Anda di halaman 1dari 11

Review Jurnal Teknik Sampling yang digunakan pada Jurnal Penelitian “Analisis

Kandungan Fitokimia pada Berbagai Jenis Makroalga di Pantai Jungwok, Kabupaten


Gunungkidul, Yogyakarta”

Disusun Oleh:
Kelompok 2 Kelas A

Anggota Kelompok:
Aina (2211015220011) Nanda Hesti Rahmawati (2211015220013)
Alma Ramadhani (2211015220039) Nanda Putri (2211015120017)
Erika Indriani (2211015220023) Nur Adnina Kautsarany (2211015320007)
Irsa Chairamu’ti (2211015320001) Putri Fadyanisa Ananda (2211015120011)
Hanifah Rahmatinnisa (2211015220041) Sri Purnama Sari (2211015320013)
Maryamah Azahra (2211015120003) Zalfa Fairuz Nabilla (2211015120001)
Nadia Humaira (2211015320021)
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Apt. Arnida, M.Si

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
APRIL 2024
REVIEW JURNAL

Judul : Analisis Kandungan Fitokimia pada Berbagai Jenis


Makroalga di Pantai Jungwok, Kabupaten Gunungkidul,
Yogyakarta

Jurnal : Saintek Perikanan

Volume dan Nomor Jurnal : Volume 16 & Nomor 1

Tanggal & Tahun : April 2020

Penulis : Heny Budi Setyorini dan Ernastin Maria


Pendahuluan

Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di wilayah tropis dan memiliki
beranekaragam flora dan fauna yang perlu dikembangkan dan dilestarikan. Salah satunya adalah
keanekaragaman tanaman yang memiliki banyak dampak yang menguntungkan, baik bagi
manusia, hewan, maupun lingkungan. Indonesia kaya akan tanaman obat berkhasiat dalam
mengobati penyakit tertentu dan telah digunakan secara turun-temurun oleh sebagian besar
masyarakat Indonesia. Penggunaan tanaman obat telah dilakukan sejak berabad-abad yang lalu.
Indonesia merupakan negara dengan biodiversitas terbesar kedua di dunia, ditunjukkan dengan
tingginya jumlah tanaman obat asli Indonesia. Area hutan hujan tropis di Indonesia meliputi 143
juta hektar dan menjadi tempat tinggal bagi sekitar 80% tanaman obat dunia. Diperkirakan
terdapat 28.000 spesies tanaman di hutan tropis Indonesia yang 1.845 di antaranya memiliki
potensi untuk digunakan sebagai obat. Jumlah ini dapat terus meningkat sejalan dengan
inventarisasi dan investigasi spesies-spesies tanaman lain yang belum pernah diteliti sebelumnya
(Fakhrudin et al., 2023).
Fitokimia (phytochemicals) berasal dari bahasa latin dari kata phyto dan chemicals, phyto
artinya tumbuan, sedangkan chemicals artinya bahan-bahan kimia. Fitokimia adala bahan-bahan
atau senyawa-senyawa kimia yang dihasilkan oleh tumbuhan, yaitu sebagai metaboliit sekunder.
Fitokimia merupakan kajian ilmu yang mempelajari sifat dan interaksi senyawa kimia metabolit
sekunder dalam tumbuan. Keberadaan metabolit sekunder sangat penting bagi tumbuhan untuk
mempertahankan dirinya dari makhluk hidup lainnya dan dapat membantu pada proses
penyerbukan. Fitokimia juga disebut sebagai fitonutrien yaitu segala jenis zat kimia atau nutrien
yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan (Mustariani, 2023).
Makroalga merupakan tumbuhan laut dengan morfologi tidak memiliki pembuluh (Thallopyta)
karena tidak memiliki susunan kerangka akar, batang dan daun yang berbeda. Makroalga
merupakan tumbuhan laut yang memiliki kandungan pigmen yang berbeda-beda, antara lain
klorofil, karotenoid dan fikobilin sebagai bentuk adaptasi makroalga terhadap lingkungan dan
optimalisasi absorpsi cahaya matahari dalam proses fotosintesis pada berbagai variasi kedalaman
perairan. Berdasarkan kandungan pigmen dominan tersebut, maka makroalga diklasifikasikan
menjadi tiga jenis, antara lain alga hijau (Chlorophyta), alga coklat (Phaeophyta) dan alga merah
(Rhodophyta). Kandungan senyawa bioaktif dalam makroalga menjadi dasar optimalisasi
pemanfaatan makroalga dalam bidang kesehatan seperti antioksidan, antibakteri maupun
antibakteri. Hal ini terkait fungsi senyawa flavonoid sebagai antioksidan. Salah satu upaya untuk
mengetahui kandungan senyawa bioaktif dalam makroalga adalah skrining fitokimia. skrining
fitokimia merupakan serangkaian proses yang diperlukan untuk mengidentifikasi keberadaan
senyawa bioaktif seperti alkaloid, flavonoid, triterpenoid, steroid, saponin, dan tannin secara
kualitatif dengan menggunakan pelarut methanol, etil asetat dan n-heksana. Keberadaan berbagai
senyawa bioaktif tersebut dalam makroalga selain dapat meningkatkan nilai guna makroalga
terutama pada bidang kesehatan maupun pangan seperti obat-obatan atau suplemen yang dapat
bermanfaat bagi kehidupan manusia, juga dapat meningkatkan nilai ekonomis makroalga
(Setyorini & Maria, 2020).

