RDT Malaria
RDT Malaria
Oleh :
Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Timur
Seksi Pemberantasan Penyakit
Kompleks Perkantoran Kabupaten Lampung Timur
Jl. Buay Subing Sukadana 34194 Telp. (0725) 625041
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Situasi Malaria di Propinsi Lampung berdasarkan Annual Malaria Incedence per 1000
penduduk (AMI) dalam tiga tahun terakhir cenderung berfluktuasi yaitu 6,2 %o pada tahun 2005,
4,47 %o tahun 2006 dan meningkat lagi menjadi 7,27 %o pada tahun 2007. Jika dilihat dari
angka malaria Provinsi Lampung, penyakit malaria tidak terlihat bermasalah dibandingkan
dengan target atau indikator Nasional yaitu < 10%o. Hal ini dimungkinkan karena Propinsi
Lampung merupakan daerah pantai yang rawan terhadap perkembangan Vektor Malaria yaitu
Nyamuk Anopheles.
Kabupaten Lampung Timur, bersama-sama dengan kabupaten Mesuji, Lampung Utara,
Lampung Tengah dan Metro, tidak termasuk dalam wilayah program Global Found (GF)
Malaria di propinsi Lampung. Berdasarkan endemisitas tingkat masalah dan tingkat transmisi
malaria di Kabupaten Lampung Timur tergolong daerah endemis rendah dengan API <1%o dan
AMI <25%o.
Untuk melihat sejauh mana perkembangan situasi penyakit malaria di Lampung Timur,
pada tulisan ini akan dibahas situasi epidemiologi yang dilihat dari hasil laporan rutin program
malaria disertai analisis masalah, isu strategis dan upaya/program pengendalian malaria.
2. Iklim
Kabupaten Lampung Timur dicirikan oleh bulan basah selama 6 bulan (desember – juni) dengan
temperatur rata-rata 240C- 340C. Curah Hujan antara 2000-2500 mm. Jenis tanah podsolik
merah kuning, kekuningan, latosol coklat kemerahan, merah hidromorf kalabu, alluvial
hidromorf, regosol coklat kekuningan, alluvial coklat kalabu dan latosol merah.
3. Demografi
Jumlah penduduk Kabupaten Lampung Timur pada tahun 2013 sebesar 991.572 jiwa (BPS
Lampung), yang terdiri dari laki-laki 507.683 orang dan perempuan 483.889 orang. Jumlah
rumah tangga sebanyak 267.623 KK dengan jumlah jiwa rata-rata per-KK adalah 4 - 5 Jiwa.
Kepadatan penduduk 178 orang/Km2, dengan penyebaran tidak merata, dimana Kecamatan
terpadat adalah Kecamatan Pekalongan yang merupakan daerah perdagangan, sedangkan
Kecamatan dengan kepadatan rendah adalah Kecamatan Way Bungur.
Daerah dengan laporan kejadian malaria klinis di kabupaten Lampung Timur terdapat pada
beberapa wilayah puskesmas seperti nampak pada gambar diatas, yaitu Donomulyo, Tanjung
Harapan, Sidorejo, Rajabasa Lama, Braja Harjosari, Way Jepara, dan Labuhan Maringgai.
Daerah-daerah tersebut berdasarkan aspek kultural, historis dan ekologis merupakan salah satu
daerah tujuan dalam persebaran penduduk di kabupaten Lampung Timur sehingga secara
geografis memang persebaran penduduk tidak merata. Mobilitas yang tinggi memungkinkan
terjadinya import penyakit malaria dari daerah lain ke wilayah tersebut.
TREND KASUS MALARIA KLINIS KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
TAHUN 2005-2013
609
502
432
366 335 365 343
287 261
0.7
0.6000000 Nasional
0.6 <10 %o
00000001 0.52
0.5
0.4 0.3800000 0.45
0.4 0.3100000 0.35 00000001 0.34
0.3 00000001
0.28
0.2
0.1
0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Jumlah kasus malaria klinis Lampung Timur cenderung fluktuatif, berdasarkan data rutin
puskesmas terjadi 609 kasus klinis (0,6%o) ditahun 2005 yang kemudian menurun 261 kasus
(0,28 %o) di tahun 2008, kembali naik di tahun 2011 dengan 502 kasus (0,52 %o) dan turun
kembali sampai tahun 2013 dengan 343 kasus (0,34 %o). Angka AMI Lampung Timur berada di
angka <10 %o klasifikasi LIA (Low Incidence Area).
