Anda di halaman 1dari 8

BERTEMU NABI MUHAMMAD SAW.

Disusun Oleh : kelompok 21

1. Seki Pronika (2030202230)

2. Nayasyi Kamia

Dosen Pengampu :

Amrina Rosyada, M.Pd.I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

TAHUN 2024
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nabi Muhammad SAW merupakan pembawa risalah Islam, penutup para nabi dan rasul Allah
di muka bumi. Nabi Muhammad saw. berhasil membawa manusia dari alam gelap gulita
menuju kehidupan berdasarkan tauhid. Nabi Muhammad SAW adalah makhluk paling
sempurna dan paling dihormati yang dikirim oleh Allah sebagai pemberi syafaat bagi seluruh
umat. Kelahiran Nabi Muhammad SAW. merupakan suatu peristiwa sejarah dalam kehidupan
manusia. Kelahiran Nabi Muhammad SAW bukan hanya sekedar kelahiran pribadi sebagai
manusia utama, tetapi merangkum seluruh segi kehidupan umat manusia dalam menghadapi
perkembanagan sejarah di masa depan. Jadi patutlah kecintaan dan penghormatan umat
Islamkepada Nabi Muhammad saw.¹

Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, terjadi banyak macam penyimpangan dan
penyelewengan dalam ajarannya. Orang-orang munafiq atau orang-orang bodoh memasukkan
ke dalam agama Islamapa yang bukan menjadi ajaran agama, dalam istilah agama di sebut
bid‟ah. Keluhuran ahklak Nabi Muhammad SAW telah mendorong ummatnya untuk
mengenang dan mengkaji kembali tentang kelahiran, perjuangan dan akhlaknya. Dalam tradisi
religius sebagian umat Islamdi dunia di kenal dengan ”Peringatan Maulid Nabi”.Hal itu
dilakukan untuk memperingati sekaligus mengenal, mengenang, dan memuliakan diri pribadi
Nabi Muhammad SAW yang sangat agung.

¹ Muhammad Arsyad. “Tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW (Studi Tentang Pelaksanaan pada
Suku Bugis Makassar”, (Skripsi, UIN Alauddin Makassar 2020) h. 2
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW selalu diadakan oleh masyarakat Islamdiberbagai
belahan dunia tidak terkecuali masyarakat Islam yang ada di Indonesia.² Sebagai Rosul yang
sangat dijunjung tinggi oleh umat, dan sangat dicintai oleh Allah SWT. Sampai saat ini, Nabi
Muhammad tetap ada dalam hati setiap Umat Muslim. Dan dianjurkan untuk bershalawat
kepadanya hingga Rahmat Allah SWT senantiasa bersama kita sampai akhir hayat dan
senantiasa mengingat perjuangan Nabi Muhammad SAW yang telah membawa Islam dari
Jahiliyyah hingga Mahiriyyah seperti sekarang ini.³

Selain dianjurkan senantiasa Bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW, terdapat pula hari
peringatan yaitu hari dimana memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW atau dalam
istilah saat ini disebut Maulid Nabi. Munculnya hari Maulid Nabi ini terjadi pro dan kontra.
Telah disepakati bahwa Maulid Nabi adalah hari libur resmi. Namun Arab Saudi adalah satu-
satunya Negara dengan penduduk mayoritas muslim, tidak menjadikan hari Maulid Nabi ini
sebagai hari libur resmi. Dikarenakan penduduk Arab mayoritas menganut paham wahabi
dominan termasuk salaf pemahaman taliban. Jadi perayaan Maulid Nabi seperti ini dianggap
Bid‟ah.⁴

² Muh.Arsyad. “Tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW (Studi Tentang Pelaksanaan pada Suku
Bugis Makassar”, (Skripsi, UIN Alauddin Makassar 2020) h. 4

³ Usman Thaha Hafizhahullah, “Mushaf Famy bi Syauqin” (Banten: Forum Pelayanan Al-Qur‟an,
2012), h. 426

⁴ Moch Yunus, “Peringatan Maulid Nabi (Tinjauan Sejarah dan Tradisinya diIndonesia)”,
Humanistika : Jurnal KeIslaman, Vol.5 No.2 (2019), h. 35
BAB II

