Anda di halaman 1dari 26

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL


Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas berkat dan rahmat dan
karuniaNya kepada penulis. Shalawat serta salam selalu dilimpahkan kepada
junjungan seluruh umat muslim Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam yang
ditunggu-tunggu syafaatnya di yaumul akhir.
Alhamdulillah penulis telah menyelesaikan Makalah Epidemiologi Penyakit
Menular Demam Berdarah (Dengue Fever). Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular yang
ditulis berdasarkan hasil yang diperoleh dari beberapa sumber dan panduan serta
tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen
pengampu mata kuliah Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular
Dosen Pengampu: dr. RR. Sri Ratna Rahayu,M.Kes.,Ph.D atas bimbingan dan arahan
serta seluruh pihak yang membantu dalam penyusunan laporan studi ini.

Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan baik dari segi materi maupun teknis karena keterbatasan yang dimiliki
penulis. Oleh karena itu penulis berharap kritik dan saran untuk perbaikan, serta
penulis mengharapkan bahwa makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya
di bidang kesehatan masyarakat.

Semarang, Maret 2024

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit Menular merupakan gangguan kesehatan atau penyakit yang
diakibatkan oleh virus atau bakteri yang kemudian dapat ditularkan satu sama lain
melalui kontak dengan permukaan yang terkontaminasi, cairan tubuh, produk
darah, gigitan serangga, atau melalui udara. diakibatkan oleh infeksi, keberadaan
dan pertumbuhan agen biologis patogen (yang mampu menyebabkan penyakit)
pada manusia atau hewan inang lainnya.(Huang., 2022)(Wisconsin Department of
Health Services, 2023)
Secara global, salah satu penyakit menular yang menjadi insiden dan beban
global selama tahun 2000 hingga 2019 adalah demam berdarah (Dengue Fever ).
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia menunjukkan bahwa peningkatan
sepuluh kali lipat kasus yang dilaporkan, puncak kasus terjadi pada tahun 2019
yang menyebar di 129 negara di dunia. Target Sustainable Development Goal’s
(SDG’S) berhubungan dengan demam berdarah adalah pada tahun 2030,
mengakhiri epidemic AIDS, Tuberkulosis, malaria dan penyakit tropis yang
terabaikan serta memerangi hepatitis, penyakit yang ditularkan melalui air dan
penyakit menular lainnya.(Braks et al., 2019)
Demam berdarah merupakan penyakit yang sering dijumpai terutama di
wilayah tropis seperti Indonesia dan negara-negara kawasan Asia lainnya.
Menurut lembaga kesehatan dunia (WHO), Demam berdarah (Dengue Fever)
adalah infeksi virus yang menyebar dari nyamuk ke manusia. Ini lebih sering
terjadi di daerah beriklim tropis dan subtropis).Dalam beberapa kasus umum,
demam berdarah dapat sembuh dalam 1-2 minggu dan kasus berat atau parah
tidak bisa ditentukan karena memerlukan penanganan khusus di rumah sakit.
(World Health Organization, 2023b)
Penyakit Demam berdarah mengalami penurunan di tahun 2020 hingga 2022
yang diakibatkan adanya pandemi covid-19 serta tingkat pelaporan kasus yang
rendah. Pada awal tahun 2023 lonjakan kasus demam berdarah yang dilaporkan
mencapai 5 juta kasus dan lebih dari 5000 kematian yang diakaibatkan penyakit
demam berdarah terjadi di beberapa negara dan lima wilayah WHO seperti
kawasan Afrika, Amerika, Asa Tenggara, Pasifik Barat dan Mediterania Timur.
Angka beban global yang diakibatkan oleh demam berdarah masih dibawah fakta,
hal ini disebabkan beberaa negara yang belum mewajibakan pelaporan kasus
demam berdarah.(World Health Organization, 2023)
Angka kasus demam berdarah di wilayah Asia Tenggara di beberapa negara
mengalami peningkatan di tahun 2023 yaitu Thailand, peningkatan sebesar 300%
dengan kasus demam berdarah meningkat dari 46.678 pada tahun 2022 menjadi 136.655
pada tahun 2023. Pada awal tahun 2024 di Indonesia dilaporkan sebanyak 16.000 kasus
demam berdarah dan 124 kematian akibat demam berdarah dengan kasus terbanyak
terjadi di Tangerang, Bandung Barat, Kota Kendari, Subang dan Lebak.(Ditjen P2P,
2024b)
Demam berdarah di Provinsi Jawa Tengah di tahun 2024 berdasarkan data
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan bahwa Angka Risiko
Kematian (Case Fatality Rate) terjadi di Kota Salatiga sebesar 25%, Kendal sebesar
14,5% dan Blora sebesar 7,5%. Angka tersebut menunjukkan bahwa kasus demam
berdarah di provinsi jawa tengah masih perlu penanggulangan, peningkatan upaya
promotif dan preventif sangat diperlukan untuk mnrnurunkan angka kejadian kasus.
(Ditjen P2P, 2024)
Target penanggulangan demam berdarah adalah menurunkan angka risiko kematian
(Case Fatality Rate) dari 0,80% di tahun 2020 menjadi 0% di tahun 2030. Roadmap ini
menjelaskan tiga critical action untuk mencapai target penanggulangan dengue tahun
2030, meliputi mengembangkan vaksin sebagai tindakan pencegahan untuk populasi
berisiko, meningkatkan efektivitas strategi pengendalian vektor berbasis bukti ilmiah dan
berkolaborasi dengan sektor lingkungan untuk menurunkan habitat nyamuk. Pada tahun
2020 target indikator penanganan demam berdarah di Indonesia adalah 70% dengan
capaian 73,15% yang menunjukkan bahwa langkah penanganan demam berdarah telah
melebihi target yang telah ditentukan.(Didik Budijanto, 2021)
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada makalah ini “
Bagaimana definisi, gejala, faktor risiko, pencegahan dan penanggulangan demam
berdarah (Dengue Fever ) dari suatu kasus ?”
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi dan penyebab demam berdarah?
2. Mengetahui gejala demam berdarah?
3. Mengetahui tranmisi demam berdarah?
4. Mengetahui fase demam berdarah?
5. Mengetahui klasifikasi demam berdarah?
6. Mengetahui target global demam berdarah?
7. Mendeskripsikan sebaran kasus demam berdarah?
8. Mengetahui faktor risiko demam berdarah?
9. Mengetahui pencegahan dan pengendalian demam berdarah
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Penyebab Demam Berdarah (Dengue Fever)


Merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai terutama di wilayah
tropis seperti Indonesia dan negara-negara kawasan Asia lainnya. Menurut
lembaga kesehatan dunia, demam berdarah (Dengue Fever) adalah infeksi virus
yang menyebar dari nyamuk ke manusia. Ini lebih sering terjadi di daerah
beriklim tropis dan subtropis. Dalam beberapa kasus umum, demam berdarah
dapat sembuh dalam 1-2 minggu dan kasus berat atau parah tidak bisa ditentukan
karena memerlukan penanganan khusus di rumah sakit.(World Health
Organization, 2023)
Definisi lain dari demam berdarah adalah infeksi yang ditularkan oleh
sekelompok virus dari jenis arthropoda melalui gigitan yang umumnya virus
tersebut berupa nyamuk Aedes aegypti dan merupakan hiperendemik di daerah
tropis dan iklim subtropis di seluruh dunia,(Dengue Infection) Penyakit ini juga
dikenal sebagai demam patah tulang yang disertai nyeri otot dan sendi, sebagian
besar kasus tidak menunjukkan gejala, namun penyakit parah dan kematian dapat
terjadi.(Wolford., 2022)
Vektor utama penyakit ini adalah nyamuk betina dari spesies Aedes
aegypti dan Aedes albopictus . Meskipun A. aegypti dikaitkan dengan sebagian
besar infeksi, jangkauan A. albopictus semakin meluas, lebih tahan terhadap
lingkungan dingin, merupakan pemakan agresif namun frekuensi makannya lebih
jarang, dan mungkin dikaitkan dengan peningkatan jumlah. Nyamuk jenis ini
cenderung hidup di dalam ruangan dan aktif pada siang hari. Penularan melalui
perinatal, transfusi darah, Air Susu Ibu (ASI), dan transplantasi organ telah
dilaporkan.(Wolford., 2022)
Beberapa kriteria dari penyakit demam berdarah antara lain (Wolford.,
2022):
1. Kemungkinan mengalami demam berdarah: pasien yang berdomisisli atau
pernah mengunjungi daerah endemis demam berdarah memiliki gejala antara
lain : mual, muntah, ruam, mialgia, artralgia, ruam, tes tourniquet positif, atau
leukopenia.