170
130
90
50
10
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGUS SEP OKT NOP DES
MIN 22 26 26 8 21 11 17 24 11 7 6 20
MAX 69 67 68 47 53 32 52 66 77 154 67 53
2013 27 35 25 45 0 32 26 20 67 13 24 29
Berdasarkan grafik trend diatas, kasus malaria klinis Kabupaten Lampung Timur terjadi peningkatan
laporan kasus pada bulan Agustus-Oktober. Meningkatnya kasus pada bulan-bulan tersebut
dimungkinkan karena masuknya musim kering yang mana banyak genangan-genangan dan saluran air
yang tidak lancar sebagai tempat perindukan nyamuk penyebab malaria.
Angka Annual Malaria Incedence (AMI) per puskesmas di Kabupaten Lampung Timur tahun
2010 masih di bawah angka nasional (<10%o), pada grafik diatas nampak bahwa wilayah kerja
puskesmas donomulyo memiliki angka AMI yang signifikan yaitu 8 %o hampir mendekati angka
nasional.
4 4
AMI per puskesmas di tahun 2011 terlihat ada peningkatan pada puskesmas braja harjosari dan
sidorejo meNjadi masing-masing 4 %o penduduk. Penurunan terjadi di wilayah puskesmas
labuhan maringgai dari 3 %o menjadi 1 %o penduduk, sedangkan puskesmas donomulyo tetap
pada angka 8 %o penduduk.
ANGKA AMI PER PUSKESMAS
BABUPATEN LAMPUNG TIMUR TAHUN 2012
0.60000000000 1
0001 0.02 0.07 0.09 0.8
0 0 0 0 0 0 0.2 0 0 0 0 0 0 0 0.2 0 00.02 0 0 0 0 0.1 0 0 0
as i i a r
ot
o lyo an rejo rejo rejo gga ar
u na ar
a ar an uba
n no on bu
ot i M
m
u r ap o di e in b W
a
e p jos
a d ar K at Su
g b J r N
ar Bu
m Tr
i a Sid A m ar am ay Ha
k
aja anti
W
ejo bah
M n gH Su n
M tar W ja Su r R
u a a a G m
a nj uha M Br Suk Ta
T b
La
Sedangkan pada tahun 2012 wilayah dengan kejadian malaria klinis terbanyak berada di wilayah
puskesmas braja harjosari dengan angka AMI 5 %o penduduk. Puskesmas labuhan maringgai
tetap berada pada angka AMI 1 %o penduduk.
5.77
2.37
0.8600000000000 1.52
01
0.5
0 0 0 0.03 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.05 0 0 0 0 0 0 0
o as i a a i a ur
tot M ulyo pan rejo irejo rejo gga baru an par sar n
an uba arn
o on
at Sub
go i m r a o d b e in W Je r jo a d N K
ar Bu
m Tri a Sid A m ar am ay a Ha
k
Su raja anti
W jo h
M n gH Su n M atar W j Re mba
ju a r a k a G a
n h M B Su T
Ta bu
La
Tahun 2013 puskesmas sidorejo memiliki angka AMI tertinggi dengan 5,77 %o, disusul Braja
Harjosari 2,37 %o. Selanjutnya puskesmas Way Mili, Mataram Baru, Labuhan Maringgai dan
Donomulyo pada kisaran AMI <1,5 %o.
PUSKESMAS DENGAN KASUS MALARIA KLINIS
DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR TAHUN 2010-2013
2010 2011 2012 2013
as i i r r
ot
o lyo an ejo irejo Rejo ga aru na ar
a ar an
a
ba
n no on bu bu
ot
i Em
m
u r ap or
d r in g B W
a
e p jos
ad u ar K at Su Su
g J r
ar m Tr
i a Sid A be Mar am ay Ha Su
k N
aja anti
W
ejo h T.
M Bu n gH um n tar W ja r R ba
u S a a a k a G m
nj uh M Br Su Ta
Ta b
La
Dalam 4 (empat) tahun terakhir, wilayah puskesmas di Lampung Timur yang ditemui kasus
klinis berada di puskesmas Sidorejo, Labuhan Maringgai, Donomulyo, Braja Harjosari, Rajabasa
Lama, Mataram Baru, Sribhawono, Way Mili, Way Jepara, dan sedikit di wilayah puskesmas
Sukadana, Raman Utara, Purbolinggo dan Braja Caka. Kasus tinggi terdapat di Puskesmas
Sidorejo, Labuhan Maringgai, Braja Harjosari dan Donomulyo.
30.3
Petugas Laboratorium 10
33
0
Pengelola Program 0
33
Kabupaten Lampung Timur memiliki 33 puskesmas dengan jumlah tenaga pengelola malaria 33
orang. Dari jumlah tersebut sampai dengan tahun 2013 tidak ada satupun yang pernah mengikuti
pendidikan dan pelatihan malaria. Bulan Juni tahun 2013 dilaksanakan pelatihan On The Job
Training terhadap 10 (sepuluh) petugas laboratorium puskesmas yang dikirim ke Labkesda
Bandar Lampung. Puskesmas tersebut adalah Batanghari, Sekampung, Margototo, Raman Utara,
Donomulyo, Labuhan Maringgai, Tanjung Harapan, Pugung Raharjo, Way Mili, dan
Sribhawono.
Dari 33 jumlah puskesmas yang ada di Kabupaten Lampung Timur hanya terdapat 12 puskesmas
yang tersedia tenaga laboratorium. Tahun 2013 Dinas Kesehatan Lampung Timur mendapatkan
bantuan mikroskop sebanyak 4 buah yang telah didistribusikan ke puskesmas Tanjung Harapan,
Margototo, Raman Utara dan Way Mili.
C. Analisis Masalah
Pada umumnya lokasi endemis Malaria adalah desa-desa yang terpencil dengan kondisi
lingkungan yang tidak baik, sarana transportasi dan komunikasi yang sulit, akses pelayanan
kesehatan kurang, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi masyarakat yang rendah serta perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) yang kurang baik. Pertumbuhan penduduk yang cepat, migrasi,
sanitasi yang buruk, serta daerah yang terlalu padat, membantu memudahkan penyebaran
penyakit tersebut. Pembukaan lahan-lahan baru serta perpindahan penduduk dari desa ke kota
(urbanisasi) telah memungkinkan kontak antara nyamuk dengan manusia yang bermukim
didaerah tersebut.
AMI Malaria di Kabupaten Lampung Timur jika dilihat dari data laporan rutin UPK memang
berada dibawah angka nasional (<10%o), penemuan kasus malaria klinis sekurangnya dalam
waktu 4 (empat) tahun terkhirpun cenderung tidak mencolok. Mengapa dilaporkannya beberapa
kasus klinis di beberapa daerah yang secara geografis topografinya sangat mendukung
berkembangnya nyamuk anopheles sangat sedikit, hal ini mungkin menjadi pertanyaan.
Pemantauan dan analisis data Malaria yang masih lemah di semua jenjang, sehingga tindakan
yang dilaksanakan tidak memberikan hasil yang optimal. Oleh karena itu penemuan penderita,
pengobatan, surveilans dalam pemberantasan malaria diperlukan dengan menyiapkan sumber
daya sebagai langkah awal disamping penguatan motivasi petugas.
Derajat Kesehatan Malaria dengan dasar teori Derajat Kesehatan HL. Bloom :
1. Genetika / keturunan
2. Pelayanan Kesehatan
Tidak ada petugas/petugas tidak aktif /kemampuan pemeriksaan
Posmaldes tak aktif/tidak ada
Obat kurang/tidak ada
Kurangnya intensitas penyuluhan
3. Lingkungan / Alam
Kandang menempel
Rumah tdk rapat
Banyak genangan
Tanam padi tdk serempak
Kerusakan hutan bakau
Ada penderita & Nyamuk
4. Perilaku
Begadang diluar
Tidur tanpa kelambu
Keluar masuk daerah endemis
D. Isu Strategis
1. Upaya Kesehatan
Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan mengharuskan pelayanan kesehatan yang
mendasar dan esensial dapat dipenuhi pada tingkat minimal.
Hal-hal bersifat strategis yang perlu mendapat perhatian dalam bidang upaya kesehatan
adalah:
a. Upaya kesehatan di Kabupaten Lampung Timur belum menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan.
b. Upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif belum optimal.
c. Penanganan masalah penyakit infeksi belum tuntas, ancaman Re-emerging diseases
(penyakit lama yang muncul kembali), munculnya penyakit baru (emerging diseases)
dan transisi epidemiologi (perubahan pola penyakit dari penyakit infeksi menjadi
penyakit degeneratif/penyakit yang mengiringi proses penuaan) serta belum
optimalnya surveilans epidemiologi.
d. Pelayanan Laboratorium Kesehatan Daerah masih terbatas.
3. Pemberdayaan Masyarakat
Hal-hal bersifat strategis yang perlu mendapat perhatian dalam bidang pemberdayaan
masyarakat adalah :
a. Pemberdayaan masyarakat belum optimal, masih sebatas mobilisasi
b. Jaringan kemitraan dengan berbagai pihak belum terkoordinasi dengan baik
c. Pola hidup sehat belum bisa diupayakan oleh seluruh masyarakat terutama di
pedesaan
d. Kemandirian masyarakat di bidang kesehatan masih rendah.
e. Rendahnya partisipasi aktif masyarakat
4. Manajemen Kesehatan
Hal-hal bersifat strategis yang perlu mendapat perhatian dalam bidang manajemen
kesehatan adalah :
a. Lemahnya kemampuan manajerial dan fungsi manajemen di berbagai jenjang
administrasi kesehatan
b. Kurangnya koordinasi upaya pembangunan kesehatan yang bersifat internal
maupun eksternal
c. Sistem Informasi Kesehatan belum dioptimalkan
TUJUAN, TARGET, KEBIJAKAN DAN STRATEGI
A. Tujuan
1. Tujuan Khusus
a. Identifikasi daerah-daerah potensial terjadinya malaria.
b. Meningkatkan kapasitas petugas kesehatan dalam pengendalian Malaria.
c. Meningkatkan kesadaran dan aksi nyata masyarakat untuk berperan aktif dalam
pemberantasan Malaria.
d. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku keluarga dan masyarakat untuk
berperilaku hidup bersih dan sehat dalam upaya pencegahan Malaria.
e. Tersedianya peralatan pendukung pemeriksaan.
f. Meningkatkan penyebarluasan informasi.
B. Target
1. Seluruh tenaga pengelola mempunyai kemampuan dalam pengendalian maupun
manajemen pemantauan dan evaluasi.
2. Seluruh tenaga laboratorium di UPK terutama di daerah fokus mampu melakukan
pemeriksaan parasit malaria.
3. Meningkatnya kemampuan petugas dan sistem surveilans malaria.
4. Tersedianya peralatan penunjang pemeriksaan malaria.
5. Meningkatnya pengetahuan dan peran aktif masyarakat dalam pengendalian malaria.
6. Tercapainya target penemuan kasus malaria 1 per 1000 penduduk.
C. Kebijakan
1. Peningkatan kebijakan publik yang mendukung upaya pemberantasan malaria secara
bertahap yang didasarkan pada situasi malaria dan kondisi sumber daya yang tersedia.
2. Peningkatan kualitas tenaga kesehatan secara komprehensif (promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif).
3. Peningkatan cakupan penemuan penderita yang di obati dengan Artemisinin based
Combination Therapy (ACT).
4. Pembudayaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dalam pengendalian vektor malaria.
5. Pengembangan standar, pedoman dan media informasi pemberantasan malaria.
D. Sasaran
1. Tenaga pengelola program malaria Kabupaten dan UPK.
2. Tenaga laboratorium di UPK.
3. Tenaga surveilans di UPK.
4. Semua penderita malaria klinis, baik akut maupun kronis yang datang ke Unit Pelayanan
Kesehatan (UPK)
5. Seluruh penduduk di wilayah tertentu yang di fokuskan.
6. Orang-orang yang menunjukkan gejala klinis malaria yang baru datang dari daerah
endemis, kegiatan ini dilakukan terutama di desa yang reseptif dan diketahui
penduduknya banyak melakukan migrasi ke daerah endemis malaria.
F. Kegiatan Program