PEMBAHASAN

1. Mimpi Bertemu Nabi Muhammad Saw

Mimpi bertemu dengan Rasulullah SAW adalah keistimewaan bagi umat Islam. Keterangan
hadits bahkan membenarkan keberadaan seseorang yang bisa bermimpi bertemu Rasulullah
SAW lantaran setan tidak dapat menyerupai beliau dalam mimpi.Dikutip dari buku
Problematika Autentisitas Hadis Nabi dari Klasik hingga Kontemporer tulisan Prof. Dr. H. Idri,
M.Ag, para pakar tasawuf meyakini bahwa seorang sufi (orang yang mendalami ilmu tasawuf)
dapat mengalami pertemuan tidak langsung dengan Rasulullah SAW melalui mimpi.Keyakinan
ini tidak hanya berlaku bagi kalangan sufi, tetapi juga umat Islam pada umumnya
mempercayainya. Hal ini karena Rasulullah SAW pernah menyatakan bahwa seseorang yang
melihat atau bertemu dengannya dalam mimpi, sebenarnya benar-benar melihat atau bertemu
dengan beliau dalam pengalaman tersebut.Ulama klasik, Syeikh Ibnu Sirrin, dalam tulisannya
tentang ta'bir mimpi juga berpendapat, seseorang yang mengaku pernah mimpi bertemu
dengan orang-orang shaleh, khususnya Rasulullah SAW adalah mimpi yang benar. Meski
demikian, menurutnya, apa yang terjadi di dalam mimpi tersebut tidak dapat dijadikan dasar
dalam pengambilan kesimpulan hukum.Hal senada juga diyakini oleh al imam Al Gazali, Ibnu
Qayyim, ulama empat mazhab, para tokoh ulama aqidah al Asy'ariy dan al Maturidiy. Mereka
berpendapat, mimpi bertemu Rasulullah SAW yang dialami seseorang tidak dapat dijadikan
patokan untuk mengukur keimanan seseorang."Informasi yang diperoleh dari mimpi tidak
dianggap sebagai penukilan secara talaqqiy dari Rasulullah saw dan dari sisi validitas, informasi
yang diperoleh dari mimpi tidak dapat diuji secara empirik," demikian penjelasannya yang
dikutip dari laman Majelis Ulama Indonesia (MUI).Kebenaran akan adanya seseorang yang bisa
bermimpi bertemu Rasulullah SAW dijelaskan dalam sejumlah riwayat hadits berikut.Hadits
Bermimpi Bertemu Rasulullah SAW.

1. Hadits Pertama
‫ َو اَل َيَتَم َث ُل‬،‫ َم ْن َر آِني ِفي المن اِم َفَس َيَر اِني ِفي الَيَقَظ ِة‬:‫عن َأبي َس َلَم َة َأَّن َأَبا ُهَر ْيَر َة َقاَل َسِم ْع ُت الَّنِبَّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم َيُق وُل‬
‫الَّش ْيَطاُن‬

Artinya: Dari Abu Salamah bahwa Abu Hurairah berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW
bersabda, 'Barangsiapa yang melihatku saat mimpi, maka ia akan melihatku dalam keadaan
sadar dan setan tidak dapat menyerupai diriku." (HR Al Bukhari)

2. Hadits Kedua

‫ َم ْن َر آِني فَقْد َر َأى الَح ِّق‬: ‫َقاَل َأُبو َس َلَم َة َقاَل َأُبو َفَتاَد َة َر ِض َي ُهَّللا َع ْنُه َقاَل الَّنِبُّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬.

Artinya: Dari Abu Salamah bahwa Abu Qatadah berkata: Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa
yang melihatku (saat mimpi), maka ia benar-benar melihat kebenaran." (HR Al Bukhari)

3. Hadits Ketiga

‫ َم ْن َر آِني ِفي الَم َن اِم َفَق ْد َر آِني َف ِإَّن الَّش ْيَطاَن ال َيَتَخَّي ُل ِبي َو ُر ْؤ َي ا‬: ‫َع ْن َأَنٍس َر ِض َي ُهَّللا َع ْنُه َقاَل َق اَل الَّنِبُّي َص َّلى ُهللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم‬
‫المْؤ ِم ِن ُج ْز ٌء ِم ْن ِس َّتٍة َو َأْر َبِع يَن ُج ْز ًء ا ِم َن الُّنُبَّو ِة‬.

Artinya: Dari Anas menyampaikan, Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang melihatku saat
mimpi, maka ia akan melihatku dalam keadaan sadar dan setan tidak dapat menyerupai diriku.
Mimpi seorang mukmin bagian dari empat puluh enam kenabian." (HR Al Bukhari)

4. Hadits Keempat

‫ َم ْن َر آِني ِفي اْلَم َن اِم َفَس َيَر اِني ِفي اْلَبَقَط ِة َأْو َلَك َأنما َر آِني ِفي‬:‫ َيُق وُل‬، ‫عن أبي هريرة قاَل َسِم ْع ُت َر ُسوَل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬
‫اْلَيقَظِة َو اَل َيَتَم َثُل الَّشْيَطاُن ِبي‬.

