PEDOMAN STANDAR
PEMBIAYAAN PELATIHAN
MASYARAKAT
Buku VIII : Standar Pembiayaan Pelatihan Masyarakat
BUKU VIII
PEDOMAN STANDAR
PEMBIAYAAN PELATIHAN
MASYARAKAT
Kata Pengantar
Puji Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan petunjuk-Nya
amanah penyusunan Standar Pembiayaan Pelatihan Masyarakat sebagaimana
disebutkan pada Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pelatihan Masyarakat pasal 16 ayat (2)
dapat diselesikan. Standar Pembiayaan Pelatihan Masyarakat sendiri adalah
bagian yg tidak terpisahkan dari delapan (8) standar yang harus disusun yaitu
Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian, Standar Kelulusan, Standar Pelatih
dan Tenaga Pelatihan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan dan
Standar Pembiayaan sehingga fapat dijadikan pedoman bagi penyelenggaraan
pelatihan masyarakat
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Maksud dan Tujuan
C. Dasar Hukum
D. Pengertian
E. Ruang Lingkup dan Sistematika Penulisan
BAB II PEMBIAYAAN PELATIHAN
MASYARAKAT
A. Penyelenggaraan Kegiatan Pelatihan Masyarakat Sebagai Program
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
B. Pembiayaan Kegiatan Pelatihan Masyarakat dalam Standar Biaya Keluaran
Tahun 2022
C. Komponen Yang Dibiayai
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelatihan masyarakat desa sebagai bagian dari pemberdayaan masyarakat desa
merupakan kegiatan yang berkelanjutan yang diselenggarakan oleh lembaga
pemerintah maupun non pemerintah di seluruh Indonesia. Peraturan Menteri
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi nomor 9 tahun 2016
menyebutkan pada pasal 12 bahwa penyelenggara Pelatihan Masyarakat
sebagaimana dimaksud adalah: a. perguruan tinggi; b. lembaga swadaya
masyarakat; c. Organisasi Massa (Ormas)/ Yayasan; d. swasta/perusahaan; dan
pihak lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam rangka
melakukan penjaminan dan pengendalian mutu, salah satu yang dilakukan adalah
dilakukannya standardisasi.
Disebutkan lebih lanjut pada pasal 16 ayat (2), bahwa standarisasi pelatihan
masyarakat ini meliputi: 1) standar isi; 2) standar proses; 3) standar penilaian; 4)
standar kelulusan peserta pelatihan; 5) standar pelatih masyarakat dan tenaga
pelatihan masyarakat; 6) standar sarana dan prasarana; 7) standar pengelolaan;
dan 8) standar pembiayaan. Dengan adanya standar ini, maka setiap lembaga
penyelenggara pelatihan harus memiliki dan menerapkan ke-8 Standar tersebut.
C. Dasar Hukum
Dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan standar pembiayaan pelatihan
ini adalah sebagai berikut.
1. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-
undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian;
2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;
3. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor
23 Tentang Pemerintahan Daerah;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Thun 2007 Tentang Laporan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Masyarakat;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 Tentang
Ketransmigrasian;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Perturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa;
D. Pengertian
1. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas wilayah yang berwenang untuk mengaturdan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul dan /atau hak tradisional yang diakui dan
dihormatidalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Masyarakat adalah penduduk yang bertempat tinggal di desa, kawasan
perdesaan, daerah tertinggal, daerah tertentu, permukiman transmigrasi, dan
kawasan transmigrasi.
3. Lembaga Penyelenggara Pelatihan Masyarakat adalah instansi pemerintah,
pemerintah daerah, swasta, badan usaha, dan kelompok masyarakat yang
memenuhi persyaratan untuk menyelenggarakan pelatihan masyarakat desa,
daerah tertinggal, dan transmigrasi. (transmigrasi, dan kawasan transmigrasi.
4. Lembaga pelatihan non-pemerintah adalah lembaga pelatihan yang dikelola
oleh badan usaha, organisasi masyarakat, atau kelompok-kelompok
masyarakat yang memenuhi persyaratan untuk menyelenggarakan pelatihan
masyarakat.
5. Standarisasi Pelatihan adalah upaya untuk menentukan standar/kriteria
pelatihan masyarakat.
18. Perjanjian Kerja Sama adalah perbuatan hukum para pihak yang merupakan
tindak lanjut kesepakatan bersama atau tanpa kesepakatan bersama, yang
memuat uraian isi kesepakatan dan di dalamnya mengatur hak dan kewajiban
serta akibat hukum apabila terjadi wanprestasi yang dilakukan oleh salah satu
pihak dalam perjanjian.
19. Kerja Sama Dalam Negeri adalah kesepakatan antara Menteri atau unit
pemrakarsa di lingkugan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,
dan Transmigrasi dengan Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah,
dan/atau badan hukum.
20. Kerja Sama Luar Negeri adalah kesepakatan antara Menteri atau unit
pemrakarsa di lingkugan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,
dan Transmigrasi atas nama Pemerintah Republik Indonesia dengan
pemerintah dan/atau badan hukum negara lain.
