pembelajaran. Lembar

observasi akan diisi oleh observer yang memberikan skor pada setiap indikator

keterampilan komunikasi pada setiap pertemuan.

2. Tes Hasil Belajar

a. Pretest

Sebelum melakukan Tindakan, peserta didik akan diberikan pretest, yaitu

mengerjakan soal. Pretest ini perlu untuk memperoleh skor hasil belajar awal

peserta didik.

b. Posttes

Setelah melakukan Tindakan, peserta didik diberikan posttest untuk

memperoleh skor hasil belajar peserta didik setelah dilaksanakan pembelajaran

menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)


41

I. Teknik Analisis Data

1) Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskiptif digunakan untuk mengetahui pemahaman konsep

peserta didik pada kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional

dan kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Problem Based

Learning (PBL). Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan atau

memberi gambaran umum mengeni pencapaian hasil belajar peserta didik pada

masing-masing kelompok. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui populasi dari

sampel, skor rata-rata, standar deviasi, varians, skor tertinggi (maksimum), skor

terendah (minimum), dan distribusi.

Mean atau rata-rata diperoleh dengan menjumlahkan seluruh skor lalu

dibagi dengan banyaknya subjek, persamaannya sebagai berikut:

∑x
𝑥̅ = n
(Sudjana, 2017)
Keterangan:
𝑥̅ = nilai rata-rata hitung hasil belajar
∑ x = jumlah nilai
n = banyaknya data

Untuk standar deviasi, menggunakan persamaan sebagai berikut:

∑ f(𝑥 − 𝑥̅ )2
s=√
n−1
(Sudjana, 2017)
Keterangan:
s = simpangan baku
∑ f = jumlah frekuensi setiap kelas
𝑥 = nilai setiap data/pengamatan dalam sampel
𝑥̅ = nilai rata-rata hitung dalam sampel
n = jumlah total data/pengamatan dalam sampel
42

Untuk varians, menggunakan persamaan sebagai berikut:

∑(𝑥1 − 𝑥̅ )
𝑠2 = √
n−1
(Rahayu, 2017)
Keterangan:
𝑠 2 = varians
𝑥1 = nilai x ke i
n = ukuran banyaknya data

Skor perlu dikategorikan untuk memperoleh tingkat hasil belajar peserta

didik. Data tes hasil belajar yang dikategorikan pada tabel berikut:

Tabel 3.3 Kategori Skor Hasil Belajar Peserta Didik

Interval Skor Kategori


21-25 Sangat Tinggi
16-20 Tinggi
11-15 Sedang
6-10 Rendah
0-5 Sangat Rendah
(Riduwan, 2009)

Untuk melihat peningkatan keterampilan komunikasi dan hasil belajar

peserta didik dapat dilihat melaluinrumus N-Gain :


𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡−𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
N-Gain =
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙−𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡

Hasil N-Gain kemudian diklasifikasikan sesuai kriteria sebagai berikut :

Tabel 3. 4 Kriteria Normalized N-Gain

Skor N-Gain Kriteria N-Gain


N-Gain ≥ 0,7 Tinggi
0,3 ≤ N-Gain ≤ 0,7 Sedang
0,30 < N-Gain Rendah
(Sumber: Hake, 1999)
43

2) Analisis Statistik Inferensial

Analisis statistik inferensial adalah teknik statistika yang digunakan untuk

menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Jika data

terdistribusi normal dan homogen, analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis

adalah dengan uji-t. Sebelum uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat

yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data atau sampel

yang diteliti terdistribusi normal atau tidak. Untuk pengujian tersebut digunakan

persamaan Chi-Kuadrat, yaitu :

(𝑂𝑖−𝐸𝑖)2
𝜒 2 = ∑𝑘𝑖=1 𝐸𝑖
(Sudjana, 2011)

Keterangan :

𝜒 2 = Chi- Kuadrat
k = banyak kelas interval
Oi = frekuensi pengamatan
Ei = frekuensi harapan

Kriteria pengujian adalah :

• Jika 𝜒 2 hitung < 𝜒 2 tabel maka data dinyatakan berdistribusi normal.