2. Tanda Peringatan Demam Berdarah: Sakit perut, muntah terus-menerus,


penumpukan cairan klinis seperti asites atau efusi pleura, perdarahan mukosa,.

3. Demam Berdarah Berat: Demam berdarah dengan kebocoran plasma parah,


perdarahan, disfungsi organ, gangguan kesadaran, disfungsi miokard, dan
disfungsi paru

4. Peringatan klinis sindrom syok dengue memiliki gejala antara lain: hematokrit
yang meningkat dengan cepat, nyeri perut yang hebat, muntah terus-menerus,
dan tekanan darah menyempit atau tidak ada sama sekali.

2.2 Gejala Demam Berdarah


Demam berdarah (Dengue Fever) merupakan salah satu penyakit yang
memiliki beberapa tanda atau gejala secara umum atau parah, antara lain (World
Health Organization, 2023):
2.2.1 Gejala umum
Adalah tanda atau gejala yang biasa dialami oleh penderita demam
berdarah (dengue fever), antara lain:
1. Demam tinggi (40°C/104°F)
2. Sakit kepala parah
3. Rasa sakit di belakang mata
4. Nyeri otot dan sendi
5. Mual
6. Muntah
7. Kelenjar bengkak
8. Ruam

2.2.2 Gejala Parah


Adalah salah satu tanda atau gejala yang harus diwaspadai atau tanda
peringatan bagi penderita demam berdarah karena perlu penanganan
serius di rumah sakit:
1. Sering kali muncul setelah demamnya hilang:
2. Sakit perut yang parah
3. Muntah terus-menerus
4. Pernapasan cepat
5. Gusi atau hidung berdarah
6. Kelelahan
7. Kegelisahan
8. Darah dalam muntahan atau tinja
9. Menjadi sangat haus
10. Kulit pucat dan dingin
11. Merasa lemah.
2.3 Cara Penularan (Transmission)
Adalah perpindahan pathogen penularan virus demam berdarah dari individu
atau kelompok inang yang terinfeksi , sebagai berikut (World Health
Organization, 2023):

2.3.1 Penularannya melalui gigitan nyamuk

Virus ini menular ke manusia melalui gigitan nyamuk betina yang


terinfeksi, terutama nyamuk Aedes aegypti. Sekali menular, nyamuk dapat
menularkan virus tersebut seumur hidupnya

2.3.2 Penularan dari manusia ke nyamuk

Nyamuk dapat tertular dari orang yang terinfeksi virus dengue.


Bisa saja seseorang yang mengalami infeksi demam berdarah bergejala,
seseorang yang belum mengalami infeksi demam berdarah (yang bersifat
pra-gejala), namun juga orang yang tidak menunjukkan tanda-tanda
penyakit (tidak menunjukkan gejala). Penularan dari manusia ke nyamuk
dapat terjadi hingga 2 hari sebelum seseorang menunjukkan gejala
penyakitnya, dan hingga 2 hari setelah demamnya mereda.

2.3.3 Penularan dari ibu

Cara utama penularan virus dengue antar manusia melibatkan


vektor nyamuk. Namun terdapat bukti mengenai kemungkinan penularan
dari ibu (dari ibu hamil ke bayinya). Pada saat yang sama, tingkat
penularan vertikal tampak rendah, dengan risiko penularan vertikal
tampaknya terkait dengan waktu terjadinya infeksi demam berdarah
selama kehamilan. Jika seorang ibu terjangkit infeksi virus dengur
(DENV) saat hamil, bayinya mungkin menderita kelahiran prematur,
berat badan lahir rendah, dan gawat janin.

2.3.4 Mode transmisi lainnya

Kasus penularan virus dengue melalui transfusi darah, donasi


organ, dan melalui luka tusukan penggunaan jarum suntik dan
laboratorium.