21. Kerja sama Payung adalah kesepakatan yang berisikan ikatan moral untuk
melaksanakan kegiatan dengan ketentuan sebagaimana disebutkan di dalam
pasal-pasal dan tidak mengikat secara hukum.
22. Naskah Kerja Sama adalah naskah yang memuat pokok-pokok pikiran tentang
substansi yang akan diperjanjikan.
23. Unit Pemrakarsa adalah unit utama Pimpinan Tinggi Madya Eselon I
dan/atau unit kerja pengusul kegiatan Kerja sama di Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.
24. Mitra Kerja Sama dalah Kementerian/Lembaga pemerintahan non kemenerian,
perguruan tinggi/lembaga pendidikan dan pelatihan, pemerintah daerah, dan
pihak terkait yang menjadi mitra dalam melakukan Kerja Sama dengan
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi.Pelatihan Berbasis Komunitas adalah pelatihan yang ditujukan
untuk meningkatkan kemampuan setiap kelompok masyarakat dan/atau
individu dalam rangka pemberdayaan masyarakat desa, daerah tertinggal dan
transmigrasi yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang sesuai dengan standar yang ditetapkan.
BAB I. Pendahuluan
Dengan tugas dan fungsi ini, maka di dalam tubuh Lembaga Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dibentuk Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Pemberdayaan Masyarakat Desa,
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Pasal 6 huruf (h)) dengan tugas sebagaimana
dicantumkan pada Pasal 30 yang diantaranya terdiri dari:
25. Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa, DTT yang Dilatih oleh UPT Balai
Bengkulu di Lokasi Jangkauan Darat
26. Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa, DTT yang Dilatih oleh UPT Balai
Bengkulu di Lokasi Jangkauan Udara
Ketentuan tentang komponen apa saja yang dapat dibiayai dalam penyelenggaraan
pelatihan masyarakat telah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 140/PMK.02/2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 195/PMK.02/2014 Tentang Standar Struktur
Biaya tentang Standar Struktur Biaya yang merupakan acuan bagi kementerian
negara/lembaga dalam menyusun komposisi biaya keluaran
(output)/kegiatan/program tertentu dalam penyusunan rencana kerja dan
anggaran kementerian negara/lembaga dan pelaksanaan anggaran.
Biaya atas suatu keluaran (output) terdiri dari biaya utama dan biaya pendukung.
Biaya utama merupakan komponen pembiayaan langsung dari pelaksanaan suatu
kebijakan dan berpengaruh terhadap pencapaian keluaran (output). Biaya
pendukung merupakan komponen pembiayaan yang digunakan dalam rangka
menjalankan dan mengelola kebijakan.
1. Persiapan
a. Persiapan Pelatihan
- Belanja Bahan untuk konsumsi rapat harian
b. Pembukaan/Penutupan
- Belanja bahan untuk konsumsi snack dan makan
- Belanja perjalanan dinas dalam kota PP
2. Pelaksanaan
a. Dalam Rangka Koordinasi Pelaksanaan dan Penetapan Lokasi Pelatihan
3. Pelaporan
Belanja bahan penyusunan dan pencetakan laporan penyelenggaraan
Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi R.I
Unit Eselon I : Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Pemberdayaan Masyarakat Desa,
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Program : Program Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, Perdesaan, dan Transmigrasi
Hasil : Jumlah Masyarakat Desa Yang Dilatih dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi
Unit Eselon II : Pusat Pelatihan Sumber Daya Manusia Desa, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Unit Kerja : Balai Besar/Balai Pelatihan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi ……………….
Kegiatan : Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi
Indikator Kinerja Kegiatan : Jumlah Masyarakat Desa dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi yang mendapat Pelatihan
Jenis Keluaran (Output) : Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi yang dilatih
oleh UPT Balai Besar/Balai ………........ Di Balai/Lokasi Jangkauan Darat/Udara/Laut
Volume : 30 Orang Peserta
Jenis Biaya
Tahapan Pelaksanaan dan Rincian Satuan Biaya Jumlah
No Biaya Biaya Volume Satuan
Komponen Biaya Ukur Ukur Biaya
Utama Pendukung
011 KOMPONEN (PELATIHAN DI
BALAI/DI LOKASI)
A PERSIAPAN
B PELAKSANAAN
C PELAPORAN
Buku standar ini mengatur pembiayaan pelatihan yang bersumber dari sumber
pembiayaan APBN dan Loan. Sementara itu di daerah atau di masyarakat,
pelatihan-pelatihan masyarakat juga dikembangkan dan dilaksanakan oleh
berbagai pihak seperti Dinas Pemberdayaan, Perguruan Tinggi, LSM, atau pihak-
pihak lain yang concern terhadap pemberdayaan masyarakat. Kelompok kegiatan
pelatihan ini disebut “pelatihan mandiri”, oleh karena dikembangkan oleh
para institusi/lembaga tersebut atas inisiatif mereka, yang sumber pembiayaannya
berasal dari APBD, APBDes, CSR, dll. Dalam hal pembiayaan pelatihan dan
kewajiban lain yang menyertainya, buku standar ini tidak dimaksudkan untuk
mengatur aspek-aspek pembiayaan “pelatihan mandiri” tersebut.
