Anda di halaman 1dari 14

STRATEGI PEMBENTUKAN OPINI PUBLIK DAN VISI BERSAMA

Makalah ini disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Politik dan Kebijakan Pendidikan

Disusun Oleh :
1. Amelia Andini 2130103145
2. Nur Indah Dita 2130203151

Dosen Pengampu :
Dr. Afriantoni, M.Pd.I.

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2024
A. Pendahuluan
Opini Publik adalah kumpulan pendapat individu terhadap masalah
tertentu yangmempengaruhi suatu kelompok orang-orang (masyarakat).
Pendapat lain menyebutkan bahwa opini publik mewakili suatu kesepakatan,
dan kesepakatan dimulai dengan sikaporang-orang teradap issue yang masih
tanda Tanya. Mencoba untuk mempengaruhi suatu sikap yang dimiliki individu
bagaimana tanggapan dia terhadap suatu pokok masalah yangdihadapinya
adalah suatu fokus utama dari kegiatan Public Relations. Doob berpendapat
bahwa opini publik itu bersifat tetap latent (terpendam) dan baru
memperlihatkan sifat yang aktif apabila issue itu timbul dalam suatu kelompok
atau lingkungan. Suatu issue itu timbul kalau terdapat konflik, kegelisahan atau
frustrasi.1
Opini publik terbentuk didalam suatu lingkungan luas atau sempit. Sebab
seperti telahdikemukakan, pengertian publik itu adalah sekelompok individu,
besar atau kecil, yangmempunyai kepentingan, perhatian dan minat yang sama
pada sesuatu hal. Atas dasar itu ditiap kelompok dapat terbentuk opini publik,
jua mengenai hal yang sama, yang adahubungannya dengan kepentingan
kelompok-kelompok individu itu. Misalnya mengenai RUU penyiaran, RUU
Kebebesan Memperoleh informasi dan RUU Rahasia Negara. Opini publik bisa
lahir di mana-mana, dan merupakan nationwide public opinion.
Visi bersama adalah gambaran masa depan yang ideal yang dibentuk
anggota organisasi berdasarkan visi pribadi/individu. Visi bersama adalah milik
bersama, karena seluruh anggota mempunyai andil dalam perumusan dan
pembentukannya. Menciptakan perasaan kebersamaan dan memberi koherensi
berbagai aktifitas yang berbeda.
Mengapa visi bersama penting? Karena dapat membangkitkan anggota,
memberikan fokus, meningkatkan aspirasi, membuat orang saling percaya, dan
merupakan landasan untuk mendefinisikan upaya memenuhi
tuntutan masa depan.

1
Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto, Dasar-Dasar Public Relations, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2015). Hlm 90.

1
B. Pengertian Strategi, Opini dan Visi
1. Pengertian Strategi
Di dalam kamus besar strategi biasa diartikan sebagai rencana atau
rancangan untuk mewujudkan tujuan yang telah ditentukan. Selain itu,
strategi juga diartikan sebagai kemenangan, kehidupan, atau daya juang,
yakni berhubungan dengan mampu atau tidaknya suatu perusahaan atau
organisasi menyikapi tantangan dari luar ataupun dalam perusahaan.2
Menurut Joseph A. Ilardo strategi sebagai “a strategy ia a corefully
cosen plan or series of maneuvers designed to achieve a specific goal”
yakni strategi adalah rencana terpilih yang teliti atau serangkaian manuver
yang telah dirancang untuk mencapai tujuan tertentu. Selain itu, Anwar
Arifin juga mendefinisan strategi sebagai seluruh keputusan kondisional
atas tindakan yang akan dijalankan guna mencapai tujuan.3
Salah satu pakar Humas, Ahmad S. Adnan Putra, menyatakan
bahwa strategi adalah unsur terpadu dari suatu rencana (plan), sedangkan
rencana merupakan produk dari suatu perencanaan (planning), yang pada
akhirnya perencanaan adalah satu fungsi dasar dari proses manajemen.4
William F. Glueck dan Lawrence R. Jauch yang dikutip Herdiana
mengemukakan bahwa strategi sebagai suatu kesatuan rencana yang
menyeluruh, komprehersif, dan terpadu yang mengarah pada pencapaian
tujuan perusahaan. Selain itu, Stephen Robbins juga menyatakan bahwa
strategi sebagai penentuan tujuan jangka panjang maupun jangka pendek
yang menjadi faktor pendorong dalam mewujudkan tujuan perusahaan.5
Dari beberapa penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
strategi adalah program atau rencana terpadu, baik dalam jangka panjang
maupun jangka pendek, yang ditetapkan oleh suatu organisasi atau
perusahaan guna mendorong terwujudkan tujuan perusahaan.

