Ketikan BAB 1-11 - Lab. Jalan Raya - Kelompok 1 (Deswita)
Ketikan BAB 1-11 - Lab. Jalan Raya - Kelompok 1 (Deswita)
LEMBARAN PENGESAHAN
Disetujui Oleh
Kepala Laboratorium Jalan Raya Kepala Program Studi
Diperiksa Oleh
Asisten Laboratorium Jalan Raya
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161
KATA PENGANTAR
Penyusun,
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI ......................................................................................................................
BAB. I. ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS, SEDANG
DAN KASAR ................................................................................................
BAB. II. PENENTUAN BERAT ISI AGREGAT (UNIT WEIGHT).......................
BAB. III. BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR
(SPECIFIC GRAVITY OF COARSE AGGREGATE)
.........................................................................................................................
BAB. IV. BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS (SPECIFIC
GRAVITY OF FINE AGGREGATE)
.........................................................................................................................
BAB. V. PEMERIKSAAN TTIK LEMBEK / LUNAK
(SOFTENING POINT TEST ).................................................................
BAB. VI. DAKTALITAS BAHAN-BAHAN BITUMEN
(DUCTILITY OF BITUMEN).................................................................
BAB. VII. TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR
DENGAN CLEVELAND OPEN CUP....................................................
BAB. VIII. PENETRASI BAHAN-BAHAN BITUMEN
(PENETRATION OF BITUMEN) .........................................................
BAB. IX. CORE DRILLING TEST.........................................................................
BAB. X. MARSHALL TEST...................................................................................
BAB. XI. PEMERIKSAAN KADAR ASPAL DENGAN CARA
EKSTRAKSI (CENTRIFUGE EXTRACTOR TEST)...........................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN (DOKUMENTASI)
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161
BAB IV
BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS
IV.2. Teori
Kekuatan serata keawetan jalan yang mencari nilai relative density dari suatu
contoh bahan mentah secara umum dilakukan dengan menggunakan timbangan,
keranjang baja (steel yard) yang mengacu pada buku acuan dari sifat fisik. Untuk agregat
yang halus yang digunakan piknometer, selain penggunaan piknometer ada beberapa
metode yang bisa menghitung berat jenis agregat halus dan sedang yakni dengan
menggunakan gas jar dan Specific Gravity Bottle (IGS 812 : 1975).
Karakteristik berat jenis secara umum digunakan dalam perhitungan volume
agregat dalam berbagai jenis campuran yang mengandung agregat termasuk beton semen
portland, aspal campuran, aspal beton, dan campuran lain yang secara proporsional atau
dianalisis berdasarkan volume.
Nilai penyerapan digunakan dalam perhitungan perubahan berat agregat karena
penyerapan air oleh pori-pori dibanding dengan kondisi kering. Kekuatan mutu
perkerasan jalan dipengaruhi oleh berat jenis dan absorbsi dari agregat yang digunakan,
biasanya semakin keras suatu agregat maka berat semakin besar dan daya serapnya
makin rendah, sehingga akan mempengaruhi yang dihasilkan.
Rumus-rumus yang dapat dipakai untuk menghitung berat jenis agregat halus
adalah sebagai berikut :
Bj
1) Berat jenis SSD (saturated surface dry) = Ba+Bj−Bc
Bk
2) Berat jenis semu (apparent spesific gravity) = Ba+Bk−Bc
Bk
3) Berat jenis kering (bulk spesific gravity) = Ba+Bj−Bc
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161
Bj−Bk
×100%
4) Persen absorbsi = Bk
Keterangan :
Bk : Berat benda uji kering oven (gr)
Ba : Berat piknometer + air (gr)
Bc : Berat benda uji + piknometer + air (gr)
Bj : Berat benda uji dalam keadaan SSD (gr)
Syarat agregat halus :
Berat jenis kering < Berat jenis SSD < Berat jenis semu
Absorsinya ≤ 3%
3/3 h
2/3 h
1/3 h
Agregat halus dalam Agregat halus dalam Agregat halus dalam keadaan
keadaan basah keadaan SSD kering
Gambar IV.3 Kondisi pasir setelah kerucut diangkat secara vertical dapat berubah
Gambar IV.4 Prosedur pengujian berat jenis dan penyerapan agregat halus.
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161
IV.7. Kesimpulan
Berat Jenis agregat halus ini memenuhi syarat batas yang telah ditentukan, dimana
Berat jenis kering < Berat jenis SSD < berat jenis semu dan nilai persen absorbsinya <
3%. Sehingga agregat tersebut layak untuk digunakan.
IV.8. Saran
1. Pada saat praktikum harus betul diperhatikan gelembung udara keluar semua
karena hal ini bisa berpengaruh pada nilai absorbsinya.
2. Harus ada maintenance pada alat-alat laboratorium sekali sebulan.
3. Alat-alat yang kurang lengkap atau rusak harap dilengkapi/diperbaiki dan
diharapkan kepada praktikan agar lebih teliti.
