Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

SATUAN OPERASI
(TPPB213104)

ACARA I
PRINSIP KEKEKALAN MASSA DAN ENERGI

DISUSUN OLEH:
NAMA : NUR RISKIYAH ALFARASI
NIM : 22/496493/TP/13458
KELOMPOK : D2
CO ASS : 1. VINCENTIUS FERRY SURYA DWINATA
2. WARDA FEBRIANTI

LABORATORIUM TEKNIK PANGAN DAN PASCAPANEN


DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak dapat terlepas dari massa dan
energi. Massa dan energi terlibat dalam berbagai fenomena dan aktivitas yang
kita lakukan. Massa dan energi merupakan dua konsep dasar yang penting
dalam ilmu fisika. Massa dan energi tidak dapat dipisahkan dan diciptakan,
tetapi dapat dikonversi menjadi bentuk lain. Hal inilah yang dinamakan
prinsip kekekalan massa dan energi.
Prinsip kekekalan massa dan energi merupakan salah satu prinsip dasar
yang penting dalam bidang teknik terutama teknik pertanian dan biosistem.
Prinsip ini menyatakan bahwa massa total suatu sistem selalu konstan. Dalam
lingkup industri, prinsip kekekalan massa memiliki banyak manfaat. Oleh
karena itu, praktikum “Prinsip Kekakalan Massa dan Energi” perlu dilakukan
untuk mengetahui prinsip kekakalan massa, prinsip kekekalan energi, neraca
massa, serta neraca energi.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Mempelajari prinsip kekekalan massa
2. Mempelajari prinsip kekekalan energi
3. Melakukan analisis neraca massa
4. Melakukan analisis neraca energi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Neraca massa adalah suatu metode untuk menghitung massa total bahan
yang masuk, keluar, dan terakumulasi dalam suatu sistem selama periode waktu
tertentu. Metode ini didasarkan pada hukum kekekalan massa, yang menyatakan
bahwa massa total suatu sistem selalu konstan. Prinsip umum neraca massa adalah
membuat sejumlah persamaan yang saling tidak tergantung satu sama lain, dimana
persamaan-persamaan tersebut jumlahnya sama dengan jumlah komposisi massa
yang tidak diketahui. Persamaan-persamaan ini dapat digunakan untuk
menghitung massa total bahan yang masuk, keluar, dan terakumulasi dalam sistem
(Alexander, 2018). Prinsip kekekalan massa digunakan dalam analisis neraca
massa. Neraca massa berfungsi untuk mencari jumlah komposisi massa
berdasarkan jumlah massa yang telah diketahui (Yuliani, 2019).
Perhitungan neraca energi didasarkan pada hukum kekekalan energi, yang
menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan, tetapi
dapat berubah bentuk. Perhitungan neraca energi dilakukan dengan cara
menjumlahkan semua energi yang masuk ke dalam sistem, energi yang keluar dari
sistem, dan energi yang tersimpan dalam sistem. Bentuk umum dari hukum
pertama termodinamika untuk aliran steady ditunjukkan pada persamaan berikut
ini:

( ) ( )
2 2
v v
∆ Q−∆ W =∑ mc hc+ + gze −∑ mi hi+ + gze +QL+ QA (1)
2 2
Dengan mengabaikan kerja listrik (W), serta energi kinetik dan energi potensial
material yang masuk dan keluar sistem, maka persamaan neraca energi dapat
disederhanakan. Persamaan neraca energi yang disederhanakan adalah sebagai
berikut:
T
∆ Q=M ∫ Cp dT + QL+QA (2)
Tref

(Alexander, 2018)
Dimana:
∆ Q : Energi panas yang masuk ke dalam sistem
Cp: Kapasitas panas pada tekanan konstan
QL: Kalor laten
QA: Panas aktivasi
Massa dikatakan kekal ketika jumlah massa masuk sama dengan jumlah
massa keluar. Hal tersebut sejalan dengan hukum kekekalan massa
yangmenyatakan bahwa massa dari suatu sistem tertutup akan konstan meskipun
terjadi berbagai macam proses didalam sistem tersebut (Wiyatno et al., 2017).
Kesetimbangan massa adalah suatu keadaan di mana jumlah massa dari suatu zat
yang masuk ke dalam sistem sama dengan jumlah massa dari zat yang keluar dari
sistem. Prinsip ini berlaku karena dalam proses ini massa dianggap tidak berubah,
sehingga disebut sebagai hukum kekekalan massa (Gamboa et al., 2016).
Produk yang mendapat gaya dari luar dapat mengalami perubahan massa
dan energi. Massa dan energi yang hilang pada produk dikonversi ke bentuk yang
lain. Hal ini dikarenakan sesuai dengan hukum kekekalan massa dan kekekalan
energi. Dimana massa dan energi tidak dapat diciptakan dan dihancurkan
melainkan hanya dapat dirubah bentuknya (Purnaditya, 2020).
BAB IV
HASIL

