Anda di halaman 1dari 105

UNIVERSITAS KATOLIK ST.

THOMAS SUMATERA UTARA


FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

LEMBARAN PENGESAHAN

Telah selesai melaksanakan Praktikum Jalan Raya, baik di lapangan maupun di


Laboratorium Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas katolik Santo Thomas Medan.
Adapun materi praktikum yang di laksanakan adalah sebagai berikut :
1. Analisa Saringan Agregat Halus, Sedang Dan Kasar.
2. Penentuan Berat Isi Agregat (Unit Weight).
3. Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar (Spesific Gravity or Course Agregate)
4. Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus (Spesific Gravity or Fine Agregate).
5. Pemeriksaan Titik Lembek/Lunak (Softening Point Test).
6. Daktalitas Bahan-Bahan Bitumen.
7. Titik Nyala dan Titik Bakar Dengan Cleveland Open Cup.
8. Penetrasi Bahan-Bahan Bitumen.
9. Core Drilling Test.
10. Marshall Test.
11. Pemeriksaan Kadar Aspal dengan Cara Ekstraksi (Centrifuge Extractor Test).

Dilaksanakan oleh Group VII :


1. Cavin Pardamean Sirait (210310003)
2. Indra Motaro Waruwu (210310005)
3. Melki Theodorus Telaumbanua (210310025)
4. Efredo Sibarani (210310036)
5. Maria Monica Manalu (210310051)

Disetujui Oleh
Kepala Laboratorium Jalan Raya Kepala Program Studi

Ir. Oloan Sitohang, MT Ir. Samsuardi Batubara, MT

Diperiksa Oleh
Asisten Laboratorium Jalan Raya
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

Lestina Ferawati Manullang Erwin Suhendra Laia Teresia Lesiana Sianturi

KATA PENGANTAR

Praktikum Jalan Raya merupakan salah satu persyaratan bagi setiap


mahasiswa pada Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Katolik Santo Thomas
Medan. Jadi merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan atau diikuti oleh
mahasiswa untuk memenuhi persyaratan kesarjanaan.
Sehubungan dengan hal di atas, maka kami telah selesai melaksanakan
praktikum tersebut. Laporan ini adalah hasil dari percobaan-percobaan yang kami
lakukan di lapangan maupun di laboratorium. Kami sepenuhnya menyadari bahwa
hasil perhitungan yang kami peroleh dalam percobaan ini belum sempurna, hal ini
disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan kurangnya ketelitian pada saat
melaksanakan praktikum.
Menyadari hal tersebut di atas, maka segala saran dan kritik yang sifatnya
membangun akan kami terima dengan terbuka.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Kepala Laboratorium
Jalan Raya, Ir. Oloan Sitohang, MT dan Asisten Laboratorium Jalan Raya Lestina
Ferawati Manullang, Erwin Suhendra Laia dan Teresia Lesiana Sianturi yang
telah memberikan bimbingan serta pengarahan, baik selama praktikum
berlangsung maupun pada penyusunan laporan ini.
Harapan kami, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kami dan rekan-
rekan mahasiswa/i Unika Santo Thomas Medan khususnya rekan-rekan di
Fakultas Teknik.

Penyusun,

Gelombang II/ Grup VII


UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI ......................................................................................................................
BAB. I. ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS, SEDANG
DAN KASAR ................................................................................................
BAB. II. PENENTUAN BERAT ISI AGREGAT (UNIT WEIGHT).......................
BAB. III. BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR
(SPECIFIC GRAVITY OF COARSE AGGREGATE)
.........................................................................................................................
BAB. IV. BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS (SPECIFIC
GRAVITY OF FINE AGGREGATE)
.........................................................................................................................
BAB. V. PEMERIKSAAN TTIK LEMBEK / LUNAK
(SOFTENING POINT TEST ).................................................................
BAB. VI. DAKTALITAS BAHAN-BAHAN BITUMEN
(DUCTILITY OF BITUMEN).................................................................
BAB. VII. TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR
DENGAN CLEVELAND OPEN CUP....................................................
BAB. VIII. PENETRASI BAHAN-BAHAN BITUMEN
(PENETRATION OF BITUMEN) .........................................................
BAB. IX. CORE DRILLING TEST.........................................................................
BAB. X. MARSHALL TEST...................................................................................
BAB. XI. PEMERIKSAAN KADAR ASPAL DENGAN CARA
EKSTRAKSI (CENTRIFUGE EXTRACTOR TEST)...........................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN (DOKUMENTASI)
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

BAB IV
BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS

IV.1. Tujuan Percobaan


Untuk menentukan berat jenis dan penyerapan agregat halus.

IV.2. Teori
Kekuatan serata keawetan jalan yang mencari nilai relative density dari suatu
contoh bahan mentah secara umum dilakukan dengan menggunakan timbangan,
keranjang baja (steel yard) yang mengacu pada buku acuan dari sifat fisik. Untuk agregat
yang halus yang digunakan piknometer, selain penggunaan piknometer ada beberapa
metode yang bisa menghitung berat jenis agregat halus dan sedang yakni dengan
menggunakan gas jar dan Specific Gravity Bottle (IGS 812 : 1975).
Karakteristik berat jenis secara umum digunakan dalam perhitungan volume
agregat dalam berbagai jenis campuran yang mengandung agregat termasuk beton semen
portland, aspal campuran, aspal beton, dan campuran lain yang secara proporsional atau
dianalisis berdasarkan volume.
Nilai penyerapan digunakan dalam perhitungan perubahan berat agregat karena
penyerapan air oleh pori-pori dibanding dengan kondisi kering. Kekuatan mutu
perkerasan jalan dipengaruhi oleh berat jenis dan absorbsi dari agregat yang digunakan,
biasanya semakin keras suatu agregat maka berat semakin besar dan daya serapnya
makin rendah, sehingga akan mempengaruhi yang dihasilkan.
Rumus-rumus yang dapat dipakai untuk menghitung berat jenis agregat halus
adalah sebagai berikut :
Bj
1) Berat jenis SSD (saturated surface dry) = Ba+Bj−Bc
Bk
2) Berat jenis semu (apparent spesific gravity) = Ba+Bk−Bc
Bk
3) Berat jenis kering (bulk spesific gravity) = Ba+Bj−Bc
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

Bj−Bk
×100%
4) Persen absorbsi = Bk

Keterangan :
Bk : Berat benda uji kering oven (gr)
Ba : Berat piknometer + air (gr)
Bc : Berat benda uji + piknometer + air (gr)
Bj : Berat benda uji dalam keadaan SSD (gr)
Syarat agregat halus :
Berat jenis kering < Berat jenis SSD < Berat jenis semu
Absorsinya ≤ 3%

IV.3. Peralatan dan bahan


1. Bahan : Agregat Halus
2. Alat :
 Piknometer  Scrap
 Timbangan digital  Batang perojok
 Kerucut terpancung  Pan
 Hot plate  Oven

IV.4. Gambar Alat

Pan Timbangan Digital


Oven
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

Kerucut Terpancung Batang Perojok Hot Plate Piknometer Skrap

Gambar IV.1 Gambar Alat


UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

IV.5. Prosedur Percobaan


1.Sampel ditimbang sebanyak 100 gr.
2.Kemudian direndam selama 24 jam.
3.Air bahan perendam dibuang peralahan-lahan agar agregat tidak ikut terbuang.
4.Sampel dikeringkan dengan menggunakan hot plate sampai kondisi SSD.
5.Pasir dimasukkan ke dalam kawat terpancung sebanyak 1/3 bagian, dan
padatkan dengan batang perojok sebanyak 5 kali.
6.Kemudian pasir dimasukkan 2/3 bagian lagi dan dirojok sebanyak 8 kali.
7.Kemudian pasir dimasukkan 3/3 bagian dan dirojok 12 kali.
8.Angkat kerucut secara vertikal, keadaan permukaan jenuh tercapai bila benda uji
runtuh akan tetapi masih dalam keadaan tercetak.
9.Setelah tercapai kondisi kering permukaan jenuh, masukan 100 gr benda uji ke
dalam piknometer.
10. Masukkan air suling sampai tercapai 90% isi piknometer, putar sambil
diguncang sampai tidak terlihat gelembung udara di dalamnya.
11. Rendam piknometer ke dalam air dan ukur suhu air (dengan suhu standar
25˚C).
12. Tambahkan air sampai tanda batas piknometer.
13. Timbang piknometer berisi air dalam benda uji dan catat beratnya.
14. Keringkan benda uji dalam oven dengan suhu (110˚C + 5˚C).
15. Tentukan berat piknometer berisi air penuh dan catat beratnya.
16. Percobaan selesai.
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