Artinya: Dari Abu Hurairah, ia berkata: "Saya mendengar Rasulullah saw bersabda, Barangsiapa
yang melihatku saat mimpi, maka ia akan melihatku dalam keadaan sadar atau benar-benar
seakan-akan melihatku dalam keadaan sadar dan setan tidak dapat menyerupai diriku." (HR
Abu Dawud)

Imam Nawawi dalam Kitab al-Minhaj Syarh Shahih Muslim menafsirkan redaksi hadits yang
menyebut seseorang bermimpi bertemu Rasulullah SAW dalam keadaan sadar. Menurutnya,
ada tiga makna yang dapat mendefinisikan hadits tersebut. Pertama, mimpi tersebut dapat
menjadi pertanda bahwa kelak ia akan diberikan pertolongan oleh Allah SWT untuk hijrah
menemui Rasulullah SAW. Makna ini lebih ditujukan kepada orang-orang yang hidup di zaman
Rasulullah tetapi belum berkesempatan menemuinya. Makna tersebut juga dapat merujuk
pada pembenaran bahwa kelak orang yang bermimpi itu akan bertemu Rasulullah SAW di
akhirat baik bagi mereka yang telah bertemu Rasulullah SAW di dunia sebelumnya maupun
belum menemuinya. Lalu, terakhir, makna kalimat tersebut menurut Imam Nawawi merujuk
pada keberhasilan meraih kedekatan dengan Rasulullah SAW. "Mimpi tersebut bermakna kelak
ia akan meraih kedekatan dengan Rasulullah.di akhirat ataupun juga bermakna kelak ia akan
mendapatkan syafaatnya," jelas Imam Nawawi yang diterjemahkan melalui laman Universitas
Islam Nusantara (Uninus). Pada dasarnya, mimpi seseorang dapat berasal dari berbagai sumber,
seperti pengaruh setan, dorongan nafsu, intervensi malaikat, dan terkadang dapat menjadi
wahyu langsung dari Allah, di mana kondisi-kondisi tersebut termanifestasi dalam hati individu.
Salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA menjelaskan,

‫ الُّر ْؤ َيا َثاَل ُث َفالُّر ْؤ َيا اْلَحَس َنُة ُبْش َر ى ِم َن ِهللا َو الُّر ْؤ َيا تخزين ِم َن الَّش ْيَطاِن‬: ‫َع ْن َأبي هريرة َقاَل َقاَل َر ُسوُل ِهللا صلى هللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬
‫َو الُّر ْؤ َيا ِمَّم ا ُيحدث‬

Artinya: Dari Abu Hurairah, disampaikan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Mimpi itu ada tiga
macam, yaitu mimpi yang baik adalah kabar gembira dari Allah, mimpi yang membuat sedih
datangnya dari setan, dan mimpi yang berasal dari bisikan dirinya." (HR al-Darimi)5

5https://www.detik.com/hikmah/doa-dan-hadits/d-6744370/hadits-tentang-seseorang-bisa-
mimpi-bertemu-rasulullah-saw, dikutip pada hari minggu tangal 10 maret 2024,jam 13.51

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
REFERENSI

Muhammad Arsyad. “Tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW (Studi Tentang Pelaksanaan pada
Suku Bugis Makassar”, (Skripsi, UIN Alauddin Makassar 2020) h. 2
Muh.Arsyad. “Tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW (Studi Tentang Pelaksanaan pada Suku
Bugis Makassar”, (Skripsi, UIN Alauddin Makassar 2020) h. 4

Usman Thaha Hafizhahullah, “Mushaf Famy bi Syauqin” (Banten: Forum Pelayanan Al-Qur‟an,
2012), h. 426

Moch Yunus, “Peringatan Maulid Nabi (Tinjauan Sejarah dan Tradisinya diIndonesia)”,
Humanistika : Jurnal KeIslaman, Vol.5 No.2 (2019), h. 35

https://www.detik.com/hikmah/doa-dan-hadits/d-6744370/hadits-tentang-seseorang-bisa-
mimpi-bertemu-rasulullah-saw, dikutip pada hari minggu tangal 10 maret 2024,jam 13.51

Anda mungkin juga menyukai