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kandungan fitokimia pada berbagai jenis
makroalga di Pantai Jungwok, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta.

Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah survei dengan pendekatan kualitatif.
Teknik pengambilan sampel makroalga menggunakan purposive sampling dengan metode
transek garis. Pengambilan sampel makroalga dilakukan pada kedalaman sekitar 2,50-27,50 cm
saat air laut surut, dimana pada masing-masing transek garis hanya diwakili oleh 1 sampel per
jenis makroalga. Sampel makroalga yang telah diambil kemudian ditimbang berat basahnya
hingga mencapai 100 gram. Selanjutnya sampel tersebut diangin-anginkan kemudian
dimasukkan dalam plastik yang telah diberi label dan disimpan dalam cool box untuk selanjutnya
dibawa ke laboratorium. Analisis skrining fitokimia yang dilakukan pada sampel makroalga yang
masih basah atau segar (tanpa ekstraksi) dengan menggunakan uji kualitatif.

Tahapan Teknik Sampling


Teknik sampling atau cara pengambilan sampel makroalga pada penelitian ini
menggunakan purposive sampling dengan metode transek garis. Purposive sampling adalah
teknik pengambilan sampel di mana peneliti secara sengaja memilih subjek atau unit sampel
yang memiliki karakteristik tertentu yang dianggap relevan dengan tujuan penelitian. Teknik ini
juga dikenal sebagai sampling bertujuan atau sampling berdasarkan tujuan. Teknik ini digunakan
ketika peneliti memiliki pemahaman yang kuat tentang populasi yang diteliti dan ingin memilih
sampel yang sesuai dengan krakteristik tertentu dari populasi tersebut. Peneliti yang
menggunakan purposive sampling, tidak menggunakan prosedur acak, tetapi menggunakan
pengetahuan dan pertimbangan mereka sendiri untuk memilih sampel yang dianggap paling
representatif atau informatif.
Lokasi pengambilan sampel makroalga dipilih berdasarkan zona intertidal bagian timur,
tengah, dan barat Pantai Jungwok. Lokasi ini dipilih berdasarkan kelimpahan makroalga pada
masing-masing zona. Transek garis dipasang dengan jarak sekitar 0-10 meter dari garis pantai,
dengan jarak masing-masing transek sekitar 100 meter dan tegak lurus garis pantai. Pemasangan
ini mempertimbangkan bentuk topografi Pantai Jungwok yang curam dan kekuatan energi
gelombang. Pada jarak 0 m, 5 m, dan 10 m dari garis pantai, dilakukan pengukuran suhu, tingkat
oksigen terlarut (DO), tingkat pH, dan salinitas secara in situ menggunakan water quality
monitor meter AZ8603. Pengambilan sampel makroalga dilakukan pada kedalaman sekitar
2,50-27,50 cm saat air laut surut. Setiap transek garis hanya diwakili oleh satu sampel tiap jenis
makroalga. Sampel makroalga kemudian ditimbang berat basahnya hingga mencapai 100 gram,
kemudian disimpan dalam plastik yang diberi label dan disimpan dalam cool box untuk
selanjutnya dibawa ke laboratorium. Teknik purposive sampling dengan metode transek garis
memungkinkan peneliti untuk memilih lokasi dan sampel secara strategis berdasarkan
pemahaman tentang populasi makroalga di Pantai Jungwok. Hal Ini memberikan keunggulan
dalam mengumpulkan data yang mewakili variasi spesies makroalga di berbagai zona intertidal.
1. Identifikasi Alkaloid
Sebanyak 2 gram sampel makroalga segar dimasukkan ke dalam lumpang, lalu
ditambahkan sedikit pasir yang bersih dan 10 ml kloroform, kemudian digerus secara hati-hati.
Selanjutnya ditambahkan 5 ml kloroform-amoniak 0,05 M ke dalam lumpang, digerus kembali
dan disaring. Langkah ini dilanjutkan dengan menambahkan 10-20 tetes H2SO4 2 N, dikocok
perlahan selama 2-3 menit, kemudian campuran tersebut dibiarkan hingga terjadi pemisahan di
dalam tabung. Langkah berikutnya dipisahkan lapisan asam sulfat (lapisan atas) yang telah
terbentuk untuk dianalisis. Sebanyak 2 tabung reaksi bersih (tabung A dan tabung B), yang diisi
dengan sedikit fraksi asam sulfat yang diperoleh pada tahap sebelumnya. Pada tabung A dengan
ditambahkan reagen Mayer, kemudian diamati endapan/kabut putih yang terbentuk. Berbeda