5 kali 8 kali 12 kali

3/3 h
2/3 h
1/3 h

Gambar IV.2 Metode Kerja pada Kerucut

Agregat halus dalam Agregat halus dalam Agregat halus dalam keadaan
keadaan basah keadaan SSD kering

Gambar IV.3 Kondisi pasir setelah kerucut diangkat secara vertical dapat berubah

Piknometer + Agregat Piknometer + Agregat Piknometer + Air


halus halus + Air suling

Gambar IV.4 Prosedur pengujian berat jenis dan penyerapan agregat halus.
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

IV.6. Analisa Data


Berat benda uji kering oven ( Bk ) = 98 gram
Berat material SSD ( Bj ) = 100 gram
Berat piknometer + Air ( Ba ) = 160 gram
Berat piknometer + air + pasir SSD = 220 gram
Maka :
100
Berat jenis SSD (saturated surface dry ) = (160+ 100 − 200 ) = 2,50
98
Berat jenis semu = (160 + 98− 220) = 2,58
98
Berat jenis kering = (160+ 100 − 220) = 2,45
100 − 98
×100%
Persen absorbsi = 98 = 2,04%
Berdasarkan analisa diatas menunjukkan bahwa:
- Bj. Kering < Bj. SSD < Bj.Semu
2,45 < 2,50 < 2,58..........................OK
- % absorbsi = 2,04% < 3%................................OK
Jadi hasil diatas memenuhi syarat batas yang telah ditentukan

IV.7. Kesimpulan
Berat Jenis agregat halus ini memenuhi syarat batas yang telah ditentukan, dimana
Berat jenis kering < Berat jenis SSD < berat jenis semu dan nilai persen absorbsinya <
3%. Sehingga agregat tersebut layak untuk digunakan.

IV.8. Saran
1. Pada saat praktikum harus betul diperhatikan gelembung udara keluar semua
karena hal ini bisa berpengaruh pada nilai absorbsinya.
2. Harus ada maintenance pada alat-alat laboratorium sekali sebulan.
3. Alat-alat yang kurang lengkap atau rusak harap dilengkapi/diperbaiki dan
diharapkan kepada praktikan agar lebih teliti.
4. Praktikan lebih serius dalam praktek.
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGGREGAT HALUS

Hari : Kamis No. Contoh : Gradasi VII


Tanggal : 30 November 2023 Tipe Aspal : AC 60/70
Lokasi : Lab. Jalan Raya
Group : VII

Jenis Material Sand Aggregate


Berat Material SSD (gram) (1) 100
Berat Material Kering Oven (gram) (2) 98
Berat Piknometer + Air (3) 160
Berat Piknometer + Material SSD + Air (4) 220
Berat Jenis Kering = (2) / {(3) + (1) − (4)} 2,45
Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh = (1) / {(3) + (1) − (4)} 2,50
Berat Jenis Semu = (2) / {(3) + (2) − (4)} 2,58
Penyerapan = [ {(1) − (2)} / (2) ] x 100% 2,04

No NPM Nama Praktikan


1 210310003 Cavin Pardamean Sirait
2 210310006 Indra Motaro Waruwu
3 210310025 Melki Theodorus Telaumbanua
4 210310036 Efredo Sibarani
5 210310051 Maria Monica Manalu

Asisten, Kepala,

Laboratorium Jalan Raya Laboratorium Jalan Raya


UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

Teresia Lesiana Sianturi Ir. Oloan Sitohang, MT


UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

KARTU ASISTENSI

NAMA
NO. TANGGAL CATATAN PARAF
PERCOBAAN
- Pelajari Teori
22 Juni 2021
- Tambah Teori
- Pelajari Teori
25 Juni 2021 - Tambah Teori
- Perbaiki Ketikan
Analisa Saringan
- Pelajari Teori
I Agregat Halus, 28 Juni 2021
- Perbaiki Ketikan
Sedang dan Kasar
- Pelajari Teori
30 Juni 2021
- Perbaiki Ketikan
1 Juli 2021 - Pelajari Teori
2 Juli 2021 - ACC Dapat Difinalkan
5 Juli 2021 - ACC Dapat Difinalkan

Kepala
Laboratorium Jalan Raya

( Ir. Oloan Sitohang, MT )


UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

KARTU ASISTENSI

NAMA
NO. TANGGAL CATATAN PARAF
PERCOBAAN
- Pelajari Teori
25 Juni 2021
- Tambah Teori
Penentuan Berat Isi
- Pelajari Teori
II Agregat (Unit 28 Juni 2021
- Perbaiki Ketikan
Weight)
30 Juni 2021 - Perbaiki Ketikan
5 Juli 2021 - ACC Dapat Difinalkan

Kepala
Laboratorium Jalan Raya

( Ir. Oloan Sitohang, MT )

KARTU ASISTENSI
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

NAMA
NO. TANGGAL CATATAN PARAF
PERCOBAAN
- Pelajari Teori
21 Juni 2021
- Tambah Teori
Berat Jenis Dan - Pelajari Teori
Penyerapan 25 Juni 2021
- Perbaiki Ketikan
III Agregat Kasar
- Pelajari Teori
(Spesific Gravity or 28 Juni 2021
Course Agregate) - Perbaiki Ketikan
30 Juni 2021 - Perbaiki Ketikan
5 Juli 2021 - ACC Dapat Difinalkan

Kepala
Laboratorium Jalan Raya

( Ir. Oloan Sitohang, MT )

KARTU ASISTENSI

NO. NAMA TANGGAL CATATAN PARAF


UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

PERCOBAAN
- Pelajari Teori
21 Juni 2021
- Tambah Teori
Berat Jenis Dan - Pelajari Teori
Penyerapan 25 Juni 2021
- Perbaiki Ketikan
IV Agregat Halus
- Pelajari Teori
(Spesific Gravity or 28 Juni 2021
Fine Agregate) - Perbaiki Ketikan
30 Juni 2021 - Perbaiki Ketikan
5 Juli 2021 - ACC Dapat Difinalkan

Kepala
Laboratorium Jalan Raya

( Ir. Oloan Sitohang, MT )

KARTU ASISTENSI
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

NAMA
NO. TANGGAL CATATAN PARAF
PERCOBAAN
- Pelajari Teori
5 April 2021
- Tambah Teori
Pemeriksaan Titik - Pelajari Teori
Lembek/Lunak
V 6 April 2021 - Tambah Teori
(Softening Point
Test) - Perbaiki Ketikan
7 April 2021 - Pelajari Teori
8 April 2021 - ACC Dapat Difinalkan

Kepala
Laboratorium Jalan Raya

( Ir. Oloan Sitohang, MT )

KARTU ASISTENSI

NAMA
NO. TANGGAL CATATAN PARAF
PERCOBAAN
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

- Pelajari Teori
5 April 2021
- Tambah Teori
- Pelajari Teori
Daktalitas Bahan- 7April 2021 - Perbaiki Ketikan
VI
Bahan Bitumen - Pelajari Analisa Data
- Pelajari Teori
8 April 2021
- Pelajari Analisa Data
10 April 2021 - ACC Dapat Difinalkan

Kepala
Laboratorium Jalan Raya

( Ir. Oloan Sitohang, MT )

KARTU ASISTENSI

NAMA
NO. TANGGAL CATATAN PARAF
PERCOBAAN
VII Titik Nyala Dan 20 Mei 2021 - Pelajari Teori
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

