Anda di halaman 1dari 7

PERSIAPAN PELATIHAN SDGs Desa ( byanta dan anastasia )

a. Melakukan identifikasi kebutuhan pelatihan


Pelatihan bagi masyarakat desa merupakan bagian dari kegiatan
pemberdayaan masyarakat. Oleh sebab itu program pelatihan bagi masyarakat
pedesaan harus bersifat dinamis, berkelanjutan, mampu mengantisipasi
kebutuhan pengembangan masyarakat (pelatihan berbasis masyarakat),
disamping juga harus menjawab kebutuhan pasar kerja (pelatihan berbasis
kompetensi) dan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien sehingga mampu
menciptakan kualitas sumber daya manusia yang diharapkan.
Identifikasi Kebutuhan Pelatihan merupakan langkah awal dari siklus
penyelenggaraan pelatihan, dan merupakan penentu keberhasilan suatu
program pelatihan. Identifikasi kebutuhan pelatihan (Training Need
Analysis/TNA) sesungguhnya merupakan penelusuran untuk memahami muatan
pelatihan yang cocok untuk konteks tertentu. Mengingat bahwa pelatihan pada
dasarnya diselenggarakan sebagai sarana untuk menghilangkan atau setidaknya
mengurangi gap (kesenjangan) antara kinerja yang ada saat ini dengan kinerja
standard atau yang diharapkan untuk dilakukan oleh masyarakat, maka dalam
hal ini analisis kebutuhan pelatihan merupakan alat untuk mengidentifikasi
kesenjangan yang ada tersebut dan melakukan analisis apakah kesenjangan
tersebut dapat dikurangi atau dihilangkan melalui suatu pelatihan.
Dalam pelaksanaan identifikasi kebutuhan pelatihan terdapat perbedaan antara
Identifikasi Kebutuhan Pelatihan pada pelatihan berbasis masyarakat dan
pelatihan berbasis kompetensi.
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
A. Identifikasi Kebutuhan Pelatihan pada Program Pelatihan Berbasis Komunitas
Dalam konteks pengembangan masyarakat desa, pelaksanaan kegiatan
identifikasi selain menemukan kebutuhan jenis-jenis pelatihan, juga diperoleh
kesenjangan keterampilan (skill gap). Di samping itu juga dapat ditemukan
kebutuhan untuk pengembangan masyarakat (Development Needs). Dari
Training Needs akan didapatkan materi-materi pelatihan yang selanjutnya
disusun menjadi garis-garis besar program pembelajaran (Kurikulum).
Sedangkan dari Development Needs akan ditemukan prioritas pembangunan
yang akan dilakukan oleh masyarakat atau diusulkan dalam musrenbang desa.
B. Identifikasi Kebutuhan Pelatihan pada Program Pelatihan Berbasis Kompetensi
(PBK):
Identifikasi kebutuhan pelatihan pada program PBK dilakukan untuk menemukan
kesenjangan keterampilan (skill gap) yang bersifat mikro melalui skill audit, yaitu
proses identifikasi untuk mengetahui gap kompetensi antara (1) kompetensi
yang dibutuhkan untuk melaksanakan suatu pekerjaan tertentu, atau kebutuhan
pasar kerja atau persyaratan jabatan tertentu dengan (2) kompetensi yang
dimiliki oleh angkatan kerja/calon peserta pelatihan.