2
Ibid, Hlm 104.
3
Ezi Hendri, Komunikasi Persuasif Pendekatan dan Strategi, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2019), 290.
4
Rosady Ruslan, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2007), 133.
5
Morissan, Pengantar Public Relations Strategi Menjadi Humas Profesional, (Jakarta:
Ramdina Perkasa, 2006), 134.
2
2. Pengertian Opini
Opini menurut Cutlip dan center adalah pernyataan tentang sikap
mengenai masalah tertentu yang bersifat kontroversial.6 Opini timbul
sebagai hasil pembicaraan tentang masalah yang kontroversial yang
menimbulkan pendapat berbeda-beda. Opini adalah serapan dari bahasa
asing (opinion). Merupakan tanggapan atau jawaban terbuka terhadap
suatu persoalan yang dinyatakan berdasarkan kata-kata (intangible), baik
dalam bentuk opini tertulis maupun lisan. Bisa juga sebagai perilaku, sikap
tindak, pandangan dan tanggapan dan lain sebagainya. Opini dapat
dinyatakan secara aktif dan pasif, verbal (lisan) dan baik secara terbuka
dengan melalui ungkapan kata-kata yang dapat ditafsirkan dengan jelas,
maupun melalui pilihan kata yang halus atau diungkapkan secara tidak
langsung, dan dapat diartikan secara konotatif atau persepsi (personal).
Opini dapat dinyatakan melalui perilaku, sikap tindak, mimic muka atau
bahasa tubuh (body language) atau berbentuk simbol-simbol tertulis. R.P
Abelson mengemukakan bahwa untuk memahami opini seseorang,
bukanlah perkara mudah karena mempunyai kaitan yang erat dengan:
1. Kepercayaan mengenai sesuatu (belief)
2. Apa yang sebenarnya dirasakan atau menjadi sikapnya (attitude)
3. Persepsi (perception), yaitu suatu proses memberikan makna, yang
berakar dari beberapa faktor, yakni:
a. Latar belakang budaya, kebiasaan dan adat-istiadat yang dianut
seseorang atau masyarakat.
b. Pengalaman masa lalu seseorang/kelompok tertentu menjadi
landasan atas pendapat atau pandangan.
c. Nilai-nilai yang dianut (moral, etika, dan keagamaan yang dianut
atau nilai-nilai yang berlaku di masyarakat).
d. Berita-berita, dan pendapat-pendapat yang berkembang yang
kemudian mempunyai pengaruh terhadap pandangan seseorang.

