Anda di halaman 1dari 2

Nama : Alif Abiyi Nur ‘Asyam

NIM : 1182030013

Kelas/Semester : A/5

Mata Kuliah : Fiqh Lughah

A. Pengertian at-Tadaruf
Menurut al-Jurjani at-Tadaruf adalah beberapa kata yang sama mempunyai kesatuan
pengertian dengan ciri-ciri tertentu. Menurut Muhammad at-Tunji dan Raji al-Asmar at-Tadaruf
adalah perbedaan kata dengan satu pengertian. As-Suyuthi mendefinisikan at-Tadaruf yaitu
beberapa kata dengan satu arti, namun beliau lebih berhati-hati terhadap beberapa kata yang
mempunyai bahasan tertentu seperti al-insan wa al-busyro, kata ini mempunyai batasan dari segi
zat dan sifatnya. Dari beberapa penjelasan berikut dapat disimpulkan bahwa at-Tadaruf adalah
beberapa kata yang memiliki arti yang sama (sinonim).

B. Sikap peneliti terhadap munculnya at-Tadaruf


Sebagian ulama mengingkari adanya at-Tadaruf dalam bahasa Arab, dan berpendapat
bahwa lafadz-lafadz yang diduga maknanya sama sebenarnya hanyalah makna yang saling
menjelaskan.

Adapun pendapat para ahli tentang at-Tadaruf sebagai berikut:

1. Imam Fakhruddin
Beliau mendefinisikan tadaruf dengan lafadz-lafadz yang mufrad menunjukkan sesuatu
dengan makna yang satu. Menurut Imam Fakhruddin sebagian orang mengingkari adanya at-
Tadaruf, mereka mengatakan bahwa satu kata yang dianggap sebagai at-Tadaruf sebenarnya
berjauhan maknanya dari segi nama zat, nama sifat atau sifat dari sifat.

2. Ibnu Faris
Ibnu Faris berpendapat bahwa sasuatu yang diberi nama dengan nama yang bermacam-
macam seperti as-saef, al-muhannid dan al-husam sebenarnya hanya satu, yaitu as-saef,
sementara yang lainnya merupakan sifat dari as-saef. Ibnu Faris juga berpendapat bahwa
setiap kata mempunyai maknanya tersendiri yang tidak ada pada kata lain.

C. Sebab-sebab munculnya at-Tadaruf


1. Banyaknya perpindahan lafadz at-Tadaruf dari lahjah Arab ke lahjah Quraisy karena
lamanya proses pencampuran antara keduanya.
2. Penulis mu’jam mengambil mufradat dari lahjah yang bermacam-macam, sehingga
mu’jam tersebut mencakup mufradat-mufradat yang tidak digunakan dalam bahasa
Quraisy.
3. Para penulis mu’jam tidak membedakan antara makna hakiki dan makna majazi, sehingga
banyak mufradat yang seharusnya makna hakiki tetapi digunakan untuk makna majazi.
4. Banyaknya perpindahan dari sifat-sifat satu nama pada makna nama yang disifatinya.
5. Kebanyakan dari lafadz at-Tadaruf hakikatnya bukanlah at-Tadaruf, akan tetapi lafadz
itu lebih menunjukan kepada keadaan khusus.
6. Banyaknya perpindahan dari lafadz-lafadz samiyah dan muwalladah, juga lafadz yang
diragukan kearabannya ke dalam bahasa Arab.
7. Banyaknya tashrif (kekeliruan penulisan) dalam buku-buku bahasa Arab terdahulu,
khususnya ketika tulisan Arab luput dari syakal, titik dan harakat.

Anda mungkin juga menyukai