Anda di halaman 1dari 1

Ripped Jeans | Celana Jins Robek

Apa yang anda pikirkan jika melihat baju robek, pasti langsung terbayang feeling bekas, tidak
layak pakai, kumuh, miskin, dll.
Tapi lain hal dengan celana jeans, celana jeans yang robek-robek justru sangat diagndrungi oleh
sebagian kalangan. Bagaimana bisa demikian? Simak baik-baik!
Selama Revolusi Industri di Amerika, urbanisasi yang pesat memungkinkan banyak orang yang
tinggal di pedesaan pindah ke kota-kota besar dengan janji jaminan pekerjaan di pabrik.
Pada tahun 1873, Levi Strauss dan Jacob Davis memperoleh paten untuk sepasang jeans berdesain
baru yang terbuat dari denim, kain yang kuat namun nyaman. Jeans denim kemudian digunakan
selama bertahun-tahun, penambahan paku keling tembaga meningkatkan daya tahan sehingga
mendapat apresiasi dari kelas pekerja, mulai dari pekerja pabrik di Pantai Timur, petani di wilayah
barat tengah, dan penambang di Pantai Barat.
Pada tahun 1890, paten yang diperoleh Strauss dan Davis telah habis masa berlakunya, dan merek
lain mulai memproduksi jeans populer versi mereka sendiri.
Selama abad ke-19, banyak keluarga Amerika yang bertahan hidup dengan penghasilan $400
hingga $500 per tahun, menyebabkan banyak warga kelas pekerja tidak mampu membeli jeans
baru ketika jeans mereka robek atau berlubang. Karena kebutuhan akan pakaian tahan lama dalam
pekerjaan manual, jeans dikaitkan dengan individu berpenghasilan rendah, dan tidak dianggap
modis. Pada masa itu juga ripped jeans menjadi simbol kaum buruh ataupun pekerja pabrik.
Setelah Perang Dunia II, tibalah tahun 1950-an, dekade yang ketat dan konservatif di Amerika,
dan denim mendapat konotasi negatif, terutama dari film seperti “Rebel Without a Cause” karya
James Dean.
Pada tahun 1970-an, band The Sex Pistols telah mendarah daging dalam ideologi Punk Inggris
untuk melawan status quo dan bentuk pemerintahan konservatif. Gerakan punk pada awalnya
mengobrak-abrik barang-barang konsumsi sebagai simbol pemberontakan dan ekspresi kemarahan
terhadap masyarakat. Denim kemudian menjadi salah satu sasaran utama dekonstruksi yang dipicu
oleh konotasi negatif tadi.
Selanjutnya, robekan dan lubang yang dipopulerkan selama dekade ini adalah simbol kemarahan
dan ketidaksesuaian dengan masyarakat yang mendefinisikan gerakan punk rock. Celana jeans
robek menjadi identik dengan budaya pembangkang yang oleh para pemikir tradisional dianggap
sebagai orang buangan dari masyarakat 'normal'.
Maka kemudian merk-merk ternama memandang posisi ripped jeans sebagai fashion mainstream
dengan ciri khas urakan dan tidak mau diatur mewakili golongan “anak nakal”, generasi-generasi
selanjutnya menerima tren ini sebagai identitas pemberontakan terhadap orang tua dan otoritas
yang mengekang mereka.
Saat ini, meskipun jeans robek tidak lagi mewakili pernyataan politik yang kuat, jeans ini dapat
ditemukan di lemari banyak orang. Orang-orang dengan beragam selera mengenakan jeans robek
untuk mengekspresikan diri mereka dengan cara yang berbeda, dan pada akhirnya, memberi
makna pada apa yang mereka kenakan itu penting karena ini memberikan sarana untuk
melambangkan pemikiran dan opini.

Anda mungkin juga menyukai