6
Olli, Helena dan Novi Erlita, Opini Publik. PT Indeks, Jakarta, 2011. Hlm 39.

3
Bisa diartikan berita-berita yang dipublikasikan itu dapat sebagai
pembentuk opini masyarakat.7
3. Pengertian Visi
Visi merupakan gambaran tentang masa depan (future) yang realistik
dan ingin diwujudkan dalam kurun waktu tertentu. Visi adalah pernyataan
yang diucapkan atau ditulis hari ini, yang merupakan proses manajemen saat
ini dan menjangkau masa yang akan datang. Hax dan Majluf menyatakan
bahwa visi adalah pernyataan yang merupakan sarana untuk:
1. Mengkomunikasikan alasan keberadaan organisasi dalam arti tujuan dan
tugas pokok.
2. Memperlihatkan framework hubungan antara organisasi dengan
stakeholders (sumber daya manusia, organisasi, konsumen/citizen dan
pihak lain yang terkait).
3. Menyatakan sasaran utama kinerja organisasi dalam arti
pertumbuhan dan perkembangan.8
Pernyataan visi, baik yang tertulis atau diucapkan perlu di tafsirkan
dengan baik, tidak mengandung multi makna sehingga dapat menjadi acuan
yang mempersatukan semua pihak dalam sebuah organisasi (sekolah).
Pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk
memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi
manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab
tantangan zaman yang selalu berubah.
C. Pembentukan Opini Publik
Sebelum kita mengetahui terbentuknya opini, maka sebaiknya kita ketahui
dahulu bagaimana proses opini bisa terjadi. Berikut beberapa faktor yang
mempengaruhinya yaitu:

7
Ruslan, Rosady. 2007. Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada. Hlm 66.
8
Akdon. 2011, Strategic Management for Educational Management, Alfabeta, Bandung.
Hlm 95.

4
a. Persepsi
Persepsi adalah suatu proses memberikan makna, yang sebenarnya
merupakan akar dari opini. Persepsi ditentukan oleh faktor-faktor seperti:
Latar belakang budaya, Pengalaman masa lalu, Nilai-nilai yang dianut dan
Berita-berita yang berkembang. Ketika seseorang bertemu dengan orang
lain yang baru kali ini dikenalnya, biasanya orang akan segera mempunyai
opini. Opini ini muncul karena orang tersebut mempunyai persepsi.
Persepsi, antara lain disebabkan oleh kenyataan yang ditemuinya dimasa
lalu.
b. Opini
Opini sendiri mempunyai kaitan yang erat dengan pendirian
(attitude). Abelson menyebutkan bahwa opini mempunyai unsur sebagai
molekul opini, yakni Belief (kepercayaan tentang sesuatu), Attitude (apa
yang sebenarnya dirasakan seseorang), Perception (persepsi) Pendirian
(Attitude) sering disebut sikap, merupakan opini yang tersembunyi didalam
batin seseorang (latent opinion). Pendirian yang diungkapkan, dalam bentuk
apapun disebut opini.
c. Konsensus
Opini individu bisa berkembang menjadi luas, menjadi "milik suatu
segmen masyarakat". Opini yang terkristal menjadi luas itu disebut opini
publik. Untuk berkembang menjadi opini publik, opini-opini tersebut
melewati sejumlah dimensi, yakni pertama Waktu Beberapa waktu yang
dibutuhkan sangat tergantung pada unsur emosi anggota segmen
masyarakat, kesamaan persepsi, kepercayaan atas isu yang dibicarakan,
pengalaman yang sama, tekanan-tekanan dari luar, dan tindakan-tindakan
yang dilakukan oleh sumber berita. Kedua, Cakupan (luasnya publik).
Konsensus atas masing-masing individu terhadap suatu opini tertentu
biasanya dimulai dari suatu kelompok segmen yang paling kecil, kemudian
berkembang menjadi kelompok yang lebih luas. Ketiga, Pengalaman masa
lalu khalayak Khalayak umumnya pernah memiliki suatu pengalaman
tertentu atas objek yang dibicarakan. Pengalaman masa lalu ini biasanya
diperkuat oleh informasi lain. Pengalaman masa lalu diekspos oleh hal-hal

