Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN SOSIAL BUDAYA, PERSEPSI EFEK SAMPING DAN

GANGGUAN HUBUNGAN SEKSUAL DENGAN PEMILIHAN IUD DI


KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2018

Duhita Wikalaili Enzimatia*), Dharminto*), Djoko Nugroho *), Sri Winarni*)


Bagian Biostatistik dan Kependudukan ,Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email : duhita.wika@gmail.com

ABSTRACT
IUD is one of the contraceptive methods that susgested by BKKBN and PB-POGI
with 98% program effectiveness but IUD users in Indonesia are still relatively low
(5%). Banyubiru sub-district has the lowest MKJP user in Semarang Regency
with 4.77% IUD user in 2018. This study aims to analyze socio-cultural relations,
perception of side effects and sexual disfunction with election of IUD. This
research uses explanatory research methods and case control study design. The
population of this research is 64 IUD user and 1237 non-IUD users. Tthe sample
used is 33 IUD users and 66 non-IUD controls (simple random sampling). The
result of univariate analysis showed that didn’t hamper social culture (58,6%),
proper perseption of side effects (53,5%), minor perception of sexual disfunction
(59,6%). Chi-Square analysis result with α of 0,05, election of IUD have relation
with perception of side effects (p-value =0,001;OR=12,688) and perception of
sexual disfunction p-value=0,001;OR=46,222), socio-cultural haven’t relation with
election of IUD (p-value= 0,614;OR=0,729). Logistic regression analysis shows
that independent variable to have influence on proper side effects of 5 times and
perception of minor sexual disfunction of 23 times, social culture haven’t
influence with election of IUD. Suggestions are given by giving IEC and
interpersonal communication to the IUD acceptor about side effect and sexual
disorders with IUD.

