Marilah kita senantiasa bertaqwa kepada Allah swt dengan sebenar-
benarnya bertaqwa, bukan hanya taqwa dalam ucapan saja, melainkan taqwa yang dinyatakan dalam perbuatan sehari-hari, baik dalam keadaan sepi maupun dalam keadaan ramai. Ketahuilah dengan taqwa yang sungguh-sungguh maka harapan besar kelak pada akhirnya di dalam menghadapi ajal, kita mendapat pertolongan dan hidayah dari Allah SWT sehingga kita akan dalam keadaan khusnul khatimah.
Saudara-saudara kaum muslimin yang dirahmati Allah SWT.
Ayat di atas merupakan perintah Allah SWT kepada hambanya yang
beriman agar bersama-sama dengan orag yang bnar. Artinya kita bersama-sama di dalam ian, bersama-sama dengan mereka dalam semua ucapan dan perbuatan, bersama mereka dalam janji-jani dan perlakuan, bersama mereka dalam kerahasiaan dan keterbukaan atau kejujuran.
Kejujuran adalah budi pekerti yang sangat kuat kaitannya dengan
kemaslahatan perorangan ataupun kelompok jama’ah dan merupak isi yang paling kuat untuk membenahi masyarakat dan menegakkan aturan-aturannya. Menghias diri dengan kejujuran adalah keutamaan dan melepas diri daripadanya adalah kehinaan. Kejujuran adalah tanda-tanda keimanan dan kesucian jiwa, serta pertanda dari keselamatan kita. Kejujuran menunjukkan atas keindahan sifat dan ketinggian moral seseorang. Kejujuran pula yang membentuk pelakunya menjadi cinta kepada Allah dan cinta kepada hamba-hambanya yang mukmin. Akan tetapi manakala kejujuran telah lenyap dari diri seseorang, maka akan timbul kedustaan dalam jiwanya, juga muncul sifat kemnafikan, penipuan, penghianatan, dan kemudian menyalahi janji.
Saudara-saudara kaum muslimin rahimakumullah
Kebohongan atau dusta adalah polusi yang mencemari segala kebaikan
dalam kehidupan manusia. Suatu kebaikan ketika di dalamnya ada dusta maka rusaklah kebaikan tersebut. Sebuah kebenaran ketiga ditegakkan dengan dusta maka rusaklah kebenarannya. Dusta adalah perbuatan buruk dan aib yang paling keji. Ismail bin Wasith berkata “setelah Rasulullah wafat, saya pernah mendengar Abu Bakar al-Siddiq berkata dalam khutbahnya: Rasulullah pernah berdiri di tengah-tengah kami di tempat ini pada tahun-tahun pertama, kemudian beliau menangis seraya bersabda: Dalam kehidupan manusia sekarang ini, dusta atau hoax sudah merajalela tidak terkecuali di Negeri kita. Dusta dan para pendusta mengepung diri kita. Orang yang tidak mau berdustapun bisa terpojok dan terpaksa berdusta ketika berurusa dengan pendusta. Seorang koruptor sudah pasti pendusta, bahkan dustanya banyak dan berlapis-lapis. Pertama korupsinya sendiri sebuah dusta, lalu ia harus berdusta atau berpenampilan dusta untuk menutupi dustanya. Kalau dia terjerat hukum, lebih lagi dustanya semakin menjadi-jadi, bahkan bisa didukung oleh pembelaan hukum yang juga berdusta.
Seorang pemimpin sangat rawan berdusta, pertama ketika ia
berkampanye mau jadi pemimin; menjadi Bupati, Wali Kota, Gubernur, atau bahkan presiden. Bisa jadi dalam kampanyenya banyak sekali dusta. Rakyat sudah sangat maklum dengan yang namanya janji kampanye. Kedua, setelah terpiih jadi pemimpin, jika janji itu tidak terpenuhi, maka jadilah ia sebagai janji dusta. Lalu kalau ia terlibat korupsi lagi, maka semakin menjadi-jadilah dustanya. Kita bisa menyaksikan bagaimana dusta menjadi alat ampuh untuk membela diri bagi orang-orang yang ditengarai korupsi. Betapa banyaknya korupsi di Negeri ini, mulai dari yang kecil-kecil hingga hal yang besar. Dustanya juga berawal dari yang berkata”politik tanpa dusta bukanlah politik.
Dalam politik orang bisa saling mejatuhkan untuk berebutan kursi
kekuasaan. pasti disana dusta menjadi alat ampuh. Jadi sekarang kita memang sudah dikepung oleh perbuatan dusta. Kita hidup dalam atmosfir penuh dusta. Dusta menjadi polusi yang jauh lebih merusak kehidupan, melebihi polusi fisik. Padahal kalau seorang hamba berdusta satu kali, maka malaikat akan menjauh darinya. Hal ini sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Turmuzi Rasulullah SAW bersabda: Hadirin kaum muslimin rahimakumullah
Dusta yang sudah demikian itu, menjadikan masyarakat jadi kehilangan
kepercayaan antara satu dengan yang lain. Masyarakat menjadi curiga, masyarakat juga tidak percaya pada pemimpin dan para elit negerinya. Padahal seharusnya modal utamanya untuk menjadi pemimpin bersih dari dusta alias jujur.
Nabi Muhammad sebelum diangkat menjadi nabi, dikenal sebagai orang
yang tidak pernah berdusta. Itulah kekuatan beliau sebagai bekal kepemimpinan. Apakah arti kehidupan bermasyarakat jika sudah demikian adanya. Rahmat dan berkah Allah menjadi jauh. Bisa saja materi berlimah tapi tidak membawa kedamaian dan ketenangan. Allah SWT sebenarnya berjanji dengan firmannya dalam surah al-A’raf ayat 96:
Tentu saja salah satu indikasi iman dan tqwa yaitu tidak berdusta, karena dusta adalah sebuah tanda kemunafikan, bukan tanda keimanan dan ketaqwaan.
Kaum muslimin jamaah jum’at rahimakumullah
Mari kita bersihkan negeri ini dari polusi dusta, mari mulai dari diri sendiri. Maka kita selalu bertqwa kepada Allah SWT dan senantiasa berlaku jujur, karena kejujuranlah kunci segala kabikan dan jalan menuju keredaan Allah SWT semoga kita senantiasa diberi hidayah untuk tetap dapat berlaku jujur di tengah maraknya ketidakjujuran. Amin ya rabbal alamin.