• Jika 𝜒 2 hitung < 𝜒 2 tabel maka data dinyatakan tidak berdistribusi normal, dengan

derajat kebebasan penyebut dan pembilang dk = n – 1, dengan taraf signifikasi α

= 0,05.

b) Uji homogenetias

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah data dari kedua

kelompok bersifat homogen atau tidak, dengan rumus :


44

𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
F= 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
(Sugiyono, 2018)

Langkah selanjutnya membandingkan Fhitung dengan Ftabel dengan ketentuan :

• Jika Fhitung ≤ Ftabel maka berarti homogen.

• Jika Fhitung ≥ Ftabel maka berarti tidak homogen.

a) Uji Hipotesis

Setelah data terbukti normal dan homogen, selanjutnya melakukan uji

hipotesis menggunakan Uji-t. Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan

uji statistic satu pihak dengan perumusan hipotesis sebagai berikut :

H0 = µ1 ≤ µ2

H1 = µ1 > µ2
(Sugiyono, 2018)

H0 = Tidak terdapat pengaruh positif model Problem Based Learning (PBL)

terhadap hasil belajar peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Barru pada materi

pokok kalor.

H1 = Terdapat pengaruh positif model Problem Based Learning (PBL) terhadap

hasil belajar peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Barru pada materi pokok kalor.

µ1 = Skor rata-rata hasil belajar peserta didik yang diajar dengan menggunakan

model Problem Based Learning (PBL).

µ2 = Skor rata-rata hasil belajar peserta didik yang diajar dengan menggunakan

model konvensional.

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang diajukan

dapat diterima atau ditolak dengan menggunakan uji t pihak kanan. Uji t yang

digunakan dengan persamaan :


45

𝑥1 −𝑥2
t= 1 1
𝑆√ ⦋ + ]
𝑛1 𝑛2
(Sugiyono, 2018)

(𝑛1 −1)𝑆1 2 + (𝑛2 −1)𝑆2 2


S2 = 𝑛1 + 𝑛2 − 2
Keterangan:
x1 = Skor rata-rata hasil belajar kelas eksperimen
x2 = Skor rata-rata hasil belajar kelas kontrol
S2 = Varians gabungan
s1 = Standar deviasi kelas eksperimen
s2 = Standar deviasi kelas kontrol
n1 = Jumlah sampel kelas eksperimen
n2 = Jumlah sampel kelas kontrol

Kriteria pengujian hipotesis yaitu pada α = 0,05 dan derajat kebebasannya

itu dk = n1 + n2 – 2. Jika nilai thitung > ttabel , maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang

berarti ada pengaruh positif model Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil

belajar peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Barru pada materi

pokok kalor. Sebaliknya, jika thitung < ttabel , maka H0 diterima dan H1 ditolak maka

tidak ada pengaruh positif model Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil

belajar peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Barru pada materi pokok kalor.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Analisis Statistik Deskriptif

Hasil analisis deskriptif menunjukkan tentang pencapaian tes hasil belajar

peserta didik kelas VII di SMP 1 Barru sebelum dan setelah diajar dengan

menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) diperoleh skor

pretest dan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol pada materi suhu dan

kalor adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Skor Pretest dan Posttest Hasil
Belajar
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
NO Statistik
Pretest Posttest Pretest Posttest
1 Jumlah Sampel 27 27 25 25
2 Skor Total Tertinggi 24 24 24 24
3 Skor Tertinggi 9 14 11 16
4 Skor Terendah 4 9 6 7
5 Skor Rata-Rata 6,63 12,00 7,60 11,16
6 Standar Deviasi 1,70 1,44 2,30 2,17
7 Varians 2,89 2,08 5,28 4,72
( Sumber : lampiran C.2.1)
Berdasarkan Tabel 4.1, hasil pretest hasil belajar pada kelas eksperimen

sebagai kelas yang diberikan perlakuan diperoleh skor rata-rata peserta didik 6,63

dengan standar deviasi 1,70. Skor tertinggi yang diperoleh 9 dan skor terendah 4

dari skor total 24. Sedangkan hasil pretest pada kelas kontrol diperoleh skor rata-

46
47

rata peserta didik 7,60 dengan standar deviasi 2,30. Skor tertinggi yang diperoleh

adalah 11 dan skor terendah 6 dari skor total yaitu 24.

Hasil posttest hasil belajar pada kelas eksperimen diperoleh skor rata-rata

peserta didik 12,00 dengan standar deviasi 1,44. Skor tertinggi yang diperoleh

adalah 14 dan skor terendah 9 dari skor total yaitu 24. Sedangkan hasil posttest

hasil belajar pada kelas kontrol diperoleh skor rata-rata 11,16 dengan standar

deviasi 2,17. Skor tertinggi yang diperoleh adalah 16 dan skor terendah 7 dari skor

total 24.