4. Praktikan lebih serius dalam praktek.
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161
Asisten, Kepala,
KARTU ASISTENSI
NAMA
NO. TANGGAL CATATAN PARAF
PERCOBAAN
- Pelajari Teori
22 Juni 2021
- Tambah Teori
- Pelajari Teori
25 Juni 2021 - Tambah Teori
- Perbaiki Ketikan
Analisa Saringan
- Pelajari Teori
I Agregat Halus, 28 Juni 2021
- Perbaiki Ketikan
Sedang dan Kasar
- Pelajari Teori
30 Juni 2021
- Perbaiki Ketikan
1 Juli 2021 - Pelajari Teori
2 Juli 2021 - ACC Dapat Difinalkan
5 Juli 2021 - ACC Dapat Difinalkan
Kepala
Laboratorium Jalan Raya
KARTU ASISTENSI
NAMA
NO. TANGGAL CATATAN PARAF
PERCOBAAN
- Pelajari Teori
25 Juni 2021
- Tambah Teori
Penentuan Berat Isi
- Pelajari Teori
II Agregat (Unit 28 Juni 2021
- Perbaiki Ketikan
Weight)
30 Juni 2021 - Perbaiki Ketikan
5 Juli 2021 - ACC Dapat Difinalkan
Kepala
Laboratorium Jalan Raya
KARTU ASISTENSI
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161
NAMA
NO. TANGGAL CATATAN PARAF
PERCOBAAN
- Pelajari Teori
21 Juni 2021
- Tambah Teori
Berat Jenis Dan - Pelajari Teori
Penyerapan 25 Juni 2021
- Perbaiki Ketikan
III Agregat Kasar
- Pelajari Teori
(Spesific Gravity or 28 Juni 2021
Course Agregate) - Perbaiki Ketikan
30 Juni 2021 - Perbaiki Ketikan
5 Juli 2021 - ACC Dapat Difinalkan
Kepala
Laboratorium Jalan Raya
KARTU ASISTENSI
PERCOBAAN
- Pelajari Teori
21 Juni 2021
- Tambah Teori
Berat Jenis Dan - Pelajari Teori
Penyerapan 25 Juni 2021
- Perbaiki Ketikan
IV Agregat Halus
- Pelajari Teori
(Spesific Gravity or 28 Juni 2021
Fine Agregate) - Perbaiki Ketikan
30 Juni 2021 - Perbaiki Ketikan
5 Juli 2021 - ACC Dapat Difinalkan
Kepala
Laboratorium Jalan Raya
KARTU ASISTENSI
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161
NAMA
NO. TANGGAL CATATAN PARAF
PERCOBAAN
- Pelajari Teori
5 April 2021
- Tambah Teori
Pemeriksaan Titik - Pelajari Teori
Lembek/Lunak
V 6 April 2021 - Tambah Teori
(Softening Point
Test) - Perbaiki Ketikan
7 April 2021 - Pelajari Teori
8 April 2021 - ACC Dapat Difinalkan
Kepala
Laboratorium Jalan Raya
KARTU ASISTENSI
NAMA
NO. TANGGAL CATATAN PARAF
PERCOBAAN
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161
- Pelajari Teori
5 April 2021
- Tambah Teori
- Pelajari Teori
Daktalitas Bahan- 7April 2021 - Perbaiki Ketikan
VI
Bahan Bitumen - Pelajari Analisa Data
- Pelajari Teori
8 April 2021
- Pelajari Analisa Data
10 April 2021 - ACC Dapat Difinalkan
Kepala
Laboratorium Jalan Raya
KARTU ASISTENSI
NAMA
NO. TANGGAL CATATAN PARAF
PERCOBAAN
VII Titik Nyala Dan 20 Mei 2021 - Pelajari Teori
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161
- Tambah Teori
Titik Bakar Dengan - Pelajari Teori
Cleveland Open 26 Mei 2021 - Perbaiki Ketikan
Cup - Pelajari Analisa Data
29 Mei 2021 - ACC Dapat Difinalkan
Kepala
Laboratorium Jalan Raya
KARTU ASISTENSI
PERCOBAAN
- Pelajari Teori
25 Mei 2021
- Tambah Teori
Penetrasi Bahan- - Pelajari Teori
VIII
Bahan Bitumen 29 Mei 2021 - Perbaiki Ketikan
- Pelajari Analisa Data
28 Juni 2021 - ACC Dapat Difinalkan
Kepala
Laboratorium Jalan Raya
KARTU ASISTENSI
PERCOBAAN
- Pelajari Teori
20 Mei 2021
- Tambah Teori
- Pelajari Teori
IX Core Drilling Test
26 Mei 2021 - Pelajari Analisa Data
- Perbaiki Ketikan
29 Mei 2021 - ACC Dapat Difinalkan
Kepala
Laboratorium Jalan Raya
KARTU ASISTENSI
NAMA
NO. TANGGAL CATATAN PARAF
PERCOBAAN
- Pelajari Teori
X Marshall Test 30 Juni 2021
- Tambah Teori
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161
- Pelajari Teori
1 Juli 2021 - Tambah Teori
- Perbaiki Ketikan
- Pelajari Teori
2 Juli 2021
- Perbaiki Ketikan
- Pelajari Teori
3 Juli 2021
- Perbaiki Ketikan
5 Juli 2021 - Pelajari Teori
6 Juli 2021 - ACC Dapat Difinalkan
Kepala
Laboratorium Jalan Raya
KARTU ASISTENSI
NAMA
NO. TANGGAL CATATAN PARAF
PERCOBAAN
Pemeriksaan Kadar - Pelajari Teori
XI 28 Juni 2021
Aspal Dengan Cara - Tambah Teori
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161
Kepala
Laboratorium Jalan Raya
BAB I
ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS, SEDANG DAN KASAR
I.2. Teori
Keadaan butiran agregat sangat menentukan kekuatan perkerasan yang akan dibuat.
Agregat yang mempunyai butiran yang seragam (homogen) tidak boleh digunakan untuk
bahan perkerasan, hal ini disebabkan ruang kosong yang terjadi (pori) relatif banyak dan
sudut kontak permukaan antara butiran yang satu dengan yang lain lebih kecil.
Agregat yang baik untuk campuran perkerasan aspal adalah agregat yang heterogen
karena susunan butirannya bervariasi, ruang kosong yang terjadi akan menjadi lebih
kecil. Butiran-butiran yang lebih kecil akan mengisi rongga-rongga yang dibentuk oleh
butiran yang lebih besar, dan sudut kontak antara butiran akan lebih besar.
Pada percobaan ini saringan yang digunakan sesuai dengan standar AASHTO,
susunan saringan standar AASHTO :
30 10-22
50 6-16
100 4-12
FA
200 2-8
Filler Pan
Sumber : American Association of State Highway and Transportation Officials
(AASHTO).
Agregat dapat dibedakan atas agregat yang heterogen dan agregat yang homogen.
Agregat yang heterogen adalah agregat yang ukuran butirannya bervariasi atau
beranekaragam. Sedangkan agregat yang homogen adalah agregat yang ukuran
butirannya hampir sama besar atau sejenis.
Batu pecah dari batu alam secara teoritis terbagi atas dua grup yaitu agregat kasar
dan agregat halus, pemisah dari dua grup ini adalah agregat berukuran 5 mm, dimana
agregat yang diatas 5 mm disebut kasar dan dibawahnya disebut halus.
Di laboratorium pembangian ini diperbanyak, misalnya untuk keperluan spesifikasi
beton menggunakan empat zona gradasi. Untuk keperluan perencanaan digunakan tiga
zona gradasi atau lebih dikenal agregat kasar, sedang, dan halus.
Data gradasi biasanya diplot ke dalam grafik semilogaritma, alternatif lain adalah
dengan cara membuat suatu parameter yang menunjukkan kekasaran gradasi dan
menerapkan apakah suatu gradasi yang well graded, single sized or grap graded,
misalnya dengan parameter D60 yakni ukuran 60%, parameter ini misalnya antara (D 60 >
10 mm), sedang (D60 > 5 mm) dan sisanya halus.
kelompok ini dimulai dari huruf awal g atau sg adalah untuk kerikil (gravel) atau
tanah berpasir.
b. Tanah berbutir halus (Fine grained soil), yaitu tanah lebih dari 50% berat total.
Contoh tanah lolos ayakan No. 200. Simbol dari kelompok ini dimulai dari huruf
awal m atau lanau (silt) anorganik, c untuk lempung (clay) anorganik, dan o
untuk lanau organik dan lempung organik. Simbol pt digunakan untuk tanah
gambut (peat) muck, dan tanah-tanah yang lain dengan kadar organik yang tinggi.
Simbol˗simbol lain yang digunakan untuk klasifikasi USCS adalah :
W = well grained (tanah yang bergradasi baik).
P = poorly grained (tanah yang bergradasi buruk).
l = low plasticity (plastisitas rendah) (11 < 50%).
h = high plasticity (plastisitas tinggi) (11 > 50%).
