Anda di halaman 1dari 9

Vol 3 No 1 Juli 2022

Jurnal AlphaEuclidEdu
Received: 06/11/2022; Resived: 01/07/2022; Accepted: 29/07/2022

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN WINDOW SHOPING


DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA
PADA MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG

Sri Ratna Nengsih


SMPN 1 Mempawah Hilir Kabupaten Mempawah
Email: Srinengsih777@mail.com

Abstract
This study aims to improve student learning activities in the material of Constructing
Curved Side Spaces for class IX A SMPN 1 Mempawah Hilir, after learning
mathematics by applying the window shopping learning model. This research is a
classroom action research consisting of 2 cycles, with the help of 29 students' learning
activity observation sheets (behavior). Each cycle consists of four stages, namely:
planning, implementation, observation and reflection stages. Based on the results of
data analysis, there was an increase in student interest in learning, this indicates that
by applying the window shopping learning model teaching and learning activities are
carried out in accordance with the expected goals. Student activity changes from not
doing to doing.
Keywords: Window Shopping, Activities, Building space

1. Pendahuluan
Proses pembelajaran Matematika adalah proses interaksi antara guru dan siswa yang
melibatkan pengembangan pola berpikir dan mengolah informasi pada suatu lingkungan
belajar yang sengaja diciptakan guru dengan berbagai metode dan model, tujuannya
adalah: (1) keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan,
(2) program belajar matematika tumbuh dan berkembang dalam suasana yang kondusif
secara optimal, dan siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara aktif, efektif dan
efisien. Upaya untuk mencapai tujuan tersebut tentu saja dipengaruhi oleh beberapa
faktor, baik dari dalam maupun dari luar diri siswa itu sendiri. Proses pembelajaran
matematika yang baik adalah proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara
mental, emosi, fisik serta sosial (Siti Wasfiyah, 2011: 1). Metode, model, dan strategi
pembelajaran yang disesuaikan dengan materi belajar siswa, memegang peranan penting
untuk mewujudkan proses pembelajaran matematika yang baik tersebut.
Salah satu materi yang dipelajari di kelas IX semester genap adalah Bangun
Ruang sisi Lengkung. Menurut Silabus Matematika SMP Kurikulum K 13 (Tim Diknas,
2018: hal 109) diungkapkan bahwa: 3.7. Membuat generalisasi luas permukaan dan
volume berbagai bangun ruang sisi lengkung (tabung, kerucut, dan bola) dan 4.7.
Menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan luas permukaan dan volume
bangun ruang sisi lengkung (tabung, kerucut, dan bola), serta gabungan beberapa bangun