Kategori hasil belajar peserta didik yang diperoleh dari pretest dan posttest

hasil belajar dari penelitian yang telah dilakukan disajikan pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Kategori Rata-Rata Skor Hasil Belajar Peserta Didik

Hasil Belajar
Kelas
Pretest Kategori Posttest Kategori
Eksperimen 6,63 Rendah 12,00 Sedang
Kontrol 7,60 Rendah 11,16 Sedang
(Sumber: Lampiran C.3)

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa kategori hasil belajar pada kelas

eksperimen pada saat pretest, diperoleh nilai rata-rata yaitu 6,63, yang berada

dikategori rendah. Sedangkan pada saat posttest diperoleh nilai rata-rata yaitu 12,00

yang berada pada kategori sedang. Adapun hasil belajar pada kelas kontrol pada

saat pretest diperoleh nilai rata-rata yaitu 7,60 dengan kategori rendah. Sedangkan

pada saat posttest diperoleh nilai rata-rata 11,16 dengan kategori sedang.

Selanjutnya dilakukan analisis N-Gain untuk mengetahui peningkatan hasil

belajar peserta didik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan analisis

N-Gain pada data hasil belajar peserta didik dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut :
48

Tabel 4.3 Rata-Rata N-Gain Data Hasil Belajar

Kelas Hasil Belajar


Pretest Posttest N-Gain Kategori
Eksperimen 6,63 12,00 0,31 Sedang
Kontrol 7,60 11,16 0,29 Rendah
(Sumber: Lampiran C.4)

Berdasarkan tabel 4.3, hasil analisis N-Gain diperoleh nilai hasil belajar

sebelum dan setelah pembelajaran mengalami peningkatan. Adapun skor rata-rata

kelas eksperimen yaitu 6,63 menjadi 12,00 dengan N-Gain 0,31 dengan kategori

sedang. Sedangkan untuk kelas kontrol yaitu 7,60 menjadi 11,16 dengan N-Gain

0,29 dengan kategori rendah.

Pemahaman peserta didik pada materi suhu dan kalor dapat dilihat dari N-

Gain tiap indikatornya. Ada 16 indikator yang harus dicapai peserta didik dalam

materi ini. Adapun kemampuan kognitif yang digunakan yaitu C1 (mengingat), C2

(memahami), C3 ( menerapkan), dan C4 (menganalisis). Secara keseluruhan ada 24

butir soal pilihan ganda. N-Gain indikator hasil belajar dapat dilihat pada tabel 4.4

berikut:

Tabel 4.4 Analisis N-Gain Tiap Indikator Hasil Belajar Peserta Didik

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


NO Indikator Soal N-
N-Gain Kategori Kategori
Gain
Mendefinisikan
1 1 0,37 Sedang 0 Rendah
pengertian suhu
Menjelaskan
macam-macam
2 2 0,34 Sedang 0,28 Rendah
skala suhu
49

Lanjutan Tabel 4.4 Analisis N-Gain Tiap Indikator Hasil Belajar Peserta Didik

Menghitung
3 konverensi skala 3,4 0,22 Rendah 0,07 Rendah
termometer
Membedakan jenis-
jenis termometer
4 5,6,7,8 0,11 Rendah 0,31 Sedang
berdasarkan
fungsinya
Menjelaskan konsep
5 9,10 0,27 Rendah 0,19 Rendah
pemuaian
Memberikan contoh
peristiwa pemuaian
6 11,12 0,05 Rendah 0,30 Rendah
dalam kehidupan
sehari-hari.
Mengklasifikasi
7 pemuaian pada zat 13 0,04 Rendah 0,04 Rendah
cair dan zat gas
Menganalisis muai
8 Panjang, volume, 14 0,42 Sedang 0,12 Rendah
luas pada benda
Menjelaskan
9 15 0,09 Rendah 0 Rendah
pengertian kalor
Membandingkan
pengaruh kalor
10 16 0,65 Sedang 0,17 Rendah
terhadap perubahan
suhu benda
Menghitung besar
11 kalor pada kenaikan 17 0,58 Sedang 0,36 Sedang
suhu suatu benda
Menganalisis
pengaruh kalor
12 18,19 0,27 Rendah 0,15 Rendah
terhadap wujud
benda
Menjelaskan konsep
13 20 0,37 Sedang 0,13 Rendah
perpindahan kalor
Mengelompokkan
peristiwa kalor
14 secara konveksi, 21 0,30 Rendah 0,04 Rendah
konduksi, dan
radiasi
50

Lanjutan Tabel 4.4 Analisis N-Gain Tiap Indikator Hasil Belajar Peserta Didik

Mengaitkan
peristiwa
perpindahan kalor
15 22,23 0,29 Rendah 0,25 Rendah
secara konveksi,
konduksi, dan
radiasi
Menganalisis
mekanisme
16 kestabilan suhu 24 0,41 Sedang 0,5 Rendah
pada manusia dan
hewan
Rata-Rata 0,29 Rendah 0,18 Rendah

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa N-Gain indikator soal pada kelas eksperimen

termasuk rendah yaitu 3, 4, 5, 6, 7, 9, 12, 14, dan 15. Pada kategori sedang yaitu 1,

2, 8, 11, 13, dan 16. Sedangkan pada kelas kontrol, pada kategori rendah yaitu 1, 2,

3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 15, dan 16. Pada kategori sedang yaitu 4, dan 11.

2. Statistik Inferensial

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi

sebaran data normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan chi

kuadrat (X2) dengan taraf signifikan 𝛼 = 0,05. Data dari pretest dan posttest hasil

belajar peserta didik dianalisis menggunakan uji menggunakan chi kuadrat (X2).

Setelah X2hitung tersebut dibandingkan dengan X2tabel sehingga dari hasil

perbandingan tersebut dapat diketahui bahwa data berdistribusi normal atau tidak.

Apabila X2hitung < X2tabel maka data dinyatakan terdistribusi normal. Adapun uji
51

normalitas hasil belajar peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat

dilihat pada tabel 4.5

Tabel 4.5 Hasil Analisis Uji Normalitas Hasil Belajar Peserta Didik

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


Data
Pretest Posttest Pretest Posttest
X2hitung 2,85 10,98 7,36 4,77
X2tabel 11,07 11,07 11,07 11,07
Sumber: (Lampiran C.6)

Uji normalitas pretest kelas eksperimen diperoleh 𝑋 2 hitung 2,85 sedangkan

𝑋 2 tabel pada taraf signifikan 𝛼 = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = n-1 adalah 11,07.

Berdasarkan hasil analisis diperoleh 2,85 < 11,07 maka dapat disimpulkan data

pretest kelas eksperimen berdistribusi normal. Uji normalitas posttest kelas

eksperimen diperoleh 10,98 < 11,07 maka dapat disimpulkan data posttest kelas

eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan uji normalitas pretest dan posttest

kelas kontrol diperoleh pretest yaitu 𝑋 2 hitung 7,36 dan posttest diperoleh 𝑋 2 hitung

4,77. Data yang diperoleh 𝑋 2 hitung < 𝑋 2 tabel di mana pada Pretest 7,36 < 11,07 dan

pada posttest diperoleh 𝑋 2 hitung < 𝑋 2 tabel di mana 4,77 < 11,07 maka dapat

disimpullkan kedua data tersebut berdistribusi normal.

Seluruh data telah diuji normalitasnya dan semua data telah terdistribusi

normal. Selanjutnya sampel kemudian dilakukan uji homogenitas untuk

mengetahui apakah sampel pada setiap kelompok memunyai varians yang sama

atau tidak.
52

b. Uji homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah varians data

homogen atau berbeda. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh untuk data dari

kelas kontrol dan kelas eksperimen . Fhitung = 1,33 sedangkan untuk taraf nyata ∝

= 0,05, diperoleh Ftabel = 4,03. Oleh karena itu Fhitung = 1,33 < Ftabel = 4,03 hal ini

menunjukkan bahwa data nilai hasil belajar yang dicapai kelas kontrol dan

eksperimen mempunyai varians yang homogen pada taraf signifikan ∝ = 0,05.

Berikut ini adalah hasil yang diperoleh dari perhitungan pada Tabel 4.6

Tabel 4.6 Analisis Uji Homogenitas Hasil Belajar

Kelas n Varians (S2) Fhitung Ftabel Kesimpulan


Eksperimen 27 0,003
1,33 4,03 Homogen
Kontrol 25 0,004
(Sumber: Lampiran C.7)

c. Uji Hipotesisi (Uji t)

Berdasarkan uji prasyarat analisis, menunjukkan bahwa data dalam

penelitian ini berdistribusi normal dan homogen sehingga pengujian selanjutnya

dilakukan npengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui

jawaban hipotesis yang diajukan. Pengujian hipotesis uji-t dan bentuk pengujian

satu pihak. Hasil perhitungan dari thitung selanjutnya akan dibandingkan dengan

skor ttabel dengan derajat kebebasan (dk) = n1+n2 -2 dan taraf signifikan 0,05.

Berdasarkan hasil analisis, jika diperoleh perbandingan thitung < ttabel maka H0

diterima dan H1 ditolak sedangkan apabila thitung > ttabel maka H1 yang diterima dan

H0 yang ditolak. Adapun uji-t hasil belajar peserta didik kelas eksperimen dan kelas

kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.7.


53

Tabel 4.7 Hasil Analisis Uji-t Hasil Belajar Peserta Didik

Data Hasil Belajar


thitung 40
ttabel 1,67
Sumber: (Lampiran C.8)

Berdasarkan hasil pengujian diperoleh data pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol diperoleh hasil analisis yaitu thitung = 40 > ttabel = 1,67. Hal iniberarti H1

diterima dan H0 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model

pembelajar Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar peserta didik

kelas VII di SMP Negeri 1 Barru pada materi suhu dan kalor.

B. Pembahasan

Penelitian yang dilakukan dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya

pengaruh model pembelajaran PBL terhadap hasil belajar peserta didik kelas VII di

SMP Negeri 1 Barru (studi pada materi suhu dan kalor).berdasarkan penelitian ini

diperoleh data analisis statis deskriptif yang akan dijelaskan sebagai berikut:

Berdasarkan penelitian ini di peroleh data analisis kelas eksperimen,

menunjukkan bahwa tingkat pretest berada pada kategori rendah yaitu 6,63.

Sedangkan pada posttest berada pada kategori sedang yaitu 12,00. Hal ini

membuktikan bahwa hasil belajar peserta didik kelas eksperimen mengalami

peningkatan setelah menggunakan model pembelajaran PBL dalam pembelajaran.

Dalam uji N-Gain, hasil analisisnya mengalami peningkatan dan menunjukkan

nilai rata-rata N-Gain yaitu 0,31 yang artinya N-Gain < 0,70 sehingga peningkatan

hasil belajar peserta didik berapa pada kategori sedang. Menurut (Tiodora,

Syamsiah, & Wahyuni, 2021) menyatakan bahwa penggunaan model PBL dapat
54

meningkatkan aktivitas siswa hasil belajar, maka dari itu model PBL dapat

dijadikan salah satu pilihan dalam proses pembelajaran.

Hasil analisis kelas kontrol, menunjukkan bahwa tingkat pretest berada

pada kategori rendah yaitu 7,60. Sedangkan pada posttest berada pada kategori

sedang yaitu 11,16. Skor tersebut menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar di

kelas kontrol. Dalam uji N-Gain menunjukkan nilai rata-rata N-Gain yaitu 0,29

dengan kategori rendah.

Berdasarkan hasil analisis uji N-Gain tiap indikator terdapat 16 indikator

hasil belajar. Hasil belajar eksperimen menunjukkan bahwa rata-rata indikator

berada pada kategori sedang dengan rata-rata N-Gain yang diperoleh yaitu 0,30.

Sedangkan untuk kelas kontrol, rata-rata indikator berada pada kategori rendah

dengan rata-rata N-Gain yang diperoleh yaitu 0,18 dengan kategori rendah.

Menurut (Suryadie, Ramlawati & Rusdianto, 2022) menyatakan bahwa rendahnya

hasil belajar peserta didik dikarenakan peserta didik belum maksimal terlibat secara

aktif dalam proses pembelajaran.

Pencapaian indikator paling tinggi pada kelas eksperimen yaitu indikator

membandingkan pengaruh kalor terhadap perubahan suhu benda dengan N-Gain

0,65. Hal ini disebabkan karena pada proses pembelajaran peneliti menggunakan

contoh yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari sehingga membuat peserta

didik terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Sejalan dengan penelitian (Fahrisi,

Abdul, & Melvina, 2017) menyatakan bahwa model pembelajaran PBL mampu

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar, karena proses pembelajarannya berpusat

pada peserta didik sehingga memberikan pengalaman secara langsung kepada


55

peserta didik. Oleh karena itu, peserta didik menjadi lebih mudah untuk menjawab

soal pada indikator tersebut.

Indikator paling rendah pada kelas eksperimen yaitu indikator

mengklasifikasi pemuaian pada zat cair dan zat gas dengan N-Gain 0,04. Hal ini

disebabkan karena lemahnya kemampuan analisis peserta didik sehingga meskipun

model PBL dapat memudahkan peserta didik untuk memahami cara memecahkan

masalah secara mandiri namun beberapa peserta didik masih ada yang belum

mampu sampai pada tahap menganalisis. Hal ini dikarenakan peserta didik belum

terbiasa dalam menyelesaikan soal dengan level kognitif menganalisis. Menurut

(Arifin & Retnawati 2017), bahwa agar kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta

didik berkembang dengan baik, maka peserta didik perlu dibiasakan untuk

mengerjakan soal dengan pengukuran kemampuan tingkat tinggi, jika tidak

dibiasakan akan menyebabkan potensi berpikir tingkat tinggi dalam diri peserta

didik tidak berkembang.

Pencapaian indikator paling tinggi pada kelas kontrol yaitu indikator

mendefinisikan pengertian suhu dengan N-Gain 1. Hal ini disebabkan karena

proses pembelajaran menggunakan PBL dapat menarik perhatian peserta didik

sehingga membuat peserta didik terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Hasil

penelitian (Setiyaningrum, 2018) menyatakan bahwa model PBL membuat

peserta didik dapat lebih aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran yang

sedang berlangsung, peserta didik dapat memecahkan masalah yang terjadi nyata

di kehidupan sehari-hari, ini berdampak pada keaktifan peserta didik yang ingin

mencari tahu jawabannya.


56

Indikator paling rendah pada kelas kontrol yaitu indikator menjelaskan

pengertian kalor dengan N-Gain 0. Hal ini dikarenakan karena peserta didik kurang

memahami konsep dari materi sehingga tidak terjadi peningkatan N-Gain pada

indikator tersebut, hal ini sejalan dengan (Nabilah, 2020) bahwa pada pengerjaan

soal kognitif C1 dan C2 dapat terjadi kesalahan karena peserta didik tidak

memahami konsep sehingga tidak terjadi peningkatan N-Gain.

Tinggi rendahnya hasil belajar peserta didik tidaklah sama, tergantung

bagaimana peserta didik dalam pembelajarannya. Peserta didik yang sungguh-

sungguh dalam belajarnya akan mendapatkan hasil belajar yang baik. Menurut

Slameto (2010), agar peserta didik berhasil dalam belajar, perlu mengerjakan tugas

dengan sebaik-baiknya, seperti PR maupum LKPD. Dengan harapan aktivitas

belajar peserta didik dapat ditingkatkan, sehingga hasil belajar peserta didik dapat

pula meningkat. Dari pengamatan peneliti selama melaksanakan penelitian, dimana

terdapat bebearapa peserta didik yang malas mengerjakan tugas dengan baik.

Dimana kelas eksperimen ada beberapa peserta didik yang malas mengerjakan.

Inilah salah satu faktor yang menyebabkan adanya perbedaan peningkatan hasil

belajar peserta didik.

Adapun pada uji inferensial berupa uji hipotesis, dilakukan untuk

mengetahui kebenaran hipotesis yang telah diajukan. Hasil analisis inferensial

terhadap hasil belajar diperoleh bahwa nilai thitung>ttabel yaitu 40 >1,67. Hasil thitung

lebih besar dari ttabel, makan H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh Model Pembelajaran Problem Based


57

Learning (PBL) terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 1

Barru pada materi suhu dan kalor.

Hasil penelitian (Farisi, Abdul & Melvina, 2017) yang menyatakan bahwa

terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar peserta didik setelah diajarkan

menggunakan model PBL. Selain itu, didalam penelitian ini peneliti melihat

kemampuan sosial peserta didik juga mampu dikembangkan melalui diskusi dan

kerja sama kelompok, sehingga peserta didik terlatih untuk menghargai teman, serta

mampu melatih peserta didik berbicara didepan orang banyak melalui persentasi

hasil kerja kelompok.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Tingkat hasil belajar peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Barru yang di ajar

menggunakan model PBL mengalami peningkatan berada pada kategori sedang

yaitu 12,00.