5
yang dialami sendiri maupun didengar atau dibaca dari sumber lain.
Keempat, Media massa Konsensus biasanya akan berkembang lebih pesat
lagi apabila suatu kejadian diekspos oleh media massa. Bahkan, media
massa sering disebut sebagai alat pembentukan opini public. Kelima, Tokoh
Hampir dalam setiap kasus selalu tampil seorang tokoh. Konsensus yang
muncul biasanya amat tergantung pada tokoh yang menangani kasus
tersebut.
d. Pendirian
Sebagai ramuan pembentuk opini, pendirian mempunyai tiga
komponen pembentuk yang dikenal sebagai A-B-C of Attitude yaitu :
a. Affect atau perasaan (emosi) Komponen afektif merupakan elemen
evaluasi dalam unsur pendirian berdasarkan seseorang untuk menilai
sesuatu baik atau buruk.
b. Behavior atau perilaku Merupakan komponen untuk menggerakkan
seseorang secara aktif untuk melakukan tindakan atau berperilaku atau
suatu reaksi yang 30 sedang dihadapinya. Seperti memukul,
menghancurkan, menerima, atau menolak.
c. Cognition atau pengertian (penalaran) Komponen ini berkaitan dengan
penalaran seseorang untuk menilai sesuatu informasi, pesan, fakta, dan
pengertian yang berkaitan dengan pendiriannya. Komponen ini.
menghasilkan pengertian dari seseorang berdasarkan rasio atau
kemampuan penalarannya. 9
D. Penyusunan Strategi
Penyusunan strategi opini publik melibatkan berbagai aspek, terutama
dalam konteks komunikasi politik. Berikut adalah beberapa strategi utama yang
digunakan oleh media dalam membentuk opini publik:
1. Agenda Setting: Media memiliki kemampuan untuk menentukan isu-isu
mana yang dianggap penting dan layak mendapat perhatian publik. Dengan
mengatur agenda, media dapat mempengaruhi cara pandang masyarakat
terhadap isu-isu politik, kandidat, dan kebijakan.

9
Ruslan, Rosady. (2010). Manajemen Public Relations & Media Komunikasi. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada. Hlm 68.

6
2. Framing: Teknik ini melibatkan cara penyajian berita atau informasi,
dengan menekankan aspek-aspek tertentu dan mengecilkan atau
menghilangkan aspek-aspek lainnya. Media dapat menggunakan teknik
framing untuk membentuk bagaimana isu-isu politik digambarkan, sehingga
mempengaruhi bagaimana publik memandang isu-isu tersebut.
3. Priming: Strategi ini digunakan oleh media untuk memengaruhi opini publik
dengan menyoroti informasi atau perspektif tertentu secara selektif. Priming
melibatkan pengaruh persepsi publik terhadap isu atau kandidat tertentu
dengan menarik perhatian pada aspek-aspek tertentu dan membentuk
persepsi mereka.
4. Pengaruh Media Sosial: Kemunculan media sosial telah mengubah lanskap
komunikasi politik secara signifikan dan dampaknya terhadap opini public.
Platform media sosial telah menjadi saluran penting untuk menyebarkan
berita dan informasi, membentuk opini publik, dan mempengaruhi hasil
politik. Pengguna media sosial dapat menemukan informasi dari berbagai
sumber, menciptakan ruang gema dan gelembung filter yang dapat
memperkuat keyakinan dan opini yang ada.
E. Peran Media dalam Pembentukan Opini Publik
Peran media dalam membentuk opini publik merupakan proses yang
kompleks dan dinamis, dengan strategi komunikasi politik yang memainkan
peran penting. Melalui agenda setting, framing, priming, dan strategi
komunikasi lainnya, media dapat mempengaruhi persepsi publik terhadap isu-
isu politik, kandidat, dan kebijakan. Munculnya media sosial dan tantangan
terkait misinformasi dan literasi media semakin memperumit hubungan ini.
Pertimbangan etika juga memainkan peran penting dalam mengevaluasi peran
media dalam membentuk opini public.10
Media sendiri memiliki berbagai peran, salah satunya ialah dalam
mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang maupun sekelompok orang

10
Sarwa, Y. P., Hidaya, N., & Suaib, H. (2017). Peranan Komunikasi Terhadap Partisipasi
Politik Masyarakat (Studi Pada Kelurahan Waisai Kabupaten Raja Ampat). Gradual, 110–117.