Tanah berbutir kasar ditandai dengan simbol kelompok seperti gw, gp, gm, gc, sw,
sp, sm, dan sc. Untuk klasifikasi yang benar, faktor-faktor berikut yang perlu
diperhatikan:
1. Persentase fraksi kasar yang lolos saringan No. 40.
2. Persentase butiran yang lolos saringan No.200 (ini adalah fraksi halus).
3. Koefisien keseragaman (uniformity coefficient, Cu) dan koefisien gradasi (gradation
coefficient, Cc) untuk tanah dimana 0-12% lolos saringan No. 200.
4. Batas cair (ll) dan indeks plastisitas (pl) bagian tanah yang lolos saringan No. 40
(untuk tanah 5% atau lebih lolos saringan No. 200).
Berdasarkan data dari analisa saringan yang dilakukan, maka dapat dianalisis melalui
kurva distribusi bahwa klasifikasi tanah berdasarkan USCS dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
1. Kerikil 76,2 s/d 4,75 (mm)
2. Pasir 4,75 s/d 0,075 (mm)
3. Lanau dan lempung < 0,075 mm
2” 50
1
1 2 ” 37,5
1” 25
3
4 19
1
2 ” 12,5
3
8” 9,5
No. 4 4,75
No. 8 2,36
No. 16 1,18
Agregat Halus
No. 30 0,60
No. 50 0,30
No. 100 0,15
Filler No. 200 0,075
Sumber : American Standard Testing and Material (ASTM)
Tabel I.4 Gradasi Agregat Untuk Campuran Aspal (Bina Marga, 2007)
% Berat Lolos
Ukuran Ayakan
Latasir (SS) Lataston (HRS) Laston (AC)
ASTM (mm) Kelas A Kelas B WC Base WC BC Base
1
1 2” 37.5 100
1” 25 100 90-100
3
4 19 100 100 100 100 100 90-100 Maks 90
1 90-
2” 12.5 90-100 90-100 Maks 90
100
3
”8 9.5 90-100 75-85 65-100 Maks 90
No. 8 2.36 75-100 50-72 35-55 28-58 23-39 19-45
No. 16 1.18
No. 30 0.60 35-60 15-35
No.
0.075 10-15 8-13 6-12 2-9 4-10 4-8 3-7
200
Daerah Larangan
No. 4 4.75 - - 39.5
No. 8 2.36 39.1 34.6 26.8-30.8
No. 16 1.18 25.6-31.6 22.3-28.3 18.1-24.1
No. 30 0.60 19.1-23.1 16.7-20.7 13.6-17.6
No. 50 0.30 15.5 13.7 11.4
Sumber : American Association of State Highway and Transportation Officials
(AASHTO).
Catatan :
1. Untuk HRS-WC dan HRS-Base, paling sedikit 80% agregat lolos saringan No.8 (2,36
mm) harus juga lolos saringan No. 30 (0,60 mm).
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161
2. Untuk AC, digunakan titik kontrol gradasi agregat, berfungsi sebagai batas-batas
rentang utama yang harus ditempati oleh gradasi-gradasi tersebut. Batas-batas radasi
ditentukan pada saringan ukuran nominal maksimum saringan menengah (2,36 mm)
dan saringan terkecil (0,075 mm).
Tabel I.5 Persyaratan Gradasi Agregat Berbagai Tipe Laston Menurut Departemen
Pekerjaan Umum.
No. Campuran I II III IV V VI VII VIII IX X XI
Gradasi/ Tekstur kasar Kasar rapat rapat Rapat rapat Rapat rapat rapat Rapat rapat
Tebal Pelat (mm) 20-40 25-50 20-40 25-50 40-65 50-75 40-50 20-40 40-65 40-65 40-50
No. 4 (4,76 mm) 35-55 35-55 55-75 50-70 48 – 65 52-70 54-72 62-80 45-65 38-60 48-70
No.8 (2,38 mm) 20-35 20-35 35-50 35-50 35 – 50 40-56 42-58 44-60 34-54 27-47 35-53
No.30 (0,59 mm) 10-22 10-22 18-29 18-29 19 – 30 24-36 26-38 28-40 20-35 13-28 15-30
No.50 (0,279 mm) 6-16 6-16 13-23 13-23 13 – 23 16-26 18-28 20-30 16-26 9-20 10-20
No.100 (0,149 mm) 4-12 4-12 8-16 8-16 7 – 15 10-18 12-20 12-20 10-18 - -
No.200 (0,074 mm) 2-8 2-8 4-10 4-10 1–8 6-12 6-12 6-12 5-10 4-8 4-9
Catatan :
1. No. Campuran : I, III, IV, VI, VII, VIII, IX, X dan XI digunakan untuk lapis
permukaan.
1. No. Campuran : II digunakan untuk lapis permukaan, leveling dan lapis antara.
2. No. Campuran : V digunakan untuk lapis permukaan dan lapis antara.
Pada umumnya, perkerasan jalan terdiri dari beberapa jenis lapisan perkerasan yang
tersusun dari bawah ke atas, sebagai berikut :
a) Lapisan Tanah Dasar (sub grade)
b) Lapisan Pondasi Bawah (subbase course)
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161
Lapisan Permukaan/Penutup
Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat-sifat
dan daya dukung tanah dasar. Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah
sebagai berikut :
a) Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) akibat beban lalu lintas.
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161
Sifat mengembang dan menyusutnya tanah akibat perubahan kadar air. Daya dukung
tanah yang tidak merata akibat adanya perbedaan sifat-sifat tanah pada lokasi yang
berdekatan atau akibat kesalahan pelaksanaan misalnya kepadatan yang kurang baik.
2. Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course)
Lapis pondasi bawah adalah lapisan perkerasan yang terletak di atas lapisan
tanah dasar dan di bawah lapis pondasi atas. Lapis pondasi bawah ini berfungsi
sebagai :
a) Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah dasar.
b) Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.
c) Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapis
pondasi atas.
d) Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari beban roda-roda alat berat (akibat
lemahnya daya dukung tanah dasar) pada awal-awal pelaksanaan pekerjaan.
e) Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari pengaruh cuaca terutama hujan.
3. Lapisan Pondasi Atas (Base Course)
Lapisan pondasi atas adalah lapisan perkerasan yang terletak di antara lapis
pondasi bawah dan lapis permukaan. Lapisan pondasi atas ini berfungsi sebagai :
a) Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan menyebarkan
beban ke lapisan di bawahnya.
b) Bantalan terhadap lapisan permukaan.
c) Bahan-bahan untuk lapis pondasi atas ini harus cukup kuat dan awet sehingga
dapat menahan beban-beban roda.
Dalam penentuan bahan lapis pondasi ini perlu dipertimbangkan beberapa hal antara
lain, kecukupan bahan setempat, harga, volume pekerjaan dan jarak angkut bahan ke
lapangan.