dengan tabung B yang ditambahkan reagen Dragendorf dan diamati hingga terbentuk endapan
jinggamerah.
2. Identifikasi Steroid dan Terpenoid
Sebanyak 2 gram sampel makroalga segar, dimasukkan ke dalam tabung reaksi bersih
dan kering, kemudian didihkan sampel dengan etanol sebanyak 25 ml selama 25 menit, masih
dalam keadaan panas, campuran tersebut disaring dan uapkan pelarut hingga kering dan
dimasukkan ke dalam lumpang. Selanjutnya ditambahkan sedikit pasir dan kloroform, kemudian
campuran digerus hingga beberapa saat. Langkah berikutnya saring campuran ke dalam tabung
reaksi besar, kemudian ditambahkan aquades dan campuran dikocok selama 2-3 menit.
Campuran dibiarkan hingga terbentuk 2 lapisan yang terpisah, kemudian ambil fraksi kloroform
yang terbentuk untuk dilakukan uji steroid dan terpenoid. Selanjutnya tambahkan serbuk norit
secukupnya ke dalam fraksi kloroform yang diperoleh, kemudian kocok sebentar dan dibiarkan
hingga serbuk norit mengendap. Fraksi kloroform diambil dengan pipet tetes, kemudian teteskan
ke dalam pelat tetes dan dibiarkan hingga pelarut menguap. Pada pelat tetes ditambahkan
beberapa anhidrida asam asetat dan asam sulfat pekat. Sebagai pembanding, tambahkan H2SO4
pekat tanpa penambahan anhidrida asetat. Selanjutnya amati perubahan warna yang terjadi pada
pelat tetes. Warna merah atau merah keunguan menunjukkan adanya senyawa terpenoid,
sedangkan warna hijau/hijau biru menunjukkan adanya senyawa steroid.
3. Identifikasi Flavonoid
Dimasukkan beberapa tetes fraksi air yang diperoleh dalam uji steroid dan terpenoid ke
dalam tabung reaksi. Selanjutnya ditambahkan serbuk logam Mg dan beberapa tetes HCl pekat,
kemudian diamati perubahan warna yang terbentuk. Warna pink hingga merah menunjukkan
adanya senyawa flavonoid.
4. Identifikasi Fenolik
Dimasukkan beberapa tetes fraksi air yang diperoleh dalam uji steroid dan terpenoid ke
dalam tabung reaksi. Selanjutnya ditambahkan FeCl3, kemudian diamati perubahan warna yang
terbentuk. Warna biru atau biru ungu menunjukkan adanya senyawa fenolik.
5. Identifikasi Saponin
Sebanyak 1 ml fraksi air dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian kocok tabung
reaksi selama 1-2 menit. Pembentukan busa yang cukup permanen atau tidak hilang selama 5
menit menunjukkan adanya senyawa safonin.
Alasan Pemilihan Teknik Sampling
Pemilihan teknik sampling purposive dengan metode transek garis dalam jurnal "Analisis
Kandungan Fitokimia pada Berbagai Jenis Makroalga di Pantai Jungwok, Kabupaten
Gunungkidul, Yogyakarta" didasarkan pada beberapa pertimbangan yang penting. Pertama,
teknik purposive sampling dipilih untuk secara sengaja memilih sampel makroalga yang
mewakili spesies dominan di Pantai Jungwok. Kombinasi dengan metode transek garis
memungkinkan pengambilan sampel di berbagai zona intertidal dan jarak yang berbeda dari garis
pantai, sehingga memastikan representasi yang baik dari variasi spesies makroalga. Efisiensi
dalam pengumpulan data juga menjadi pertimbangan penting. Teknik purposive sampling dan
transek garis memungkinkan peneliti untuk fokus pada area yang memiliki populasi makroalga
yang tinggi, sehingga menghemat waktu dan sumber daya yang diperlukan dalam penelitian.
Kombinasi kedua teknik tersebut juga memastikan representasi yang baik dari data. Dengan
memilih sampel secara sengaja dan melakukan transek garis, peneliti dapat memastikan bahwa
sampel yang dikumpulkan mencerminkan variasi spesies makroalga di Pantai Jungwok.
Pemilihan teknik sampling ini juga sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu untuk menganalisis
kandungan fitokimia pada berbagai jenis makroalga di Pantai Jungwok. Maka, dapat
disimpulkan bahwa alasan pemilihan teknik sampling meliputi ketepatan sampel, efisiensi,
representasi data, dan kecocokan dengan tujuan penelitian. Dengan demikian, teknik purposive
sampling dengan metode transek garis menjadi pilihan yang tepat untuk memastikan keakuratan
dan keandalan data yang dikumpulkan untuk mencapai tujuan penelitian tersebut.