2.4 Fase DBD


Demam Berdarah Dengue memiliki 3 fase, antara lain (Kularatne & Dalugama,
2022):
2.4.1 Fase Demam (Febrile Phase)
Fase ini ditandai dengan demam tiba-tiba tingkat tinggi sekitar 40
C yang biasanya berlangsung dua hingga tujuh hari. sakit kepala,
artralgia, mialgia, sakit punggung, dan nyeri. Kadang-kadang, gejala
saluran pernapasan bagian atas dan gastrointestinal ikut campur.
Tampilan yang sakit sering terjadi, dan kemerahan menyeluruh pada kulit
yang memucat akibat tekanan muncul dengan atau tanpa erupsi
eritematosa morbilliform dan area pucat terjadi pada satu hingga dua hari
pertama demam dan hari terakhir demam. Atau, dalam waktu 24 jam,
ruam sekunder dapat timbul.
2.4.2 Fase Kritis (Critical Phase)
Merupakan fase yang dapat dialami sebagian pasien, ditandai
dengan kebocoran pembuluh darah sistemik, biasanya terjadi dengan
penurunan suhu tubuh yang bersifat sementara. Hal ini ditandai dengan
peningkatan konsentrasi plasma akibat peningkatan hematokrit.
Kebocoran pembuluh darah terutama terjadi pada ruang peritoneum yang
dapat dideteksi secara dini dengan pemeriksaan ultrasonografi pada perut
untuk menemukan edema dinding kandung empedu, dan pengumpulan
cairan perikholecystic
2.4.3 Fase Pemulihan (Recovery Phase)
Pada fase ini, kebocoran pembuluh darah sistemik berhenti dan
cairan ruang ketiga yang diekstravasasi mulai diserap kembali. Fase ini
secara klinis dikenali ketika pasien mengalami peningkatan kesejahteraan
yang nyata dan beberapa mengalami ruam yang gatal. Pasien juga
mengalami bradikardia, yang disebut bradikardia pemulihan. Hemodilusi
menyebabkan penurunan hematokrit dan peningkatan cepat jumlah sel
darah putih, diikuti oleh trombosit.
2.5 Klasifikasi Infeksi dan tingkat keparahan
Tabel 2.1 Klasifikasi dan tingkat keparahan penyakit demam berdarah
(Marvianto et al., 2023)

2.6 Target Global Demam Berdarah


Target angka penurunan demam berdarah secara global, antara lain (Braks
et al., 2019):

Gambar 2.1 Target SDG’s penyakit demam berdarah


Target Sustainable Development Goal’s (SDG’s) berhubungan dengan
demam berdarah adalah pada tahun 2030, mengakhiri epidemik AIDS,
Tuberkulosis, malaria dan penyakit tropis yang terabaikan serta memerangi
hepatitis, penyakit yang ditularkan melalui air dan penyakit menular lainnya
2.7 Sebaran Kasus
2.7.1 Data sebaran kasus Demam Berdarah (Dengue Fever) secara Global,
WHO

Gambar 2.2 Peta sebaran kasus demam berdarah global 2023 (World Health
Organization, 2023)
1. Wilayah Afrika WHO
Afrika adalah salah satu dari empat wilayah yang paling
terkena dampak penyakit arboviral, termasuk demam kuning,
demam berdarah, chikungunya. Pada tahun 2023, 171,991
kasus demam berdarah dan 753 kematian dilaporkan di
negara-negara di kawasan ini.
Bukti epidemi demam berdarah telah terdeteksi pada
penduduk lokal dan/atau pengungsi yang kembali dari lebih
dari 30 negara Afrika.
2. Wilayah Asia Tenggara WHO
Di Wilayah Asia Tenggara WHO, 10 dari 11 negara
anggotanya diketahui menjadi negara endemik virus dengue.
Pada tahun 2023, beberapa negara, termasuk Bangladesh dan
Thailand, melaporkan peningkatan jumlah kasus demam
berdarah dibandingkan tahun sebelumnya.
Secara khusus, India, india, Myanmar, Sri Lanka, dan
Thailand termasuk di antara 30 negara dengan prevalensi
demam berdarah tertinggi di dunia. Dibandingkan tahun 2022,
Bangladesh dan Thailand mencatat jumlah kasus demam
berdarah yang lebih tinggi pada tahun 2023. Bangladesh
melaporkan peningkatan jumlah kasus yang signifikan pada
November 2023 sebanyak 308 kasus.
3. Wilayah Amerika WHO
Dari 1 Januari 2023 hingga 11 Desember 2023, total 4,1 juta
per 100.000 penduduk dugaan demam berdarah dilaporkan .
termasuk 6.710 kasus parah (0,16% dari kasus dugaan) dan
2.049 kematian (CFR 0,05%) dilaporkan. Kasus-kasus
tersebut berasal dari 42 negara dan wilayah di Benua Amerika,
dengan 15 negara melaporkan wabah aktif.Dari total kasus
DBD sampai dengan 12 November 2023, sebanyak 1.895.122
(45%) terkonfirmasi laboratorium.
2.7.2 Data sebaran kasus demam berdarah di Indonesia tahun 2024