- Tambah Teori
Titik Bakar Dengan - Pelajari Teori
Cleveland Open 26 Mei 2021 - Perbaiki Ketikan
Cup - Pelajari Analisa Data
29 Mei 2021 - ACC Dapat Difinalkan

Kepala
Laboratorium Jalan Raya

( Ir. Oloan Sitohang, MT )

KARTU ASISTENSI

NO. NAMA TANGGAL CATATAN PARAF


UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

PERCOBAAN
- Pelajari Teori
25 Mei 2021
- Tambah Teori
Penetrasi Bahan- - Pelajari Teori
VIII
Bahan Bitumen 29 Mei 2021 - Perbaiki Ketikan
- Pelajari Analisa Data
28 Juni 2021 - ACC Dapat Difinalkan

Kepala
Laboratorium Jalan Raya

( Ir. Oloan Sitohang, MT )

KARTU ASISTENSI

NO. NAMA TANGGAL CATATAN PARAF


UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

PERCOBAAN
- Pelajari Teori
20 Mei 2021
- Tambah Teori
- Pelajari Teori
IX Core Drilling Test
26 Mei 2021 - Pelajari Analisa Data
- Perbaiki Ketikan
29 Mei 2021 - ACC Dapat Difinalkan

Kepala
Laboratorium Jalan Raya

( Ir. Oloan Sitohang, MT )

KARTU ASISTENSI

NAMA
NO. TANGGAL CATATAN PARAF
PERCOBAAN
- Pelajari Teori
X Marshall Test 30 Juni 2021
- Tambah Teori
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

- Pelajari Teori
1 Juli 2021 - Tambah Teori
- Perbaiki Ketikan
- Pelajari Teori
2 Juli 2021
- Perbaiki Ketikan
- Pelajari Teori
3 Juli 2021
- Perbaiki Ketikan
5 Juli 2021 - Pelajari Teori
6 Juli 2021 - ACC Dapat Difinalkan

Kepala
Laboratorium Jalan Raya

( Ir. Oloan Sitohang, MT )

KARTU ASISTENSI

NAMA
NO. TANGGAL CATATAN PARAF
PERCOBAAN
Pemeriksaan Kadar - Pelajari Teori
XI 28 Juni 2021
Aspal Dengan Cara - Tambah Teori
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

Ekstraksi - Pelajari Teori


( Centrifuge 30 Juni 2021
- Perbaiki Ketikan
Extractor Test ) 28 Juni 2021 - Perbaiki Ketikan
7 Juli 2021 - ACC Dapat Difinalkan

Kepala
Laboratorium Jalan Raya

( Ir. Oloan Sitohang, MT )

BAB I
ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS, SEDANG DAN KASAR

I.1. Tujuan Percobaan


1. Agar dapat menentukan gradasi agregat dengan menggunakan saringan.
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

2. Untuk dapat membuat grafik semilogaritma.


3. Sebagai acuan untuk pembuatan benda uji Marshall.

I.2. Teori
Keadaan butiran agregat sangat menentukan kekuatan perkerasan yang akan dibuat.
Agregat yang mempunyai butiran yang seragam (homogen) tidak boleh digunakan untuk
bahan perkerasan, hal ini disebabkan ruang kosong yang terjadi (pori) relatif banyak dan
sudut kontak permukaan antara butiran yang satu dengan yang lain lebih kecil.
Agregat yang baik untuk campuran perkerasan aspal adalah agregat yang heterogen
karena susunan butirannya bervariasi, ruang kosong yang terjadi akan menjadi lebih
kecil. Butiran-butiran yang lebih kecil akan mengisi rongga-rongga yang dibentuk oleh
butiran yang lebih besar, dan sudut kontak antara butiran akan lebih besar.
Pada percobaan ini saringan yang digunakan sesuai dengan standar AASHTO,
susunan saringan standar AASHTO :

Tabel I.1 Nomor Saringan dan Diameter Lubang


No. Saringan Diameter Lubang Saringan (mm)
1 1/2" 38,1
1" 25,4
3/4" 19,1
1/2" 12,7
4 4,76
8 2,38
30 0,59
50 0,279
100 0,149
200 0,074
Sumber : American Association of State Highway and Transportation Officials
(AASHTO).

Agregat penyusun lapisan permukaan perkerasan yaitu kombinasi antara agregat


kasar (Coarse Aggregate), agregat sedang (Medium Aggregate), agregat halus (Fine
Aggregate) dan filler harus memenuhi spec limit pada gradasi No. I yaitu :

Tabel I.2 Nomor Saringan Dengan Spec Limit


Golongan Agregat No. Saringan Spec Limit
1/2" 100
CA 3/8" 75-100
4 35-55
MA 8 20-35
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

30 10-22
50 6-16
100 4-12
FA
200 2-8
Filler Pan
Sumber : American Association of State Highway and Transportation Officials
(AASHTO).

Agregat dapat dibedakan atas agregat yang heterogen dan agregat yang homogen.
Agregat yang heterogen adalah agregat yang ukuran butirannya bervariasi atau
beranekaragam. Sedangkan agregat yang homogen adalah agregat yang ukuran
butirannya hampir sama besar atau sejenis.

Agregat bentuk Heterogen Agregat bentuk Homogen

Gambar I.1 Bentuk Agregat

Batu pecah dari batu alam secara teoritis terbagi atas dua grup yaitu agregat kasar
dan agregat halus, pemisah dari dua grup ini adalah agregat berukuran 5 mm, dimana
agregat yang diatas 5 mm disebut kasar dan dibawahnya disebut halus.
Di laboratorium pembangian ini diperbanyak, misalnya untuk keperluan spesifikasi
beton menggunakan empat zona gradasi. Untuk keperluan perencanaan digunakan tiga
zona gradasi atau lebih dikenal agregat kasar, sedang, dan halus.
Data gradasi biasanya diplot ke dalam grafik semilogaritma, alternatif lain adalah
dengan cara membuat suatu parameter yang menunjukkan kekasaran gradasi dan
menerapkan apakah suatu gradasi yang well graded, single sized or grap graded,
misalnya dengan parameter D60 yakni ukuran 60%, parameter ini misalnya antara (D 60 >
10 mm), sedang (D60 > 5 mm) dan sisanya halus.

Sistem klasifikasi butiran menurut USCS (Unified Soil of Classification System)


Sistem ini mengelompokkan tanah ke dalam 2 kelompok besar yaitu :
a. Tanah berbutir kasar (Coarse grained soil), yaitu tanah krikil atau pasir dimana
kurang dari 50% berat total. Contoh tanah lolos saringan No. 200. Simbol dan
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

kelompok ini dimulai dari huruf awal g atau sg adalah untuk kerikil (gravel) atau
tanah berpasir.
b. Tanah berbutir halus (Fine grained soil), yaitu tanah lebih dari 50% berat total.
Contoh tanah lolos ayakan No. 200. Simbol dari kelompok ini dimulai dari huruf
awal m atau lanau (silt) anorganik, c untuk lempung (clay) anorganik, dan o
untuk lanau organik dan lempung organik. Simbol pt digunakan untuk tanah
gambut (peat) muck, dan tanah-tanah yang lain dengan kadar organik yang tinggi.
Simbol˗simbol lain yang digunakan untuk klasifikasi USCS adalah :
W = well grained (tanah yang bergradasi baik).
P = poorly grained (tanah yang bergradasi buruk).
l = low plasticity (plastisitas rendah) (11 < 50%).
h = high plasticity (plastisitas tinggi) (11 > 50%).
Tanah berbutir kasar ditandai dengan simbol kelompok seperti gw, gp, gm, gc, sw,
sp, sm, dan sc. Untuk klasifikasi yang benar, faktor-faktor berikut yang perlu
diperhatikan:
1. Persentase fraksi kasar yang lolos saringan No. 40.
2. Persentase butiran yang lolos saringan No.200 (ini adalah fraksi halus).
3. Koefisien keseragaman (uniformity coefficient, Cu) dan koefisien gradasi (gradation
coefficient, Cc) untuk tanah dimana 0-12% lolos saringan No. 200.
4. Batas cair (ll) dan indeks plastisitas (pl) bagian tanah yang lolos saringan No. 40
(untuk tanah 5% atau lebih lolos saringan No. 200).
Berdasarkan data dari analisa saringan yang dilakukan, maka dapat dianalisis melalui
kurva distribusi bahwa klasifikasi tanah berdasarkan USCS dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
1. Kerikil 76,2 s/d 4,75 (mm)
2. Pasir 4,75 s/d 0,075 (mm)
3. Lanau dan lempung < 0,075 mm

