Tugas Akhir - Muzayana
Tugas Akhir - Muzayana
TUGAS AKHIR
MUZAYANA
NIM. 2101012250
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Universitas KH. A. Wahab Hasbullah
Untuk memenuhi persyaratan penyelesaian
Program Sarjana Pendidikan
MUZAYANA
NIM. 2101012250
Nama : Muzayana
NIM : 2101012250
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Agama Islam, Universitas KH.A. Wahab Hasbullah
Judul TA : Strategi Madrasah Dalam Pencegahan Dan Penanganan Anti Bullying
Di SDN Kalangsemanding Jombang
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar
tulisan saya, dan bukan merupakan plagiasi baik sebagian atau seluruhnya, kecuali sebagai
acuan atau kutipan dengan mengikuti tata cara penulisan karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Tugas Akhir ini hasil plagiasi,
maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
MUZAYANA
NIM. 2101012250
HALAMAN PERSETUJUAN
................................ ...........................
HALAMAN PENGESAHAN
1. .......
2. .......
Mengetahui, Mengesahkan,
Kaprodi Pendidikan Agama Islam Dekan Fakultas Agama Islam
....................... ........................
ABSTRAK
Muzayana. 2024. Strategi Madrasah Dalam Pencegahan Dan Penanganan Anti Bullying Di
SDN Kalangsemanding Jombang. Tugas Akhir, Program Studi Pendidikan Agama Islam,
Fakultas Agama Islam, Universitas KH. A. Wahab Hasbullah, Dosen Pembimbing: .......
MOTTO
A. Latar Belakang
Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang pendidikan paling dasar pada pendidikan formal.
Pendidikan dasar memiliki tujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut.
Pendidikan adalah salah satu faktor utama dalam mencetak generasi penerus bangsa yang
berkualitas. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dengan sengaja direncanakan untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan. Untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan
perlu dilakukan berbagai usaha. Dalam hal ini dapat terwujud di sekolah, disana terjadi
interaksi antara guru dan siswa. Dalam proses belajar mengajar terjadi hubungan timbal balik
yang berlangsung dalam situasi edukatif yang memiliki tujuan tertentu. Interaksi antar guru
dan siswa merupakan syarat utama berlangsungnya proses belajar mengajar. Namun perlu
digaris bawahi bahwa interaksi yang terjadi bukan hanya sekedar pemberian materi, namun
penanaman sikap dan nilai pada diri siswa juga perlu di tanamkan (Sholichati, 2020).
Guru mempunyai tanggung jawab penuh atas siswa. Guru sendiri merupakan suatu
jabatan profesi yang memerlukan keahlian khusus, tidak semua orang yang pandai berbicara
bisa disebut dengan guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat khusus, terlebih untuk
menjadi guru profesional harus menguasai selek-beluk pendidikan dan pengajaran dalam
berbagai ilmu pengetahuan yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan
tertentu. Seorang guru harus mampu membimbing, mengarahkan peserta didik dari tahap
kehidupannya sampai mencapai titik kemampuan optimal dan mempunyai akhlak yang
mulia.
Siswa merupakan salah satu penerus harapan bangsa, oleh kerena itu pendidikan sangat
diperlukan supaya dapat menentukan prestasi dan produktifitas siswa tersebut. Namun
banyak masalah yang terjadi pada tahapan pendidikan siswa maka dari itu bimbingan dan
konseling yang produktifitas sangat diperlukan untuk membentuk siswa kearah kemajuan
supaya berguna dan bermanfaat bagi nusa dan bangsa. Masalah itu diantaranya adalah
“Bullying” saat ini sangat memprihatinkan bagi pendidik, orang tua, dan masyarakat. Sekolah
yang seharusnya menjadi tempat bagi anak untuk menimba ilmu dan membantu membentuk
karakter pribadi yang positif ternyata malah menjadi tempat tumbuhnya praktik-praktik
Bullying.