1
Vol 3 No 1 Juli 2022
Jurnal AlphaEuclidEdu
Received: 06/11/2022; Resived: 01/07/2022; Accepted: 29/07/2022

ruang sisi lengkung. Pengalaman penulis dalam melaksanakan pembelajaran yang dapat
melibatkan mental, emosi, fisik serta sosial adalah dengan pembelajaran kooperatif
(cooperativ learning). Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang
memberikan kesempatan pada siswa untuk berperan aktif selama pembelajaran.
Pembelajaran ini akan menciptakan siswa untuk aktif dalam bekerja sama dengan
kelompoknya sehingga terjadi aktifitas berpikir, diskusi bersama.
Proses pembelajaran siswa secara aktif baik fisik, mental maupun emosi, dalam
kondisi yang kondusif akan mengakibatkan hasil belajar yang baik (Suharsimi Arikunto,
2015: 18). Namun kenyataan dari pengalaman penulis, harapan agar pembelajaran dapat
berlangsung dengan baik serta aktif bagi siswa, nampaknya belumlah terjadi secara
maksimal pada siswa kelas IXA SMP Negeri 1 Mempawah Hilir. Hal ini disebabkan
karena rendahnya aktivitas belajar siswa. Temuan terhadap rendahnya aktivitas belajar
siswa di peroleh dari beberapa sumber data, yaitu : (1) angket yang diisi siswa ; (2)
hasil ulangan harian; (3) wawancara dengan 3 perwakilan siswa; (4) catatan jurnal guru
(5) Supervisi kepala sekolah . Kelima sumber data tersebut mengungkapkan beberapa
penyebab yang terkait dengan aktivitas belajar siswa.
Berdasarkan hasil ulangan harian pertama tanggal 20 Januari 2020 menunjukkan
beberapa hal dapat dipaparkan sebagai berikut. Hasil Ulangan Harian pertama nilai yang
didapat siswa rata-ratanya (64,34) masih di bawah KKM yang diinginkan (75) . Dari 29
siswa hanya 9 orang yang mencapai KKM (31,03%), sedangkan yang belum mencapai
KKM 20 orang siswa (68,97 %). Skor tertinggi 100 dan terendah 25. Terlihat adanya
selisih nilai yang cukup jauh antara nilai tertinggi dan terendah. Skor tertinggi dicapai
oleh siswa yang aktif dan besemangat dalam proses belajar mengajar, sedangkan siswa
yang nilainya terendah adalah siswa yang memang dalam pembelajaran tidak
bersemangat dalam beraktivitas, pada saat guru menjelaskan sibuk sendiri, dan kurang
dapat bekerjasama.
Sedangkan ketuntasan kelas 75 %, skor rata-rata tes tersebut perlu upaya khusus
agar mendekati atau melebihi ketuntasan kelas. Jangkauan data dari nilai tertinggi 100
dan terendah 25 masih cukup jauh. Maknanya data hasil belajar pra penelitian tersebut
menggambarkan rentang data yang cukup tinggi, sehingga terjadi jarak yang cukup jauh
antar siswa yang memperoleh nilai tertinggi dengan siswa yang memperoleh nilai
terendah.
Sedangkan berdasarkan hasil wawancara terhadap 6 perwakilan siswa kelas
IXA, yakni 1 kelompok atas jelaskan alasan, 1 kelompok tengah jelaskan alasan dan 1
kelompok bawah jelaskan alasan mengatakan bahwa Kegiatan Belajar Mengajar sulit
dipahami dan kurang bervariasi. Siswa pertama yang mewakili kelompok atas
mengungkapkan bahwa: (1) guru yang mengajar sudah baik, (2) kurang bervariasi,
siswa yang mewakili kelompok tengah mengatakan bahwa : (1) guru mengajar sudah
baik, (2) membosankan, sedangkan siswa yang mewakili kelompok bawah mengatakan
bahwa : (1) matematika itu sulit, (2) kurang bervariasi, (3) membosankan.

2
Vol 3 No 1 Juli 2022
Jurnal AlphaEuclidEdu
Received: 06/11/2022; Resived: 01/07/2022; Accepted: 29/07/2022

Dari catatan jurnal peneliti selaku guru selama 1 bulan pembelajaran dikelas
ditemukan beberapa hal antara lain: (1) siswa kurang konsentrasi dalam
pembelajaranartinya pada awal atau sekita 15 menit masih fokus selanjutnya sibuk
sendiri kurang memperhatikan penjelasan guru, (2) dalam mengerjakan tugas kelompok
kurang bertanggung jawab hanya mengharapkan teman yang pandai saja, tidak mau
bertanya dan menjawab karena takut salah dan takut ditertawakan teman.
Berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat, guru matematika senior dan
guru mata pelajaran lain/serumpun guru IPA yang mengajar di kelas IXA mengatakan
bahwa perlu perbaikan pada pemilihan metode, model dan media yang digunakan dalam
proses pembelajaran sehingga siswa tidak merasa jenuh dan membosankan. Kondisi ini
terlihat karena pada saat guru menyampaikan materi ternyata siswa memperhatikan
pada awal pembelajaran saja selanjutnya ada yang berbicara dengan temannya, ada yang
seing keluar kelas dengan alasan ke toilet untuk menghindari pembelajaran yang mereka
anggap sulit dan jika diajukan pertanyaan hanya beberapa orang saja yang menjawab,
apalagi jika diberikan kesempatan untuk bertanya, tidak ada yang mau bertanya.
Memperhatikan beberapa pemaparan di atas dapat diungkapkan hasil
pembelajaran dan aktivitas belajar siswa masih rendah disebabkan beberapa hal.
Pertama kurang terlibat dalam proses belajar mengajar, kedua tidak mau/malu untuk
merespon pertanyaan guru, pembelajaranterasa membuat jenuh/bosan dan keempat
metode, model dan media mengajar kurang bervariasi. Menyimak keempat penyebab
tersebut perlu adanya perbaikan/perubahan dalam pembelajaran yang dapat melibatkan
seluruh siswa dalam proses pembelajaran, dapat meningkatkan tanggung jawab setiap
siswa, menyenangkan dan menghilangkan kesenjangan yang pintar dengan tidak pintar.
Untuk mengatasi masalah tersebut ada dalam model pembelajaran kooperatif
tipe Window Shopping. Untuk menghadapi pembelajaran abad 21, siswa harus dibekali
dengan kecakapan abad 21 yaitu (1). Communication 92) Collaboration (3). Critical
Thinking and Problem solving (4). Creative dan Inovative. Kemampuan yang perlu
dicapai siswa tidak hanya LOTS (lower order thinking skills), MOTS (middle order
thinking skills) tetapi harus juga ada HOTS (higher order thinking skills) yang
disarankan dalam implementasi Kurikulum 2013. Untuk mengatasi masalah tersebut
ada dalam model pembelajaran kooperatif tipe Window Shopping. Pembelajaran
menggunakan model Window Shopping ini memerlukan kemampuan untuk berdiskusi,
berpikir dan berbagi.
Model pembelajaran kooperatif tipe Window Shopping ini memberikan kepada
siswa waktu untuk berdiskusi, berpikir dan berbagi baik dalam kelompok maupun antar
kelompok. Dengan serangkaian tindakan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan sampai dengan melakukan refleksi yang diharapkan dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa pada materi Bangun Ruang Sisi Lengkung. Menurut Dienes
(dalam Ruseffendi, 1980: 134), setiap konsep matematika dapat difahami dengan
mudah apabila kendala utama yang menyebabkan anak sulit memahami dapat dikurangi