Tabel I.3 Ukuran Analisa Saringan menurut ASTM


Golongan Agregat No. Saringan Diameter Lubang Saringan (mm)
Agregat Kasar 3” 75
1
2 2 ” 63
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

2” 50
1
1 2 ” 37,5
1” 25
3
4 19
1
2 ” 12,5
3
8” 9,5
No. 4 4,75
No. 8 2,36
No. 16 1,18
Agregat Halus
No. 30 0,60
No. 50 0,30
No. 100 0,15
Filler No. 200 0,075
Sumber : American Standard Testing and Material (ASTM)

Tabel I.4 Gradasi Agregat Untuk Campuran Aspal (Bina Marga, 2007)
% Berat Lolos
Ukuran Ayakan
Latasir (SS) Lataston (HRS) Laston (AC)
ASTM (mm) Kelas A Kelas B WC Base WC BC Base
1
1 2” 37.5 100
1” 25 100 90-100
3
4 19 100 100 100 100 100 90-100 Maks 90
1 90-
2” 12.5 90-100 90-100 Maks 90
100
3
”8 9.5 90-100 75-85 65-100 Maks 90
No. 8 2.36 75-100 50-72 35-55 28-58 23-39 19-45
No. 16 1.18
No. 30 0.60 35-60 15-35
No.
0.075 10-15 8-13 6-12 2-9 4-10 4-8 3-7
200
Daerah Larangan
No. 4 4.75 - - 39.5
No. 8 2.36 39.1 34.6 26.8-30.8
No. 16 1.18 25.6-31.6 22.3-28.3 18.1-24.1
No. 30 0.60 19.1-23.1 16.7-20.7 13.6-17.6
No. 50 0.30 15.5 13.7 11.4
Sumber : American Association of State Highway and Transportation Officials
(AASHTO).

Catatan :
1. Untuk HRS-WC dan HRS-Base, paling sedikit 80% agregat lolos saringan No.8 (2,36
mm) harus juga lolos saringan No. 30 (0,60 mm).
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

2. Untuk AC, digunakan titik kontrol gradasi agregat, berfungsi sebagai batas-batas
rentang utama yang harus ditempati oleh gradasi-gradasi tersebut. Batas-batas radasi
ditentukan pada saringan ukuran nominal maksimum saringan menengah (2,36 mm)
dan saringan terkecil (0,075 mm).

Tabel I.5 Persyaratan Gradasi Agregat Berbagai Tipe Laston Menurut Departemen
Pekerjaan Umum.
No. Campuran I II III IV V VI VII VIII IX X XI

Gradasi/ Tekstur kasar Kasar rapat rapat Rapat rapat Rapat rapat rapat Rapat rapat

Tebal Pelat (mm) 20-40 25-50 20-40 25-50 40-65 50-75 40-50 20-40 40-65 40-65 40-50

Ukuran Saringan % Berat Yang Lolos Saringan


1
- - - - - 100 - - - - -
1 2 ” (38,1 mm)
1” (25,4 mm) - - - - 100 90-100 - - 100 100 -
3
4 ” (19,1 mm) - 100 - 100 80 – 100 82-100 100 - 85-100 85-100 100
1
2 ” (12,7 mm) 100 75-100 100 80-100 - 72-90 80-100 100 - - -
3
8 ” (9,52 mm) 75-100 60-85 80-100 70-90 60 – 80 - - - 65-85 56-78 74-92

No. 4 (4,76 mm) 35-55 35-55 55-75 50-70 48 – 65 52-70 54-72 62-80 45-65 38-60 48-70

No.8 (2,38 mm) 20-35 20-35 35-50 35-50 35 – 50 40-56 42-58 44-60 34-54 27-47 35-53

No.30 (0,59 mm) 10-22 10-22 18-29 18-29 19 – 30 24-36 26-38 28-40 20-35 13-28 15-30

No.50 (0,279 mm) 6-16 6-16 13-23 13-23 13 – 23 16-26 18-28 20-30 16-26 9-20 10-20

No.100 (0,149 mm) 4-12 4-12 8-16 8-16 7 – 15 10-18 12-20 12-20 10-18 - -

No.200 (0,074 mm) 2-8 2-8 4-10 4-10 1–8 6-12 6-12 6-12 5-10 4-8 4-9

Sumber : Departemen Pekerjaan Umum Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton


(laston) Untuk Jalan Raya

Catatan :
1. No. Campuran : I, III, IV, VI, VII, VIII, IX, X dan XI digunakan untuk lapis
permukaan.
1. No. Campuran : II digunakan untuk lapis permukaan, leveling dan lapis antara.
2. No. Campuran : V digunakan untuk lapis permukaan dan lapis antara.

Pada umumnya, perkerasan jalan terdiri dari beberapa jenis lapisan perkerasan yang
tersusun dari bawah ke atas, sebagai berikut :
a) Lapisan Tanah Dasar (sub grade)
b) Lapisan Pondasi Bawah (subbase course)
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

c) Lapisan Pondasi Atas (base course)


d) Lapisan Permukaan/Penutup (surface course)

Lapisan Permukaan/Penutup

Lapisan Pondasi Atas

Lapisan Pondasi Bawah

Lapisan Tanah Dasar

Gambar I.2 Susunan Lapisan Perkerasan

1. Lapisan Tanah Dasar (Sub grade)


Lapisan perkerasan jalan berfungsi untuk menerima beban lalu-lintas dan
menyebarkannya ke lapisan di bawahnya terus ke tanah dasar. Sedangkan lapisan
tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai tempat perletakan lapis
perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan diatasnya. Menurut
Spesifikasi, tanah dasar adalah lapisan paling atas dari timbunan badan jalan setebal
30 cm, yang mempunyai persyaratan tertentu sesuai fungsinya, yaitu yang berkenaan
dengan kepadatan dan daya dukungnya (CBR). Lapisan tanah dasar dapat berupa
tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik, atau tanah urugan yang
didatangkan dari tempat lain atau tanah yang distabilisasi dan lain lain. Ditinjau dari
muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar dibedakan atas :
a) Lapisan tanah dasar, tanah galian.
b) Lapisan tanah dasar, tanah urugan.
c) Lapisan tanah dasar, tanah asli.

Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat-sifat
dan daya dukung tanah dasar. Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah
sebagai berikut :
a) Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) akibat beban lalu lintas.
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

Sifat mengembang dan menyusutnya tanah akibat perubahan kadar air. Daya dukung
tanah yang tidak merata akibat adanya perbedaan sifat-sifat tanah pada lokasi yang
berdekatan atau akibat kesalahan pelaksanaan misalnya kepadatan yang kurang baik.
2. Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course)
Lapis pondasi bawah adalah lapisan perkerasan yang terletak di atas lapisan
tanah dasar dan di bawah lapis pondasi atas. Lapis pondasi bawah ini berfungsi
sebagai :
a) Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah dasar.
b) Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.
c) Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapis
pondasi atas.
d) Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari beban roda-roda alat berat (akibat
lemahnya daya dukung tanah dasar) pada awal-awal pelaksanaan pekerjaan.
e) Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari pengaruh cuaca terutama hujan.
3. Lapisan Pondasi Atas (Base Course)
Lapisan pondasi atas adalah lapisan perkerasan yang terletak di antara lapis
pondasi bawah dan lapis permukaan. Lapisan pondasi atas ini berfungsi sebagai :
a) Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan menyebarkan
beban ke lapisan di bawahnya.
b) Bantalan terhadap lapisan permukaan.
c) Bahan-bahan untuk lapis pondasi atas ini harus cukup kuat dan awet sehingga
dapat menahan beban-beban roda.
Dalam penentuan bahan lapis pondasi ini perlu dipertimbangkan beberapa hal antara
lain, kecukupan bahan setempat, harga, volume pekerjaan dan jarak angkut bahan ke
lapangan.
4. Lapisan Permukaan (Surface Course)
Lapisan permukaan adalah lapisan yang bersentuhan langsung dengan beban roda
kendaraan. Lapisan permukaan ini berfungsi sebagai :
a) Lapisan yang langsung menahan akibat beban roda kendaraan.
b) Lapisan yang langsung menahan gesekan akibat rem kendaraan (lapis aus).
c) Lapisan yang mencegah air hujan yang jatuh di atasnya tidak meresap ke lapisan
bawahnya dan melemahkan lapisan tersebut.
d) Lapisan yang menyebarkan beban ke lapisan bawah, sehingga dapat dipikul oleh
lapisan di bawahnya.
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

Apabila diperlukan, dapat juga dipasang suatu lapis penutup/lapis aus (wearing
course) di atas lapis permukaan tersebut.