VI. Kelebihan dan Kekurangan Teknik Sampling


● Kelebihan:
1. Mudah dan Cepat: Teknik ini membuat penelitian jadi lebih cepat karena kita bisa langsung
memilih sampel yang sesuai dengan apa yang kita cari (Sumargo, 2020).
2. Lebih Tepat Sasaran: Kita bisa memilih sampel yang sesuai dengan apa yang kita ingin teliti,
jadi hasilnya akan lebih relevan (Sumargo, 2020).
3. Fokus pada yang Penting: Dengan teknik ini, kita bisa pilih sampel yang mewakili kelompok
tertentu atau memiliki sifat-sifat khusus yang kita cari(Sumargo, 2020).
4. Data Lebih Bagus: Dengan memilih sampel yang paling cocok, hasil penelitian jadi lebih
bagus karena fokus pada sifat-sifat yang kita butuhkan(Sumargo, 2020).
● Kekurangan:
1. Bisa Terpengaruh Pendapat: karena kita yang pilih sampelnya, ada risiko kita jadi terlalu
memilih berdasarkan pendapat pribadi (Sumargo, 2020).
2. Sulit Digunakan untuk Semua Orang: Karena kita pilih berdasarkan kriteria tertentu, hasilnya
mungkin tidak bisa dijadikan pedoman untuk semua orang atau situasi yang sama (Sumargo,
2020).
3. Tidak Mewakili Semua Kelompok: Kita bisa melewatkan kelompok yang berbeda dalam
populasi karena hanya memilih berdasarkan kriteria tertentu (Sumargo, 2020).
4. Mungkin Kehilangan Informasi Penting: Kita mungkin melewatkan informasi penting dalam
populasi yang tidak sesuai dengan kriteria yang kita pilih, jadi bisa kehilangan data penting
(Sumargo, 2020).

