Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

MURADIF & MUSYTARAK

DISUSUN OLEH

MEY SYAH AULIA


A.pengertian Muradif dan Musytarak

Menurut KH. Mahfudh Shiddiq, yang dimaksud muradif adalah yang memiliki arti satu,akan tetapi memiliki
beberapa lafahz. Sedangkan yang dimaksud dengan musytarak adalahyang memiliki lafahz satu, akan tetapi
memiliki arti lebih dari satu.

1.pengertian MURADIF

muradifadalah kalimat yang teksnya (lafadz) banyak, sedangkan artinya sama (sinonim)Seperti lafadz al asād
dan al-laiś artinya singa, atau ayah, bapak, father artinya orang tua laki-laki.Kalau dalam contoh bahasa
Indonesia seperti kata rajin dan giat, kata kredit dan cicil, berdusta dan berbohong dll.Mengenai hukum
muradif, para ulama berbeda pendapat, apakah dua lafaz atau lebih yang memiliki arti sama ini dapat saling
dipertukarkan dalam pemakaiannya atau tidak.

Dalam hal ini, para ulama berbeda pendapat. Ada yang memperbolehkannya, tetapi ada juga yang melarang.
Namun pendapat yang kuat adalah memperbolehkan, selama tidak ada halangan syara’. Kebolehan ini pun
terbatas kepada selain lafaz-lafaz dalam Al-Qur’an, karena Al-Qur’an adalah firman Allah yang bersifat
mukjizat yang tidak boleh ditukar apalagi diganti.

2.pengertian MUSYTARAK

Sedangkan musytarak (homonim) dalam bahasa Arab mempunyai arti satu kata memiliki banyak makna.
Musytarak adalah bagian dari ’ijazul Qur’an (satu kata yang memiliki dua makna atau lebih yang sebanding
dengan makna lainnya). Lafazh musytarak terkadang berupa isim, fi’il seperti sighat perintah untuk kewajiban
danmenganjurkan untuk dilaksanakan dan nadb atau berupa huruf, misalnya wawu ‘atha(kata sambung) dan
untuk (menyatakan keadaan).

Apabila dalam nash terdapat lafazh musytarak, jika musytarak antara makna kebahasaan dan makna
terminologis secara syar’i, maka lafazh itu wajib dibawa kepada makna syar’inya dan jika musytarak antara
dua makna atau lebih dari makna kebahasaan,maka ia wajib dibawakan kepada salah satu maknanya dengan
suatu dalil yang menentukannya.
B.redaksi MURADIF DAN MUSYTARAK

1.redaksi MURADIF

Kaidah yang berkaitan dengan muradif, jumhur ulama’ menyatakan bahwa mendudukkan dua muradif pada
tempat yang lain diperbolehkan selama hal itu tidak dicegah oleh syari’.Perbedaan pendapat ini seputar
amalan dzikir shalat selain Al Quran, karena pada lafazh Al Quran terletak aspek keibadahan sekaligus
menjadi mukjizat baginya.

Di antara cabang masalahnya adalah apa yang diutarakan Imam Malik bahwa lafazh takbir tidak sah selain
Allahu akbar, sedangkan menurut Imam Syafi’iy boleh Allahu akbar dan Allahul akbar, dan Imam Abu Hanifah
membolehkan takbir dengan semua lafazh yang bermakna sama seperti Allahul a’zham dan Allahul ajal.Yang
mengatakan tidak sah berpendapat bahwa ada penghalang syar’iy atas pembolehan hal tersebut, yaitu
bahwa aspek keibadahan terletak pada bacaan dzikir shalat (lafazh).Di antara para ulama juga ada yang
mengatakan tidak sah jika dari bahasa yang berbeda, seperti menggunakan lafazh Allah Maha Besar, atau
dengan bahasa Persia, Khoza Akbar.

2.redaksi MUSYTARAK

Beberapa faktor yang menyebabkan redaksi itu menjadi musytarak antara lain:

1. Terjadinya perbedaan kabilah-kabilah arab di dalam menggunakan suatu kata untuk


menunjukkan terhadap satu makna. Seperti perbedaan dalam pemakaian kata"‫َدي‬,dalam satu kabilah kata ini
digunakan untuk makna hasta seluruhnya, sedang kabilah yang lain untuk arti telapak tangan sampai siku,
dan kabilah yang lainnya lagi mengartikannya hanya untuk telapak tangan saja.
2. Terjadinya makna yang berkisaran / keragu-raguan antara makna hakiki dan majazi. Seperti lafadz ‫سيارٌة‬,
yang semula dipakai untuk arti kafilah yang mengadakan perjalanan, kemudian juga digunakan untuk arti
bintang-bintang yang beredar mengelilingi matahari, dan terakhir lafadz itu diartikan sebagai mobil.
3. Terjadinya makna yang berkisaran / keragu-raguan antara makna hakiki dan makna istilah syar’i. Seperti
lafadz ‫ َةًلصَّ اَل‬,yang dalam bahasa bermakna do’a, kemudian dalam istilah syar’i digunakan untuk
menunjukkan makna ibadah tertentu yang kita kenal selama ini.

