Anda di halaman 1dari 2

Mungkinkah Rasul Menghadiri Perayaan Maulid?

Oleh: Muhammad Salman Umar

Saat memasuki bulan Rabiul Awwal yakni bulan kelahiran nabi Muhammad SAW, ada fenomena
yang luar biasa di negara Indonesia. Berbondong-bondong umat muslim di Indonesia saling membuat
perayaan maulid nabi Muhammad SAW. Muda maupun tua turut serta untuk menghadiri perayaan yang
berisi pujian-pujian terhadap nabi Muhammad SAW. Antusias tersebut tidak lepas dari keyakinan yang
ada di benak umat muslim Indonesia bahwa Baginda nabi Muhammad SAW akan hadir ketika perayaan
Maulid diselenggarakan. Kemungkinan kehadiran Rasulullah saat perayaan maulid merupakan cabang
dari pada kajian "Apakah dapat berjumpa dengan Rasulullah dalam keadaan sadar atau terjaga setelah
beliau wafat?". Karena dapat berjumpa Rasulullah dalam keadaan sadar mengindikasikan bahwa
Rasulullah mungkin untuk dijumpai di tempat perayaan maulid.

Terdapat hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah yang berbunyi "Barang siapa melihatku di dalam
mimpi, maka akan melihatku dalam keadaan terjaga, dan setan tidak dapat menyamar menyerupai
diriku". Hadis ini dilihat dari sisi waktu merupakan hadis yang umum, artinya fenomena yang diceritakan
dalam hadis tersebut bisa terjadi saat Rasulullah SAW masih hidup atau setelah beliau wafat. Keumuman
ini tidak ditemukan pembatasannya (mukhashshish) sehingga tetap berlaku pada keumumannya. Hal ini
didukung oleh sebuah fakta yang pernah dialami oleh seorang sahabat yang bernama Ibnu Abbas bahwa
beliau bermimpi bertemu Rasulullah SAW kemudian teringat akan hadis tersebut. Lalu beliau berkunjung
ke salah satu istri Rasulullah yaitu sayyidah Maimunah serta menceritakan kisah yang dialaminya.
Kemudian beliau sayyidah Maimunah berdiri lalu mengeluarkan jubah dan cerminnya Rasulullah SAW.
Lantas beliau sahabat Ibnu Abbas melihat ke cermin tersebut dan mendapati sosok Baginda Rasul dan
tidak melihat sosoknya sendiri.

Selain itu, diriwayatkan bahwa pada saat Isra' Mi'raj bahwa Baginda Nabi Muhammad SAW
berjumpa dengan para nabi terdahulu di setiap tingkatan langit mulai dari langit satu hingga langit
ketujuh. Selain berjumpa saat berada di langit, baginda Nabi Muhammad SAW juga melihat nabi Musa
AS tengah melakukan salat di dalam kuburnya serta beliau baginda Nabi Muhammad SAW menjadi
imam salat para nabi terdahulu saat berada di Baitul Maqdiz. Kejadian Isra’ Mi’raj ini di alami Nabi
dalam keadaan terjaga dan bukan dalam keadaan bermimpi, hal ini tentunya menunjukkan bahwa melihat
Baginda Nabi Muhammad setelah beliau wafat dalam keadaan terjaga merupakan hal yang tidak
mustahil. Fenomena melihat nabi Muhammad SAW dalam keadaan terjaga juga pernah dialami oleh
Dhomroh bin tsa’labah. Kejadian ini diceritakan oleh Imam Thobroni dalam kitab al-Mu’jam al-Kabir.
Bahkan Dhomroh berani untuk mendorong para tentara kafir maupun Muslim karena tampak Baginda
Nabi Muhammad SAW di belakang mereka.

Dari beberapa kejadian tersebut dapat dipahami bahwa Rasulullah SAW mungkin untuk dijumpai
dalam keadaan terjaga sebagai bagian dari sebuah karomah, terlebih kebenaran karomah tersebut
diperkuat adanya mukjizat serupa yang harus menjadi dasar dari pada kebenaran karomah sebagaimana
yang diungkapkan as-Syatibi.

Namun perlu diingat bahwa kemungkinan untuk berjumpa dengan Rasulullah SAW dalam
keadaan terjaga tidak menghendaki bahwa Rasulullah SAW meninggalkan kuburnya, karena perjumpaan
dengan Rasulullah ini adakalanya yang dijumpai merupakan perwujudan yang mewakili sosok Rasulullah
sebagaimana perwujudan sosok di sebuah cermin yang mewakili perwujudan kita, hal ini diungkapkan
oleh Imam al-Ghazali. Perwujudan yang mewakili ini menurut Syekh Abdul Aziz ad-Dabbagh
merupakan nur Rasulullah SAW yang tersebar di seluruh penjuru bumi. Nur Rasulullah ini nantinya akan
menampakkan sosok Rasulullah SAW, sehingga bisa dikatakan bahwa nur Rasullah ini ibarat sebuah
cermin yang sudah tersebar di penjuru bumi. Adakalanya sosok yang dijumpai adalah ruh Rasulullah
yang kemudian tampak sebagai sebuah hal yang dilihat dan ruh tersebut juga masih terkait dengan jasad
beliau yang ada di kubur, hal ini diungkapkan oleh Imam al-Alusi dan Sayyid Muhammad bin Alawi al-
Maliki. Adakalanya sosok yang dijumpai memang benar-benar jasad beliau dan ruhnya, diibaratkan
sebagaimana sinar matahari yang bisa menyinari segala penjuru dalam satu waktu dengan bentuk yang
berbeda-beda.

Referensi:

1. Tanwirul Halak fi Ru'yatin Nabi wal Malak, Jalaluddin as-Suyuthi.

2. Ruhul Maani, Mahmud bin Abdullah al-Alusi.

3. Al-Hujaj ad-Damighah wal Barahin as-Sathiah, Hamid Ahmad Babakar.

4. Busyrol Qulub, Taufiq bin Umar as-Sayyadi.

Anda mungkin juga menyukai