Anda di halaman 1dari 7

ILHAM DARI AJAL

RASULULLAH SAW

Mu’adz bin jabal mungkin tidak menduga bahwa itulah pertemuan terakhirnya dengan
Rasulullah SAW beliau bercerita, bahwa saat itu beliau diutus oleh Rasulullah SAW ke
Yaman sebagai da’I dan pemimpin yang bertugas menyebarkan Islam di wilayah itu.
Peristiwa itu terjadi pada tahun ke-9 hijriyah beliau sudah berada diatas kudanya dan diantar
oleh Rasulullah SAW sambal berjalan kaki. Lalu tiba-tiba Rasulullah SAW berkata
kepadanya “Wahai Mu’adz mungkin kamu tidak akan menemuiku lagi setelah tahun ini,
kamu hanya akan melewati kuburanku dan masjidku”. Lalu Mu’adz menangis tersedu-sedu
karena mengetahui bahwa dia akan berpisah selamanya dengan Rasulullah SAW. Tapi
Rasulullah berkata kepadanya “Jangan menangis wahai Mu’adz karena tangisan itu dari
setan”. Peristiwa yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hambal dalam musnadnya itu
terjadi pada tahun ke-9, pada tahun ke-10 saat Rasulullah SAW melaksanakan Haji Wada’,
haji yang pertama dan juga haji yang terakhir, Rasulullah SAW juga memberikan isyarat
tentang saat-saat terakhir dari kehidupannya. Ketika beliau menyampaikan khutbah dalam
Haji Wada’ itu beliau membuka khutbahnya dengan mengatakan “Wahai Manusia dengarkan
aku, biar ku jelaskan semuanya kepada kalian, sebab saya tidak tau mungkin saya tidak akan
menemui kalian lagi setelah tahunku ini, di tempatku ini”. Isyarat kematian Rasulullah SAW
sudah disampaikan oleh beliau jauh-jauh hari sebelum kematiannya dating. Beliau
mengetahui, tentu saja dengan wahyu bahwa ajalnya sudah dekat, karena risalah yang
diemban oleh beliau juga sudah hampir mencapai kesempurnaannya. Maka, Ketika Allah
SWT menurunkan firmanNya ………… “Hari ini telah Ku sempurnakan bagi kalian agama
kalian dan Ku sempurnakan pula nikmatKu atas kalian dan Aku ridho bagi kalian bahwa
Islam menjadi agama kailain”. Abu Bakar segera menangis tersedu-sedu karena itu
merupakan isyarat akan dekatnya ajal Rasulullah SAW. Lalu Ketika Allah SWT menurunkan
ayatNya ………….. “Kelak jika dating pertolongan Allah dan pembebasanNya dan engkau
menyaksikan manusia masuk kedalam agama Allah secara berbondong-bondong maka
bertasbihlah memuji Tuhanmu dan memintalah ampun kepadaNya, karena sesungguhnya Dia
Maha Pengampun”. Umar bin Khattab dan Ibnu Abbas berkata tentang ayat-ayat itu, itulah
ajal Rasulullah SAW yang telah diberitakan kepadanya. Sebagaimana Rasulullah SAW
mengetahui akhir dari hidupnya karena risalah yang diembannya sudah mencapai
kesempurnaannya. Begitu juga pada mulanya beliau merasakan dekatnya saat-saat
pengangkatan nubuwah walaupun beliau tidak mengetahuinya sama sekali tetapi jiwanya,
ruhnya didekatkan ke situ. ‘Aisyah R.A meriwayatkan bahwa menjelang umur 40 tahun
……… “Kemudian dibuatlah beliau mencintai perenungan” suka menyendiri ……….. “Dan
beliau selalu berkhalwat di goa Hira dan beribadah didalamnya” ……….. “Kemudian,
sebelum beliau Kembali kepada keluarganya dan untuk mengambil bekal dan setalah itu
Kembali ke Khadijah untuk juga mengambil bekal yang sama” dekatnya masa nubuwah itu
disertai dengan aktivitas yang menyiapkan jiwa dan ruhnya untuk memikul beban nubuwah.
Dan Ketika risalahnya sudah mencapai kesempurnaan isyarat tentang kematiannya juga
dating kepada beliau. Jika kita ingin melakukan evaluasi atas perjalanan hidup kita mungkin,
isyarat seperti yang diperlihatkan oleh Rasulullah SAW adalah cara yang paling tepat peta
jalan pribadi yang terhubung dengan risalah, yang terhubung dengan misi dalam hidup yang
kita emban. Bahwa hidup kita terus bertumbuh menjadi lebih baik karena kita berkembang
dan bertumbuh Bersama misi yang kita emban di dalam hidup kita dan kematian Rasulullah
SAW menjadi sangat indah karena kematiannya terjadi bersamaan dengan sempurnanya
risalah yang telah beliau emban.
Apakah kita mempunyai satu misi yang besar didalam hidup kita? Apakah hidup kita,
peta jalan mengikuti arah dari misi besar yang kita emban didalam hidup kit aitu? Apakah
hidup kita terus bertumbuh Bersama dengan perkembangan dari misi yang kita emban itu?
Dalam momen seperti awal tahun atau akhir tahun yang lalu Ketika kita melakukan evaluasi
atas perjalanan hidup pribadi kita, contoh dari Rasulullah SAW ini adalah sumber ilham yang
paling bagus bagi kita semuanya. Marilah kita hidup untuk misi yang besar karena hanya
dalam misi yang besar hidup kita juga akan berkembang dan bertumbuh menjadi besar.
LOGIKA KEIMANAN
ABU BAKAR R.A