C. ketentuan Hukum lafadz Muradif dan musytarak


1.ketentuan hukun lafadz MURADIF

Meletakkan lafadz muradif di tempat lafadz lainnya,diperbolehkan apabila tidak ada halangan dari
syarah'.pendapatan lain mengatakan:mengatakan lafal muradif di tempat lainnya,diperbolehkan asal masih
satu bahasa [19]

tentang lafal muradif tidak ada perbedaan pendapat di kalangan ulama bahwa lafal yang satu dapat
menempati tempat yang lain selain tidak mengubah makna dan tidak ada larangan syara' untuk
mempergunakan nya [20]

Perbedaan pendapat tersebut hanya mengenal lafal selain AI-QUR'AN yaitu zikir-zikir dalam ayat dan lafal-
lafal lainnya.imam malik mengatakan,tidak boleh membaca takbir kecuali dengan lafal allahuakbar

2.ketentuan hukum lafadz Musytarak

A. apabila lafadz tersebut mengandung kebolehan terjadinya musytarak antara arti bahasa dan istilah
syara'.maka yang ditetapkan adalah arti istilah syara'[10] kecuali ada indaksi-indaksi yang menunjukkan
bahwa yang di maksud adalah arti dalam istilah bahasa.(11)

B. apabila lafadz tersebut mengandung kebolehan terjadinya banyak arti,maka yang ditetapkan adalah salah
satu arti saja dengan dalil-dalil(qarinah)yang menguatkan dan menunjukkan salah satu dari arti tersebut.baik
berupa qarinah lafadziyah maupun qarinah haliyah.ada yang di maksud qarinah lafadziyah adalah suatu kata
yang menyertai nash.

C. jika tidak ada qarinah yang dapat menguatkan salah satu arti lafadz-lafadz tersebut,menurut golongan
hanafiyah harus dimauqufkan sampai adanya dalil yang dapat menguatkan salh satu artinya.

D.contoh lafadz MURADIF DAN MUSYTARAK


Dalam al-quran seorang pembaca akan banyak menemukan lafal-lafal Muradif

a.contoh lafadz muradif

1.al-khauf dan khasyah(takut)

Kedua kata ini memiliki arti yang sama akan tetapi jelas sudah menjadi rahasia umum jika kata al-
khasyah adalah lebih tinggi atau lebih kuat makna ketakutannya daripada kata Al-khauf. ‫َو الزيَن يصُلوَن‬
‫َ مَاامراللةبه ان يو صل ويخشون ربهم ويخَافون سوءالحساب‬

artinya:dan orangg-orang yang menghuungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan
mereka takut kepada Tuhannya dan takut terhadap hisab yang burukDalam ayat ini memberitahukan
bahwa sesungguhnya al-khasyhah dikhususkan hanya untuk Allah SWT.sebab lafadh al-khasyah itu
berfaedah memuliakan. Sedangkan lafadh al-khouf berfaedah melemahkan atau dha’if.

Dalam ayat ini memberitahukan bahwa sesungguhnya al-khasyhah dikhususkan hanya untuk Allah
SWT.sebab lafadh al-khasyah itu berfaedah memuliakan.

B.contoh lafadz musytarak

Contoh lafadh musytarak yang sering kita jumpai dalam surah al-Baqarah : 288 adalah sebagai berikut :

‫َو اْلُم َطْلقاُت َيَتََر َبْص َن ِباَنُفِس ِهّن َشل شةقر و ََُِء‬

“Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru’.”

Lafadh quru’ dalam ayat tersebut, dalam bahasa Arab bias berarti suci dan bias pula berarti masa haidh.Oleh
karena itu, seorang mujtahid harus mengerahkan segala kemampuannya untuk mengetahui arti yang dimaksudkan
oleh syari’ dalam ayat tersebut.

Anda mungkin juga menyukai