I.3. Peralatan dan Bahan Yang Digunakan :


1. Shieve shaker
2. Timbangan digital
3. Pan
4. Satu set saringan
5. Kuas
Bahan : Agregat kasar (CA), Agregat sedang (MA), Agregat halus (FA), dan pengisi
(Filler)

I.4. Gambar Alat

Shieve Shaker Saringan Timbangan Digital

Kuas Pan
Gambar I.3 Gambar Alat
I.5. Pembuatan Benda Uji
1. Agregat dikeringkan ± 24 jam.
2. Kemudian timbang agregat terdiri dari :
Agregat kasar (Coarse Aggregate (CA)) = 1800 gram
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

Agregat Sedang (Medium Aggregate (MA)) = 1800 gram


Agregat Halus (Fine Aggregate (FA)) = 1800 gram
Filler = 1800 gram

I.6. Prosedur Percobaan


1. Sampel ditimbang sesuai berat yang telah ditentukan.
2. Sampel dimasukkan kedalam susunan saringan dengan urutan 1/2", 3/8" No. 4,
No. 8, No. 30, No. 50, No. 100, No. 200, dan Pan.
3. Susunan saringan tersebut dimasukkan ke dalam Shieve Shaker.
4. Shieve Shaker dikunci rapat, lalu diadakan pengguncangan dengan kecepatan
tertentu selama 15 menit.
5. Setelah 15 menit, matikan alat dan timbang sampel untuk setiap nomor saringan
dan catat beratnya.
6. Percobaan dilakukan untuk 4 sampel, yaitu : Coarse Aggregate (CA)/Agregat
kasar, Medium Aggregate (MA)/Agregat Sedang, Fine Aggregate (FA)/Agregat
Halus, dan Filler.
7. Percobaan Selesai.

I.7. Analisa Data


Berdasarkan hasil pengujian Sieve Shaker maka diperoleh :
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

a. Cumulative Wt. Retained (berat tertahan) yang diperoleh dari hasil analisa
saringan, dimana setiap agregat yang tertahan disetiap saringan ditimbang dan
diperoleh beratnya.
b. % Retained (tertahan) yaitu persentase agregat yang tertahan disetiap saringan.
Yang diperoleh dengan rumus : (berat tertahan/berat total)*100%.
c. % cumulative retained yaitu penjumlahan persentase tertahan dari saringan
sebelumnya.
d. % passing (lolos) yaitu persentase agregat yang lolos disetiap saringan. Yang
diperoleh dengan rumus : 100 – % cumulative retained.
Dengan cara a, b, c, dan d maka hasil yang diperoleh dapat ditabelkan seperti pada
Tabel 1.6.
Tabel I.6 Data Agregat Kasar (CA)
Sieve Size Comulative
Wt. Retained % Retained % Passing
No mm % Retained
1/2 12,7 0,00 0,00 0,00 100,00
3/8 9,52 00,00 100,00 100,00 0,00
4 4,76 1798,00 0,00 100,00 0,00
8 2,38 0,00 0,00 100,00 0,00
30 0,59 0,00 0,00 100,00 0,00
50 0,279 0,00 0,00 100,00 0,00
100 0,149 0,00 0,00 100,00 0,00
200 0,074 0,00 0,00 100,00 0,00
Pan 0,00 0,00 100,00 0,00
Total Sampel 1798,00 100,00
Sumber : Hasil Pengujian Laboratorium Jalan Raya (10 November 2023)

Jumlah Agregat yang dimasukkan ke dalam saringan adalah 1800 gr, dari Tabel I.6.
dapat dilihat terjadi kehilangan berat agregat yang diperoleh dengan rumus :
Kehilangan = Total sampel awal – Total sampel setelah pengujian
= 1800 – 1798 gram
= 2 gram
Hal ini kemungkinan diakibatkan karena adanya kesalahan dalam penimbangan
agregat, dan adanya agregat yang terbuang pada saat pengguncangan agregat pada mesin
Shieve Shaker.

Tabel I.7 Data Agregat Sedang (MA)


Sieve Size Comulative
Wt. Retained % Retained % Passing
No mm % Retained
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

1/2 12,7 0,00 0,00 0,00 100,00


3/8 9,52 0,00 0,00 0,00 100,00
4 4,76 982,00 54,56 54,56 45,44
8 2,38 456,00 25,33 79,89 20,11
30 0,59 362,00 20,11 100,00 0,00
50 0,279 0,00 0,00 100,00 0,00
100 0,149 0,00 0,00 100,00 0,00
200 0,074 0,00 0,00 98,56 0,00
Pan 0,00 0,00 100,00 0,00
Total Sampel 1800,00 100,00
Sumber : Hasil Pengujian Laboratorium Jalan Raya (10 November 2023)

Jumlah Agregat yang dimasukkan ke dalam saringan adalah 1800 gr, dari Tabel I.7.
dapat dilihat terjadi kehilangan berat agregat yang diperoleh dengan rumus :
Kehilangan = Total sampel awal – Total sampel setelah pengujian
= 1800 – 1800 gram
= 0 gram

Tabel I.8 Data Agregat Halus (FA)


Sieve Size Comulative
Wt. Retained % Retained % Passing
No mm % Retained
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

1/2 12,7 0,00 0,00 0,00 100,00


3/8 9,52 0,00 0,00 0,00 100,00
4 4,76 0,00 0,00 0,00 100,00
8 2,38 0,00 0,00 0,00 100,00
30 0,59 0,00 0,00 0,00 100,00
50 0,279 474,00 26,35 26,35 73,65
100 0,149 480,00 26,68 53,03 46,97
200 0,074 845,00 46,97 100,00 0,00
Pan 0,00 0,00 100,00 0,00
Total Sampel 1799 100,00
Sumber : Hasil Pengujian Laboratorium Jalan Raya (10 November 2023)

Jumlah Agregat yang dimasukkan ke dalam saringan adalah 1800 gr, dari Tabel I.8.
dapat dilihat terjadi kehilangan berat agregat yang diperoleh dengan rumus :
Kehilangan = Total sampel awal – Total sampel setelah pengujian
= 1800 – 1799 gram
= 1 gram
Hal ini kemungkinan diakibatkan karena adanya kesalahan dalam penimbangan
agregat, dan adanya agregat yang terbuang pada saat pengguncangan agregat pada mesin
Shieve Shaker.