Hasil dan Pembahasan


Jurnal yang kami jadikan sebagai acuan merupakan jurnal penelitian yang berjudul “Analisis
Kandungan Fitokimia pada Berbagai Jenis Makroalga di Pantai Jungwok, Kabupaten
Gunungkidul, Yogyakarta”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan fitokimia pada
berbagai jenis makroalga di Pantai Jungwok, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Penelitian ini
dilaksanakan di Pantai Jungwok, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Materi penelitian ini
adalah makroalga (Ulva sp., Gracillaria sp., dan Boergesenia sp). Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah survei dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengambilan sampel makroalga
menggunakan purposive sampling. Lokasi pengambilan sampel makroalga berada di bagian
timur, tengah dan barat Pantai Jungwok. Analisis skrining fitokimia dilakukan dengan uji
kualitatif. Analisis skrining alkaloid menggunakan metode Culvenor Fitzgerald,
Hasil uji skrining fitokimia secara kualitatif dapat dilihat pada Tabel 1.
Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa pada masing-masing lokasi pengambilan sampel
makroalga menunjukkan kandungan senyawa bioaktif yang berbeda. Hal ini dibuktikan dengan
Ulva sp., yang terletak di bagian timur Pantai Jungwok positif mengandung alkaloid dan
terpenoid, sedangkan Gracillaria sp., positif mengandung terpenoid dan flavonoid, berbeda
dengan Boergesenia sp., justru tidak mengandung senyawa bioaktif. Berbeda dengan Ulva sp.,
yang terletak di bagian tengah Pantai Jungwok positif mengandung steroid, sedangkan
Gracillaria sp., positif mengandung alkaloid, terpenoid dan flavonoid, berbeda dengan
Boergesenia sp., hanya positif mengandung terpenoid dan flavonoid. Selanjutnya Ulva sp., yang
terletak di bagian barat Pantai Jungwok positif mengandung terpenoid dan flavonoid, sedangkan
Gracillaria sp., positif mengandung alkaloid dan terpenoid, berbeda dengan Boergesenia sp.,
tidak mengandung senyawa bioaktif. Hasil penelitian menunjukan bahwa sampel segar
makroalga jenis Gracilaria sp., yang berada di bagian tengah Pantai Jungwok paling banyak
mengandung senyawa bioaktif seperti alkaloid, terpenoid dan flavonoid.
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran secara in situ terkait kondisi fisik perairan Pantai
Jungwok dengan substrat dasar perairan berupa karang mati dan pasir, kedalaman sekitar
2,50-27,50 cm, suhu sekitar 29,90-32,10oC, pH sekitar 8,83-9,38, DO sekitar 5,70-10,70 mg/l,
dan salinitas sekitar 34,30-35,20 ppt kemungkinan juga turut mempengaruhi kandungan
fitokimia pada masing-masing makroalga. Hal ini dikarenakan lingkungan perairan dapat
menpengaruhi kondisi fisiologis dan proses metabolisme makroalga. Suhu perairan
mempengaruhi respirasi makroalga dan proses penguraian nutrisi yang terkandung di lingkungan
perairan laut, dan salinitas mempengaruhi proses pertumbuhan makroalga.
Profil kandungan fitokimia yang berbeda-beda kemungkinan juga dipengaruhi oleh jenis pelarut
