Anda di halaman 1dari 4

FILSAFAT WAISESIKA

Disusun dan diajukan untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah


“Filsafat Hindu-Buddha”

DISUSUN OLEH:

NICOLAS NESTA RAMA UMBU LADO


2301551005

PROGRAM STUDI ARKEOLOGI


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS UDAYANA
2024
RANGKUMAN

1. Filsafat Waisesika

Ajaran Waisesika Darsana didirikan oleh Rsi Kanada (dikenal pula


dengan nama Aulukya dan Kasyapa). Pada dasarnya, Waisesika merupakan
pengembangan dari ajaran Nyaya Darsana. Prinsip-prinsip pokok mengenai
hakikat sang diri serta teori alam semesta tetap sama. Waisesika mengambil
nama ‘visesa’ yang berarti kekhususan yang merupakan pembeda ciri-ciri
dan benda-benda. Vaisesika dimulai dengan pencarian atas kategori-kategori
(padartha) yakni penghitungan sifat-sifat tertentu yang dapat dikatakan
tentang benda-benda yang ada. Sebuah padartha merupakan suatu obyek
yang dapat dipikirkan (artha) dan diberi nama (pada). Padartha dalam
Waisesika Darsana berjumlah tujuh (7) kategori, yakni:

1. Drawya, benda-benda atau substansi yang berjumlah sembilan (9),


yakni: tanah (prthivi), air (apah), api (tejah), udara (vayu), ether (akasa),
waktu (kala), ruang (dis), roh (jiwa), serta pikiran (manas). Empat
drawya pertama dan drawya terakhir (pikiran/manas) merupakan
substansi abadi yang tidak meresapi segalanya, namun dalam
persenyawaan sifatnya tidak abadi.
2. Guna, sifat atau ciri-ciri dari substansi yang terdiri dari: rupa atau warna,
rasa, bau (gandha), sentuhan (sparsa), jumlah (samkhya), ukuran
(parimana), keanekaragaman (prthaktva), persekutuan (samyoga),
keterpisahan (vibhaga), keterpencilan (paratva), kedekatan (aparatva),
bobot (gurutva), keenceran (dravatva), kekentalan (sneha), suara
(sabda), sifat pembiakan sendiri (samskara), pemahaman (budhi),
kesenangan (sukha), penderitaan (duhkha), kehendak (iccha), kebencian
(dvesa), usaha (prayatna), kebajikan (dharma), serta kekurangan/cacat
(adharma). Delapan guna terakhir merupakan sifat dari roh, sementara
yang lain milik substansi material.
3. Karma, kegiatan yang terkandung dalam suatu gerakan yang terdiri dari
gerakan ke atas (utksepana), gerakan ke bawah (avaksepana), gerakan
membengkok (A-kuncana), gerakan mengembang (prasarana), serta
gerakan menjauh dan mendekat (gamana).
4. Samanya, bersifat umum yang menyangkut dua (2) permasalahan yakni
(1) sifat umum yang lebih tinggi dan lebih rendah, serta (2) jenis kelamin
dan spesies.
5. Visesa, kekhususan yang dimiliki oleh sembilan substansi abadi
(drawya).
6. Samawaya, keterpaduan satu jenis, yakni keterpaduan antara substansi
dan sifatnya.
7. Abhava, ketiadaan dan penyangkalan yang terdiri dari empat jenis, yakni
ketiadaan dari suatu benda sebelumnya (pragabhava), penghentian
keberadaan/eksistensi (dhvasabhava), ketiadaan timbal balik
(atyantabhava), dan ketiadaan mutlak (anyonyabhava).

Waisesika, seperti Nyaya Darsana, menyatakan penciptaan alam


semesta pada dasarnya didasarkan oleh dua sebab, yakni nimita sebagai
penyebab efisien dan juga upadana sebagai penyebab material. Isvara
dipandang sebagai nimita karana dan menciptakan alam semesta dengan
penggunaan upadana.
DAFTAR PUSTAKA

Khrisna, I. B. W. (2022). Darsana. Singaraja: Mpu Kuturan Press.

Kumar, S. (2013). Classical Vaisesika in Indian Philosophy: On Knowing and


what is to be Known. Routledge.

Surpi, N. K., & Ardana, I. K. (2022). Metode Pembelajaran Filsafat Hindu: Studi
Teks Filsafat India Klasik dan Proyeksinya pada Pembelajaran Filsafat Hindu
Dewasa ini. Jurnal Penelitian Agama Hindu, 6(4), 289-304.

Anda mungkin juga menyukai