Berdasarkan praktikum acara I, diperoleh beberapa hasil analisa data


berupa grafik sebagai berikut:

0.04
0.035
0.03
0.025
m (kg/s)

0.02
0.015
0.01
0.005
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
h (m)

45oc 90oc

Gambar 4.1 Grafik laju massa tertampung terhadap ketinggian


0.3

0.25

0.2
m (kg/s)

0.15

0.1

0.05

0
0 20 40 60 80 100 120 140
t (s)

45oc 90oc

Gambar 4.2 Grafik laju massa tertampung terhadap waktu

0.6

0.5

0.4
m (kg/s)

0.3

0.2

0.1

0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
h (m)

45oc 90oc

Gambar 4.3 Grafik laju massa tertampung terhadap ketinggian


0.2
0.18
0.16
0.14
0.12
m (kg/s)

0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
0 50 100 150 200 250
t (s)

45o 90o

Gambar 4.4 Grafik laju massa tertampung terhadap waktu

BAB V
PEMBAHASAN

Perhitungan neraca energi didasarkan pada hukum kekekalan energi, yang


menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan, tetapi
dapat berubah bentuk. Perhitungan neraca energi dilakukan dengan cara
menjumlahkan semua energi yang masuk ke dalam sistem, energi yang keluar dari
sistem, dan energi yang tersimpan dalam sistem. Neraca massa adalah suatu
metode untuk menghitung massa total bahan yang masuk, keluar, dan
terakumulasi dalam suatu sistem selama periode waktu tertentu. Metode ini
didasarkan pada hukum kekekalan massa, yang menyatakan bahwa massa total
suatu sistem selalu konstan (Alexander, 2018).

Debit aktual cairan yang keluar dari kran adalah ukuran kecepatan aliran cairan
yang keluar dari kran. Debit aktual ini dapat diukur dengan berbagai cara, salah
satunya dengan menggunakan gelas ukur. Hasil rata-rata debit aktual yang didapat
dengan bukaan kran 45o sebesar 0,00008549 m2/s dan hasil pengukuran laju aliran
massa ke gelas ukur sebesar 0,0000114. Hasil keduanya hampir mendekati sehingga
sesuai dengan teori, yaitu debit aktual cairan yang keluar dari kran sama dengan hasil
yang diperoleh pada pengukuran laju aliran massa ke gelas ukur. Hasil rata-rata debit
aktual yang didapat dengan bukaan kran 90oc sebesar 0,000357619 m/s2 s dan hasil
pengukuran laju aliran massa ke gelas ukur sebesar 0,00003291 m/s2. Hasil keduanya
sangat berbeda jauh. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti keslaahan
pengukuran, pembukaan kran yang tidak akurat, dan sebagainya.