Bullying merupakan tindakan yang dilarang dalam pendidikan, baik pendidikan formal
maupun pendidikan islam, dalam agama islam sendiri hal terkait bullying telah Allah jelaskan
dalam Qs. Al-Hujurat; ayat 11 :
ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا اَل َيْسَخْر َقْو ٌم ِّم ْن َقْو ٍم َع ٰٓس ى َاْن َّيُك ْو ُنْو ا َخْيًرا ِّم ْنُهْم َو اَل ِنَس ۤا ٌء ِّم ْن ِّنَس ۤا ٍء َع ٰٓس ى َاْن َّيُك َّن َخْي ًرا ِّم ْنُهَّۚن َو اَل َتْلِم ُزْٓو ا
ٰۤل
١١ َاْنُفَس ُك ْم َو اَل َتَناَبُز ْو ا ِباَاْلْلَقاِۗب ِبْئَس ااِل ْس ُم اْلُفُسْو ُق َبْع َد اِاْل ْيَم اِۚن َو َم ْن َّلْم َيُتْب َفُاو ِٕىَك ُهُم الّٰظ ِلُم ْو َن
C. Tujuan Penelitian
Maka berdasarkan latar belakang di atas, penulis membuat beberapa rumusan masalah
mengenai berikut:
1. Untuk menganalisis bentuk-bentuk bullying yang terjadi pada SDN
Kalangsemanding Jombang.
2. Untuk menganalisis strategi pencegahan anti bullying pada SDN
Kalangsemanding Jombang
3. Untuk menganalisis strategi penanganan anti bullying yang ditempuh pihak SDN
Kalangsemanding Jombang
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis manfaat dari penelitian ini adalah untuk memperkaya dan
menambah pengetahuan mengenai kasus-kasus bullying yang terjadi di
lingkungan sekolah serta mengetahui strategi-strategi pencegahan dan
penanganan anti bullying.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Dapat meningkatkan kesejahteraan siswa dengan memberikan manfaat
langsung dalam meningkatkan kesejahteraan mental dan emosional siswa,
dengan menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan mendukung.
Dapat mengurangi insiden bullying dengan menerapkan strategi
pencegahan yang efektif dan penanganan yang responsif, sehingga dapat
menciptakan lingkungan belajar yang lebih positif dan produktif bagi
semua siswa.
b. Bagi sekolah
Dapat memberikan gambaran mengenai bullying yang terjadi pada
siswa sekolah dasar sehingga pihak sekolah dapat memberikan
penanganan yang tepat. Serta memberikan masukan kepada sekolah dalam
menciptakan hubungan sosial yang dinamis serta harmonis di sekolah.
c. Bagi Guru
Dapat dipakai sebagai acuan guna menyusun cara-cara penanganan
serta pendekatan dalam kasus bullying agar penanganan dan pendekatan
dilakukan secara terintegrasi sesuai kenyataan di sekolah dasar.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Definisi Strategi
Sekilas kita memaknai berbagai macam orang dalam mengartikan dan
menelaah masaalah sehingga harus pada persoalan bagaimana kita dapat
merangkum dalam satu kesamaan dalam persepsi karena begitu banyaknya
persoalan yang dialami dalam berbagai institusi atau sekolah, maka pelu
adanya penyelesaian masalah agar dapat terselesaikan. Adanya beberapa
strategi yang perlu kita lakukan dalam menyelesaikan kejanggalan itu.
Sebelum menjelaskan definisi strategi sekolah, maka penulis perlu
menjelaskan definisi strategi.
Strategi, didefinisikan sebagai cara “seni jendral” (dari bahasa yunani
strategos). Menurut Webster’s New World Dictionary, strategi adalah “ilmu
untuk merencanakan dan mengarahkan operasi-operasi militer berskala besar,
menggerakkan pasukan ke posisi yang paling menguntungkan sebelum
pertempuran sebenarnya dengan musuh” (Nurhasanah, 2019).