Keywords : election of IUD, social culture, perception of side effects,


perception of sexual disfunction

PENDAHULUAN karena tingkat kelahiran di Indonesia


Latar Belakang tinggi dan merupakan faktor utama
Indonesia merupakan negara laju pertumbuhan penduduk.1
berkembang dengan salah satu Jumlah penduduk Indonesia terus
permasalahan yang sedang dihadapi meningkat dan tidak terkendali dapat
yaitu kependudukan. Masalah ini menimbulkan masalah
dapat dilihat salah satunya melalui kependudukan yang memprihatinkan
pertumbuhan jumlah penduduk dalam berbagai sektor seperti sektor
dimana dalam kondisi ini dapat penyediaan sandang, pangan,
dikatakan memiliki laju yang tinggi perumahan, lapangan kerja, fasilitas
kesehatan, pendidikan dan berada dibawah penggunaan alat
sebagainya. Salah satu cara untuk KB jenis suntik (29%) dan pil
menekan angka kelahiran adalah (12%).5,6
dengan program keluarga Di Jawa Tengah peserta
berencana (KB) melalui penggunaan MKJP mencapai 20,06% dengan
kontrasepsi oleh pasangan usia capaian angka akseptor IUD
subur.2 sebesar 7,28%. Data Profil
Dari pelaksanaan program Kesehatan Kabupaten Semarang,
Keluarga Berencana sampai pada jumlah total peserta KB baru IUD
tahun 2017 mampu menghasilkan hanya mencapai 8%.7 Kecamatan
angka TFR (angka kelahiran) hingga Banyubiru merupakan kecamatan
3
2,4. Hal ini masih berada jauh yang paling rendah dalam cakupan
dengan harapan maksimum TFR penggunaan MKJP (19,07%) dari
yaitu yang berada pada angka 2,0. targetnya sebesar 100%. Untuk
Salah satu strategi program peserta KB baru IUD di Kecamatan
keluarga Berencana (KB) dalam Banyubiru hanya mencapai 18,03%
RPJM tahun 2015-2019 ialah dan peserta aktif KB IUD sebesar
meningkatnya penggunaan metode 4,77%.
kontrasepsi jangka panjang (MKJP).4 Kurang diminatinya IUD
IUD merupakan salah satu metode dapat disebabkan karena kurangnya
kontrasepsi MKJP non hormonal pemahaman tentang prosedur
yang efektif dengan satu kali pemasangan juga efek samping dan
pemasangan untuk jangka waktu adanya persepsi yang salah serta
yang lama dan mendapatkan ketidaknyamanan pada saat
rekomendasi oleh Koalisi pemasangan. Faktor eksternal yang
Perempuan dan Organisasi Profesi mempengaruhi pemilihan alat
(PB-POGI) dan BKKBN sebagai alat kontrasepsi adalah dukungan suami,
kontrasepsi non hormonal.. Namun dukungan keluarga, sosial budaya,
pada kenyataannya di Indonesia alat ekonomi dan pelayanan kesehatan
kontrasepsi yang lebih diminati oleh di bidang keluarga berencana.
pasangan usia subur adalah Pelayanan kesehatan dipengaruhi
kontrasepsi hormonal atau oleh beberapa faktor yaitu prosedur,
kontrasepsi non IUD, sementara IUD petugas, biaya, dan informasi.8
masih tergolong rendah (5%) dan
terdiri dari analisis univariat, analisis
METODE PENELITIAN bivariat dan analisis multivariat.
Jenis penelitian adalah HASIL DAN PEMBAHASAN
explanatory research. Instrumen Tabel 1. Karakteristik Responden
penelitian berupa lembar kuesioner Karakteristik f %
Usia (Tahun)
yang berisikan pertanyaan-
21-30 tahun 10 10,1
pertanyaan sebagai panduan 31-40 tahun 45 45,5
wawancara untuk mengetahui 41-50 tahun 44 44,4
Agama
tanggapan responden mengenai
Kristen 1 1,0
variabel penelitian. Variabel bebas Katholik 3 3,0
Islam 95 96,0
penelitian adalah sosial budaya,
Pendidikan
persepsi efek samping dan persepsi tidak tamat
2 2,0
gangguan hubungan seksual. SD/sederajat
tamat
14 14,1
Variabel terikat penelitian adalah SD/sederajat
tamat
Pemilihan IUD pada akseptor KB 23 23,2
SMP/sederajat
Wanita. tidak tamat
1 1,0
SMA/sederajat
Populasi penelitian adalah tamat
41 41,4
SMA/sederajat
seluruh Akseptor KB Wanita yang 18,2
tamat
menggunakan IUD dengan jumlah 18
PT/akademi
kasus 64 orang dan seluruh Pekerjaan
Tidak
Akseptor KB Wanita yang 52 52,5
Bekerja/IRT
menggunakan Non IUD dengan Buruh 14 14,1
jumlah 1.237 orang. Petani 3 3,0
Pedagang 9 9,1
Penentuan sampel Wiraswasta 1 1,0
penelitian menggunakan teknik Pegawai Negeri 5 5,1
Pegawai Swasta 15 15,2