Namun dalam hal pengelolaan dan substansi pelatihan masyarakat yang akhirnya
terkait dengan misi pemberdayaan masyarakat, Kementerian Desa Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi merasa perlu untuk menghimbau agar pihak-
pihak yang melaksanakan “pelatihan mandiri” tersebut, tetap mengikuti
ketentuan-ketentuan yang ada pada buku-buku standarisasi yang sudah
dikeluarkan oleh Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi. Standarisasi itu seperti Standar Isi Pelatihan Masyarakat, Standar
Pelatih dan Tenaga Pelatihan, Standar Kelulusan, dll.
B. Komponen Pembiayaan
a) Komponen Persiapan
Komponen pembiayaan pada bagian ini antara lain:
i. Persiapan Pelatihan
- Belanja Bahan untuk konsumsi rapat harian
ii. Pembukaan/Penutupan
- Belanja bahan untuk konsumsi snack dan makan
- Belanja perjalanan dinas dalam kota berupa transport PP
b) Komponen Pelaksanaan
Komponen pembiayaan pada bagian ini antara lain:
i. Dalam Rangka Koordinasi Pelaksanaan dan Penetapan Lokasi
Pelatihan
- Belanja perjalanan dinas biasa PP
ii. Dalam Rangka Proses Pembelajaran
- Belanja bahan penggandaan materi, konsumsi snack dan makan
peserta, konsumsi snack dan makan panitia, sertifikat peserta
pelatihan, perlengkapan peserta pelatihan, bahan praktek
pelatihan, dan penggandaan bahan evaluasi.
- Belanja Honorarium Panitia Lokasi untuk pelatihan di Lokasi
- Belanja Barang Non Operasional lainnya berupa operasional
tempat pelatihan untuk di Lokasi, stimulan penerapan hasil
pelatihan, dan biaya angkut perlengkapan dan stimulan pasca
pelatihan
i. Biaya listrik
Format yang sudah diisi oleh pihak Balai Pelatihan Masyarakat dikirim ke
BPSDMPMDDTT. Selanjutnya BPSDMPMDDTT melakuikan pengecekan
kesesuaian pengisian dan format yang telah dibagikan
Setelah format Standar Biaya Keluaran yang sudah diperbaiki diterima oleh
BPSDMPMDDTT, selanjutnya BPSDMPMDDTT menyelenggarakan rapat
finalisasi.
Dokumen yang sudah dipaparkan akan diteliti oleh Biro Perencanaan. Fokus
utamanya adalah kesesuaian antara usulan, output, dan anggaran
Dokumen yang telah selesai proses penelitian dan review di Kementerian Desa
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi akan dibahas dengan
Kementerian Keuangan
Standar Pelatihan Masyarakat | 20
Buku VIII : Standar Pembiayaan Pelatihan Masyarakat
Setelah secara keseluruhan siap, dan sesuai dengan berbagai ketentuan dan
aturan, selanjutnya Kementerian Keuangan akan menerbitkan Peraturan
Menteri Keuangan yang berisi tentang SBK yang akan digunakan untuk
membiayai kegiatan pelatihan masyarakat.
Secara umum pelaporan sangat penting karena Laporan merupakan suatu bentuk
pertanggung jawaban baik secara lisan maupun secara tertulis dari pihak yang
ditugaskan menyusun laporan kepada pihak yang menerima laporan sesuai
dengan hubungan wewenang dan tanggung jawab yang ada di antara mereka.
Sering pula dikatakan bahwa laporan merupakan salah satu alat untuk
menyampaikan informasi baik formal maupun non formal.
Laporan menciptakan hubungan antara pihak yang satu dengan pihak lainnya.
Bahkan dikatakan bahwa salah satu keberhasilan dalam suatu organisasi adalah
bila pelaporan berjalan dengan baik. Dengan adanya hubungan antara berbagai
pihak dalam suatu organisasi melalui ketersediaan laporan, maka hal ini dapat
mewujudkan system pendelegasian kewenangan yang baik, dan mekanisme
pertanggung jawaban akan dapat terlaksana secara efektif. Kerjasama di antara
berbagai pihak pun dapat terlaksana dengan baik.
dipisahkan dengan realisasi belanja barang dan jasa yang telah dilakukan. Jadi,
laporan pembiayaan/biaya kegiatan pada hakekatnya identik dengan laporan
realisasi fisik kegiatan (yang melibatkan belanja barang dan jasa, atau pembiayaan
kegiatan) itu sendiri.
Manfaat
Manfaat laporan Pembiayaan antara lain adalah sebagai berikut:
a) Memperlancar kerjasama dan koordinasi maupun komunikasi yang
saling mempengaruhi antar berbagai pihak terkait pembiayaan/biaya
kegiatan;
b) Merupakan bentuk pertanggung jawaban terhadap kegiatan yang
diberikan;
c) Sebagai alat untuk menyusun anggaran (budgeting), menginformasikan
pelaksanaan, alat pengawasan dan pengendalian program, maupun
pengambilan keputusan;
d) Merupakan dokumentasi yang dapat digunakan sebagai bahan
pembelajaran.