Strategi adalah suatu rencana tentang cara-cara pendayagunaan dan
penggunaan potensi dan sarana yang ada untuk meningkatkan efektivitas dan
efesiensi dari sudut sasaran kegiatan. Secara umum strategi dapat berupa
garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang
telah ditentukan. Berkaitan dengan masalah belajar dan pembelajaran strategi
bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam
upaya mengoptimalkan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Sholichati, 2020). Adapun strategi yang dimaksud oleh penulis di
sini adalah perencanaan dalam proses pencegahan dan penanggulangan
bullying.
2. Konsep Sekolah
Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang sistematis dalam
melaksanakan program bimbingan, pengajaran dan pelatihan dalam rangka
membantu siswa agar dapat mengembangkan potensinya baik yang
menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emosional serta sosial
(Yuniartika, 2022).
Sekolah formal juga memiliki tujuan untuk melaksanakan semua
proses pembelajaran secara optimal dan bermutu untuk dapat melahirkan
siswa yang berkualitas. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan guru
agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan,
kemahiran, dan kebiasaan, serta membentuk sikap dan kepercayaan kepada
siswa. Oleh karena itu, pembelajaran di sekolah bertujuan untuk membantu
siswa agar dapat belajar dengan baik dengan diarahkan oleh para pendidik
yang ada disekolah (Sholichati, 2020).
3. Pencegahan perilaku Bullying
Menurut sudut pandang hukum, pencegahan adalah suatu proses, cara,
tindakan mencegah atau tindakan menehan agar sesuatu hal tidak terjadi serta
dapat dikatakan pula suatu upaya yang dilakukan sebelum terjadinya
pelanggaran.
Pencegahan juga dapat diartikan dengan semua tindakan yang
bertujuan untuk menghalangi, menahan, ataupun menangkal terjadinya sesuatu
hal . Maka yang dimaksud dengan pencegahan disini yaitu suatu bentuk usaha,
upaya dan strategi pihak sekolah dalam melakukan tindakan pencegahan
sebagai bentuk kewaspadaan dalam mengantisipasi terjadinya/munculnya
bulliying di lingkungan tersebut (Yuniartika, 2022).
4. Penanganan Anti Bullying
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, penanganan berasal dari kata
“tanggan” yang berarti proses, cara, perbuatan menangani, menggarap.
Penanganan dapat diartikan dengan semua bentuk tindakan terpadu yang
bertujuan untuk mengatasi dan menghadapi akibat-akibat yang timbul atas
terjadinya sesuatu hal. Maka penanggulangan yang di maksud oleh penulis
disini adalah cara dalam menghadapi dan menyelesaikan perilaku bullying
yang terjadi di sekolah dengan berbagai langkah/upaya yang dilakukan oleh
pihak sekolah (Zhou; et al., 2019).
Jeyme A. Sokolow (Arya, 2018:52) mengungkapkan bahwa program
antibullying, yaitu School Violence Prevention Demonstration Program.
Program mengajarkan kepada siswa untuk saling berbagi dan menghormati
orang lain, pentingnya memberantas perilaku kekerasan di sekolah, tidak
menendang dan memukul, serta mengajarkan cara mengontrol kemarahan
melalui edukasi sosial. Dengan cara kontrol diri (self-control) dan rasa hormat,
siswa meyakini program tersebut membantu mengembangkan hubungan yang
baik dengan guru, keluarga, dan teman (Zhou; et al., 2019).
Guru seharusnya berperan bukan sebagai fasilitator atau motivator
dalam belajar saja, tetapi juga mampu memahami situasi anak sehingga
kegiatan yang dilakukan oleh anak di sekolah dapat terpantau.
5. Konsep Bullying
Dalam bahasa indonesia, secara etimologi kata bully memiliki arti
yaitu penggertak, orang yang mengganggu orang lemah. Dan secara
terminology definisi bullying menurut Ken Rigby dalam Astuti (2008; 3,
dalam Ariesto, 2009) yaitu sebuah hasrat untuk menyakiti. Hasrat ini di
perlihatkan melalui aksi, sehingga menyebabkan seseorang menderita dan aksi
ini dilakukan secara langsung oleh individu ataupun kelompok yang merasa
dirinya lebih kuat dan biasa berulah serta dilakukan berulang kali dengan
perasaan senang (Aditya Rizqi Putra, 2023).