Gambar 2.3 Peta sebaran kasus demam berdarah nasional 2024


Berdasarkan data sebaran kasus demam berdarah per kabupaten/kota pada
tahun 2024, menunjukkan bahwa secara nasional angka kasus demam berdarah
sebanyak 114.435 di tahun 2023 yang mengalami kenaikan menjadi 15.977 di tahun
2024, tetapi hingga bulan maret 2024 angka kematian akibat demam berdarah lebih
sedikit daripada tahun sebelumnya yang awalnya 894 turun menjadi 124 kasus.
Terdapat sebanyak 5 kabupaten/kota dengan kasus demam berdarah tertinggi di
Indonesia antara lain Tagerang, Bandung Barat, Kota Kendari, Subang dan Lebak.
Sedangkan untuk 5 kabupaten/kota dengan angka kematian tertinggi antara lain
Kendal, Blora, Bandung, subang, dan Kota Palembang.
2.8 Faktor Risiko
Tabel 2.2 Faktor risiko pada setiap kasus berdasarkan jurnal Internasional
Peneliti Variabel Penelitian OR/RR/PR Hasil Penelitian
(Mehmood et al., - Variabel bebas 4,86 Genangan air di
2021) : Genangan air sekitar rumah (odds
- Variabel rasio [OR] 4.86,
terikat : 95% CI 2.94-
Demam 8.01;P<0,001)
Berdarah artinya responden
Peneliti Variabel Penelitian OR/RR/PR Hasil Penelitian
yang memiliki
genangan air di
sekitar tempat
tinggal lebih
berisiko 4,8 kali
untuk terinfeksi
demam berdarah.
(Mehmood et al., - Variabel bebas 2,73 keberadaan pot
2021) : Pot Bunga bunga di rumah
dalam rumah (OR 2,73, 95% CI
- Variabel 1,67-
terikat : 4,45;P<0,001),
Demam artinya responden
berdarah yang memiliki
genangan air di
sekitar tempat
tinggal lebih
berisiko 2,7 kali
untuk terinfeksi
demam berdarah.
(Abualamah et - Variabel bebas 2,48 Pasien yang
al., 2020) : mengalami infeksi
infeksi sekunder dan
sekunder dan pasien dengan
pasien dengan penyakit lebih
penyakit berisiko 2,4 kali
penyerta untuk
- Variabel perkembangan
terikat : penyakit demam
Peneliti Variabel Penelitian OR/RR/PR Hasil Penelitian
Demam berdarah parah
berdarah AOR= (2,48; 95%
CI: 1,04–5,99) dan
(3,71; 95% CI:
1,18–11,73)
(Fonseca-Portilla - Variabel bebas 11,49 Pasien dengan
et al., 2021) : penderita penyakit ginjal
DBD dengan kronis (CKD) lebih
penyakit ginjal berisiko 11,4 kali
kronis mengalami demam
- Variabel berdarah berat atau
terikat : kematian
Kematian
akibat DBD
(Fonseca-Portilla - Variabel bebas 5,46 Pasien dengan
et al., 2021) : penderita penyakit tukak
DBD dengan lambung lebih
penyakit tukak berisiko 5,4kali
lambung mengalami demam
- Variabel berdarah parah dan
terikat : kematian
Kematian
akibat DBD
(Swain et al., - Variabel bebas 2-3 Peluang tertular
2020) : Kondiai demam berdarah
perumahan hampir tiga kali
- Variabel lebih tinggi di
terikat : antara orang-orang
Demam yang memiliki
Peneliti Variabel Penelitian OR/RR/PR Hasil Penelitian
berdarah pekerjaan yang
memerlukan
perjalanan jauh
(Swain et al., - Variabel bebas 3-5 Pekerjaan (OR
2020) : pekerjaan berkisar antara 3–
- Variabel 5), artinya kategori
terikat : pekerjaan lebih
Kematian berisiko antara 3
akibat DBD sampai 5 kali
mengalami
kematian akibat
DBD