random sampling sehingga sampel
Berdasarkan tabel 1
kasus penelitian adalah sebagian
diketahui bahwa kelompok umur
Akseptor KB Wanita yang
akseptor KB wanita paling banya
menggunakan IUD dengan jumlah
berada pada usia 31-40 tahun
33 orang dan sampel kontrol
(45,5%). Mayoritas beragama islam
beberapa Akseptor KB Wanita yang
(96,0%). Pendidikan responden
menggunakan Non IUD dengan
terbanyak adalah SMA
jumlah 66 orang. Sehingga total
(41,4%).Pekerjaan akseptor KB
sampel terdapat 99 orang. Analisis
wanita paling banyak sebagai ibu e
Sosial Budaya
rumah tangga (52,5%).
dengan Pemilihan 0,614 0,729
IUD
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Sosial Persepsi Efek
Budaya, Persepsi Efek Samping Samping dengan 0,001 12,688
dan Persepsi Gangguan Hubungan Pemilihan IUD
Seksual Persepsi Gangguan
Variabel f % Hubungan Seksual
0,001 46,222
Sosial Budaya dengan Pemilihan
Tidak Menghambat 41 41,4 IUD
Menghambat 58 58,6
Persepsi Efek Sosial Budaya dengan Pemilihan
Samping
Wajar 53 53,5
IUD
Berlebihan 46 46,5 Berdasarkan hasil penelitian
Persepsi Gangguan
Hubungan Seksual yang telah dilakukan di Desa
Ringan 59 59,6 Banyubiru, Desa Kemambang dan
Berat 40 40,4
Tabel 2 menunjukkan bahwa Desa Wirogomo menunjukkan
hasil persentase sosial budaya pada bahwa tidak adanya hubungan
kelompok menghambat (58,6%) antara sosial budaya dengan
lebih besar dibandingkan dengan pemilihan IUD (p-value=0,614;OR=
sosial budaya pada kelompok tidak 0,729).
menghambat (41,4%) dengan Menurut peneliti, sedikitnya
pemilihan IUD. Persentase persepsi pemilihan IUD ditempat penelitian
efek samping pada kelompok wajar dikarenakan belum umumnya alat
lebih besar (53,5%) dibandingkan IUD sehingga masyarakat masih
dengan persepsi efek samping ragu dengan manfaat, keuntungan
kelompok berlebihan (46,5%). serta hasil akhir dari menggunakan
persentase persepsi gangguan IUD. Terlihat bahwa di lingkungan
hubungan seksual pada kelompok akseptor tidak banyak yang memilih
ringan (59,6%) lebih besar IUD ( 89,9%). Rata-rata alat
dibandingkan persepsi gangguan kontrasepsi yang digunakan di
hubungan seksual pada kelompok lingkungan akseptor berupa implant
berat (40,4%). dan suntik, sehingga masyarakat
lebih banyak memiliki informasi
Tabel 3. Ringkasan Hasil Hubungan
Variabel Bebas dan Variabel Terikat mengenai kontrasepsi implant dan
Variabel p- OR suntik. Dapat dimungkinkan
valu
kebanyakan akseptor bergantung samping dengan pemilihan IUD (p-
dengan lingkungan mereka untuk value 0,001).11 Rata-rata efek
memilih alat kontrasepsi. Menurut samping yang dijumpai berupa
hasil penelitian Herni Prastiwi faktor banyaknya darah menstruasi
lingkungan dapat mempengaruhi (43,4%) yang dikeluarkan serta
responden dalam memiliki alat waktu menstruasi yang terjadi lebih
kontrasepsi dimana dalam penelitian lama (21,2%). Persepsi efek
ini faktor lingkungan menjadi samping yang lebih dominan dimiliki
9
penghalang untuk memilih KB IUD. oleh akseptor berupa efek takut
Hasil penelitian ini sejalan apabila IUD dapat keluar sendiri
dengan Ari Antini yang (70,7%) dan bisa melukai daerah
menyimpulkan bahwa budaya tidak kewanitaan (55,5%), serta
berhubungan dengan pemilihan IUD memunculkan rasa malu (68,7%)
(p-value= 0,633). Hal ini dapat apabila daerah kewanitaan akseptor
terjadi akibat adanya salah dilihat oleh orang lain meskipun
pengertian dalam masyarakat seorang bidan yang sama-sama
mengenai berbagai metode, sebagai seorang wanita, dan akan
kepercayaan agama, tingkat semakin memunculkan ras malu
pendidikan, persepsi mengenai akseptor apabila yang membantu
10
risiko kehamilan dan status wanita. dalam pemasangan IUD seorang
Persepsi Efek Samping dengan laki-laki.
Pemilihan IUD Persepsi Gangguan Hubungan
Berdasarkan hasil penelitian Seksual dengan Pemilihan IUD
yang telah dilakukan di Desa Berdasarkan hasil penelitian yang
Banyubiru, Desa Kemambang dan telah dilakukan di Desa Banyubiru,
Desa Wirogomo menunjukkan Desa Kemambang dan Desa