Tabel I.9 Data Filler


Sieve Size Comulative
Wt. Retained % Retained % Passing
No mm % Retained
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

1/2 12,7 0,00 0,00 0,00 100,00


3/8 9,52 0,00 0,00 0,00 100,00
4 4,76 0,00 0,00 0,00 100,00
8 2,38 0,00 0,00 0,00 100,00
30 0,59 0,00 0,00 0,00 100,00
50 0,279 0,00 0,00 0,00 100,00
100 0,149 0,00 0,00 0,00 100,00
200 0,074 0,00 0,00 0,00 100,00
Pan 1800,00 100,00 100,00 0,00
Total Sampel 1800,00 100,00
Sumber : Hasil Pengujian Laboratorium Jalan Raya (10 November 2023)

Jumlah Agregat yang dimasukkan ke dalam saringan adalah 1800 gr, dari Tabel I.9.
dapat dilihat terjadi kehilangan berat agregat yang diperoleh dengan rumus :
Kehilangan = Total sampel awal – Total sampel setelah pengujian
= 1800 – 1800 gram
= 0 gram

Dengan cara yang sama dapat diperoleh persentase kombinasi agregat sesuai dengan
spec limit. Hasil yang diperoleh :

Tabel I.10 Presentase lolos pada setiap golongan agregat


UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

Sieve Size % Passing % Passing % Passing % Passing


No mm (CA) (MA) (FA) Filler
1/2 12,7 100,00 100,00 100,00 100,00
3/8 9,52 0,00 100,00 100,00 100,00
4 4,76 0,00 45,44 100,00 100,00
8 2,38 0,00 20,11 100,00 100,00
30 0,59 0,00 0,00 100,00 100,00
50 0,279 0,00 0,00 73,65 100,00
100 0,149 0,00 0,00 46,97 100,00
200 0,074 0,00 0,00 0,00 0,00
Sumber : Hasil Pengujian Laboratorium Jalan Raya (10 November 2023)

Tabel I.11 Presentase saringan


Jenis BB BA Design Keterangan (%)
0 0 0
CA 25 0 16 16
40 45 40
15 20 15
MA 10 13 11 66
4 6 6
2 4 4
FA 14
2 4 4
Filler 2 8 4 4
Kontrol 100 100 100 100
Sumber : Hasil Pengujian Laboratorium Jalan Raya (10 November 2023)

Sesudah diperoleh persentase kelolosan, maka dapat diperoleh persentase kombinasi


agregat sesuai dengan Gradasi I. Sehingga hasil yang diperloleh :
CA = 16%
MA = 66%
FA = 14%
Filler = 4%

1. Persen saringan nomor 1/2”, spec limit = 100%


Maka :
16% CA = 16/100 × 100 = 16%
66% MA = 66/100 × 100 = 66%
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

14% FA = 14/100 × 100 = 14%


4% Filler = 4/100 × 100 = 4%
Total = 100% (Memenuhi spec limit 100%)

2. Persen saringan nomor 3/8”, spec limit = 75% – 100%


Maka :
16% CA = 16/100 × 0 = 0%
66% MA = 66/100 × 100 = 66%
14% FA = 14/100 × 100 = 14%
4% Filler = 4/100 × 100 = 4%
Total = 84,00% (Memenuhi spec limit 75% – 100%)

3. Persen saringan nomor 4, spec limit = 56% – 78%


Maka :
16% CA = 16/100 × 0 = 0%
66% MA = 66/100 × 45,44 = 29,99%
14% FA = 14/100 × 100 = 14%
4% Filler = 4/100 × 100 = 4%
Total = 47,99% (Memenuhi spec limit 35% – 55%)

4. Persen saringan nomor 8, spec limit = 20% – 35%


Maka :
16% CA = 16/100 × 0 = 0%
66% MA = 66/100 × 20,11 = 13,27%
14% FA = 14/100 × 100 = 14%
4% Filler = 4/100 × 100 = 4%
Total = 31,27% (Memenuhi spec limit 20% – 35%)

5. Persen saringan nomor 30, spec limit = 10% – 22%


Maka :
16% CA = 16/100 × 0 = 0%
66% MA = 66/100 × 0 = 0%
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

14% FA = 14/100 × 100 = 14%


4% Filler = 4/100 × 100 = 4%
Total = 18,00% (Memenuhi spec limit 10% – 22%)

6. Persen saringan nomor 50, spec limit = 6% – 16%


Maka :
16% CA = 16/100 × 0 = 0%
66% MA = 66/100 × 0 = 0%
14% FA = 14/100 × 73,65 = 10,31%
4% Filler = 4/100 × 100 = 4%
Total = 14,31% (Memenuhi spec limit 6% – 16%)

7. Persen saringan nomor 100, spec limit = 4% – 12%


Maka :
16% CA = 16/100 × 0 = 0%
66% MA = 66/100 × 0 = 0%
14% FA = 14/100 × 46,97 = 6,58%
4% Filler = 4/100 × 100 = 4%
Total = 10,58% (Memenuhi spec limit 4% – 12%)

8. Persen saringan nomor 200, spec limit = 2% – 8%


Maka :
16% CA = 16/100 × 0 = 0%
66% MA = 66/100 × 0 = 0%
14% FA = 14/100 × 0 = 0%
4% Filler = 4/100 × 100 = 4%
Total = 4,00% (Memenuhi spec limit 2% – 8%)

Sehingga berdasarkan analisa data dapat diperoleh hasilnya pada tabel dibawah ini

Tabel I.12. Hasil Perhitungan Analisa Data


No.Saringan Total Kombinasi Spec Limit Remaks
1/2" 100,00 100 memenuhi
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

3/8" 84,00 75-100 memenuhi


4 47,99 35-55 memenuhi
8 31,27 20-35 memenuhi
30 18,00 10-22 memenuhi
50 14,31 6-16 memenuhi
100 10,58 4-12 memenuhi
200 4,00 2-8 memenuhi
Sumber : Hasil perhitungan pengujian analisa saringan dengan Microsoft Excel

Dari Hasil perhitungan Spec Limit diatas menunjukkan bahwa material yang dianalisa
dengan gradasi I menunjukkkan semua material CA, MA, FA,dan Filler memenuhi Spec
Limit.
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

Grafik Hubungan Ukuran Saringan dengan Spec Limit

120

100
100 100.00

84.00
80
75
Spec Limit

60
47.99

40
35
31.27

20 18.00
14.31 20
10.58
4.00 10
2 4 6
0
0.01 0.1 1 10

Diameter Saringan (mm)

Tabel 1.11 Perhitungan Analisa Data

Spesifikasi (I)
T
No Shieve Shaker
Batas Bawah Batas Atas

1 1/2" 100 100


2 3/8" 100 75
3 4 55 35
4 8 35 20
5 30 22 10
6 50 16 6
7 100 12 4
8 200 8 2
9 Pan 0 0
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

Asisten, Kepa
Laboratorium Jalan Raya Laboratorium

Lestina Ferawati Manullang Ir. Oloan Sit


UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

I.8. Kesimpulan
1. Dari hasil diperoleh persen total combined of aggregate sebagai berikut :
Jenis BB BA Design Keterangan (%)
0 0 0
CA 25 0 16 16
40 45 40
15 20 15
MA 10 13 11 66
4 6 6
2 4 4
FA 14
2 4 4
Filler 2 8 4 4
kontrol 100 100 100 100

2. Dari hasil percobaan diperoleh kebutuhan agregat, Agregat MA merupakan


agregat yang paling banyak digunakan dari hasil design hal ini menujukkan
bahwa fungsi MA berperan penting mengisi ruang lapisan serta mengisi rongga
pada CA sehingga ketika dilakukan pencampuran material aspal dapat terikat
dengan baik satu dengan yang lain.
3. Dari hasil percobaan diperoleh hasil desain untuk Marshall Test yaitu :
CA = 16% ; MA = 66% ; FA = 14% ; Filler = 4%

I.9. Saran
1. Sebaiknya sebelum mempersiapkan benda uji, terlebih dahulu praktikan
menimbang berat pan atau plastic supaya tidak terjadi kesalahan dalam
menimbang sampel yang tertahan pada setiap saringan
2. Sebelum praktikan memulai pengujian sampel atau benda uji, praktikan terlebih
dahulu memberikan nama, kode, dan tanda pada pan dan plastik supaya tidak
terjadi kesalahan saat memasukan dan menimbang sampel atau benda uji.
3. Pada saaat melakukan praktikum sebaiknya sampel yang dipersiapkan betul-betul
disaring menggunakan alat Shieve Shaker supaya grafiknya sesuai pada saat
pembuatan grafik semilogaritma.
4. Setiap praktikan harus memahami setiap tahapan praktikum dan menganalis data
yang didapat dari hasil praktikum.
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