Abu bakar mendapatkan gelar sebagai As shidiq yaitu orang yang sangat percaya dalam
peristiwa Isra dan Mi’raj sebabnya adalah logika sederhana beliau yaitu logika iman yang
beliau tunjukkan ketika kaum Musyrikin dating bertanya kepada beliau tentang cerita
Rasulullah SAW tentang Isra’ Mi’raj beliau hanya menjawab
‫ق‬ َ ‫ال هَ َذا فَقَ ْد‬
َ ‫ص َد‬ َ َ‫ِإ ْن َكانَ ق‬
Kalua benar beliau (Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wasallam) mengatakan begitu maka
pasti dia Jujur jawaban Abu Bakar itu adalah Logika Iman karena itu beliau kemudian
menjelaskan
َ ‫ِإنِّ ْي ُأَل‬
‫ص ِّدقُهُ فِي خَ بَ ِر ال َّس َما ِء‬
Saya kan sudah mempercayai Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam tentang wahyu yang
beliau bawa sejak awal jadi semua cerita yang datang sesudahnya termasuk di antaranya
adalah cerita tentang Isra dan Mi’raj ini adalah bagian dari kepercayaan saya secara
keseluruhan atas seluruh wahyu yang beliau bawa
Ini logika iman yang konsisten dan juga konsisten dengan satu fakta lain yaitu sifat
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam sebagai Ash Shadiqul Amin orang jujur yang dapat
di percaya
Jadi Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam adalah Ash – Shadiq (orang yang jujur) Al-
Amin (orang yang bisa dipercaya) dan Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu adan Ash-Shiddiq
(orang yang paling mempercayainya) logika Iman dari Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu itu
adalah logika yang konsisten dengan logika kepribadian Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi
wasallam yang sangat Fundamental yang berhubungan dengan kebenaran wahyu yang beliau
bawa oleh karena itu
Dalam surah an-Najm Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman setelah peristiwa Isra’ Mi’raj itu
Arab wan njami
Dan demi Bintang ketika dia terbenam
Arab
Tiadalah sahabatmu itu (Muhammad) tersesat tiada juga dia keliru
Arab
Dan tiadalah dia berbicara dari hawa nafsu
Arab
Semua yang dia katakan itu wahyu yang di wahyukan (kepada beliau)
Jadi disini Al Qur’an menjelaskan satu garansi bahwa yang dikatakan oleh Rasulullah SAW
itu adalah Wahyu dan yang membuat orang seperti Abu Bakar mempercayainya adalah
karena konsistensi dari kepribadian Rasulullah SAW yang mempunyai sifat sebagai Ash-
Shadiqul Amiin
Orang jujur yang dapat dipercaya tapi di sini ada satu cerita lain yang tersisa bahwa setelah
Rasulullah SAW wafat mu’jizat Rasulullah SAW ini dan juga mu’jizat-mu’jizat yang lainnya
yang bersifat ruh dan fisik begitu juga kebenaran-kebenaran ilmiah yang dibawa oleh Al-
Qur’an kelak akan menjadi kebenaran sepanjang masa yang menjelaskan, mengapa agama ini
akan diterima oleh umat manusia dan menjadi agama mayoritas manusia, kelak seperti yang
dikatakan oleh Rasulullah SAW ……….. “Agama ini akan sampai keseluruh umut manusia
sepanjang siang dan malam menjangkau mereka”. Sebabnya adalah karena fakta-fakta ilmiah
ini dari waktu ke waktu akan terbuka kebenarannya melalui temuan-temuan sains. Jadi,
Ketika nabinya sudah wafat dan tidak ada lagi Nabi sesudanya teks ini Qur’an ini yang
merupakan teks selamanya akan abadi dan kebenaran-kebenaran yang ada didalamnya
terutama kebenaran-kebenaran yang secara saintifik akan ditemukan oleh manusia secara
bertahap karena Allah mengatakan : …… “Dan tiadalah kalian diberikan ilmu kecuali hanya
sedikit” itu akan menjadi salah satu sebab mengapa agama ini menjadi abagi dan mengapa
agama ini selamanya punya pesona yang akan membuat orang berbondong-bondong masuk
ke dalamnya. Walaupun Nabinya sudah tidak ada tetapi karena teksnya abadi dan kebenaran-
kebenarannya terus-menerus terbukti dari waktu ke waktu. Itulah semuanya yang akan
menjadi sebab agama ini abadi, dan selamanya orang akan masuk kedalam agama ini secara
terus-menerus
SUKSES ITU ADALAH
KEHENDAK ALLAH SWT