bahwa ada hubungan yang Wirogomo menunjukkan bahwa ada
bermakna persepsi efek samping hubungan yang bermakna persepsi
dengan pemilihan IUD (p-value gangguan hubungan seksual
0,001; OR= 12,688). dengan pemilihan IUD (p-
Penelitian ini sejalan dengan value=0,001; OR= 46,222).
penelitian yang dilakukan oleh Sesuai dengan hasil
Nawirah dimana terdapat hubungan penelitian Intan, dimana sebanyak
yang signifikan persepsi efek 44,62% pengguna IUD dapat
mengalami gangguan hubungan dimungkinkan akseptor memiliki
seksual. Gangguan yang dirasakan persepsi IUD dapat mengganggu
berupa nyeri saat bersenggama, saat berhubungan seksual.
terasanya benang IUD dan
Tabel 4. Hasil Analisis Multivariat
meningkatnya cairan yang keluar
Regresi Logistik dengan Metode
saat senggama.12 Menurut pendapat Backward
Mu’tadin, penggunaan IUD dapat Variabel Exp.
B Sig.
Bebas (B)
berpengaruh pada kenyamanan Persepsi
seksual karena menyebabkan Efek 1,624 0,013 5,072
Samping
perdarahan post seksual ini Persepsi
Gangguan
disebabkan karena posisi benang 3,158 0,003 23,518
Hubungan
IUD yang menggesek mulut rahim Seksual
Berdasarkan nilai Exp (B) dapat
atau dinding vagina sehingga
diketahui bahwa variabel persepsi
menimbulkan pendarahan dan bisa
efek samping dan persepsi
menyebabkan keputihan akan tetapi
gangguan hubungan seksual
pendarahan yang muncul hanya
merupakan variabel yang
sedikit.13
berpengaruh terhadap pemilihan
Menurut peneliti, persepsi
IUD di Desa Banyubiru, Desa
yang terbentuk dari diri sendiri
Kemambang dan Desa Wirogomo,
persepsi gangguan hubungan
Kecamatan Banyubiru, Kabupaten
seksual dapat terbentuk juga melalui
Semarang. Persepsi gangguan
berbagai macam kejadian atau cerita
hubungan seksual ringan memiliki
yang pernah terjadi di lingkungan
pengaruh 23 kali lebih besar
akseptor. Hal ini didukung dengan
dibandingkan dengan persepsi
komunikasi antar akseptor
gangguan hubungan seksual berat
dilingkungan sehingga mengetahui
untuk memilih IUD dan persepsi efek
informasi mengenai IUD. Apabila
samping yang wajar memiliki
akseptor mendengar informasi baik
pengaruh 5 kali lebih besar
mengenai IUD, maka akseptor tidak
dibandingkan dengan persepsi efek
akan befikir bahwa IUD dapat
samping yang berlebihan untuk
mengganggu hubungan seksual.
memilih IUD.
Berbeda dengan akseptor yang
Anggapan bahwa jika
mendengar informasi buruk
menggunakan IUD dapat
mengenai IUD maka dapat
mengganggu saat berhubungan 2. Akseptor KB memiliki sosial
seksual sudah menjadi persepsi budaya yang lebih menghambat
sebagian besar dari responden (58,6%) dibandingkan dengan
akseptor non IUD sebanyak 39 sosial budaya yang tidak
akseptor (59,1%) berbeda dengan menghambat (41,4%), persepsi
akseptor IUD yang merasa tidak efek samping wajar (53,5%)
mengganggu sebanyak 32 (97%). dibandingkan dengan persepsi
Hal ini diakibatkan dari akseptor non efek samping berlebihan
IUD yang belum pernah (46,5%), persepsi gangguan
menggunakan IUD serta rasa takut hubungan seksual ringan
yang sudah dimiliki sejak awal. (59,6%) dibandingkan dengan
Berdasarkan penelitian Intan persepsi gangguan hubungan
Riyadhul, gangguan seksual terjadi seksual berat (40,4%).
pada 44,62% akseptor IUD yang 3. Tidak ada hubungan yang
mengalami gangguan hubungan bermakna antara sosial budaya
seksual setelah menggunakan IUD. dengan pemilihan KB IUD pada
Gangguan hubungan seksual yang akseptor KB (p-value = 0,614;OR
dialami oleh responden berupa nyeri = 0,729)
saat senggama, terasanya benang 4. Ada hubungan yang bermakna
IUD oleh pasangan saat senggama, antara persepsi efek samping
rasa tidak nyaman saat senggama 14. dengan pemilihan KB IUD pada
akseptor KB wanita (p-value =
KESIMPULAN
0,001;OR = 12,688)
1. Terdapat 99 akseptor KB wanita
5. Ada hubungan yang bermakna
dengan persentase 33%
antara persepsi gangguan
akseptor IUD wanita dan 67%
hubungan seksual dengan
akseptor non IUD wanita.
pemilihan KB IUD pada akseptor
Persentase terbesar pada sosial
KB (p-value = 0,001;OR =
budaya adalah menghambat
46,222)