3
Vol 3 No 1 Juli 2022
Jurnal AlphaEuclidEdu
Received: 06/11/2022; Resived: 01/07/2022; Accepted: 29/07/2022

atau dihilangkan. Tujuan dari penerapan model pembelajaran ini adalah untuk
meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi Bangun Ruang Sisi Lengkung di kelas
IXA SMP Negeri 1 Mempawah Hilir.
Kajian Pustaka
Model Pembelajaran adalah seluruh rangkaian kegiatan penyajian materi ajar
yang meliputi segala aspek sebelum, sedang dan sesudah pembelajaan yang dilakukan
guru serta segala fasilitas yang terkait dan digunakan langsung atau tidak langsung
dalam proses belajar mengajar. Menurut Ruseffendi model pembelajaran adalah sebagai
suatu desain yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan
yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan
pada diri siswa. (Bistari, 2015: 293).
Window Shopping adalah aktivitas melihat-lihat, baik melihat barang-barang
yang di toko maupun ditempat lain. Sebagai contoh, ketika jalan-jalan di mall sambil
melihat-lihat barang di balik etalase. Orang yang melakukan cuci mata di pertokoan
mungkin merasa senang hanya dengan membayangkan membeli barang-barang atau
sekedar mengetahui harga barang tersebut. Model Pembelajaran Window Shopping
merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk bejalan-jalan mengamati
hasil pekerjaan kelompok lain yang di sajikan diding kelas, kemudian siswa mencatat
hasil kerja kelompok tersebut sebagai hasil kunjungan mereka.
Model Pembelajaran Window Shopping ini memberikan pola pembelajaran
secara berkelompok sehingga membentuk sikap kerja sama yang aktif antar sesama
siswa. Disamping itu juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjadi tutor
sebaya yang berperan dalam menjelaskan kepada seluruh pengunjung yang mengamati
hasil kerja mereka. Window Shopping merupakan suatu cara untuk menilai dan
mengingat apa yang telah siswa pelajari. Window Shopping adalah suatu model
pembelajaran yang mampu meningkatkan daya emosional siswauntuk menemukan daya
ingat jika sesuatu yang ditemukan itu dilihat secara langsung.
Menurut Oemar Hamalik (Bistari, 2015: 31) aktivitas adalah segala kegiatan
yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran. Sedangkan Slameto (Bistari, 2015: 31) menyatakan bahwa aktivitas
adalah keterlibatan dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dan aktivitas dalam
pembelajaran guna menunjang keberhasilanproses belajar mengajar dan memperoleh
manfaat dari kegiata tersebut. Dan Herman Hudoyo (Bistari, 2015: 32) disebutkan
bahwa dalam diri siswa terdapat prinsip aktif keinginan untuk berbuat dan bekerja
sendiri. Prinsip ini yang dapat mengendalikan siswa. Dengan kata lain, untuk
mengendalikan(mengarahkan) siswa, dibutuhkan suatu aktivitas. Berdasarkan beberapa
pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas kegiatan belajar dalam bentuk
fisik maupun non fisik yang tidak dapat menghindar dari situasi. Aktivitas yang
dianggap ringan oleh seseorang apabila sudah menjadi kebiasaan.