ANALISA SARINGAN

Hari : Jumat
No.Contoh : Gradasi I
Tanggal : 10 November 2023 Type
Contoh : AC 60/70
Lokasi : Lab. Jalan Raya
Group :I

Material : CA (Coarse Aggregate)


Sieve Size % Comulative %
Wt. Retained
No mm Retained % Retained Passing
1/2 12,7 0,00 0,00 0,00 100,00
3/8 9,52 00,00 100,00 100,00 0,00
4 4,76 1798,00 0,00 100,00 0,00
8 2,38 0,00 0,00 100,00 0,00
30 0,59 0,00 0,00 100,00 0,00
50 0,279 0,00 0,00 100,00 0,00
100 0,149 0,00 0,00 100,00 0,00
200 0,074 0,00 0,00 100,00 0,00
Pan 0,00 0,00 100,00 0,00
1798,0
Total sampel 100,00
0

No. NPM Nama Praktikan


1 210310015 Syukur Ricardo Telaumbanua
2 210310034 Rizky A.J.P Panjaitan
3 210310056 Eko Cahaya Sihaloho
4 210310058 Deswita Maharani Dachi
5 210310074 Rizky M. Simanungkalit

Asisten, Kepala,
Laboratorium Jalan Raya Laboratorium Jalan Raya

Lestina Ferawati Manullang Ir. Oloan Sitohang, MT


UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

ANALISA SARINGAN

Hari : Jumat
No.Contoh : Gradasi I
Tanggal : 10 November 2023 Type
Contoh : AC 60/70
Lokasi : Lab. Jalan Raya
Group :I

Material : MA (Medium Aggregate)


Sieve Size % Comulative %
Wt. Retained
No mm Retained % Retained Passing
1/2 12,7 0,00 0,00 0,00 100,00
3/8 9,52 0,00 0,00 0,00 100,00
4 4,76 982,00 54,56 54,56 45,44
8 2,38 456,00 25,33 79,89 20,11
30 0,59 362,00 20,11 100,00 0,00
50 0,279 0,00 0,00 100,00 0,00
100 0,149 0,00 0,00 100,00 0,00
200 0,074 0,00 0,00 98,56 0,00
Pan 0,00 0,00 100,00 0,00
1800,0
Total sampel 100,00
0

No. NPM Nama Praktikan


1 210310015 Syukur Ricardo Telaumbanua
2 210310034 Rizky A.J.P Panjaitan
3 210310056 Eko Cahaya Sihaloho
4 210310058 Deswita Maharani Dachi
5 210310074 Rizky M. Simanungkalit
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

Asisten, Kepala,
Laboratorium Jalan Raya Laboratorium Jalan Raya

Lestina Ferawati Manullang Ir. Oloan Sitohang, MT

ANALISA SARINGAN

Hari : Jumat
No.Contoh : Gradasi I
Tanggal : 10 November 2023 Type
Contoh : AC 60/70
Lokasi : Lab. Jalan Raya
Group :I

Material: FA (Fine Aggregate)


Sieve Size % Comulative %
Wt. Retained
No mm Retained % Retained Passing
1/2 12,7 0,00 0,00 0,00 100,00
3/8 9,52 0,00 0,00 0,00 100,00
4 4,76 0,00 0,00 0,00 100,00
8 2,38 0,00 0,00 0,00 100,00
30 0,59 0,00 0,00 0,00 100,00
50 0,279 474,00 26,35 26,35 73,65
100 0,149 480,00 26,68 53,03 46,97
200 0,074 845,00 46,97 100,00 0,00
Pan 0,00 0,00 100,00 0,00
Total sampel 1799 100,00

No. NPM Nama Praktikan


1 210310015 Syukur Ricardo Telaumbanua
2 210310034 Rizky A.J.P Panjaitan
3 210310056 Eko Cahaya Sihaloho
4 210310058 Deswita Maharani Dachi
5 210310074 Rizky M. Simanungkalit
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

Asisten, Kepala,
Laboratorium Jalan Raya Laboratorium Jalan Raya

Lestina Ferawati Manullang Ir. Oloan Sitohang, MT

ANALISA SARINGAN

Hari : Jumat
No.Contoh : Gradasi I
Tanggal : 10 November 2023 Type
Contoh : AC 60/70
Lokasi : Lab. Jalan Raya
Group :I

Material : Filler
Sieve Size % Comulative %
Wt. Retained
No mm Retained % Retained Passing
1/2 12,7 0,00 0,00 0,00 100,00
3/8 9,52 0,00 0,00 0,00 100,00
4 4,76 0,00 0,00 0,00 100,00
8 2,38 0,00 0,00 0,00 100,00
30 0,59 0,00 0,00 0,00 100,00
50 0,279 0,00 0,00 0,00 100,00
100 0,149 0,00 0,00 0,00 100,00
200 0,074 0,00 0,00 0,00 100,00
Pan 1800,00 100,00 100,00 0,00
Total 1800,0
100,00
sampel 0
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

No NPM Nama Praktikan


1 210310015 Syukur Ricardo Telaumbanua
2 210310034 Rizky A.J.P Panjaitan
3 210310056 Eko Cahaya Sihaloho
4 210310058 Deswita Maharani Dachi
5 210310074 Rizky M. Simanungkalit

Asisten, Kepala,
Laboratorium Jalan Raya Laboratorium Jalan Raya

Lestina Ferawati Manullang Ir. Oloan Sitohang, MT

PERENCANAAN ANGGARAN BIAYA MATERIAL PERKERASAN


JALAN RAYA
Diketahui:
Panjang Jalan = 12 km → 12000 m
Lebar Jalan = 15 m
Tebal perkerasan jalan = 7 cm → 0,07 m
Faktor Gembur Hotmix = 20 %
Volume lapisan perkerasan = Panjang × Lebar × Tebal
= 12000 m× 15 m × (0,07 m + (0,07 m × 20%))
= 15120 m3
Kebutuhan Hotmix adalah volume hotmix dikali berat jenis hotmix
Hotmix = 15120 m3 × 2,3
= 34776 m3
Daftar Bahan :
Berat
Presentase Berat Jumlah
No Agregat Agregat Harga (m3)
(%) Jenis Material
(ton)
1 CA 16 556416 2,25 247516 Rp 380.000,00
2 MA 66 2295216 1,98 1158030,27 Rp 420.000,00
3 FA 14 486864 2,65 183722,26 Rp 650.000,00
4 Filler 4 139104 50 2782,08 Rp 130.000,00
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

5 Aspal 7 243432 150 1622,88 Rp 2.800.000,00


Jumlah 3721032

Jumlah
Agregat Harga (m3) Satuan Harga Total
Material
CA 247516 Rp 380.000,00 m3 Rp 94.056.085.409,25
MA 1158030,27 Rp 420.000,00 m3 Rp 486.372.714.429,87
FA 183722,26 Rp 650.000,00 m3 Rp 119.419.471.698,11
Filler 2782,08 Rp 130.000,00 sak Rp 361.670.400,00
Aspal 1622,88 Rp 2.800.000,00 drum Rp 4.544.064.000,00
Jumlah Rp 704.754.005.937,24

Kesimpulan :
Rencana Anggaran Biaya Material perkerasan jalan raya yang dibutuhkan dengan
panjang jalan 12 km (12000 m), lebar 15 m dan tebal perkerasan 7 cm (0,07 m) sebesar
Rp 704.754.005.937,24
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

BAB III
BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR
(SPECIFIC GRAVITY OF COARSE AGGREGATE)