Ini adalah masalah At-Taufiqul Illahi, antum boleh menjadi innovator yang ulung,
tapi pada akhirnya, sukses itu adalah pekerjaan Allah SWT pada akhirnya dan kita mengenal
satu kaidah bahwa jika Allah ingin memberlakukan taqdirnya Dia menyiapkan sebab-
sebabnya. Jika Allah ingin memperlakukan taqdirnya Dia menciptakan sebab-sebabnya, yang
kita maksud dengan Taufiq itu adalah titik dimana kehendak Allah bertemu dengan kehendak
kita, kemauan kita dan kemauan Allah SWT ketemu pada suatu tempat, pada suatu waktu
dalam suatu situasi itulah yang kita sebut dengan Taufiq. Gambaran yang paling visual dari
situasi mendapatkan Taufiq ini adalah waktu antum dulu istikharah sebelum menikah “Saya
sudah mau, tapi apakah Allah mentaqdirkannya? Saya tidak tahu” yang si akhwat juga
berdo’anya begitu “Saya sudah mau, tapi apakah Allah mentaqdirkannya atau tidak, saya
tidak tahu”. Di tengah ketidak-tahuan itu kita didorong oleh rasa penasaran, kita tetap
berusaha, terus-menerus berbicara, berkomunikasi, menyiapkan tapi juga menyiapkan
kemungkinan bahwa ini juga mungkin tidak jadi. Begitu kita menikah sudah akad baru kita
tahu ini benar-benar kejadian. Waktu akadnya sudah terjadi, itu taqdir. Waktu kita ta’aruf itu
adalah perjalanan menemukan taqdir kita. Apa yang ditaqdirkan Allah SWT bagi kita
didalam hidup sampai nanti kita wafat kita tidak tahu. Yang harus kita lakukan adalah terus-
menerus berjalan mencari taqdir antum semuanya. Itu sebabnya tadi dipermulaan saya
mengatakan waktu Umar Bin Abdul Aziz mengatakan : ……………. “dia tidak tahu bahwa
umurnya tinggal 2,5 tahun”, dia sedang berjalan untuk mendapatkan taqdirnya dan itu juga
yang harus kita lakukan, ikhwah sekalian dan supaya kita mengetahui bagaimana cara kita
menemukan taqdir kita ada sayu do’a yang saya ingin antum ucapkan tiap hari, karena do’a
ini yang mungkin bisa mempertemukan itu ………….. “Ya Allah, jadikanlah seluruh
keinginanku hanyalah akhirat, jadikanlah seluruh kegelisahanku hanya akhirat”.
SEBAGIAN DARI KETIDAK-TAHUAN
ADALAH RAHMAT