2.9 Target dan Capaian secara Nasional

Gambar 2.4 Target dan capaian program penanggulangan DBD tahun 2016-
2020

Berdasarkan gambar 2.4 target dan capaian program penanggulangan DBD tahun
2016-2020, menunjukkan bahwa angka realisasi program penanggulangan
demam berdarah yang melebihi target adalah di tahun 2017, 2018 dan 2020.
Sedangkan untuk realisasi atau capaian yang masih dibawah target adalah tahun
2016 dengan target 62% hanya direalisasikan 53,31% dan pada tahun 2019 dari
target 68% hanya direalisasikan 62,26%.

Gambar 2.5 Target Indikator tahun 2020-2025

Berdasarkan gambar 2.5 target indikator tahun 2020-2025 menunjukkan


bahwa target indikator dinaikan sebesar 5% setiap tahunnya dari mulai tahun
2020 hingga 2025

Gambar 2.6 Capaian penanggulangan demam berdarah tahun 2020 secara


nasional

Berdasarkan gambar capaian penanggulangan demam berdarah tahun


2020 secara nasional, menunjukkan bahwa capaian penanggulangan demam
berdarah secara nasional telah melebihi target yang telah ditetapkan sebelumnya
yakni 73,15 % dari target 70%.

2.10 Pencegahan dan Penaggulangan


Merupakan suatu upaya untuk mencegah penularan virus dengue yang
berdampak pada penurunan angka kejadian demam berdarah

2.10.1 Upaya Pencegahan dengue fever


Berikut merupakan beberapa upaya pencegahan penularan demam
berdarah, antara lain (Kularatne & Dalugama, 2022)(Ho et al., 2023):
1. Pengawasan dan pengendalian antar-epidemi ditingkatkan
dengan peraturan perundang-undangan
Kegiatan yang dilaksanakan berupa pengawasan dan
pengendalian vektor, virus, kasus, dan lingkungan diintegrasikan
untuk mengurangi penularan demam berdarah yang didukung oleh
Undang-Undang Pengendalian Vektor dan Pestisida dimana secara
hukum memberi wewenang kepada petugas kesehatan masyarakat
untuk melakukan pemeriksaan rumah rutin.
2. Pengembangan vaksin
Vaksin merupakan salah satu upaya yang paling efektif untuk
mencegah infeksi berulang pada penderita demam berdarah serta
terbukti telah memberikan perlindungan jangka panjang terhadap
infeksi berulang hemotopik. Pengembangan vaksin difokuskan pada
rancangan pembuatan vaksin tetravalent yang bertujuan untuk
memberikan perlindungan jangka panjang terhadap semua serotype
virus. Vaksin ini terbukti dapat ,engurangi atau menghilangkan
risiko pneingkatan ketergantungan antibody yang mempengaruhi
penderita demam berdarah
3. Pencegahan dan intervensi berbasis risiko melalui pemodelan
dan analisis data
Penerapan alat analisis data memungkinkan alokasi sumber
daya pengendalian vektor berbasis risiko. NEA memiliki sistem
pengawasan peringatan demam berdarah terintegrasi yang
menggabungkan informasi dari diagnosis klinis dan laboratorium,
genotipe virus yang beredar,Aedespopulasi, dan parameter ekologi
4. Koordinasi kerjasama antar sektor dan strategi komunikasi
adaptif untuk mengurangi potensi Ae.aegypti pembiakan
5. Adopsi ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan
pengendalian demam berdarah

2.10.2 Pencegahan dan Pengendalian demam berdarah, WHO 2022

Upaya pencegahan dan pengendalian yang dapat diterapkan secara


mandiri antara lain :

1. Menggunakan pakaian yang menutupi sebagian besar tubuh Anda


2. Kelambu jika tidur siang hari, idealnya kelambu disemprot obat
nyamuk
3. Pengusir nyamuk (mengandung DEET, Picaridin atau IR3535)
4. Kumparan dan alat penguap.