2. Tingkat hasil belajar peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Barru yang diajar

menggunakan model pembelajaran konvensional mengalami peningkatan

berada pada kategori sedang yaitu 11,16.

3. Hasil belajar peserta didik kelas VII di SMP Negeri 1 Barru yang diajar

menggunakan model pembelajaran PBL mengalami peningkatan dengan nilai

N-Gain 0,31 berada pada kategori sedang.

4. Terdapat pengaruh model Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar

peserta didik kelas VII di SMP Negeri 1 Barru (Studi pada materi pokok Suhu

dan Kalor).

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka terdapat

beberapa hal yang dapat disarankan penulis yaitu:

1. Kepada pihak sekolah agar melengkapi alat-alat yang menunjang pembelajaran

khususnya yang menggunakan teknologi di sekolah agar para guru dan peserta

58
59

didik dapat memanfaatkan teknologi dalam proses pembelajaran sehingga

pembelajaran menjadi lebih efektif.

2. Kepada guru-guru SMP khususnya pada bidang IPA hendaknya

mempertimbangkan penggunaan model pembelajaran PBL dalam pembelajaran

terhadap hasil belajar peserta didik.

3. Kepada peneliti lainnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi

untuk penelitian selanjutnya atau dapat mengembangkan dan memperkuat hasil

penelitian ini dengan mengadakan penelitian lanjutan.


DAFTAR PUSTAKA

Amalia, G. R., & Agustina T. A. H. (2020). Efektivitas Model Problem Based


Learning Berbasis Daring Terhadap Hasil Belajar Kelas V Sekolah Dasar.
Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan. 6(3).

Amir, M. T. (2009). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning . Jakarta:


Kencana Prenada Media Group.

Arends, R. I. (2008). Belajar Untuk Mengajar. New York: Mcgraw Hills.

Arikunto, S. (2016). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Arifin, Z., & Retnawati, H. (2017). Pengembangan Instrumen Pengukur Higher


Order Thinking Skills Matematika Siswa SMA Kelas X. PYTHAGORAS:
Jurnal Pendidikan Matematika. 12(1), 98–108.

Aunur, R. (2012). Belajar Dan Pembelajaran. Bandung: CV. Alfabeta.

Burso M., & Siskandar. (2017). Perencanaan Dan Pengembangan Kurikulum .


Yogyakarta: Media Akademi.

Destalial, S., & Sulifah, A,. H. (2014). Peningkatan Keterampilan Pemecahan


Masalah Dan Hasil Belajar Melalui Penerapan Pembelajaran Berbasis
Masalah (PBM) Dengan Metode Eksperimen Pada Materi desatlia, FKIP
Universitas Jember. Jurnal Pancaran, 9(2), 165-178.

Djamarah, S. B., & Zain, A. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.

Eka, P. (2016). IPA Terpadu Jilid 1 Kelas VII SMP/Mts. Jakarta: Erlangga.

Fahyuni E. F. (2016). Inovasi Model Pembelajaran Sesuai Kurikulum 13. Sidoarjo:


Nizamia Learning Center.

Fahrisi, A., Abdul, H., Melvina. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Problem
Based Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Suhu Dan Kalor. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa (Jim) Pendidikan Fisika, 2(3), 286.

Giancoli. (2001). Fisika Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Hilmia, M., Sri, N., Antonius, W. T. (2015). Penerapan Model Problem Based
Learning Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Ketercapaian Kompetensi
Siswa. Chemistry In Education. 4(2).

60
61

Indarti. (2016). Buku Fisika Peminatas Matematika Dan Ilmu-Ilmu Alam Untuk
SMA/MA Kelas XI . Surakarta: CV Mediatama.

Irna, N. (2016). Biologi Untuk SMA/ MA Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Joyce, W. M. B., & Calhoun, E. (2009). Models Of Teaching. Model-Model


Pembelajaran Edisi Kedelapan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Kanginan, M. (2006). Fisika Untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Kunandar. (2008). Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan (KTSP). Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Kusnawa, S. W. (2012). Taksonomi Kognitif. Bandung: Pt Remaja Rosdakarya.

Majapahit, I. (2020). Pengaruh Model PBL Berbantuan Multimedia Terhadap


Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP AL-Azhar Materi majapahir. Salatiga:
Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri.