(58,6%), persepsi efek samping
6. Ada pengaruh bersama-sama
adalah wajar (53,5%) dan
variabel bebas terhadap
persepsi gangguan hubungan
pemilihan IUD pada akseptor KB
seksual adalah ringan (59,6%).
wanita yaitu persepsi efek
samping (p-
value=0,013;Exp(B)=5,072) menyadarkan, meningkatkan
dengan persepsi gangguan kepercayaan masyarakat
hubungan seksual (p- terhadap fungsi IUD.
value=0,003;Exp(B)=23,518) 2. Bagi Wanita Pasangan Usia
Subur (PUS)
a. Wanita PUS perlu lebih
SARAN
percaya dengan berbagai
1. Bagi Bidan dan Petugas
informasi mengenai IUD yang
Lapangan Keluarga Berencana
disampaikan bidan, dokter
(PLKB) dan PPKBD
atau PPKBD yang
a. Bidan, PLKB dan PPKBD
bertanggungjawab terhadap
dapat bekerjasama dengan
penggunaan IUD
melakukan Komunikasi,
dibandingkan dengan
Informasi dan Edukasi (KIE)
informasi yang didapatkan
mengenai efek samping,
melalui perbincangan atatu
gangguan hubungan seksual
rumor yang beredar di
dan dampak yang akan
masyarakat sehingga dapat
terjadi jika menggunakan IUD
merubah persepsi kurang baik
sehingga segala informasi
wanita PUS terhadap IUD.
mengenai IUD dapat
b. Wanita harus lebih sadar
tersampaikan.
untuk menambah informasi
b. PPKBD dapat lebih
tentang penggunaan dan efek
membantu dengan
samping IUD baik langsung
melakukan komunikasi
kepada bidan, dokter atau
interpersonal kepada
PPKBD maupun melalui
masyarakat sekitar mengenai
media sehingga tidak ada
informasi efek samping,
salah pengertian mengenai
gangguan hubungan seksual
persepsi efek samping
dan dampak yang akan
maupun gangguan hubungan
terjadi jika menggunakan IUD
seksual selama penggunaan
sehingga secara perlahan
IUD.
dapat mengurangi salah
pengertian mengenai IUD DAFTAR PUSTAKA
pada akseptor KB serta
1. Bernadus JD, Agnes Madianung, Puskesmas Mergangsan Kota
Gresty Masi. Faktor-Faktor Yang Yogyakarta Tahun 2013.
Berhubungan Dengan Bagi 2015;10:17-23.
Akseptor Kb Di Puskesmas 7. Kab.Semarang D. Profil
Jailolo. e-Ners. 2013;1(1):1-10. Kesehatan Kabupaten
2. Wijhati ellyda R. Pengaruh Semarang Tahun 2017.; 2018.
Faktor Budaya Terhadap Pemilik 8. Ningsih. Faktor – Faktor Yang
IUD pada PUS di Puskesman Berhubungan Dengan
Sewon II Kabupaten Bantul DIY Penggunaan Alat Kontrasepsi
Tahun 2011. 2011;90. Dalam Rahim (AKDR) Pada
3. BKKBN, BPS KK. Survei Daerah Jumlah Cakupan Akdr
Demografi dan Kesehatan Tinggi dan Jumlah Cakupan
Indonesia Tahun 2017. Badan Akdr Rendah Di Kota Pontianak.
Kependudukan dan Keluarga 2017.
Berencana Nasional. 2017. 9. Herni Prastiwi; Dhesi Ari Astuti
4. Badan Pembangunan Nasional. K. Analisis Faktor-Faktor Yang
Buku 2 Rencana Jangka Mempengaruhi Pemilihan Alat
Menengah Nasional 2015-2019 Kontrasepsi Iud Pada Akseptor
Agenda Pembangunan Bidang KB di Puskesmas Sewon 1
(The National Development Plan Kecamatan Sewon Kabupaten
2015-2019 Sectoral Bantul Provinsi D.I Yogyakarta
Development Agenda). 2014;II:1- Tahun 2010. 2010.
887. 10. Antini A, Trisnawati I. Hubungan
5. Imelda Margaretha Saragih. Pengetahuan, Sikap dan Budaya
Faktor-Faktor Yang Akseptor KB Terhadap
Berhubungan Dengan Pemilihan Pemilihan Metode AKDR di
Penggunaan Metode Wilayah Kerja Puskesmas
Kontrasepsi Non IUD Pada Anggadita Kabupaten Karawang.
Akseptor KB Wanita Usia Subur 2015.
di Kelurahan Bandarharjo 11. Nawirah, Iksan M, Rahma.
Semarang Utara. 2017;(6):67-72. Faktor yang Mempengaruhi
6. Wulandari S. Hubungan Faktor Pemilihan Kontrasepsi IUD di
Sosial Budaya Dengan Wilayah Kerja Puskesmas
Keikutsertaan KB IUD di Wonomulyo Kecamata
Wonomulyo Kabupaten Polman.
Artik FKM Unhas. 2013:1-10.
12. Intan Riyadhul Zannah; Ida
Maryati; Restuning Widiasih.
Gambaran Keluhan-Keluhan
Akibat Penggunaan Alat
Kontrasepsi IUD Pada Akseptor
IUD Di Wilayah Kerja
Puskesmas Sukajadi Kota
Bandung. 2011:1-20.
13. Intan Riyadhul Zannah; Ida
Maryati; Restuning Widiasih.
Gambaran Keluhan-Keluhan
Akibat Penggunaan Alat
Kontrasepsi IUD Pada Akseptor
IUD Di Wilayah Kerja
Puskesmas Sukajadi Kota
Bandung. 2011

Anda mungkin juga menyukai