b. Menyusun program pelatihan


Pada program pelatihan berbasis masyarakat, rencana pembelajaran terdiri atas
desain pelatihan serta garis-garis program pembelajaran. Desain pelatihan
mencakup tujuan dan sasaran pelatihan, metodologi, metode dan media, durasi,
persyaratan pelatih dan persyaratan peserta, sarana dan prasarana, serta
lingkup materi. Sedangkan garis-garis besar program pembelajaran memuat
judul mata latihan, pokok bahasan dan sub pokok bahasan, tujuan pembelajaran
(kompetensi dasar dan indikator keberhasilan), metoda, alat bantu/media, serta
alokasi waktu, masingmasing untuk setiap pokok bahasan. Pada pelatihan
berbasis kompetensi, program pelatihan terdiri atas judul/nama program
pelatihan, kode, tujuan, jenjang, unit-unit kompetensi yang akan ditempuh
beserta kode unit (jika ada), lama pelatihan, persyaratan peserta, kurikulum dan
silabus, serta daftar bahan dan peralatan.
A. Menetapkan Judul
Judul program menunjukkan jenis pelatihan (pada pelatihan berbasis
masyarakat) atau nama program pelatihan (pada pelatihan berbasis
kompetensi) yang akan dilaksanakan.
B. Menetapkan Tujuan Program
Untuk menetapkan tujuan program pelatihan diawali dengan merumuskan
secara tepat dan benar kesenjangan kinerja/kompetensi yang terjadi,
sehingga diketahui kemampuan/ kompetensi apa yang harus ditingkatkan.
Dengan demikian tujuan pelatihan yang ingin dicapai dapat ditetapkan
secara jelas, terukur dan dapat dicapai.
C. Jenjang Program
Pada pelatihan berbasis komunitas berlaku jenjang pemula, terampil, serta
mahir. Sedangkan pada pelatihan berbasis kompetensi mengacu kepada
jenjang kualifikasi kompetensi nasional Indonesia (KKNI), yang terdiri atas
sembilan (9) jenjang mulai yang terendah (sertifikat I) hingga tertinggi
(sertifikat IX). Umumnya di perdesaan belum dibutuhkan kualifikasi
kompetensi yang lebih dari jenjang V, kecuali di pusat-pusat pertumbuhan
atau kawasan yang sudah menjadi kawasan industri dan jasa yang
memerlukan tenaga professional untuk memenuhi kebutuhan
pengembangan kawasan dan atau penempatan tenaga kerja yang
mensyaratkan jenjang kualifikasi kompetensi tertentu.
D. Materi Pelatihan
Materi pelatihan mengacu pada tujuan pelatihan yang dituangkan dalam
merancang kurikulum, silabus dan bentuk evaluasi.
1. Kurikulum
Pada pelatihan berbasis masyarakat (PBM), kurikulum memuat judul-judul
mata latihan/pokok bahasan, sub mata latihan/sub pokok bahasan, unsur
kompetensi (pengetahuan, keterampilan, sikap) dan alokasi waktu
masingmasing mata latihan/pokok bahasan.
2. Silabus
Pada pelatihan berbasis masyarakat, silabus dibuat untuk setiap mata
latihan/pokok bahasan dan sub mata latihan/sub pokok bahasan, tujuan,
indikator keberhasilan, metde, media, waktu/lama latihan. Pada pelatihan
berbasis kompetensi, silabus dibuat untuk setiap Unit Kompetensi (UK), dan
berisi elemen- elemen kompetensi (EK-EK), kriteria unjuk kerja (KUK- KUK),
Indikator unjuk kerja (IUK-IUK), materi pelatihan serta perkiraan waktu
untuk setiap materi pelatihan (pengetahuan, keterampilan, sikap kerja).
Khusus untuk Pelatihan Berbasis Kompetensi, di dalam kurikulum harus
mencakup materi Pelatihan di tempat kerja (OJT).
Selanjutnya, cara penyusunan silabus baik silabus pada pelatihan berbasis
masyarakat maupun silabus pada berbasis kompetensi diuraikan secara
tersendiri
3. Bentuk Evaluasi
Bentuk evaluasi atau penilaian terhadap peserta mencakup penilaian
terhadap pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dalam proses merancang
evaluasi terlebih dahulu ditetapkan indikator capaian hasil pembelajaran dan
teknik penilaian. Indikator capaian hasil pembelajaran mengacu pada tujuan
khusus pembelajaran.
Beberapa teknik penilaian yang dapat digunakan:
a. Penilaian tertulis
b. Penilaian unjuk kerja
c. Penilaian sikap
d. Penilaian penugasan
e. Penilaian hasil praktek/produk
f. Penilaian kumpulan hasil kerja pelatihan (portofolio)
E. Menetapkan Bentuk Pelatihan
Bentuk penyelenggaraan pelatihan masyarakat dapat berupa:
1. pelatihan di ruang kelas/lembaga pelatihan (secara menetap)
2. pelatihan di workshop/bengkel (off the job training)
3. pelatihan keliling/mobile (fasilitas pelatihan berpindah)
4. pelatihan di luar kelas/tempat kerja (on the job training)
5. pelatihan di lahan pertanian/demplot (demonstrasi atau praktek)
6. pemagangan
7. studi banding.
F. Menetapkan Metode Pelatihan
Metode pelatihan yang dimaksud dalam proses penyelenggaraan pelatihan
ini adalah bagaimana cara menyampaikan materi pelatihan, agar dapat
secara efektif dan efisien dapat diterima oleh peserta pelatihan.
Sebagaimana dalam kenyataan, bahwa peserta pelatihan masyarakat ini
adalah anggota masyarakat yang tentu saja rata-rata sudah memiliki
kegiatan yang dijalani dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga sebenarnya
waktu dan lokasi pelatihan adalah factor yang akan mempengaruhi juga
bagaimana kegiatan pelatihan ini dapat dilaksanakan sesuai tujuan, dan
menghasilkan keluaran seperti yang diharapkan.
G. Menetapkan Jangka Waktu (Durasi) Pelatihan
Durasi atau jangka waktu pelatihan merupakan perkiraan lamanya waktu
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses pelatihan, baik untuk materi,
praktek, maupun evaluasi sebagaimana tertuang di dalam silabus. Pada
pelatihan berbasis masyarakat, durasi pelatihan juga mencakup alokasi
waktu untuk penyusunan rencana tindak lanjut, dan studi banding (jika
ada). Sedangkan pada pelatihan berbasis kompetensi, durasi pelatihan juga
mencakup alokasi waktu untuk OJT.
H. Menentukan Peralatan, Bahan, dan Fasilitas/Prasarana
Di dalam setiap pelatihan masyarakat perlu dirancang peralatan, bahan, dan
fasilitas/prasarana minimal yang harus dipenuhi untuk mendukung
kelancaran proses pelatihan.
I. Menentukan Persyaratan Peserta
Dalam penyelenggaraan pelatihan masyarakat, faktor peserta pelatihan
sangat menentukan keberhasilan pelatihan. Karena pada dasarnya pelatihan
masyarakat ini adalah merupakan upaya untuk mencetak para pelaku
kegiatan yang mampu menjalankan peran dan posisinya. Peserta yang tidak
sesuai dengan peran dan fungsinya akan sangat merugikan baik tenaga,
biaya dan waktu apalagi pelatihan masyarakat yang diatur melalui standar
pelatihan masyarakat ini adalah pelatihan yang dilaksanakan dengan biaya
dari anggaran pemerintah.
J. Penentuan Persyaratan Pelatih
Penentuan persyaratan pelatih harus disesuaikan dengan kualifikasi yang
dibutuhkan dan kemampuan mengajar, karena seorang pelatih harus
mampu menyampaikan materinya kepada orang lain dengan metode
pembelajaran dengan tepat, untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap peserta pelatihan.
c. Penentuan Lokasi Pelatihan
Pada umumnya, tempat/lokasi pelatihan SDM desa, daerah tertinggal, dan
transmigrasi menyesuaikan dengan tempat/lokasi penyelenggara pelatihan
tersebut. Sehingga, pelatihan dapat berlokasi di: UPT Balai Besar/Balai, lembaga
pelatihan pemerintah provinsi/kabupaten/ kota, desa, lembaga pelatihan non
pemerintah, workshop/ bengkel/lahan pertanian (demplot), tempat kerja,
tempat magang/praktik kerja, dan tempat masing-masing peserta pelatihan
(untuk pelatihan jarak jauh).
Dalam penentuan lokasi pelatihan ini juga harus disesuikan berdasarkan lokus
yang sudah diberi bantuan oleh unit kerja teknis sebagai salah satu upaya dalam
peningkatan kapasitas masyarakat.

