Anda di halaman 1dari 4

PEMUDA YANG PANTANG MENYERAH

Gede Arya Setiawan seorang pria asal Buleleng, 20 Maret 1993 ini lahir dan
dibesarkan di daerah Banyuseri, sebuah desa kecil di kecamatan Banjar, kabupaten, Buleleng,
Bali. Arya lahir dari pasangan suami istri Made Tagel dan Nyoman Tarmi dan menjadi bungsu
dari 2 bersaudara. Semenjak kecil ia adalah orang yang sangat peduli terhadap orang lain dan
sangat sayang kepada kedua orang tuanya.

Tumbuh dalam keluarga yang kurang mampu, Arya jarang makan nasi yang tidak
dicampur singkong, ia lebih sering makan nasi morang dengan lauk sambal terasi dan daun
singkong. Masa kecil Arya dilalui dengan banyak cobaan, Arya kecil telah merasakan 3 kali
pidah rumah karena ayahnya hanya seorang penggarap tanah. Ia memulai pendidikannya di SD
Negeri 1 Banyuseri. Semasa SD ia adalalah anak yang pintar dan aktif pembelajaran dan
kegiatan sekolah. Selain itu ia juga kerap membantu orang tuanya bertani dan memelihara
ternak.

Setelah lulus SD pada tahun 2006 Arya melanjutkan pedidikannya di SMP Negeri 1
Banjar. Walau jarak dari rumah ke sekolah yang lumayan jauh bukan menjadi penghalang bagi
Arya untuk terus menggenyam Pendidikan. Setiap hari dia akan bangun pada pukul 04.00 pagi
agar tidak ketinggalan ojek mobil yang selalu menggantar Arya dan teman temannya kesekolah,
Kadang-kadang juga Arya diatar oleh ayahnya. Semasa SMP Arya adalah anak yang berprestasi
dan sangat pekerja keras. Setiap pulang sekolah Arya selalu membantu orang tuanya berkebun
dan bertenak, dimalam harinya dibawah lampu yang buram, Arya selalu belajar dan
menggerjakan tugasnya. Walau dengan sarana dan prasarana belajar yang tidak mendukung Arya
terus bertekad agar bisa mengubah derajat keluargannya. Setelah lulus SMP Arya melanjutkan
Pendidikan di SMK 2 Singgaraja dengan jurusan tata boga. Demi meraih cita citanya Arya rela
jauh dari keluarga, saat SMK Arya terus mengembangkan potensinya hingga lulus pada tahun
2009.

Setelah lulus Arya bingung antara melanjutkan studi keperguruan tinggi atau langsung
bekerja. Disinilah terjadi gejolak dan pilihan bagi Arya hingga dia lebih memilih untuk
menggikuti tes tentara, sebelum menggikuti tes Arya meminta izin dan restu kepada orang
tuanya, pada akhirnya kedua orang tua Arya setuju dengan segala keputusan yang telah Arya
ambil. Arya pun bertekad untuk bisa lulus tes tentara dengan berlatih dengan giat tanpa
mengenal lelah, akhirnya tiba waktu tes tni pada 16 Juni 2010, Arya mengikuti serangkaian tes
dengan baik tapi takdir tidak berpihak padanya ia dinyatakan gugur, meski dinyatakan gugur
Arya tetap bertekad dirinya pasti bisa dan berencana mengikuti tes selanjutnya. Arya melatih
fisiknya, psikologi, pengetahuan dan selalu menjaga kesehatannya. Pada akhirnya semua jerih
payahnya terbayarkan, Saat tes kedua tanggal 20 agustus 2011 Arya dinyatakan lulus. Ia merasa
sangat bahagia dan bangga namun kebahagiannya sementara tiba tiba ayahnya mengalami
penyakit kencing manis yang membuatnya merasa sangat sedih.

Gede Arya Setiawan menjalani masa pendidikan di Resimen Induk Kodam IX/Udayana
di Kediri, Tabanan, Bali pada 21 September 2011. Selama 5 bulan pendidikan di Tabanan, saat 1
bulan Pendidikan Arya harus menerima kenyataan bahwa ayahandanya telah berpulang. Saat itu
arya sudah tidak bisa berpikir jernih lagi ia telah kehilangan semangatnya. Hari demi hari Arya
mulai menerima kenyataan dan telah iklas dengan kepergian Ayahnya dan bertekad untuk terus
berjuang. Selama masa Pendidikan Arya dikenal rajin dan disiplin sehingga ia dipilih menjadi
danton dan berkewajiban meneruskan informasi dari pelatih keanggota pleton, mengayomi
anggota pleton dan memimpin pleton. Selama menjalani pendidikan ia belajar cara menggunakan
sejata, cara membidik dan menembak, cara bertahan dari serangan musuh serta menyergap
musuh, beratnya pendidikan TNI membuat Arya menjadi pribadi yang disiplin dalam waktu dan
menjadi pribadi yang keras, Setelah lulus di Resimen Induk Kodam IX/Udayana Arya
melanjutkan Pendidikan selama 4 bulan di Pulaki, Singgaraja. Di sana Arya belajar mendaki
tebing dengan tas gendong yang sangat berat, juga dilatih agar bisa bertahan hidup dialam.
Akhirnya ia lulus Pendidikan pada 20 Juni 2012 dan resmi dilantik pada 19 Juli 2012, lalu Arya
ditugaskan di kupang, Nusa Tenggara Timur.