4
Vol 3 No 1 Juli 2022
Jurnal AlphaEuclidEdu
Received: 06/11/2022; Resived: 01/07/2022; Accepted: 29/07/2022

Menurut Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2009: 23) bahwa aktivitas belajar
merupakan suatu proses kegiatan pembelajaran peserta didik, yang melibatkan baik
jasmani maupun rohani sehingga ekselerasi perubahan tingkah lakunya dapat terjadi
secara cepat, tepat dari aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Sedangkan menurut
Syaiful BD (Bistari, 2015: 33) mengungkapkan bahwa yang dimaksud aktivitas belajar
adalah kegiatan dalam pembelajaran dengan memaksimalkan fungsi anggota tubuh serta
kognitif, yang dipengaruhi situasi. Adapun pengoptimalan panca indra dan kognitif
yang dimaksud seperti mendengarkan, memandang, meraba, membau, mencicipi,
menulis, membaca, mengamati, mengingat, praktek dan sebagainya. Herman Hudoyo
(Bistari,2015:33) bahwa aktivitas belajar merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang
dialami siswa dengan pengkondisisan yang diprogramkan oleh guru. Kalau perhatian
sudah tertuju pada keaktifan belajar siswa maka hal ini disebut berpusat pada siswa.
Bangun ruang sisi lengkung adalah bangun ruang yang punya bagian berupa
lengkungan, baik itu di selimut atau permukaan bidangnya. Bangun ruang sisi
lengkung ada 3, yaitu tabung, kerucut dan bola.

2. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IXA genap di SMP Negeri 1
Mempawah Hilir sebanyak 29 orang. Materi pelajaran yang digunakan dalam penelitian
ini adalah materi kelas IX Semester genap tentang Bangun Ruang Sisi Lengkung.

Kompetensi Dasar
3.7 Membuat generalisasi luas permukaan dan volume berbagai bangun ruang sisi lengkung
(tabung, kerucut, dan bola)
4.7 Menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan luas permukaan dan volume
bangun ruang sisi lengkung (tabung, kerucut, dan bola), serta gabungan beberapa
bangun ruang sisi lengkung

Berikut ini adalah langkah-langkah pelaksanaan penelitian yang telah penulis lakukan.
Pemetaan KD
Pemetaan KD dilakukan untuk menentukan materi yang sesuai untuk diterapkan dalam model
pembelajaran Window Shooping. Berdasarkan hasil telaah KD yang ada di kelas IX semester
genap, penulis memilih materi Bangun Ruang Sisi Lengkung yang terdapat pada Kd 3.7 dan 4.7
Analisis Target Kompetensi
Hasil analisis target kompetensinya sebagai berikut.
Perumusan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar Indikator
3.7 Membuat generalisasi 3.7.1 Mengidentifikasi definisi tabung, kerucut dan bola
luas permukaan dan dan contoh-contoh benda yang memiliki benuk
volume berbagai tabung, kerucut dan bola.
bangun ruang sisi 3.7.2 Mengidentifikasi unsur-unsur tabung, kerucut dan
lengkung (tabung, bola

5
Vol 3 No 1 Juli 2022
Jurnal AlphaEuclidEdu
Received: 06/11/2022; Resived: 01/07/2022; Accepted: 29/07/2022

Kompetensi Dasar Indikator


kerucut, dan bola) 3.7.3 Mengidentifikasi rumus luas permukaan tabung,
kerucut dan bola
3.7.4 Mengidentifikasi rumus volume tabung, kerucut
dan bola
3.7.5 Menghitung luas selimut tabung, kerucut dan bola

4.7 Menyelesaikan masalah 4.7.1 Menyajikan hasil pembelajaran tentang bangun ruang
kontekstual yang sisi lengkung (tabung, kerucut, dan bola), serta
berkaitan dengan luas gabungan beberapa bangun ruang sisi lengkung
permukaan dan volume 4.7.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
bangun ruang sisi bangun ruang sisi lengkung (tabung, kerucut, dan
lengkung (tabung, bola).
kerucut, dan bola), serta
gabungan beberapa
bangun ruang sisi
lengkung