Apabila terkena atau tertular demam berdarah, beberapa langkah


langkah yang dapat dilaksanakan,antara lain :

1. Seseorang yang telah terinfeksi virus demam berdarah harus


istirahat yang cukup
2. Mengkonsumsi air putih yang cukup
3. Mengkonsumsi asetaminofen (parasetamol) untuk nyeri
4. Menghindari konsumsi obat antiinflamasi nonsteroid, seperti
ibuprofen dan aspirin
5. Memperhatikan gejala yang dialami apabila dirasa parah segera
hubungi dokter atau pergi ke rumah sakit.

2.10.3 Strategi dan Intervensi


Program penanggulangan dengue di Indonesia 2021-2015
dilaksanakan dengan enam strategi yang seluruhnya memiliki daya ungkit
yang tinggi dalam pencapaian target dan indikator program. Enam strategi
tersebut adalah (Didik Budijanto, 2021):
1. Strategi 1. Penguatan manajemen vektor yang efektif, aman, dan
berkesinambungan
Tujuan strategi 1. Meningkatkan pencegahan dengue melalui
surveilans dan pengendalian vektor yang efektif, aman, dan
berkesinambungan, serta dapat diimplementasikan oleh
masyarakat.
2. Strategi 2. Peningkatan akses dan mutu tatalaksana dengue
Tujuan strategi 2. Meningkatkan kapasitas dan mutu layanan
dengue di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) dan rumah
sakit, baik di fasilitas kesehatan milik pemerintah maupun swasta.
3. Strategi 3. Penguatan surveilans dengue yang komprehensif serta
manajemen KLB yang responsif
Tujuan strategi 3. Meningkatkan kemampuan sistem surveilans
untuk mendeteksi kasus dengue secara dini dan merespons secara
cepat serta mencegah dan menguatkan manajemen kejadian luar
biasa yang responsif
4. Strategi 4. Peningkatan pelibatan masyarakat yang
berkesinambungan
Tujuan strategi 4.
1) Meningkatkan pemahaman dan perilaku masyarakat yang
berkesinambungan tentang vektor dengue, gejala dan tanda
bahaya penyakit dengue, dan kesehatan lingkungan secara
umum dan
2) Melakukan kolaborasi dengan lembaga swadaya masyarakat
(LSM) peduli lingkungan, organisasi masyarakat, dan
komunitas dalam pencegahan dengue.
5. Strategi 5. Penguatan komitmen pemerintah, kebijakan
manajemen program, dan kemitraan
Tujuan strategi 5, antara lain :
1) Memperkuat komitmen pemerintah pusat dan daerah, kebijakan
dan manajemen program penanggulangan dengue dengan
dukungan sistem kesehatan melalui komunikasi dan advokasi;
2) Meningkatkan kolaborasi dan koordinasi lintas program, lintas
sektor, serta kemitraan;
3) Meningkatkan kontribusi pembiayaan pemerintah daerah, lintas
program, lintas sektor, dan multi-pihak.
6. Strategi 6. Pengembangan kajian, invensi, inovasi, dan riset
sebagai dasar kebijakan dan manajemen program berbasis bukti.
Tujuan strategi 6, antara lain :
1) Mengembangkan kajian, invensi, inovasi, dan riset;
2) Meningkatkan adopsi hasil kajian, invensi, inovasi, dan riset
untuk penguatan kebijakan dan program; dan
3) Memanfaatkan teknologi terkini serta sistem informasi dan data
yang berkualitas untuk pengambilan keputusan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Demam berdarah atau dengue fever merupakan penyakit yang sering dijumpai
terutama di wilayah tropis seperti Indonesia dan negara-negara kawasan Asia
lainnya. Penyakit ini disebabkan karena terinfeksi virus dengue yang
menyebar dari nyamuk ke manusia maupun sebaliknya.
2.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Abualamah, W. A., Banni, H. S., Almasmoum, H. A., Allohibi, Y. A., Samarin, H.