Arya ditugaskan di Kupang selama 7 tahun, hingga tahun 2019 sebagai seorang
intelejen. Selama 7 tahun di Kupang Arya banyak mendapatkan pelajaran yang berharga, saat
pertama kali menginjakan kaki di Kupang Arya merasa sangat prihatin dengan kehidupan
masyarakat disana, banyak Masyarakat yang berkehidupan serba kekurangan dan banyak anak
anak yang harus putus sekolah karena masalah ekonomi. Arya sering menyumbangkan sembako
yang ia dapat dari tunjangannya sebagai tantara yang diberikan kepada tetangganya, meskipun
tidak banyak yang dapat dilakukan olehnya, tapi Arya tetap bahagia bisa membantu sesama
manusia dan bersyukur bisa bertemu dengan orang-orang yang baik. Saat musim kemarau tiba
banyak masyarakat kesusahan mendapatkan air bersih, sehingga Arya dan warga desa Sumlili
memiliki ide untuk membuat sumur. Dalam pembuatan sumur Arya dan masyarakat disana
saling bahu membahu sehingga terbentuklah sumur yang menjadi sumber mata air bagi seluruh
masyarakat desa Sumlili. Arya juga ikut aktif membantu usaha petani mulai dari membantu
membuat irigasi, mempermudah pendistribusian bibit tanaman dan pupuk dan memperluas
jangkauan pemasaran komunitas pertanian di desa Sumlili. Kemudian Arya ditugaskan di
perbatasan Indonesia dengan Timor Leste pada tahun 2018, pada tahun itu juga terjadi gempa
bumi di Nusa Tenggara Barat yang terasa getarannya sampai Kupang. Tepat pada 1 Januari 2019
Arya mendapatkan berita bahagia bahwa ia akan dipidah tugaskan ke Bali. Sebelum itu Arya
harus melakukan serangkaian prosedur yang telah disetujui.

Setelah 7 tahun mengabdi di Kupang akhirnya pada 5 Maret 2019 Arya resmi
dipindah tugaskan ke Komandan Distrik Militer (kodim) 1611/Badung. Arya sangat bahagia bisa
bertugas di Bali dan kembali berkumpul dengan keluarganya. Saat melakun tes keshatan di
rumah sakit Bali mandara Arya secara tidak sengaja bertemu dengan teman semasa SMKnya
Kadek Indah Puspita, Arya dan Puspita pun mulai berbincang bincang dan dan bertukar nomor
hp, lama kelaman terjalin kedekatan antara mereka berdua. Berbekal kepribadian yang matang
Arya memberanikan diri menggutarakan perasaannya kepada Puspita. Dan akhirnya arya pun
mengakhiri masa lajangnya dan menikahi Puspita. Dengan pesta resepsi yang sangat meriah
mewarnai acara pernikahan Arya dan Puspita.

Usia Arya yang tergolong masih muda, namun ia telah merasakan banyak cobaan dan
rintangan dalam kehidupannya, tetapi Arya tetap berusaha melewati semuanya dengan sabar,
tabah dan berusaha menyelesaikan semua masalah dengan baik. Akhirnya dengan kerja keras,
sabar, disiplin yang tinggi, serta restu dan doa orang tuanya, akhirnya perjuangan Arya tidak sia
sia, ia berhasil menjadi seorang tentara dan saat ini menjabat sebagai intelejen kodim
1611/Badung. Disisi lain sebuah perjuangan dan kerja keras pasti suatu saat akan menghasilkan
sesuatu yang berharga dan bernilai, dan yang terpenting seberat apapun masalah yang
menghampiri kita jangan pernah menyerah dan cobalah untuk melewatinya. Jika memiliki cita
cita dan tujuan maka kejarlah cita cita itu setinggi tingginya jangan takut gagal tapi takutlah
karena tidak pernah mencoba.

Anda mungkin juga menyukai