Berdasarkan gambar 4.1 dapat dilihat bahwa laju massa tertampung dari
bukaan 900 lebih tinggi dibandingkan laju masa tertampung dari bukaan kran 45 0.
Dalam keadaan stedy state akan lebih cepat tercapai saat bukaan kran 1 dibuka 90 0
karena luas permukaan kran air yang lebih besar sehingga menyebabkan
perpindahan air akan semakin cepat dan besar. Luas permukaan berbanding lurus
dengan debit maka semakin besar luas permukaan kran semakin besar nilai laju
massanya.
Berdasarkan gambar 4.2 dapat dilihat bahwa waktu pengisian lebih singkat
pada variasi bukaan 900 daripada bukaan 450. Untuk nilai laju massa variasi
bukaan 900 lebih besar daripada 450 karena luas permukaan berbanding lurus
dengan debit maka semakin besar luas permukaan kran semakin besar nilai laju
massanya.
Berdasarkan gambar 4.3 dapat dilihat bahwa kecepatan pengisian air
dengan variasi bukaan kran 450 dan 900. Dari gambar dapat dilihat bahwa variasi
bukaan 900 lebih cepat dari bukaan 450. Untuk laju massa bukaan 900 memiliki
nilai yang lebih besar daripada bukaan 45 0. Jadi semakin besar bukaan kran maka
laju massa air yang keluar dan waktu pengisian juga semakin cepat.
Berdasarkan gambar 4.4 dapat dilihat bahwa fenomena yang terjadi pada
praktikum ini adalah mencari kesetimbangan pada dua variasi bukaan.
Berdasarkan gambar, dapat dilihat bahwa laju aliran pada bukaan kran 45 0 konstan
atau tetap pada detik 205-2015, walaupun besar bukaan berbeda, dapat terjadi
konstan pada bukaan tersebut. Fenomena ini disebabkan karena pada bukaan kran
900 terjadi penurunan tekanan karena air pada bak 1 berkurang, sehingga
menyebabkan konstan pada variasi detik tertentu pada bak 2. Terlihat pada
gambar 4.4 bahwa waktu yang dibutuhkan untuk mencapai stady state pada
bukaan 900 lebih cepat.
Prinsip kekekalan massa merupakan salah satu prinsip dasar yang penting
dalam bidang teknik. Prinsip ini memiliki banyak manfaat dalam lingkup industri,
salah satu contohnya pada proses evaporasi. Prinsip kekekalan massa dapat
digunakan untuk memastikan bahwa proses evaporasi berjalan sesuai dengan yang
diinginkan. Caranya adalah dengan mengetahui jumlah massa yang masuk dan
keluar dari sistem. Dengan mengetahui jumlah massa yang masuk dan keluar, kita
dapat menghitung jumlah massa yang teruapkan. Hal tersebut sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Setyawan & Sehendra (2018) yang berjudul
“Analisis Perhitungan Evaporator dan Kondensor yang Digunakan pada Alat
Desalinasi Air Laut Sistem Vakum Alami Menggunakan Energi Surya. Penelitian
tersebut menggunakan prinsip kekekalan massa.

BAB VI
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum acara I dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kekekalan massa merupakan sebuah sifat dari massa dimana massa
tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, tetapi hanya bisa
dirubah atau dikonversi kebentuk lain.
2. Kekekalan energi merupakan sebuah sifat dari energi dimana energi
tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, tetapi hanya bisa
dirubah atau dikonversi kebentuk lain.
3. Neraca massa merupakan perhitungan dimana laju akumulasi sistem
massa merupakan hasil pengurangan antara input dan output atau bisa
dilihat pada persamaan:
Input massa – output massa = laju akumulasi massa dalam sistem
4. Neraca energi merupakan perhitungan dimana laju akumulasi sistem
energi merupakan hasil pengurangan antara input dan output atau bisa
dilihat pada persamaan:
Input energi – output energi = laju akumulasi energi dalam sistem

DAFTAR PUSTAKA

Alexander, M. A. (2018). Neraca Masa dan Energi Pengelolaan Sampah Terpadu-


Penujah Kabupaten Tegal. Jurnal Ilmiah TEKNOBIZ, 8(3), 133.
Gamboa, G., Kovacic, Z., Di Masso, M., Mingorría, S., Gomiero, T., Rivera-
Ferré, M., & Giampietro, M. (2016). The Complexity of Food Systems:
Defining Relevant Attributes and Indicators for the Evaluation of Food
Supply Chains in Spain. Sustainability, 8(6), 515.
Purnaditya, N.P. 2020. Penerapan Konsep Lagrangian-Eularian Dalam
Pengembangan Dasar Model Matematika Hidraulika Aliran dan
Transportasi Polutan: Sebuah Kajian Literatur. Jurnal Fondasi. 9(2):
175-187.
Qin, R., & Duan, C. (2017). The principle and applications of Bernoulli equation.
Journal of Physics: Conf. Series 916.
Setyawan, E, Y., & Suhendra, D. (2018). Analisis Perhitungan Evaporator dan
Kondensor yang Digunakan pada Alat Desalinasi Air Laut Sistem Vakum
Alami Menggunakan Energi Surya. Jurnal Flywheel, 9(1), 22-29.
Wiyatno, T. N., Amalia, P. R., & Haryanti, D. (2017). Analisis Efisiensi Panas
Tunnel Kiln pada PT Xyz dengan Neraca Massa dan Energi`1(2), 69.
Yuliani, H.R. (2019). Neraca Massa dan Neraca Panas. Deepublish, 3-4.

Anda mungkin juga menyukai