7
ataupun masyarakat.11 Media mempengaruhi pandangan masyarakat dalam
proses pembentukan opini atau sudut pandangnya. Media dapat dikatakan
merupakan senjata yang ampuh bagi perebutan citra (image).12 Peran Media
merupakan sarana bagi komunikasi dalam menyiarkan informasi, gagasan dan
sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak. Hal ini
menunjukan media massa merupakan sebuah institusi yang penting bagi
masyarakat.
Media merupakan indrustri yang berubah dan berkembang yang
menciptakan lapangan kerja, barang dan jasa, serta menghidupkan indrustri
lain yang terkait, media juga merupakan indrustri tersendiri yang memiliki
peraturan dan norma-norma yang menghubungkan institusi tersebut dengan
masyarakat dan institusi sosial lainnya, di lain pihak, institusi diatur olah
masyarakat. Media merupakan sumber kekuatan alat kontrol, manajemen, dan
inovasi dalam masyarakat yang dapat di dayagunakan sebagai pengganti
kekuatan atau sumber daya lainnya.
Kekuatan media dalam membentuk isu tak bisa diragukan lagi. Dalam hal
ini tentu saja pesan media tak bisa dipisahkan begitu saja dari keberadaan
institusi media itu sendiri. Dalam perkembangannya kemudian diakui bahwa
media dalam prakteknya berada diantara kepentingan negara dan pasar, elite
tertentu atau pemilik media itu sendiri.
Setiap media dapat mewacanakan sebuah peristiwa politik sesuai
pandangannya masing-masing. Media memiliki kebijakan redaksional terkait
isi peristiwa politik yang ingin disampaikan. Kebijakan ini membuat media
banyak diincar oleh pihak-pihak yang ingin memanfaatkannya, begitu juga
sebaliknya. Pemberitaan peristiwa oleh suatu media kecenderungannya akan
berkaitan dengan media lainnya, sehingga terbentuk suatu rantai informasi
yang menambah kekuatan media dalam menyebarkan informasi dan mampu
memperbesar dampak yang diberikan kepada public.

11
Wazis, Kun. 2012, Media Massa dan Konstruksi Realitas, Malang: Aditya Media
Publishing. Hlm 31.
12
Bungin, Burhan. 2001, Imaji Media Massa, Yogyakarta: Jendela. Hlm 21.

8
Media menjadi salah satu hal yang dapat memicu terbentuknya opini
publik dan reaksi publik dengan hanya membaca koran atau melihat
pemberitaan di televisi. Media memiliki pengaruh yang kuat dalam dunia
perpolitikan, bisa memberikan keuntungan tersendiri bagi negara-negara yang
terkait karena apabila berita yang mereka sampaikan berhasil, maka mereka
akan mendapatkan dukungan dari banyak lapisan demi tercapainya tujuan
negara-negara yang bersangkutan.
F. Target Kemajuan Pendidikan
Target kemajuan pendidikan adalah serangkaian tujuan dan hasil yang
diharapkan dari sistem pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan
dan kemampuan individu. Berikut adalah beberapa target kemajuan pendidikan
yang umum ditemui:
1. Peningkatan Kualitas Pendidikan: Tujuan utama adalah meningkatkan
kualitas pendidikan yang disampaikan kepada siswa. Ini mencakup
peningkatan kualitas materi pelajaran, metode pengajaran, dan evaluasi.
2. Peningkatan Keterampilan dan Kompetensi: Pendidikan harus mampu
meningkatkan keterampilan dan kompetensi siswa, baik dalam bidang
akademis maupun non-akademis. Ini termasuk keterampilan berpikir kritis,
kreativitas, dan keterampilan hidup.
3. Peningkatan Partisipasi dan Keterlibatan Siswa: Sistem pendidikan harus
mendorong partisipasi dan keterlibatan siswa dalam proses belajar. Ini
mencakup pengembangan motivasi belajar, keterlibatan dalam proyek, dan
partisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler.
4. Peningkatan Akses dan Kesetaraan: Pendidikan harus menjadi lebih
terjangkau dan setara bagi semua siswa, terlepas dari latar belakang sosial
ekonomi mereka. Ini mencakup peningkatan akses ke fasilitas pendidikan
dan sumber daya belajar.
Target kemajuan pendidikan ini bertujuan untuk memastikan bahwa sistem
pendidikan dapat memenuhi kebutuhan siswa dan masyarakat, serta
menghasilkan individu yang siap menghadapi tantangan masa depan.