Pemilihan Model Pembelajaran


Model pembelajaran yang dipilih adalah model pembelajaran Window Shopping.
Merencanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan Model Pembelajaran Window
Shopping. Pengembangan desain pembelajaran dilakukan dengan merinci kegiatan
pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan sintaks Window Shopping. Berikut ini
adalah rencana kegiatan pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan model window
Shopping.
No Kegiatan
Kegiatan Inti
1 Siswa di buat dalam bentuk berkelompok
2 Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari
3 Guru membagikan tugas yang berbeda kepada tiap kelompoknya
dengan cara di undi
4 Memberikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk membaca dan
mempelajari materi pembelajaran
5 Secara berkelompok siswa mengerjakan soal yang di berikan guru.
Hasil penyelesaian ditulis pada selembar whiteboard
6 Hasil pekerjaan dipajang di dinding kelas
7 Setiap kelompok berbgi peran ada yang menjadi anggota kelompok
dan ada yang menjadi pengunjung dikelompok lain
8 Setelah selesai sesuai waktu yang ditentukan, masing-masing anggota
yang berkeliling kembali kekelompok masing-masing dan berbagi
informasi berdasarkan hasil kunjungannya
9 Guru berkeliling untuk mengecek hasil pekerjaan dan melihat hal-hal
yang perlu diperbaiki
Penutup
1 Guru melakukan Konfirmasi berupa umpan balik dan koreksi hasil

6
Vol 3 No 1 Juli 2022
Jurnal AlphaEuclidEdu
Received: 06/11/2022; Resived: 01/07/2022; Accepted: 29/07/2022

kerja tiap-tiap kelompok


2 Guru melakukan evaluasi/penilaian baik secara kelompok maupun
individu

Dalam model pembelajaran window shopping ini siswa dibuat santai ada yang
bertugas menjaga kelompoknya(penjual) dan ada juga yang berjalan-jalan(pembeli).
Mereka bisa berjalan-jalan sambil belajar. Yang mana siswa yang bejalan-jalan
kekelompok lain mempunyai tugas untuk memberikan masukan dan pertanyaan tentang
materi yang dibahas. Model pembelajaran Window Shopping juga mudah dipahami,
akitivitas belajar bisa ditingkatkan, nilai sikap ada kerjasama dan toleransi tidak ada
perbedaan antara yang pintar dengan yang kurang dan dapat juga meningkatkan
keterampilan.
Penyusunan Perangkat Pembelajaran
Penyusunan perangkat pembelajaran terdiri dari : RPP, bahan Ajar, LKPD dan lembar
observasi penilaian keterampilan.
Media dan Instrumen Media pembelajaran yang digunakan dalam Best Practice
ini adalah (a) Lembar Kerja Peserta Didik, (b) Bahan ajar tentang Bangun Ruang Sisi
Lengkung Instrumen yang digunakan dalam praktik baik ini ada 2 macam yaitu lembar
observsi mengamati proses pembelajaran dan lembar observasi untuk melihat aktivitas
belajar siswa. Waktu dan tempat kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 10 Februari
2020 bertempat di kelas IXA SMP Negeri 1 Mempawah Hilir.

3. Hasil dan Pembahasan


Hasil yang dapat diilaporkan diuraikan sebagai berikut: (a) Proses pembelajaran yang
dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran window shopping) berlangsung
aktif. Siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran, termasuk mengajukan pertanyaan
dan memberian jawaban dalam kegiatan pembelajaran karena semua kegiatan yng
mereka lakukan dicatat pada lembar observasi. Aktifitas pembelajaran yang dirancang
sesuai sintak Window Shopping dapat meningkatkan peran serta siswa lebih aktif selama
proses pembelajaran; (b) Penerapan model pembelajaran Window shopping dapat
meningkatkan pemahaman siswa dan berpikir kritis ketika dihadapkan dalam bertanya
maupun menjawab setiap pertanyaan dari siwa lain. Disamping itu juga membekali
siswa dengan kemampuan dalam pemecahan masalah; (c) Penerapan model
pembelajaran Window shopping dapat meningkatkan hasil belajar.
Dalam pembelajaran sebelumnya yang dilakukan penulis tanpa pembelajaran
abad 21 suasana kelas cenderung sepi dan serius. Siswa cenderung bekerja sendiri-
sendiri bagi siswa yang memahami matematika (pintar) sedangkan yang kemampuan