4. Lapisan Permukaan (Surface Course)
Lapisan permukaan adalah lapisan yang bersentuhan langsung dengan beban roda
kendaraan. Lapisan permukaan ini berfungsi sebagai :
a) Lapisan yang langsung menahan akibat beban roda kendaraan.
b) Lapisan yang langsung menahan gesekan akibat rem kendaraan (lapis aus).
c) Lapisan yang mencegah air hujan yang jatuh di atasnya tidak meresap ke lapisan
bawahnya dan melemahkan lapisan tersebut.
d) Lapisan yang menyebarkan beban ke lapisan bawah, sehingga dapat dipikul oleh
lapisan di bawahnya.
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161
Apabila diperlukan, dapat juga dipasang suatu lapis penutup/lapis aus (wearing
course) di atas lapis permukaan tersebut.
Kuas Pan
Gambar I.3 Gambar Alat
I.5. Pembuatan Benda Uji
1. Agregat dikeringkan ± 24 jam.
2. Kemudian timbang agregat terdiri dari :
Agregat kasar (Coarse Aggregate (CA)) = 1800 gram
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161
a. Cumulative Wt. Retained (berat tertahan) yang diperoleh dari hasil analisa
saringan, dimana setiap agregat yang tertahan disetiap saringan ditimbang dan
diperoleh beratnya.
b. % Retained (tertahan) yaitu persentase agregat yang tertahan disetiap saringan.
Yang diperoleh dengan rumus : (berat tertahan/berat total)*100%.
c. % cumulative retained yaitu penjumlahan persentase tertahan dari saringan
sebelumnya.
d. % passing (lolos) yaitu persentase agregat yang lolos disetiap saringan. Yang
diperoleh dengan rumus : 100 – % cumulative retained.
Dengan cara a, b, c, dan d maka hasil yang diperoleh dapat ditabelkan seperti pada
Tabel 1.6.
Tabel I.6 Data Agregat Kasar (CA)
Sieve Size Comulative
Wt. Retained % Retained % Passing
No mm % Retained
1/2 12,7 0,00 0,00 0,00 100,00
3/8 9,52 00,00 100,00 100,00 0,00
4 4,76 1798,00 0,00 100,00 0,00
8 2,38 0,00 0,00 100,00 0,00
30 0,59 0,00 0,00 100,00 0,00
50 0,279 0,00 0,00 100,00 0,00
100 0,149 0,00 0,00 100,00 0,00
200 0,074 0,00 0,00 100,00 0,00
Pan 0,00 0,00 100,00 0,00
Total Sampel 1798,00 100,00
Sumber : Hasil Pengujian Laboratorium Jalan Raya (10 November 2023)
Jumlah Agregat yang dimasukkan ke dalam saringan adalah 1800 gr, dari Tabel I.6.
dapat dilihat terjadi kehilangan berat agregat yang diperoleh dengan rumus :
Kehilangan = Total sampel awal – Total sampel setelah pengujian
= 1800 – 1798 gram
= 2 gram
Hal ini kemungkinan diakibatkan karena adanya kesalahan dalam penimbangan
agregat, dan adanya agregat yang terbuang pada saat pengguncangan agregat pada mesin
Shieve Shaker.
Jumlah Agregat yang dimasukkan ke dalam saringan adalah 1800 gr, dari Tabel I.7.
dapat dilihat terjadi kehilangan berat agregat yang diperoleh dengan rumus :
Kehilangan = Total sampel awal – Total sampel setelah pengujian
= 1800 – 1800 gram
= 0 gram
Jumlah Agregat yang dimasukkan ke dalam saringan adalah 1800 gr, dari Tabel I.8.
dapat dilihat terjadi kehilangan berat agregat yang diperoleh dengan rumus :
Kehilangan = Total sampel awal – Total sampel setelah pengujian
= 1800 – 1799 gram
= 1 gram
Hal ini kemungkinan diakibatkan karena adanya kesalahan dalam penimbangan
agregat, dan adanya agregat yang terbuang pada saat pengguncangan agregat pada mesin
Shieve Shaker.
Jumlah Agregat yang dimasukkan ke dalam saringan adalah 1800 gr, dari Tabel I.9.
dapat dilihat terjadi kehilangan berat agregat yang diperoleh dengan rumus :
Kehilangan = Total sampel awal – Total sampel setelah pengujian
= 1800 – 1800 gram
= 0 gram
Dengan cara yang sama dapat diperoleh persentase kombinasi agregat sesuai dengan
spec limit. Hasil yang diperoleh :
Sehingga berdasarkan analisa data dapat diperoleh hasilnya pada tabel dibawah ini
Dari Hasil perhitungan Spec Limit diatas menunjukkan bahwa material yang dianalisa
dengan gradasi I menunjukkkan semua material CA, MA, FA,dan Filler memenuhi Spec
Limit.
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161
120
100
100 100.00
84.00
80
75
Spec Limit
60
47.99
40
35
31.27
20 18.00
14.31 20
10.58
4.00 10
2 4 6
0
0.01 0.1 1 10
Spesifikasi (I)
T
No Shieve Shaker
Batas Bawah Batas Atas
Asisten, Kepa
Laboratorium Jalan Raya Laboratorium
I.8. Kesimpulan
1. Dari hasil diperoleh persen total combined of aggregate sebagai berikut :
Jenis BB BA Design Keterangan (%)
0 0 0
CA 25 0 16 16
40 45 40
15 20 15
MA 10 13 11 66
4 6 6
2 4 4
FA 14
2 4 4
Filler 2 8 4 4
kontrol 100 100 100 100
I.9. Saran
1. Sebaiknya sebelum mempersiapkan benda uji, terlebih dahulu praktikan
menimbang berat pan atau plastic supaya tidak terjadi kesalahan dalam
menimbang sampel yang tertahan pada setiap saringan
2. Sebelum praktikan memulai pengujian sampel atau benda uji, praktikan terlebih
dahulu memberikan nama, kode, dan tanda pada pan dan plastik supaya tidak
terjadi kesalahan saat memasukan dan menimbang sampel atau benda uji.
3. Pada saaat melakukan praktikum sebaiknya sampel yang dipersiapkan betul-betul
disaring menggunakan alat Shieve Shaker supaya grafiknya sesuai pada saat
pembuatan grafik semilogaritma.
4. Setiap praktikan harus memahami setiap tahapan praktikum dan menganalis data
yang didapat dari hasil praktikum.