9
G. Kebijakan Pendidikan era Otonomi Daerah
Krisis ekonomi yang dialami bangsa Indonesia, telah berdampak
terhadap sistem pemerintahan Indonesia. Dimana sebelum bergulirnya
reformasi (1998), Indonesia dipimpin oleh Soeharto. Masa pemerintahan
Soeharto sistem pemerintahan dikenal dengan sistem sentralistik, artinya
semua kebijakan diambil dan dibuat oleh pusat. Lengsernya Soeharto yang
ditandai dengan masa reformasi, maka sistem pemerintahan berubah dengan
sistem desentralisasi atau yang dikenal dengan otonomi daerah. Otonomi
daerah yang merobah paradigma pemerintahan dari pusat ke daerah juga telah
mempengaruhi terhadap dunia pendidikan yang pada akhirnya telah dapat
melahirkan tentang sebuah kebijakan yang berkaitan dengan
otonomi pendidikan.
Daerah yang menginginkan kemajuan, sangat antusias dan serius
dalam merespon kehadiran otonomi pendidikan. Kabupaten-kota tidak
menyia-nyiakan kesempatan dan kepercayaan besar yang fundamental untuk
memajukan pendidikan di daerahnya, sebagai tolak ukur penting dalam
penyelenggaraan otonomi daerah. Melalui otonomi daerah bidang pendidikan
yang berhasil dilakukan dengan baik, daerah dalam jangka panjang memiliki
ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) bermutu untuk kepentingan
kesinanmbungan pembangunan di daerah.
Otonomi pendidikan sebagai konsekuensi dan hasil reformasi telah
menjadi komitmen politik sejak otonomi daerah diberlakukan. Pada saat
mulai dilangsungkannya otonomi pendidikan tahun 2000 dengan
diundangkannya UU Nomor: 22 tahun 1999 dan UU Nomor: 32 tahun 2004,
daerah memiliki kewenangan luas dan mendalam untuk mengelola
pendidikannya, mulai dari pendidikan pra sekolah sampai pendidikan
menengah. Semua pihak tanpa kecuali, utamanya pemerintah dan masyarakat
di daerah harus mendukung, melaksanakan, dan pendidikan yang berotonomi
harus disukseskan. Otonomi pendidikan memang diyakini sebagai modal
dasar untuk terselenggaranya pendidikan berkualitas. Otonomi pendidikan
juga diyakini dapat menghadapi tantangan yang terjadi dalam dunia
pendidikan. Melalui otonomi pendidikan akan terbangun sistem pendidikan