Bullying adalah suatu bentuk atau sikap kekerasan anak (child abause)
yang dilakukan teman sebaya kepada seorang (anak) yang lebih rendah atau
lebih lemah untuk mendapatkan keuntungan atau kepuasan tertentu. Budaya
bullying (kekerasan) atau nama senioritas masih terus terjadi dikalangan
peserta didik di sekolah dasar, biasanya bullying terjadi berulang kali, bahkan
ada yang dilakukan secara terencana (Yuyarti, 2018). Menurut pendapat
(Septiyuni,dkk dalam Junintra et., 2022) tentang bullying adalah perilaku kasar
ataupun perilaku negatif sehingga bisa mengganggu dan berbahaya yang
dilakukan secara berulang-ulang sehingga dapat menimbulkan trauma,
ketidaknyamanan dan ketakutan bagi korban (Aditya Rizqi Putra, 2023).
Perilaku bullying sering kali terjadi di tempat yang sama dan sulit bagi
siswa untuk mempertahankan diri. Bullying juga terjadi ketika siswa digoda
secara berulang dengan cara yang menyakitkan. Namun bukan dikatakan
bullying jika digoda dengan cara yang bersahabat dan menyenangkan. Begitu
juga bukan dikatakan bullying jika kedua siswa berkelahi dan memiliki
kekuatan yang sama. Jadi, definisi bullying menurut Olwes (Arya, 2018)
mencakup: pertama, termasuk didalamnya agresi verbal, psikis, dan fisik.
Kedua, perilaku tersebut dilakukan berulang-ulang. Ketiga, terdapat kekuatan
yang tidak seimbang antara pelaku dan korban, perilakunya terjadi secara
intensif (Zhou; et al., 2019).
Tindakan bullying memiliki dampak yang sangat parah bagi korban
diantaranya kognitif, efeksi, serta konatif. Dampak kognitif yang dirasakan
korban ialah hilangnya konsentrasi belajar sampai menurunnya jumlah nilai
dalam pelajaran. Sedangkan dampak afeksi pada korban bullying sering
merasa malu, pilu, marah, serta dendam. Adapun dampak konatif pada korban
bullying ialah membalas dendam dengan memakai kekerasan secara raga, dan
membalas dengan mencari celah dan melakukan cyberbullying pada pelaku
agar merasakan hal yang sama, dan ada pula yang merusak benda-benda
sekitar ketika korban bulying tidak dapat melawan dan diam untuk
memendamnya sendiri, bahkan tak sedikit yang melakukan tindakan putus asa
seperti bunuh diri korban bullying yang sering merasa tidak nyaman,
akibatnya bisa terbawa sampai mereka dewasa. Bullying yang sering dirasakan
korban bisa mengurangi bahkan menghilangkan rasa percaya dirinya dengan
adanya tekanan mental, sehingga tak sedikit pula yang berani melakukan
bunuh diri (Prasetio & Fanreza, 2023).
Beberapa pengertian yang telah dijelaskan oleh beberapa ahli diatas
maka dapat disimpulkan bahwa perilaku bullying adalah perilaku agresi, bisa
berbentuk kekerasan verbal, fisik, dan psikis. Perilaku agresi tersebut bisa
dilakukan secara individu atau kelompok untuk melawan orang lain atau
kelompok lain. Kekerasan verbal meliputi memalak, mendorong, memukul,
melempar, dll. Kekerasan psikis meliputi memandang sinis, mengucilkan,
mempermalukan didepan umum dan mendiamkan. Dan akan memberikan
beberapa dampak yang sangat parah bagi korban bullying diantaranya
kogniitif, afeksi dan konatif.
6. Bentuk-Bentuk Bullying
Bentuk-bentuk bullying secara umum dapat terjadi bermacam-macam.