7
Vol 3 No 1 Juli 2022
Jurnal AlphaEuclidEdu
Received: 06/11/2022; Resived: 01/07/2022; Accepted: 29/07/2022

kurang cenderung pasif, hanya mengharapkan yang lebih pandai dalam kemapuan
matematikanya. Fokus guru adalah bagaimana dapat menyelesaikan target kurikulum.
Kurang peduli pada aktivitas dan proses berpikir siswa. Pengetahuan yang diperoleh
siswa adalah apa yang diajarkan oleh guru. Berbeda kondisinya dengan saat penelitian,
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran window shopping ini dalam
pembelajaran ini siswa lebih aktif dalam berdiskusi dan menyampaikan informasi yang
menuntut kemampuan berpikir kritis.
Sebelum menerapkan Window shopping penulis melaksanakan
pembelajaran hanya terpaku pada teacher center. Sehingga siswa yang merasa
tidak menyukai matematika semakin kurang tertarik untuk belajar dan
menganggap matematika itu sulit, kurang bervariasi, dan membosankan. Dengan
menerapkan Window shopping siswa tak hanya belajar dari buku teks, tetapi juga
saling berbagi informasi sesama teman baik dalam kelompok sendiri maupun
dengan kelompok yang lain.
Kendala yang Dihadapi
Masalah yang dihadapi terutama adalah siswa belum terbiasa siswa belajar
dengan model Window Shopping Beberapa siswa masih belum terbiasa untuk berdiskusi
dalam kelompoknya, rasa tidak percaya diri dalam bertanya maupun menjawab.
Masalah lainnya adalah guru belum maksimal dalam memperhatikan dan membimbing
semua kelompok yang ada di dalam kelas.
Cara Mengatasi Kendala
Agar siswa yakin bahwa model pembelajaran indow Sopping dapat membantu
mereka lebih aktif dan menguasai materi pembelajaran, guru memberi penjelasan
sekilas tentang apa, bagaimana, mengapa, dan manfaat belajar berorientasi pada
keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills), serta manfaat
mempelajari tentang Bangun Ruang Sisi Lengkung. Pemahaman dan kesadaran akan
pentingnya HOTS serta aplikasi dari materi Bangun Ruang Sisi Lengkung yang
dipelajari akan membuat siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Selain itu,
kesadaran bahwa belajar bukan sekadar menghafal teori dan konsep akan membuat
siswa mau belajar sesuai dengan tuntutan pembelajaran abad 21.
Kekurangmampuan guru untuk memperhatikan serta membimbing seluruh
kelompok dapat diatasi dengan memilih beberapa siswa yang diatas rata- rata kelas
untuk dapat membantu kelompok lain yang merasa memiliki kesulitan dalam
menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Dengan demikian rasa malu atau tidak

8
Vol 3 No 1 Juli 2022
Jurnal AlphaEuclidEdu
Received: 06/11/2022; Resived: 01/07/2022; Accepted: 29/07/2022

percaya diri beberapa siswa dapat teratasi dikarenakan adanya tutor sebaya yang dapat
mengakomodir kesulitan mereka dalam belajar.

4. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Window Shopping layak
dijadikan pembelajaran berorientasi abad 21 karena dapat meningkatkan aktivitas siswa
dalam melakukan transfer pengetahuan, berpikir kritis, dan pemecahan masalah.
Dengan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara sistematis
dan cermat, pembelajaran dengan model pembelajaran Window Shopping yang
dilaksanakan tidak sekadar berorientasi HOTS, tetapi juga mengintegrasikan PPK,
literasi, dan kecakapan abad 21. Penerapan model pembelajaran Window Shopping
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

5. Referensi
Bistari, (2015). Mewujudkan Penelitian Tindakan Kelas (Kenaikan Pangkat Bagi
Guru). Pontianak. PT. Ekadaya Multi Inovasi
Hajar Siti, (2018). Penerapan Model {embelajaran Window shopping untuk
meningkatkan kemampuan koneksi matematis dan minat belajar
siswa.Diploma Thesis UIN Sunan Gunung Jati Bandung.
http://digilib.uinsgd.ac.id/id/eprint/14878 . Diprint 8 Oktober 2020.
Permendikbud no.37, (2018). Tentang Perubahan atas peraturan menteri Pendidikan
dan Kebudayaan nomor 24 tahun 2016 tentang kompetensiInti dan
Kompetensi dasar Pebelajaran pada kurikulum 2013 pada pendidikan Dasar
dan pendidikan Menengah. Jakarta
Salamah, Umi, (2012). MATEMATIKA untuk kelas VII SMP dan MTs. Solo: PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri.
Suharsimi Arikunto, (2015). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Tim Creative, (2012).Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa dan Hasil Belajar
Matematika Pada Konsep Barisan dan Deret Melalui Model Pembelajaran
Tipe NHT(Numbered Head Together) di SMP Negeri 1 Sukaresmi Kelas IX-E
Semester Genap Tahun Pelajaran 2010/2011. Diprint Februari 2016.

Anda mungkin juga menyukai