10
yang kokoh di daerah; demokratisasi pendidikan berjalan dengan partisipasi
nyata dan luas dari masyarakat, memupuk kemandirian, mempercepat
pelayanan, dan potensi sumberdaya lokal di daerah dapat didayagunakan
secara optimal untuk suatu kemajuan Pendidikan.13
Dalam menghadapi tantangan dunia pendidikan, otonomi luas
pendidikan menjadi jawaban dalam rangka meminimalisir -atau
menghilangkan- tantangan dunia pendidikan yang dihadapi serta sebagai
upaya meningkatkan mutu pendidikan itu sendiri.
H. Analisis
Opini publik merupakan salah satu cara untuk masyarakat atau
sekumpulan orang-orang yang ingin menyampaikan suatu pemikiran, pendapat,
masukan atau aspirasi yang ada dipikiranya tentang hal-hal yang di lihat atau
yang dirasakan secara langsung ataupun melalui media dan perantara lainnya,
hal ini dilakukan dengan cara melalui interaksi secara langsung ataupun
melalui media seperti media cetak, media massa bahkan media sosial
sekalipun. Opini publik juga bisa dilakukan beramai-ramai ataupun secara
individual.
Opini publik harus dipikirkan terlebih dahulu sebelum diungkapkan ke
kekhalayak dan disebar luaskan ke masyarakat lain baik diluar daerah atau
diluar negri. Opini public harus dilakukan secara berhati-hati agar komunikan
tersebut tidak menimbulkan kesimpulan sendiri dari apa yang telah
disampaikan dan hanya pasti akan menerima dampak negative eatau positif.
I. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa opini publik merupakan
salah satu cara untuk masyarakat atau sekumpulan orang-orangyang ingin
menyampaikan suatu pemikiran, pendapat, masukan atau aspirasi yang ada
dipikiranya tentang hal-hal yang di lihat atau yang dirasakan secara langsung
ataupun melalui media dan perantara lainnya, hal ini dilakukan dengan cara
melalui interaksi secara langsung ataupun melalui media seperti media cetak,

13
R, Amijoyo. (2001). Sistem Pendidikan dan Problematika Pendidikan di Indonesia.
Hlm 77.

11
media massa bahkan media sosial sekalipun. Opini publik juga bisa dilakukan
beramai-ramai ataupun secara individual.
Tugas public relations erat hubungannnya dengan pembentukan opini
publik dan perubahan sikap yang menguntungkan seperti perusahaan, lembaga,
instansi atau lains ebagainya. Opini Publik terjadi akibat persepsi-persepsi yang
timbul dan kemudian berkembang. Karena opini publik bukan organisasi dan
tidak ada pemimpinnya maka opini publik tidak bisa dikendalikan dan dapat
menimbulkan dampak positif atau negatif dari aktor politik, masyarakat atau
siapapun. Berdasarkan distribusinya opini public terbagi menjadi tiga yaitu
opini public seperti ungkapan tunggal, ungkapan kelompok dan ungkapan
massa dan selain itu opini publik memiliki beberapa faktor-faktor
yang mempengaruhi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Akdon. 2011, Strategic Management for Educational Management,


Alfabeta, Bandung.
Amijoyo, R. (2001). Sistem Pendidikan dan Problematika
Pendidikan di Indonesia.
Burhan, Bungin. 2001, Imaji Media Massa, Yogyakarta: Jendela.
Helena, Olli dan Erlita, Novi. Opini Publik. PT Indeks, Jakarta, 2011.

Hendri, Ezi. Komunikasi Persuasif Pendekatan dan Strategi, (Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya, 2019).
Kun,Wazis. 2012, Media Massa dan Konstruksi Realitas, Malang: Aditya Media
Publishing.
Morissan, Pengantar Public Relations Strategi Menjadi Humas Profesional,
(Jakarta: Ramdina Perkasa, 2006).
Ruslan, Rosady. Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2007).
Sarwa, Y. P., Hidaya, N., & Suaib, H. (2017). Peranan Komunikasi Terhadap
Partisipasi Politik Masyarakat (Studi Pada Kelurahan Waisai Kabupaten
Raja Ampat). Gradual.
Soemirat,Soleh dan Ardianto, Elvinaro. Dasar-Dasar Public Relations, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2015).

13

Anda mungkin juga menyukai