Bentuk jenis bullying juga di jelaskan oleh beberapa ahli berikut
Chakrawati (2015:14) mengemukakan ada beberapa jenis dan wujud
Bullying dapat dikelompokkan ke tiga kategori, yaitu:
1. Bullying fisik, yaitu jenis tindakan bullying yang dapat terlihat dan
dapat teridentifikasi karena dapat melukai fisik korban atau
bertujuan untuk menyakiti tubuh seseorang. Contoh tindakan fisik
yaitu memukul, mencubit, menendang, serta meludahi korban yang
di tindas.
2. Bullying verbal, yaitu tindakan yang dilakukan dengan ucapan
yang menyakiti. Tindakan verbal adalah yang paling sering
dijumpai. Contoh tindakan verbal yaitu mengejek, mencaci,
membentak, menjatuhkan, dan sebagainya.
3. Bullying psikis, yaitu jenis bullying yang sangat berbahaya karena
tidak tertangkap mata atau telinga jika kita tidak cukup awas
mendeteksinya. Dan Bullying psikis merupakan bentuk pelecehan
atau intimidasi yang melibatkan aspek psikologis atau emosional
tanpa melibatkan kekerasan fisik, misalnya mengolok-olok atau
mencemooh secara terus-menerus tentang penampilan fisik,
kemampuan, atau karakter seseorang dan mengancam atau
memaksa seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak mereka
inginkan (Aditya Rizqi Putra, 2023).
7. Karakteristik Bullying
Bagi Olweus, karakteristik pada anak yang menjadi pelaku bullying kerap kali
memiliki perilaku agresif, kurang memiliki keterampilan sosial, serta korban
bullying memiliki indentitas yang kuat, kasar, impulsif, seta mengekspresikan
keinginan untuk melakukan kekerasan. Anak-anak yang rentan kepada
bullying mempunyai indentitas sebagai berikut :
a. Mempunyai rasa percaya diri yang lemah, ataupun gampang dipengaruhi
oleh teman-temannya.
b. Mereka yang hirau dengan popularitas, mempunyai banyak teman serta
suka jadi pemimpin diantara temannya.
c. Pemberontak dan agresif terhadap oang lain baik orang tua maupun guru
d. Tidak memiliki rasa empati terhadap korban dan tidak memiliki kesabaran
serta muda marah (Ayuni Despa, 2021).
Korban bullying bukan cuma pelaku pasif dari situasi bullying. Ia pula
berfungsi situasi bullying dengan metode diam. Mayoritas korban bullying tidak
pernah memberitahu pada orang tua serta guru kalau mereka sudah dilecehkan
ataupun diintimidasi oleh anak lain. Tindakan bungkam dari korban itu memiliki
alasan tertentu, mereka merasa kalau memberi tahu permasalahan bullying yang
menimpah mereka tidak hendak menuntaskan permasalahan. Bila korban berani
melapor, palaku pula akan mengancam. Serta bahaya pelaku ancaman lebih jelas serta
lebih menyeramkan dari pada memberi tahu pada guru. Oleh sebab itu bagi korban
bullying, perilaku mendiamkan bullying merupakan opsi terbaik (Aisa, 2022).
Dalam penelitian Riauskina, Djuwita, dan Soesetio (2005), alasan seseorang
melakukan bullying adalah karena korban mempunyai persepsi bahwa pelaku
melakukan bullying karena tradisi, balas dendam karena dia dulu dipermalukan sama
(menurut korban laki-laki), ingin menunjukkan kekuasaan, marah karena korban tidak
berperilaku sesuai dengan yang diharapkan, mendapatkan kepuasan (menurut korban
laki-laki), dan iri hati (menurut korban perempuan). Adapun korban juga
mempersiapkan dirinya sendiri menjadi korban bullying karena penampilan yang
menyolok, tidak berperilaku dengan sesuai, perilaku dianggap tidak sopan, dan tradisi
(Kustiyono, 2019)