d. Melakukan rekruitmen dan seleksi


Melakukan Rekruitmen dan Seleksi Rekruitmen dan seleksi merupakan proses
penyaringan awal untuk mendapatkan calon peserta pelatihan yang memenuhi
syarat normatif. Rekruitmen dan seleksi merupakan proses penyaringan awal
untuk mendapatkan calon peserta pelatihan yang memenuhi syarat normatif.
Penerapan jenis dan materi uji dalam proses seleksi tergantung pada program
pelatihan yang akan diikuti.
Secara keseluruhan proses pelaksanakan rekruitmen dan seleksi dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Menyebarluaskan informasi tentang program pelatihan yang akan
dilaksanakan serta persyaratannya.
2. Melakukan pendaftaran calon peserta.
3. Menyiapkan daftar rekapitulasi calon peserta.
4. Menetapkan metode seleksi yang akan dipakai sesuai dengan persyaratan
yang telah ditetapkan. Seleksi dapat dilakukan dengan salah satu atau
kombinasi metode sebagai berikut:
a. Tes tertulis.
b. Wawancara.
c. Recognition Current Competency (RCC) atau pengakuan terhadap
kompetensi terkini.
d. Recognition Prior Learning (RPL) atau pengakuan terhadap hasil
pembelajaran sebelumnya (formal, non formal atau pengalaman kerja).
5. Melakukan seleksi terhadap calon peserta.
Tujuan dilakukan seleksi:
a. Untuk memilih calon peserta sesuai dengan persyaratan yang ditentukan;
b. Untuk mengetahui kondisi (pengetahuan, keterampilan) calon peserta
pelatihan.
Data/informasi dari kedua tujuan tersebut dipakai sebagai dasar dalam memulai
pelatihan.
6 . Menetapkan hasil seleksi.
7. Mengumumkan hasil seleksi.
8. Menyiapkan daftar peserta yang telah dinyatakan diterima.
9. Membuat data lengkap peserta pelatihan

Anda mungkin juga menyukai