Bedanya kita sama orang tua itu, anak muda dan orang tua, antum tau bedanya? Anak muda
itu punya keberanian imajinasinya liar, punya semangat bekerja tapi pengetahunnya sedikit.
Karena pengetahuannya sedikit maka dia tidak tahu resiko, karena tidak tahu resiko, dia
tabrak semuanya, itu kelebihannya. Orang tua ini mengalami akumulasi kegagalan,
bertambah pengetahuannya makin banyak resiko yang dia tahu dan karena dia tahu terlalu
banyak resiko dia jadi takut, Cuma takut ini dibungkus dengan kalimat yang indah Namanya
bijak. Jadi, kita kumpulkan Hamasatus Syabab dengan Hikmatus Syuyukh yang hikmah ini
lahir karena dia tahu terlalu banyak resiko, jadi dia lebih hati-hati. Antara bijak dan pengecut
ini, itu tipis bedanya. Sama seperti berani dan tidak sadar resiko, oleh karena itu, kadang-
kadang Sebagian dari ketidak-tahuan itu adalah rahmat. Kalau kita tahu semua resiko kita
nggak akan melangkah, kalua kita bekerja dengan pikiran normal untuk membangun sebuah
partai politik yang besar di Indonesia ini apalagi yang bisa mengantarkan Indonesia menjadi
kekuatan ke-5 dunia diperlukan sumber daya sebesar ini. Kalua pikiran normalnya begitu
kan? Orang-orang yang memiliki keterampilan seperti ini leadership seperti ini makin banyak
kita tahu tentang ini nanti kita tidak melangkah. Makanya kalau menurut saya dulu waktu
kecil saya punya pengalaman, saya suka menceritakan pengalaman ini, karena rumah saya
dulu di pinggir sungai. Kalau waktu di Ambon dulu kalua ada kapal yang berlabuh, kita naik
ke kapal ke anjungannya yang paling tinggi baru terjun nggak ada kolam renag, saya suka
merasa waktu kita naik ke anjungan yang tinggi lalu lihat ke bawah kan deg-degan ya takut,
waktu kita naik ke anjungan, lihat ke bawah. Masalahnya karena kita lihat ke bawah, jadi
bagaimana cara mengatasi masalah itu? Tutup mata, lompat, yang terjadi, terjadilah. Kalau
antum lihat kebawah nanti antum turun, nggak jadi lompat, naik keatas, jangan lihat
kebawah, tutup mata, lompat, yang terjadi, terjadilah. Saya kira ikhwah sekalian semangat
seperti ini yang ingin kita bangun. Kita ingin naik di kapal ini baca do’a sama-sama untuk
menjadi game changer di republic ini nggak apa-apa startup dulu, tapi nanti jadi game
changer. Kita tutup mata, kita lompat.
PENCIPTAAN PERTAMA
DI ALAM PIKIRAN

Mungkin ada di antara antum yang berfikir, apalagi tadi ada yang tanya ini kit aini
kan cumo kroco-kroco? Dulu juga, ikhwah sekalian, waktu jumlah kaum Muslimin masih
puluhan di Mekkah itu, jumlah kita hari ini lebih banyak Allah sudah menurunkan surat Ar-
Rum, surat Ar-Rum itu surat Makkiyah, surat itu bercerita tentang pertarungan Persia dan
Romawi …….. apa artinya pentingnya komunitas kecil yang ada di Mekkah itu? Dikasih
cerita tentang Persia dan Romawi, ini orang-orang yang buta huruf dikasih cerita besar
tentang Persia dan Romawi, lalu Allah mengatakan : ……. Nanti Persia itu akan dikalahkan
Kembali oleh Romawi dalam beberapa tahun kedepan kata Al-Bid’u itu kira-kira antara 3 dan
9 atau 10, jadi dalam 1 dekade ini Romawi akan Kembali memenangkan pertarungan.
Padahal ini nggak ada hubungannya mereka, komunitas Muslim di Mekkah ini dengan Persia
dan Romawi nggak ada. Cerita ini terlalu besar, tapi kenapa diturunkan di sini, ikhwah
sekalian? Kenapa misalnya bukan setelah Fathu Makkah? Tapi cerita itu justru diturunkan di
Mekkah. 30 tahun kemudian Persia dan Romawi yang ada dalam Qur’an itu masuk dalam
peta Islam yang tersisa dari peta Romawi itu adalah Kontantinopel yang bagian barat yang
bagian timur semuanya sudah diambil oleh Islam. Seluruhnya sudah masuk dalam wilayah
Islam. Jadi kata Persia dan Romawi yang tadinya adalah ada diluar peta Islam diceritakan
sejak awal dan 30 tahun kemudian 2 nama ini sudah masuk dalam peta Islam. Jadi waktu kita
bicara tentang ini para kroco mau menjadikan Indonesia sebagai kekuatan ke-5 dunia.
Sekarang coba bayangkan, waktu Bilal mendengarkan cerita itu waktu Ammar
mendengarkan cerita itu, itu suatu kemewahan luar biasa mewahnya cerita itu di Mekkah.
Tapi Allah sejak awal mau meng-insert kosakata itu kedalam benak mereka dalam imajinasi,
masukkan dulu kosakatanya bahwa di kepala kamu ini ada kata namanya Persia dan ada kata
namanya Romawi. Sebelum Persia dan Romawi ada di dalam peta geografi kamu. Itu artinya
apa ikhwah sekalian? Akhirnya kita Kembali kepada satu kaidah dasar, bahwa penciptaan
pertama itu adalah dalam imajinasi. Semua kenyataan yang ada dilapangan yang kita
saksikan itu adalah penciptaan kedua. Tidak ada yang tidak keluar dari imajinasi, walaupun
semua yang di imajinasi belum tentu bisa jadi kenyataan. Jadi sesuatu yang kita sebut besar
itu bapak ibu sekalian, itu tergantung dari cara kita menggambarkannya di kepala kita kalua
kita menggambarkannya besar jadi dia besar dalam kenyataan, kalau kita menganggapnya
kecil dia juga kecil dalam kenyataan.

Anda mungkin juga menyukai