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161
ANALISA SARINGAN
Hari : Jumat
No.Contoh : Gradasi I
Tanggal : 10 November 2023 Type
Contoh : AC 60/70
Lokasi : Lab. Jalan Raya
Group :I
Asisten, Kepala,
Laboratorium Jalan Raya Laboratorium Jalan Raya
ANALISA SARINGAN
Hari : Jumat
No.Contoh : Gradasi I
Tanggal : 10 November 2023 Type
Contoh : AC 60/70
Lokasi : Lab. Jalan Raya
Group :I
Asisten, Kepala,
Laboratorium Jalan Raya Laboratorium Jalan Raya
ANALISA SARINGAN
Hari : Jumat
No.Contoh : Gradasi I
Tanggal : 10 November 2023 Type
Contoh : AC 60/70
Lokasi : Lab. Jalan Raya
Group :I
Asisten, Kepala,
Laboratorium Jalan Raya Laboratorium Jalan Raya
ANALISA SARINGAN
Hari : Jumat
No.Contoh : Gradasi I
Tanggal : 10 November 2023 Type
Contoh : AC 60/70
Lokasi : Lab. Jalan Raya
Group :I
Material : Filler
Sieve Size % Comulative %
Wt. Retained
No mm Retained % Retained Passing
1/2 12,7 0,00 0,00 0,00 100,00
3/8 9,52 0,00 0,00 0,00 100,00
4 4,76 0,00 0,00 0,00 100,00
8 2,38 0,00 0,00 0,00 100,00
30 0,59 0,00 0,00 0,00 100,00
50 0,279 0,00 0,00 0,00 100,00
100 0,149 0,00 0,00 0,00 100,00
200 0,074 0,00 0,00 0,00 100,00
Pan 1800,00 100,00 100,00 0,00
Total 1800,0
100,00
sampel 0
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161
Asisten, Kepala,
Laboratorium Jalan Raya Laboratorium Jalan Raya
Jumlah
Agregat Harga (m3) Satuan Harga Total
Material
CA 247516 Rp 380.000,00 m3 Rp 94.056.085.409,25
MA 1158030,27 Rp 420.000,00 m3 Rp 486.372.714.429,87
FA 183722,26 Rp 650.000,00 m3 Rp 119.419.471.698,11
Filler 2782,08 Rp 130.000,00 sak Rp 361.670.400,00
Aspal 1622,88 Rp 2.800.000,00 drum Rp 4.544.064.000,00
Jumlah Rp 704.754.005.937,24
Kesimpulan :
Rencana Anggaran Biaya Material perkerasan jalan raya yang dibutuhkan dengan
panjang jalan 12 km (12000 m), lebar 15 m dan tebal perkerasan 7 cm (0,07 m) sebesar
Rp 704.754.005.937,24
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161
BAB III
BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR
(SPECIFIC GRAVITY OF COARSE AGGREGATE)
BERAT JENIS KERING < BERAT JENIS SSD < BERAT JENIS SEMU
PERSENTASE ABSORBSINYA ( PENYERAPAN ) ≤ 3%
Beberapa istilah yang sering kita temui berkaitan dengan agregat di antaranya :
2. Degradasi = Perubahan butiran akibat pembebanan lalulintas, pemadatan, dan lain-
lain.
3. Disintegrasi = Pelapukan butiran akibat perubahan cuaca, zat kimia, dan lain-
lain seperti kelembaban, pemanasan, ataupun perubahan temperatur.
4. Segresi = Pengelompokan fraksi butiran berdasarkan ukurannya.
akan mengakibatkan aspal menjadi lebih tipis. Penentuan banyaknya pori ditentukan
berdasarkan air yang dapat terabsorbsi oleh agregat.
a. Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) adalah berat jenis yang
memperhitungkan volume pori yang hanya dapat diresapi oleh aspal ditambah dengan
volume partikel.
b. Berat jenis semu adalah berat jenis yang memperhitungkan volume pori yang dapat
diresapi air ditambah volume partikel.
c. Berat jenis efektif adalah berat jenis yang memperhitungkan sebagian pori yang dapat
diresapi oleh air ditambah dengan volume partikel.
d. Berat jenis kering (bulk specific gravity) adalah perbandingan antara berat jenis kering
agregat dan volume yaitu volume dimensional agregat kasar.
e. Persentase absorbsi adalah persentase berat air yang dapat diserap pori terhadap berat
agregat kering.
Oven
Timbangan Digital
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161
Pan
Ember
Timbangan Otomatis
Bk
Berat Jenis Kering =
( B j − Ba )
1486
=
( 1496 −825 )
= 2,215
Bj
Berat Jenis SSD =
( B j − Ba )
1496
=
( 1496 −825 )
= 2,230
Bk
Berat Jenis Semu =
( Bk − Ba )
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161
14 86
=
( 14 8 6 −825 )
= 2,248
% Absorbsi = ¿¿
( 1496 −1486 )
= × 100%
1486
= 0,673%
Bk
Berat Jenis Kering =
( B j − Ba )
14 63
=
( 14 8 6 −7 25 )
= 1,922
Bj
Berat Jenis SSD =
( B j − Ba )
1486
=
( 14 8 6 −7 25 )
= 1,953
Bk
Berat Jenis Semu =
( Bk − Ba )
14 63
=
( 14 63 −7 25 )
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161
= 1,982
% Absorbsi = ¿¿
( 14 8 6 −14 63 )
= × 100%
1463
= 1,572%
III.7. Kesimpulan
Dari hasil percobaan diperoleh :
A. Untuk Coarse Aggregate (CA)
Berat Jenis CA memenuhi syarat batas yang telah ditentukan, dimana Berat
jenis kering < Berat jenis SSD < Berat jenis semu dan nilai persen absorbsinya
< 3%. Sehingga agregat tersebut layak untuk digunakan.
B. Untuk Medium Aggregate (MA)
Berat Jenis CA memenuhi syarat batas yang telah ditentukan, dimana Berat
jenis kering < Berat jenis SSD < Berat jenis semu dan nilai persen absorbsinya
< 3%. Sehingga agregat tersebut layak untuk digunakan.
III.8. Saran
1. Sebaiknya sebelum mempersiapkan benda uji, terlebih dahulu praktikan
menimbang berat pan atau plastik karena sering kali terlupa.
2. Perlu diperhatikan ketika akan menimbang benda uji yang dikeluarkan dari
oven sebaiknya benda uji didinginkan terlebih dahulu sebelum ditimbang.
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161
Asisten, Kepala,
Laboratorium Jalan Raya Laboratorium Jalan Raya
BAB V
SOFTENING POINT TEST
(PEMERIKSAAN TITIK LEMBEK/LUNAK)
Spesifikasi Thermometer:
K C
E
H L
I
J
A
M
F
G
B
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161
Kesalahan Karena
0,2°C 0,4°F 0,3°C 0,5°Fs
Pembacaan skala (max)
B 397 mm 397 mm
Panjang dan seluruhnya
C 6 s/d 7 mm 6 s/d 7 mm
Diameter Batang
E 4,5 s/d 5,5 mm 4,5 s/d 5,5 mm
Diameter bagian ujung
D
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161
9 s/d 14 mm 9 s/d 14 mm
Panjang bagian cairan
Jarak ukuran bawah 0C°
32 C ° °
32 C 86°C
70 s/d 90 mm 75 s/d 90 mm
Tempat cairan ke garis
80°C 176°C 200°C 392°C
Derajat pada jarak
333 s/d 354 mm 333 s/d 354 mm
Cincin Cincin Cincin Cincin
Ruang penampung cairan
gelas gelas gelas gelas
Sumber : (ASTM) spesification of thermometer.
dari tiap cincin) dan jarak antara permukaan plat dasar dengan benda uji
diperiksa dan diatur 25,4 mm.
2. Bola baja yang bersuhu 5°C diletakkan di atas dan di permukaan masing-masing
benda uji yang bersuhu 5°C dengan menggunakan penjepit pengarah bola.
3. Benda uji dan bejana dipanaskan, sehingga kenaikan suhu menjadi 5 °C per
menit. Kecepatan pemanasan rata-rata dari bawah dan aksirnya pekerjaan ini
untuk 3 menit yang pertama, keseluruhan kecepatan pemanasan tidak boleh
lebih dari 5°C.
4. Pembacaan dilakukan tiap kenaikan suhu 5 °C, sambil memperhatikan keadaan
sampel.
5. Suhu dan waktu yang dicatat adalah suhu dan waktu di mana bola baja
mencapai pelat dasar.
Dari hasi perhitungan diatas diperoleh Penetration Index (+) positif artinya aspal
kurang peka terhadap temperature.
V.8. Kesimpulan
1. Dari hasil pencobaan dapat disimpulkan bahwa untuk menghasilkan titik
lembek maka aspal tersebut harus dipanaskan sampai suhu 56,1°C.
2. Dari hasil perhitungan, maka didapat hasil PI adalah (+) positif menunjukkan
aspal kurang peka terhadap temperature.
V.9. Saran
1. Diharapkan peralatan Laboratorium Jalan Raya diperbaiki dan dilengkapi.
2. Praktikan diharapkan melakukan praktikum secara benar.
3. Praktikan lebih serius dan teliti dalam melakukan praktek.
Asisten, Kepala,
Laboratorium Jalan Raya Laboratorium Jalan Raya
VI.2. Teori.
Daktalitas dapat diartikan sebagai jarak terpanjang dari suatu aspal yang dapat
ditarik dengan kecepatan tertentu, untuk memeriksa apakah nilai daktalitas bitumen yang
telah ditetapkan terlebih dahulu oleh produsen sesuai dengan hasil pengujian.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui nilai salah satu sifat mekanik bahan
bitumen yaitu seberapa besar bahan ini menahan kuat tarik yang diwujudkan dalam
bentuk kemampuannya untuk memenuhi syarat jarak tertentu.
Berdasarkan spesifikasi Bina Marga AC 60/70, harga daktalitas adalah 100 cm.
Apabila nilai daktalitas lebih kecil dari 100 cm menunjukkan bahwa bahan bitumen itu
telah terlalu kental sehingga mudah mengalami keretak-retakan, sedangkan bila nilai
daktalitas lebih besar dari 100 cm menunjukkan bahwa bitumen tersebut terlalu cair.
Aspal merupakan proses lanjutan dari residu hasil daktalitas minyak bumi.
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161
Aspal modifikasi dibuat dengan mencampur aspal keras dengan suatu bahan tambah.
Polymer adalah jenis bahan tambah yang banyak digunakan saat ini, sehingga aspal
modifikasi sering disebut juga sebagai aspal Polymer. Jenis bahan Polymer yang biasa
digunakan yaitu Polymer Elastomer dan Polymer Plastomer.
Di Indonesia Asphalt Cement biasanya dibedakan nilai penetrasinya :
a. AC Pen 40/50 yaitu AC dengan penetrasi antara (40 – 59) × 0,1 mm
b. AC Pen 60/70 yaitu AC dengan penetrasi antara (60 – 79) × 0,1 mm
c. AC Pen 80/100 yaitu AC dengan penetrasi antara (80 – 99) × 0,1 mm
d. AC Pen 120/150 yaitu AC dengan penetrasi antara (120 – 199) × 0,1 mm
e. AC Pen 200/300 yaitu AC dengan penetrasi antara (200 – 300) × 0,1 mm
Berdasarkan nilai daktalitas didapat langsung melalui percobaan daktalitas
bahan-bahan bitumen. Hasil-hasil tersebut memberikan gambaran bahwa pada
saat putusnya aspal akan mendapatkan harga daktilitasnya berdasarkan Bina
Marga UHC 60/70. Apabila keadaan suatu aspal terlalu encer, maka perkerasan
(badan jalan) akan bergelombang. Dan bila keadaan aspal terlalu kental, maka
perkerasan (badan jalan) akan mengalami keretak-retakan.
K C
E
H L
I
J
A
M
F
G
Kesalahan Karena
0,2°C 0,4°F 0,3°C 0,5°Fs
Pembacaan skala (max)
70 s/d 90 mm 75 s/d 90 mm
Tempat cairan ke garis
80°C 176°C 200°C 392°C
Derajat pada jarak
333 s/d 354 mm 333 s/d 354 mm
Cincin Cincin Cincin Cincin
Ruang penampung cairan
gelas gelas gelas gelas
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161
b) Peralatan
1. Thermometer.
2. Cetakan yang terbuat dari bahan kuningan.
3. Bak perendaman volume 10 liter air, untuk menjaga suhu selama pengujian
dengan ketelitian 0,1°C dan benda uji terendam ± 5 cm dibawah permukaan
air. Bak perendam dilengkapi dengan plat-plat dasar yang berlobang yang
terletak 5 cm dari dasar bak perendam untuk tempat benda uji.
4. Mesin penguji yang dapat menarik benda uji dengan kecepatan konstan
tanpa menimbulkan getaran benda uji tetap dalam keadaan terendam selama
mesin tersebut bekerja.
5. Cutter.
6. Kompor gas.
7. Stopwatch.
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161
kuningan
Dari perhitungan tersebut diperoleh bahwa ketiga sampel panjang putus kurang dari 100
cm.
Tabel VI.2 Waktu dan Panjang Putus Aspal
Pembacaan Alat
Sampel
Waktu Panjang (cm)
I 2'10'' 69,5
II 2'18'' 73
III 2'22'' 76
Rata-rata 2'17'' 72,83
Sumber : Praktikum Daktalitas Laboratorium Jalan Raya UNIKA
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161
Pembacaan Alat
Sampel
Waktu Panjang (cm)
I 2'10'' 69,5
II 2'18'' 73
III 2'22'' 76
Rata-rata 2'17'' 72,83
Asisten, Kepala,
Laboratorium Jalan Raya Laboratorium Jalan Raya
VII.2. Teori
Terdapat dua metode umum yang dipakai untuk menentukan titik nyala dari
bahan aspal. Percobaan untuk aspal cair (cut back) biasanya dilakukan dengan
menggunakan alat taglia bue open cup. Sementara untuk bahan aspal dalam bentuk padat
digunakan alat cleveland open cup. Kedua metode ini prinsipnya adalah sama, walaupun
pada metode cleveland open cup bahan dipanaskan dalam tempat besi yang direndam
dalam baja air, sedangkan pada metode taglia bue open cup, pemanasan dilakukan pada
tabung kaca yang juga diletakkan dalam air.
Pada kedua metode tersebut, suhu dari material aspal yang ditingkatkan secara
gradual pada jenjang yang tepat. Seiring kenaikan suhu titik api kecil dilewatkan diatas
permukaan sampel yang dipanaskan. Titik nyala adalah besarnya suhu pada saat terlihat
nyala singkat pada suatu titik diatas permukaan aspal, besarnya titik nyala dari aspal
± 250°C. Titik bakar adalah besarnya suhu pada saat terlihat nyala sekurang-
kurangnya 5 detik lamanya pada suatu titik diatas permukaan aspal, besarnya titik bakar
aspal ± 300°C.
Pada percobaan ini dimaksudkan untuk menentukan suhu dimana aspal mulai
menyala. Nilai bahan pengujian yang diperoleh memberikan indikasi proporsi cairan
hidrokarbon ringan dalam bahan yang diuji. Hal tersebut diperlukan untuk memastikan
aman tidaknya penggunaan bahan tersebut terhadap metode pengguna yang dipilih.
Dalam pelaksanaan hasil percobaan akan dipengaruhi oleh tiupan angin, kecepatan,
kenaikan suhu dan untuk membedakan titik nyala dan titik bakar maka dilakukan diruang
tertutup.
Hal berikut percobaan tidaklah mutlak diambil berdasarkan angka rata-rata dari
masing-masing percobaan. Dalam hal ini, diperhitungkan penyimpangan rata-rata dari
rata-rata angka yang diperoleh dengan cara menghitung penyimpangan baku.
∑ Xi
Xi = n
Dimana :
Xi = Nilai rata-rata
ΣXi = Jumlah hasil percobaan
n = Banyak jumlah data
SD=
√
Dimana :
∑ ( Xi−Xi)2
n−1
SD = Standart deviasi
ΣXi = Jumlah hasil percobaan
Xi = Nilai rata-rata
n = Banyak jumlah data
Spesifikasi Thermometer :
K C
E
H L
I
J
A
M
F
G
b. Peralatan :
1. Cleveland Open Cup (Cawan kuning yang bertangkai dengan bentuk dan
ukuran standar).
2. Sumber pemanas (LPG).
3. Thermometer aspal dan thermometer suhu.
4. Penahan angin, sebagai pelindung nyala pada waktu pemanasan.
5. Nyala penguji yang dapat diatur untuk memberi nyala dengan diameter
3,2 mm sampai 4,8 mm dan panjang tabung 7,5 mm.
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161
Thermometer Suhu
a. Titik nyala :
Xi = 266 + 278 + 288 = 832°C
n=3
Maka :
Nilai rata-rata
832
X i = 3 = 277,33°C
Standart deviasi
SD = √ ∑ ( Xi−Xi)2
n−1
b. Titik bakar :
Xi = 308 + 320 + 326 = 954°C
n =3
Maka :
Nilai rata-rata
954
X i = 3 = 318°C
Standar deviasi
SD = √ ∑ ( Xi−Xi)2
n−1
√
2
+ ¿ (326−318)
( 308−318 )2 + ¿ (320−318)2 ¿¿
= 3−1
= 9,17°C
Koefisien variasi
SD 9,17
¿ 100%= ×100%
Cv = Xi 318 = 2,88%
Maka diperoleh besarnya titik bakar = (318 ± 2,88%)°C
c. Hubungan harga toleransi hasil rata-rata pemeriksaan ganda :
Dari harga toleransi yang didapat dari ketiga sampel, percobaan II telah
memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh Bina Marga, satu sampel memenuhi
syarat < 5,5°C.
Dari harga toleransi yang didapat dari ketiga sampel, percobaan II telah
memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh Bina Marga, Ketiga sampel
memenuhi syarat < 8°C.
VII.8. Kesimpulan
Dari hasil percobaan didapat
1. Untuk titik nyala:
Titik nyala rata rata = 277,33°C
Standar deviasi = 11,02°C
Koefisien variasi = 3,97%
VII.9. Saran
1. Diharapkan agar peralatan yang telah ada dirawat dan digunakan sebaik dan
semaksimal mungkin, untuk mendapatkan hasil pengujian yang lebih baik.
2. Praktikan lebih serius dalam praktek.
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161
Asisten, Kepala,
Laboratorium Jalan Raya Laboratorium Jalan Raya
BAB VIII
PENETRASI BAHAN-BAHAN BITUMEN
VIII.2. Teori
Penetrasi adalah penurunan jarum penetrasi menembus bitumen yang
diakibatkan adanya pembebanan dengan berat yang tertentu, pada suhu dan waktu
tertentu. Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah harga penetrasi hasil
percobaan sesuai dengan harga penetrasi pada spesifikasi produsen. Bila harga penetrasi
lebih besar berarti kondisi aspal lebih lembek atau cair. Pengujian penetrasi ini adalah
bentuk pengujian viskositas yang merupakan sifat utama bitumen yang membatasi
kebutuhan praktis di lapangan pada proses pencampuran, dan pengujian aspal.
Aspal adalah material termoplastis yang mencair apabila dipanaskan dan akan
membeku/mengental apabila didinginkan, namun demikian prinsip material tersebut
terhadap suhu prinsipnya membentuk suatu spektrum/beragam tergantung komposisi
unsur-unsur penyusunnya. British Standart membagi nilai penetrasi tersebut menjadi 10
macam, dengan rentang nilai penetrasi 15 s/d 40, sedangkan AASHTO mendefinisikan
nilai penetraasi 40 – 50 sebagai nilai penetrasi untuk material sebagai bahan bitumen
terlembek atau terlunak. Penetrasi sangat sensitif terhadap suhu, pengukuran diatas suhu
menghasilkan nilai yang berbeda variasi suhu terhadap nilai penetrasi dapat disusun
sedemikian rupa hingga dihasilkan nilai grafik antara suhu dan penetrasi. Berdasarkan
SNI 06-2456-1991 nilai penetrasi dinyatakan sebagai rata-rata sekurang-kurangnya dari
tiga pembacaan.
Menurut ASTM D – 8 – 31, aspal adalah bahan berwarna hitam atau coklat tua,
bersifat perekat, terutama terdiri dari bitumen yang didapat dari alam atau dari proses
pembuatan minyak bumi. Sedangkan bitumen adalah bahan berwarna hitam, dapat
bersifat padat atau keras (Asphaltine) dapat juga bersifat lembek (Malthine).
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161
3. Aspal Modifikasi
Aspal modifikasi dibuat dengan mencampur aspal keras dengan suatu bahan tambah.
Polymer adalah jenis bahan tambah yang banyak digunakan saat ini, sehingga aspal
modifikasi sering disebut juga sebagai aspal polymer. Jenis bahan polymer yang biasa
digunakan yaitu Polymer Elastomer dan Polymer Plastomer.
γ = √
Dimana :
∑ ( X 1 −X )2
n−1
√ n1×γ 1 + n2 ×γ 2 +n 3×γ 3
n1 +n 2 +n3
SD =
Dimana :
SD = Standart deviasi
n = Nomor sampel
γ = Standart deviasi untuk setiap sampel
P = ( X ± SD) × 0,1 mm
Dimana :
P = Penetrasi
X = Nilai penetrasi rata-rata gabungan
SD = Standart deviasi
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161
Catatan :
1. Pembacaan waktu pada Stopwatch yang kurang tepat (5± 0,01) detik, percobaan
dikategorikan batal, serta toleransi penetrasi yang diperkenakan adalah sebagai
berikut:
Tabel VIII.3. Toleransi penetrasi
Penetrasi 0 – 49 50 – 149 150 – 249 250 – 300
Toleransi (mm) 2 4 6 8
= 61,86
γ
1
=
√ ∑ ( X 1− X̄ )2
n−1 = √
(72,30−61,86)2
3−1 = 7,38
γ
2
=
√ ∑ ( X 1− X̄ )2
n−1 = √
(57,00−61,86)2
3−1 = 3,44
γ
3
=
√ ∑ ( X 1− X̄ )2
n−1 = √
(56,30−61,86)2
3−1 = 3,93
SD = √
(n 1 γ 1+n2 γ 2 +n 3 γ 3
1+1+1 =√((3×7,38)+( 3×3 ,44 )+3× ( 3,93))
( 3+3+3)
= 2,22
= 102,53
γ
1
=
√ ∑ ( X 1− X̄ )2
n−1 = √
(120,00−102,53)2
3−1 = 12,35
γ
2
=
√∑ ( X 1− X̄ )2
n−1 = √
(82,60−102,53)2
3−1 = 14,09
γ
3
=
√ ∑ ( X 1− X̄ )2
n−1 = √
(105,00−102,53 )2
3−1 = 1,75
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161
SD = √
(n 1 γ 1+n2 γ 2 +n 3 γ 3
1+1+1 =√((3×12,35)+( 3×14 ,09 )+(3× 1,75)
( 3+3+3)
= 3,07
d. Menghitung koefisien variasi :
SD 3,07
×100 %= ×100%
CV = X 102 ,53 = 2,99%
VIII.8. Kesimpulan
1. Besar penetrasi beban 100 gr
= 64,08 × 0,1 mm . . . . . (Memenuhi).
2. Besar penetrasi beban 200 gr
= 99,46 × 0,1 mm . . . . . (Tidak memenuhi).
VIII.9. Saran
1. Diharapkan agar peralatan dirawat dan digunakan sebaik dan semaksimal
mungkin untuk mendapatkan hasil pengujian yang lebih baik.
2. Alat-alat yang kurang lengkap atau rusak harap dilengkapi/diperbaiki dan
diharapkan kepada praktikan agar lebih teliti.
3. Diharapkan agar praktikan lebih serius selama melakukan percobaan.
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161
Pembebanan
Penetrasi
Benda Uji I Benda Uji II Benda Uji III
100 200 100 200 100 200
I 78 148 60 62 38 143
II 62 145 41 88 52 92
III 77 67 70 98 79 80
Rata-rata 72,30 120,00 57,00 82,60 56,30 105,00
Asisten, Kepala,
Laboratorium Jalan Raya Laboratorium Jalan Raya
BAB IX
CORE DRILLING TEST
IX.1. Tujuan Percobaan
1. Untuk mengetahui tebal lapisan perkerasan di lapangan.
2. Untuk mengetahui stabilitas perkerasan yang ada di lapangan dengan
pemeriksaan laboratorium menggunakan marshall machine.
IX.2. Teori
Core drilling test adalah suatu cara pengambilan sampel lapangan perkerasan yang
ada di lapangan yang kemudian diuji secara laboratorium dengan menggunakan marshall
machine untuk mendapatkan stabilitas perkerasan tersebut.
Kegunaan core drilling test ini adalah untuk mendapatkan sampel dengan diameter
tertentu, dalam keadaan utuh atau susunan lapisan perkerasan tersebut tidak terganggu.
Sehingga stabilitas hasil pemeriksaan laboratorium mendekati atau sama dengan stabilitas
sebenarnya di lapangan.
Core drilling test digunakan saat mengecek atau mengontrol apakah stabilitas
lapisan perkerasan di lapangan itu sesuai dengan stabilitas rencana. Selain itu juga
mengontrol tebal lapisan perkerasan agar sesuai dengan lapisan rencana. Hal ini untuk
menghindari pihak kontraktor pelaksana melakukan kesalahan pelaksanaan atau bahkan
kecurangan yang di sengaja. Maka biasanya yang menggunakan core drilling test adalah
pihak konsultan atau pihak pengawas lapangan yang kemudian disesuaikan dengan
perhitungan dan rancangan perencana. Core drilling test digunakan pada daerah
perkerasan yang baru dibangun dengan mengambil 3 sampai 5 titik.
Pengujian ekstraksi menunjukkan bahwa gradasi agregat berubah menjadi lebih
halus dari gradasi semula perubahan gradasi agregat diakibatkan oleh kehancuran,
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161
beberapa partikel agregat ini menaikkan volume rongga udara dalam campuran yang
menghasilkan penurunan kepadatan serta peningkatan VIM dan VMA.
Agregat yang hancur tidak terlapisi aspal, Hal ini mengakibatkan penurunan
stabilitas dan indeks perendaman dan memasukan kelelehan sehingga menurunkan
marshall qoutient dari benda uji marshall. Immersion, proses ekstraksi merupakan proses
pemisahan campuran dua atau lebih bahan dengan cara menambahkan pelarut yang bisa
melarutkan salah satu bahan yang ada dalam campuran tersebut dapat dipisahkan. Pelarut
yang biasa digunakan dalam proses ekstraksi antara lain spiritus, bensin, atau minyak
tanah, trichlor ethylen thecnis, dan lain-lain.
Salah satu contoh tujuan dilakukan proses ekstraksi yaitu untuk mengetahui kadar
aspal yang terdapat dalam campuran aspal yang dibuat (mix design) yang menggunakan
alat centrifuge extractor dengan bensin sebagai pelarutnya selain itu dapat pula
digunakan alat soklet dengan menggunakan trichlor ethylen thecnis sebagai bahan
pelarutnya.
Cara pengambilan sampel di lapangan :
1. Sejajar
A
50 m 50 m
Potongan A - A
2. Zig-Zag
B C D
S-3
S-2
S-1
B C D
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161
Potongan B – B
Potongan C – C
Potongan D – D
Dial stability
Proving ring
Flow dial
Kepala penahan
Sampel aspal
Guide road
Kepala penekan
Jack (dongkrak)
UP
DOWN
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161
IX.7. Kesimpulan
a. Tinggi rata-rata sampel = 7,75 cm
b. Stabilitas rata-rata = 3122,47 kg
IX.8. Saran
1. Diharapkan agar peralatan yang telah ada dirawat dan digunakan sebaik dan
semaksimal mungkin, untuk mendapatkan hasil pengujian yang lebih baik.
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161
Grup :I
Pembacaan Stabilitas =
No. Diam. Tebal Korelasi Berat Pembacaan
Dial [c] x K x F x [f]
Sampel (cm) (cm) Stabilitas (gram) (detik)
(mm) (kg)
Asisten, Kepala,
Laboratorium Jalan Raya Laboratorium Jalan Raya
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161