dan jenis makroalga yang digunakan. Perbedaan pelarut tersebut selanjutnya dapat
mempengaruhi aktivitas biologis dari ekstrak makroalga, namun diperlukan analisis aktivitas
farmasi lebih lanjut untuk mengetahui pelarut ekstrak terbaik untuk makroalga. Hal ini diperkuat
oleh hasil penelitian, dimana seluruh ekstrak etanol makroalga menunjukkan adanya steroid,
tetapi flavonoid tidak terdapat diseluruh ekstrak etanol makroalga. Pelarut etanol memiliki
kemampuan untuk menarik kepolaran senyawa bioaktif. Secara keseluruhan, kandungan
senyawa bioaktif dalam makroalga memiliki potensi untuk dikembangkan pada bidang farmasi,
dikarenakan senyawa tersebut dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme patogenik.
Kesimpulan
1. Pemilihan teknik purposive sampling dengan metode transek garis memungkinkan
peneliti untuk mendapatkan sampel makroalga yang mewakili variasi spesies dan
karakteristik di Pantai Jungwok dengan lebih efisien dan strategis.
2. Pemilihan teknik sampling purposive dengan metode transek garis dalam penelitian ini
didasarkan pada pertimbangan efisiensi, representasi yang baik dari variasi spesies
makroalga, kecocokan dengan tujuan penelitian, dan keakuratan data yang dikumpulkan,
yang semuanya mendukung pencapaian tujuan penelitian dengan baik.
3. Kelebihan teknik purposive sampling meliputi kemudahan, kecepatan, ketepatan sasaran,
fokus pada aspek yang penting, dan hasil data yang berkualitas. Namun, ada kekurangan
seperti risiko terpengaruh oleh pendapat subjektif, sulit digunakan secara universal,
potensi untuk melewatkan kelompok dalam populasi, dan kemungkinan kehilangan
informasi penting yang tidak sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
4. Penelitian menunjukkan bahwa berbagai jenis makroalga di Pantai Jungwok memiliki
kandungan fitokimia yang beragam, termasuk alkaloid, terpenoid, flavonoid, dan steroid,
menunjukkan potensi besar sebagai sumber senyawa bioaktif yang dapat dimanfaatkan
dalam pengembangan obat-obatan.
5. Lingkungan perairan, termasuk suhu, pH, dan salinitas, memiliki pengaruh signifikan
terhadap kandungan fitokimia pada makroalga, menekankan pentingnya pemahaman
tentang faktor lingkungan dalam penelitian dan pengembangan produk kesehatan dari
sumber daya alam.
DAFTAR PUSTAKA

Fakhrudin, N., S. Pramono, S. Wahyuono, S. Utami, A. P. Gani & P. Astuti. 2023. Herbal untuk
Terapi: Pendekatan Empiris dan Saintifik. UGM Press, Yogyakarta.

Mustariani, B. A. A., 2023. Ragam Bioaktivitas Kombinasi Tanaman Kelor: Ekstraksi,


Fitokimia, dan Antibakterinya. Samudra Biru, Yogyakarta.

Setyorini, H. B & E. Maria. 2020. Analisis Kandungan Fitokimia pada Berbagai Jenis Makroalga
di Pantai Jungwok Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta. Indonesian Journal of
Fisheries Sciences and Technology. 16: 15-21.

Sumargo, B. 2020. Teknik Sampling. UNJ Press, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai