Anda di halaman 1dari 6

Hari 2:

08.00, Ibadah pembuka


Perenungan dan doa yang mana peserta dibagi per kelompok. Untuk membantu perenungan yang dimaksud,
kepada tiap kelompok diberikan kegiatan yang berbeda seperti: Mewarnai, merangkai manik-manik (beads),
menggambar, dan “labirin mini”. Maksudnya sembari mengerjakan kegiatan yang ditugaskan, peserta saling
berbagi/ sharing tentang pesan Tuhan dibalik kegiatan yang dikerjakan, termasuk tentang pengalaman hidup
yang berkaitan dengan kegiatan tersebut.

Identifikasi
Sebutkan nama, asal gereja, dan bencana yang memorable. Semua peserta secara bergiliran menyampaikan
pengalamannya seperti saat bencana banjir, gempa, tsunami, kekeringan, kebakaran hutan/ kabut asap dsb.
Penekanan:
Sharing tentang bagaimana bencana itu berakibat pada diri kita, baik secara fisik, emosional, dan spiritual,
serta bagaimana kita menyikapi itu sebagai individu, komunitas, dan terlebih senagai orang Kristen.
Menghubungkan antara individu dengan komunitas yang terdampak.

Menulis Ekspektasi:
Peserta diberikan beberapa lembar kertas, pada kertas tersebut peserta menuliskan apa yang menjadi
ekspektasinya dari kegiatan yang diadakan setiap hari, menurut schedule yang telah dibagikan. Sebagai
contoh, Penulis menganggap bahwa hal mendasar yang perlu dipahami peserta adalah pelatihan untuk
tindakan pertama pada saat bencana sedang berlangsung. Setelah, itu apa yang harus dilakukan di hari
pertama.
Kertas tersebut kemudian ditempel pada tembok.
PEMAPARAN SEKILAS TENTANG BENCANA SECARA GLOBAL
1. Negara manakah yang paling banyak atau juga paling sedikit yang terkena bencana alam
2. Statistik tentang jumlah jiwa yang terdampak, yang membutuhkan bantuan kemanusiaan (339 juta jiwa),
ketersediaan relawan kemanusiaan tersebut, serta besaran dana yang dibutuhkan (USD 52,5 milar)
3. Grafik tentang pesatnya pertumbuhan angka kebutuhan, yang sulit dikejar oleh pertumbuhan sarana
untuk memenuhinya.
4. Berdasarkan grafik tersebut, terdapat gap yang cukup besar. Bahwa untuk memenuhi target saja pun
(216 juta jiwa), seluruh daya dan dana yang ada hanya bisa mencakup 47 persen
5. Pemaparan bentuk-bentuk dampak secara global antara bencana terhadap manusia: korban
penggusuran, konflik perang dan kekerasan, krisis pangan, perubahan iklim, layanan kesehatan yang tidak
meningkat dalam pandemi covid19. Biaya program pengadaan makanan yang dilakukan World Food
Programme’s setiap bulannya naik 44 persen dibandingkan sebelum pandemi
6. Bahwa 1 dari 23 orang di dunia membutuhkan bantuan kemanusiaan
7. Refugee, orang yang melintasi batas daerah/ negara demi menyelamatkan diri, yang mana ia kembali ke
negaranya, hidupnya tidak bisa dijamin. Sehingga negara yang didatangi harus mampu menyediakan
sumber daya dan statusnya di negara itu. IDP, orang yang (cari di google)
8. Dari kesemua negara dan area di dunia, bencana paling sering terjadi di negara-negara Asia, termasuk di
Indonesia.
9. Situasi risiko bencana di 2023 kedepan juga akan naik secara signifikan. Salah satu faktor tentu juga
berkaitan dengan populasi dan kepadatan penduduk.
10.Mengulas tentang bencana di Indonesia tahun 2004 hingga 2023.:
a. Gempa cianjur 2021,
b. Covid19,
c. Gempa tsunami dan likuifaksi di Palu, Sigi dan Donggala 2018
d. Gempa Lombok 2018
e. Letusan Merapi 1930 dan 2010
f. Gempa Sumatra Barat 2009
f. Gempa Jogja 2006
g. Gempa tsunami Aceh 2004
i. Gempa Nias 2005
11.Badan Nasional Penanganan Bencana punya Renscana Strategis sampai tahun 2024 di Website resminya.
Dan memang dibutuhkan kerjasama dengan organisasi-organisasi penanganan bencana lokal termasuk
pentingnya kerjasama dengan gereja.
12.Sekilas tentang alur mekanisme tentang mitigasi bencana dari lembaga-lembaga tanggap bencana di
Indonesia.

APA ITU BENCANA?


1. Ketika mendengar kata “bencana”, kita segera teringat tentang: Korban, panik, trauma, kerusakan,
2. Penekanan pada definisi bencana/ Disaster sebenarnya bukanlah pada jenis kejadiannya, melainkan pada
akibat yang ditimbulkannya: terhambatnya atau terganggunya aktivitas masyarakat secara normal
untuk jangka panjang. Artinya, akibat suatu kejadian itu, warga tidak bisa lagi menjalankan aktivitas
sehari-hari seperti sebelumnya. Inilah yang membedakan bencana dengan kecelakaan biasa.
3. Klasifikasi bencana, dapat dilihat dari berbagai sudut:
a. berdasarkan durasi bencana
b. berdasarkan jumlah korban atau nilai kerugian
c. berdasarkan area yang terdampak
d. dsb.

Exercise: Gallery Walking


Dalam pelatihan ini peserta dibagi kedalam 4 kelompok. Keempat kelompok ini mewakili empat tahapan
penanganan bencana: Relief, Recovery, Rehabilitation and Resetlement, dan Long Term Develompent. Tiap
peserta diberi satu contoh kasus untuk didiskusikan yaitu bencana erupsi gunung Merapi tahun 2021.
Tugas tiap kelompok: Apa-apa saja hal yang harus dilakukan pada keempat tahapan-tahapan penanganan
tersebut di atas.

1. Relief: berfokus pada penyediaan immediate/ survival needs. Misalnya: penyediaan tenda darurat, alat-
alat P3K, bahan makanan dan air bersih.
2. Recovery: berfokus pada trauma healing, pengembalian kondisi ke kehidupan sebelum bencana baik dari
aspek ekonomi, kesehatan dan infrastruktur.
3. Rehabilitation: berfokus pada usaha mencari alternatif untuk keadaan yang mungkin tidak bisa lagi
dipenuhi ke kondisi semula. Baik itu relokasi pemukiman, bentuk mata pencaharian lain.
4. Long Term Development: berfokus pada usaha pembangunan jangka panjang seperti pusat-pusat
pemerintahan, kesehatan, pendidikan dsb yang permanen.

Beberapa catatan dari hasil diskusi dan presentasi:


Subsidi pemerintah, bersama dengan donasi yang masuk dari berbagai lembaga, biasanya mengalir/ turun/
muncul pada tahap Relief dan Recovery, namun berangsur-angsur berhenti di tahap Rehabilitaion apalagi
Long Term Development. Di sisi lain, gereja tetap dibutuhkan untuk keempat tahap ini.

Sesi: DISASTER AND GENDER (by Tiurma Pohan)


1. Bedakan Sex dan Gender. Sex adalah keadaan biologis, Gender adalah karakteristik yang dibangun secara
sosial. Termasuk dibentuk norma, tingkah laku dan peran.
2. Apakah kesadaran gender? Kemampuan melihat masyarakat dari sudut jenis kelamin dan bagaimana
perbedaan ini mempengearuhi kebutuhan perempuan dibanding kebutuhan laki-laki?
Sensivitias gender, menterjemahkan kesadaran ini kedalam tindakan dalam bentuk perancangan suatu
kebijakan, program dan dana.
3. Gender Integration, proses penilaian terhadap implikasi atas perbedaan identitas gender dalam segala
tindakan terencana, seperti legislasi atau kebijakan.
4. Tujuan analisa gender: menolong kita merancang bentuk respon yang sesuai. Dalam hal ini, tetap
berkaitan kepada tanggap bencana.

Sesi: DISASTER NEED ASSESMENT (Excercise: Role Games)


1. Peserta dibagi kedalam 3 kelompok, masing-masing 2 orang.
2. Melakukan simulasi seolah-olah tim survey datang ke lokasi bencana, untuk memetakan kebutuhan
korban yang terdampak langsung. Seolah-olah sedang berada di lokasi bencana pada saat bencana baru
saja mereda. Jadi bisa dibayangkan masih dalam suasana panik.
3. Tim ini mendatangi kelompok-kelompok korban yang terdiri dari golongan anak-anak, orang dewasa dan
orang tua, dan bertugas menjadi mediator yang memetakan dan menyampaikan kebutuhan ketiga
golongan korban tadi.
4. Tujuannya adalah supaya tidak ada kebutuhan yang terabaikan.

Hari 3:

08.00, Ibadah pembuka


Sama seperti hari kemarin, Ibadah pagi dimulai dalam bentuk perenungan dan doa yang mana peserta dibagi
per kelompok. Untuk membantu perenungan yang dimaksud, kepada tiap kelompok diberikan kegiatan yang
berbeda seperti: Mewarnai, merangkai manik-manik (beads), menggambar, dan “labirin mini”. Maksudnya
sembari mengerjakan kegiatan yang ditugaskan, peserta saling berbagi/ sharing tentang pesan Tuhan dibalik
kegiatan yang dikerjakan, termasuk tentang pengalaman hidup yang berkaitan dengan kegiatan tersebut.