M., & Bafail, M. A. (2020). Determining Risk Factors for Dengue Fever
Severity in Jeddah City, A Case-Control Study (2017). Polish Journal of
Microbiology, 69(3), 331–337. https://doi.org/10.33073/pjm-2020-036
Braks, M., Giglio, G., Tomassone, L., Sprong, H., & Leslie, T. E. (2019). Making
Vector-Borne Disease Surveillance Work: New Opportunities From the SDG
Perspectives. Frontiers in Veterinary Science, 6, 1–9.
https://doi.org/10.3389/fvets.2019.00232
Didik Budijanto. (2021). Strategi Nasional Penanggulangan Dengue 2021-2025. In
Meilina Farikha (Ed.), Kementerian Kesehatan RI. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
https://www.kemkes.go.id/article/view/19093000001/penyakit-jantung-
penyebab-kematian-terbanyak-ke-2-di-indonesia.html
Ditjen P2P. (2024a). Informasi DBD Minggu ke 8 2024. Kemenkes Ditjen P2P.
https://p2pm.kemkes.go.id/publikasi/infografis/informasi-terkini-dbd-hingga-
minggu-ke-8-2024
Ditjen P2P. (2024b). Kasus DBD Tinggi dan Komplikasi DBD. Kemenkes Ditjen.
https://p2p.kemkes.go.id/
Fonseca-Portilla, R., Martínez-Gil, M., & Morgenstern-Kaplan, D. (2021). Risk
Factors for Hospitalization and Mortality due to Dengue Fever in a Mexican
Population: A Retrospective Cohort Study. International Journal of Infectious
Diseases, 110, 332–336. https://doi.org/10.1016/j.ijid.2021.07.062
Ho, S. H., Lim, J. T., Ong, J., Hapuarachchi, H. C., Sim, S., & Ng, L. C. (2023).
Singapore’s 5 Decades of Dengue Prevention and Control-Implications for
Global Dengue Control. PLoS Neglected Tropical Diseases, 17(6 June), 1–19.
https://doi.org/10.1371/journal.pntd.0011400
Huang., P. F. E. Ben. (2022). Epidemiology of Prevention of Communicable
Diseases. National Library of Medicine. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/
Kularatne, S. A., & Dalugama, C. (2022). Dengue Infection: Global Importance,
Immunopathology and Management. Clinical Medicine, Journal of the Royal
College of Physicians of London, 22(1), 9–13.
https://doi.org/10.7861/clinmed.2021-0791
Marvianto, D., Ratih, O. D., & Nadya Wijaya, K. F. (2023). Infeksi Dengue
Sekunder: Patofisiologi, Diagnosis, dan Implikasi Klinis. Cermin Dunia
Kedokteran, 50(2), 70–74. https://doi.org/10.55175/cdk.v50i2.518
Mehmood, A., Khan, F. K., Chaudhry, A., Hussain, Z., Laghari, M. A., Shah, I.,
Baig, Z. I., Baig, M. A., Khader, Y., & Ikram, A. (2021). Risk Factors
Associated with a Dengue Fever Outbreak in Islamabad, Pakistan: Case-Control
Study. JMIR Public Health and Surveillance, 7(12), 1–7.
https://doi.org/10.2196/27266
Swain, S., Bhatt, M., Biswal, D., Pati, S., & Soares Magalhaes, R. J. (2020). Risk
Factors for Dengue Outbreaks in Odisha, India: A case-control study. Journal of
Infection and Public Health, 13(4), 625–631.
https://doi.org/10.1016/j.jiph.2019.08.015
Wisconsin Department of Health Services. (2023). Communicable Diseases.
Wisconsin Department of Health Services. https://www.dhs.wisconsin.gov/
Wolford., T. J. S. P. K. P. R. W. (2022). Dengue Fever. National Library of
Medicine. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430732/
World Health Organization. (2023). Dengue- Global Situation. WHO.
https://www.who.int/
World Health Organization. (2023). Dengue and Severe Dengue. World Health
Organization. www.who.int

Anda mungkin juga menyukai