Mudhorif, A., & Fatimatur, E. (2016). Desain Pembelajaran Inovatif Dari Teori Ke
Praktek. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Mulyasa, E. (2013). Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013:


Perubahan Dan Pengembangan Kurikulum 2013 Merupakan Persoalan
Penting Dan Genting. Jakarta: Bumi Aksara.

Mulyasa, E. (2018). Implementasi Kurikulum 2013 Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.

Nabilah, M., Stepanus, S. & Hamdani. (2020). Analisis Kemampuan Kognitif

Peserta Didik dalam Menyelesaikan Soal Momentum dan Implus. Jurnal

Inovasi Penelitian dan Pembelajaran Fisika, I(1), 1-7.

Ngalimun. (2016). Strategi Dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja


Pressindo.

Nurdin, S. (2016). Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Grafind Persada.

Pandiangan, P., Heni, S., Prayekti, dkk. (2014). Fisika dasar 1. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.

Prayogi, S., & Muhammad, A. (2013). Implementasi Model PBL (Problem Based
Learning) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir
Kritis. Jurnal Prisma Sains. 1.

Pupuh, F, & Sobry, M. S. (2010). Strategi Belajar Mengajar Mengajar Melalui


Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami. Bandung: Refika Aditama.
62

Purwoko, & Fendi. (2010). Fisika 1 SMA Kelas X . Jakarta: Yudhistira.

Putrin. P. L. K, Nyomank, & Nyomani. M. (2018). Pengaruh Model Pembelaran


Inkuiri Terbimbing Berbantuan Media Audio-Visual Terhadap Hasil
Belajar IPA. Mimbar PGSD, 153-160.

Rahayu, A. H. (2017). Analisis Profit Keterampilan Proses Sains Siswa Sekolah


Dasar Di Kabupaten Sumedang. Jurnal Pesona Asar, 5(2), 23.

Rasyidin, A, & Wahyudin, N. S. (2015). Teori Belajar Dan Pembelajaran. Medan:


Perdana Publishing.

Riduwan. (2009). Belajar Mudah Penelitian Guru- Karyawan Dan Peneliti Pemula.
Bandung: Alfabeta.

Riyanto, Y. (2010). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Rusman. (2014). Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali.

Safitri, D. (2019). Mozaik Ilmu Pengetahuan Alam SMP/Mts Kelas VII. Jakarta:
Yudhistira.

Sanjaya, W. (2013). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenamedia Group.

Setiyaningrum, M. (2018). Peningkatan hasil belajar menggunakan model Problem


Based Learning (PBL) pada siswa kelas 5 SD. Jurnal Riset teknologi dan
inovasi Pendidikan. 1(2) .105.

Slameto, W., & Wiratman, L. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang


Mempengaruhinya. Jakarta: Rinike Cipta.

Sudjana. (2011). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sunardi., Paramitha R. P., & Andreas B. D. (2016). Fisika Untuk Siswa SMA/MA
Kelas XI. Bandung: Yrama Widya.

Suprijono, A. (2010). Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustakapelajar.

Suryadie, D., Ramlawati, R., & Rusdianto. (2022). Upaya Meningkatkan Hasil
Belajar IPA Peserta Didik SMP Negeri 5 Satu Atap Subah dengan Model
Problem Based Learning. Jurnal IPA Terpadu. (6)1. 120-128.

Syah, M. (2006). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.


63

Tim, A. G. (2016). IPA Terpadu Untuk SMP/MTS Kelas VII. Jakarta: Erlangga.

Tiodora, Syamsiah, & Wahyuni, L. (2021). Peningkatan Hasil Belajar Melalui


Podel PBL di Kelas VII Materi Kalsifikasi Makhluk Hidup. Profesi
Kependidikan, 2(2), 139.

Uno, B. H, & Nurdin, M. (2012). Belajar Dengan Pendekatan Pembelajaran Aktif,


Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, Menarik. Jakarta: Bumi Aksara.

Widodo, W. Fida, R, & Siti, H. N. (2017). Buku Guru Ilmu Pengetahuan Alam
Edisi Revisi. Jakarta: Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan.

Yani, A. (2018). Teori Dan Implementasi Pembelajaran Saintifik Kurikulum.


Bandung : PT. Refika Adimata.

Yusria.Y. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning


Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VII
Di SMP Negeri Pangkajene, STKIP Andi Matappa Pangkep. Jurnal
Mosharafa, 7 (1), 51-62.

Anda mungkin juga menyukai