Recapitulation: Mengingat lagi apa yang didiskusikan kemarin, baik itu Pemetaan Kebutuhan, Tahapan
pembulihan.

Humanitarian Program Cycle


Setelah mendapatkan hasil dari need assesment, kita perlu mentransfer “data” ini kedalam program
pemulihan. Tujuannya adalah mendalami lebih detail tentang support seperti apa yang dapat kita berikan.
Sebagai contoh: Dalam kehidupan sehari-hari seorang anak butuh pakaian, yang lainnya butuh sekolah. Pada
saat yang sama, orangtua butuh belanja, ada juga butuh asusransi jiwa. Tentulah kita tidak dapat memenuhi
ini selama sebulan. Maka dibutuhkan perencanaan.
Dalam contoh di atas, semua kebutuhan itu sama-sama penting, namun di sinilah butuh penyusunan
prioritas. Jadi dalam konteks bencana, kita perlu melihat sumber daya apa saja yang sedang kita miliki, apa
saja jalan yang bisa kita tempuh untuk para korban apabila yang ada pada kita tidak cukup, dsb.
Maka kita bisa memasukkannya kepada tabel, sebagai contoh seperti berikut:

Masalah utama: Kekurangan Makanan Goal: Menyediakan Makanan bagi korban


Penyebab: Kekurangan akses ke sumber makanan Solusi: Pulihkan akses
Sub Penyebab: Jalan Rusak Sub Solusi: Perbaiki/ bersihkan jalan
Sub Penyebab: tidak punya uang Sub Solusi: Carikan dukungan finansial

Masalah utama: Kekurangan Air Bersih Goal: Menyediakan air bersih bagi korban
Penyebab: Kekurangan akses ke sumber air Solusi: Pulihkan akses
Sub Penyebab: Saluran air bersih rusak Sub Solusi: Perbaiki/ bersihkan saluran air bersih
Sub Penyebab: Mata air tertutup lahar Sub Solusi: Carikan alternatif sumber/ dukungan
untuk air bersih.

(tabel: Membuat Program dan budget)


Sesi: HAZARD RISK AND CAPABILITIES

NEED ASSESMENT – PROGRAM DESIGN – IMPLEMENTING – MONITORING – EVALUATION –


PREPAREDNESS.0
Sesi: FOOD SECURITY
Ada 4 komponen dasar untuk Food Security:
1. Ketersediaan, menyangkut kecukupan stok, produksi, supply system dan market yang fungsional. Artinya,
tidak mungkin kita mengupayakan bantuan finansial ketika makanan sama sekali tidak tersedia.
Bagaimana kita mengetahui ketersediaan makanan? Sebagai contoh, jika opsi yang tersedia adalah jika
2. Dapat diakses
3. Penggunaan
4. Stabilitas

Beberapa pertimbangan: Assesment juga dibutuhkan untuk mempertimbangkan makanan seperti apa yang
dibutuhkan oleh masyarakat terdampak. Contoh: pada saat jepang kelaparan setelah kalah di Perang Dunia
Pertama, mereka mengatakan bahwa sabun putih yang diberikan Militer USA tidak manjur. Mereka tidak
tahu bahwa itu bukan sabun, melainkan keju.

Sesi: Water Sanitation and Hygiene Promotion


1. Water Supply
Minimum 15 liter per orang per hari, 250 orang per keran air. 500 orang per pompa tangan. 400 orang
per keran besar, 100 orang per fasilitas cuci. 50 orang per fasilitas mandi.
Jarak rumah ke titik air terdekat dibawah 500 meter
Batas antrian warga di sumber air dibawah 30 menit
Pastikan tempat penyimpanan air tertutup dari faktor penyebab penyakit (nyamuk, lalat dsb)
2. Hygiene Promotion
2 Jerigen per keluarga (10-20 liter, 1 untuk pengumpulan, 1 untuk penyimpanan)
250 gram sabun untuk mandi per orang per bulan, 200 gram sabun cuci per orang per bulan
Sabun dan air di tempat cuci tangan
Ketersediaan alat-alat kebutuhan wanita.
3. Draniage
4. Sanitazion
Akses ke toilet: Minimum 1 toiler for 20 people (lebih dari itu bisa timbul penyakit). Jarak antar toilet
maksimum 50 meter (lebih dari itu akan menyulitkan). Pastikan ada kunci dan lampu yang memadai.
Tolilet untuk Pria dan Wanita adalah 1 banding 3.
5. Disease Control
6. Solid Waste Management

------
ACCESS AND USE OF TOILETS

Anda mungkin juga menyukai