III.1. Tujuan Percobaan


1. Untuk menentukan berat jenis kering.
2. Berat jenis permukaan jenuh (SSD).
3. Berat jenis semu.
4. Penyerapan dari agregat kasar.
III.2. Teori
Berat jenis adalah perbandingan antara berat butir agregat dengan berat agregat air
pada isi yang sama. Kekuatan atau mutu perkerasan jalan dipengaruhi oleh berat jenis dan
absorbsinya dari agregat yang digunakan. Suatu agregat baik, agregat keras, maupun
rapuh terdiri dari pori (udara, air, butiran). Agregat kasar mempunyai pori-pori yang
kecil, sehingga daya serap agregat terhadap aspal, semakin kecil dan berat jenis semakin
besar maka lapisan perkerasan semakin tebal serta kekuatan mutu perkerasan akan
menjadi kuat. Dan sebaliknya agregat rapuh biasanya mempunyai pori-pori yang besar
sehingga daya serap terhadap aspal semakin besar dan berat jenisnya semakin kecil, maka
lapisan perkerasan menjadi lebih tipis serta kekuatan mutu perkerasan menjadi kuat.
Suatu agregat layak digunakan bila :
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

BERAT JENIS KERING < BERAT JENIS SSD < BERAT JENIS SEMU
PERSENTASE ABSORBSINYA ( PENYERAPAN ) ≤ 3%
Beberapa istilah yang sering kita temui berkaitan dengan agregat di antaranya :
2. Degradasi = Perubahan butiran akibat pembebanan lalulintas, pemadatan, dan lain-
lain.
3. Disintegrasi = Pelapukan butiran akibat perubahan cuaca, zat kimia, dan lain-
lain seperti kelembaban, pemanasan, ataupun perubahan temperatur.
4. Segresi = Pengelompokan fraksi butiran berdasarkan ukurannya.

Rumus-rumus yang dapat digunakan untuk menghitung berat jenis, yaitu :


1. Berat Jenis SSD = Bj / (Bj – Ba) ……………………………………………...(3.1)
2. Berat Jenis Semu = Bk / (Bk – Ba) …………………………………………….(3.2)
3. Berat Jenis Kering = Bk / (Bj – Ba)……………………………………………...(3.3)
4. Persen Absorbsi = (Bj – Bk) / Bk x 100% ……………………………………(3.4)

Dimana : Bk = Berat agregat sesudah dikeringkan.


Bj = Berat agregat dalam keadaan SSD.
Ba = Berat benda uji permukaan jenuh di dalam air.
Mencari nilai relative density dari suatu contoh bahan mentah secara umum
dilakukan dengan menggunakan timbangan keranjang baja (steel yard) yang mengacu
pada buku acuan dari sifat fisik dan mineralogi fisik (physical mineralogi). Karakteristik
berat jenis secara umum digunakan dalam perhitungan volume agregat dalam berbagai
jenis campuran yang mengandung agregat termasuk beton semen portland, aspal beton,
dan campuran lain yang secara proporsional atau dianalisis berdasarkan volume. Berat
jenis semu (apparent specific gravity) merupakan bagian relative density dari bahan padat
yang terbentuk dari campuran dari partikel kecuali pori-pori atau rongga udara yang dapat
menyerap air. Nilai penyerapan digunakan dalam perhitungan perubahan berat agregat
karena penyerapan air oleh pori-pori dibanding dengan kondisi kering.
Pengukuran berat jenis agregat diperlukan untuk perencanaan campuran agregat
dengan aspal, campuran ini berdasarkan perbandingan berat karena lebih teliti
dibandingkan dengan perbandingan volume dan juga untuk menentukan banyak pori
agregat. Berat jenis yang kecil akan mempunyai volume yang besar sehingga berat yang
sama akan membutuhkan aspal yang banyak. Agregat dengan kadar pori yang besar akan
membutuhkan jumlah aspal yang lebih banyak, karena banyak aspal yang terserap yang
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

akan mengakibatkan aspal menjadi lebih tipis. Penentuan banyaknya pori ditentukan
berdasarkan air yang dapat terabsorbsi oleh agregat.
a. Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) adalah berat jenis yang
memperhitungkan volume pori yang hanya dapat diresapi oleh aspal ditambah dengan
volume partikel.
b. Berat jenis semu adalah berat jenis yang memperhitungkan volume pori yang dapat
diresapi air ditambah volume partikel.
c. Berat jenis efektif adalah berat jenis yang memperhitungkan sebagian pori yang dapat
diresapi oleh air ditambah dengan volume partikel.
d. Berat jenis kering (bulk specific gravity) adalah perbandingan antara berat jenis kering
agregat dan volume yaitu volume dimensional agregat kasar.
e. Persentase absorbsi adalah persentase berat air yang dapat diserap pori terhadap berat
agregat kering.

III.3. Peralatan dan Bahan


1. Alat :
- Timbangan otomatis
- Oven
- Pan
- Timbangan digital
- Ember
2. Bahan :
- Agregat kasar (CA)
- Agregat sedang (MA)

III.4. Gambar Alat

Oven
Timbangan Digital
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

Pan
Ember

Timbangan Otomatis

Gambar III.1 Peralatan Yang Digunakan

III.5. Prosedur Percobaan


1.Timbang agregat yang telah kering oven selama 24 jam sebanyak 1500 gram
kemudian direndam kurang lebih (±) selama 24 jam.
2.Setelah 24 jam dikeluarkan perlahan-lahan dan kerikil yang telah dikeluarkan
dari perendaman dilap permukaannya untuk memperoleh kondisi SSD.
3.Sampel dimasukkan ke dalam keranjang kawat, lalu ditimbang dengan
menggunakan timbangan otomatis.
4.Sampel dikelurkan dari keranjang kawat lalu dimasukkan ke dalam oven selama
24 jam dengan suhu kurang lebih (±) 110 °C, sampel yang telah dioven selama
24 jam ditimbang dan dicatat beratnya.
5.Keranjang yang dalam keadaan kosong, ditimbang dalam air dengan timbangan
otomatis.
6.Percobaan dilakukan untuk CA dan MA masing-masing 1500 gram.
7.Percobaan selesai.
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

III.6. Analisa Data


1. Untuk Agregat Kasar (CA)
Berat material kering oven (Bk) = 1486 gram
Berat material SSD (Bj) = 1496 gram
Berat material dalam air (Ba) = 825 gram

Bk
Berat Jenis Kering =
( B j − Ba )
1486
=
( 1496 −825 )
= 2,215
Bj
Berat Jenis SSD =
( B j − Ba )
1496
=
( 1496 −825 )
= 2,230
Bk
Berat Jenis Semu =
( Bk − Ba )
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

14 86
=
( 14 8 6 −825 )
= 2,248
% Absorbsi = ¿¿
( 1496 −1486 )
= × 100%
1486
= 0,673%

Berdasarkan analisa diatas menunjukkan bahwa :


Bj. Kering < Bj. SSD < Bj.Semu
2,215 < 2,230 < 2,248.....................OK
% Absorbsi = 0,673% < 3%.........................OK
Jadi hasil diatas memenuhi syarat batas yang telah ditentukan.

2. Untuk Agregat Sedang (MA)


Berat material kering oven (Bk) = 1463 gram
Berat material SSD (Bj) = 1486 gram
Berat material dalam air (Ba) = 725 gram

Bk
Berat Jenis Kering =
( B j − Ba )
14 63
=
( 14 8 6 −7 25 )
= 1,922
Bj
Berat Jenis SSD =
( B j − Ba )
1486
=
( 14 8 6 −7 25 )
= 1,953
Bk
Berat Jenis Semu =
( Bk − Ba )
14 63
=
( 14 63 −7 25 )
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

= 1,982
% Absorbsi = ¿¿
( 14 8 6 −14 63 )
= × 100%
1463
= 1,572%

Berdasarkan analisa diatas menunjukkan bahwa :


Bj. Kering < Bj. SSD < Bj.Semu
1,922 < 1,953 < 1,982.....................OK
% Absorbsi = 1,572% < 3%.........................OK
Jadi hasil diatas memenuhi syarat batas yang telah ditentukan.

III.7. Kesimpulan
Dari hasil percobaan diperoleh :
A. Untuk Coarse Aggregate (CA)
Berat Jenis CA memenuhi syarat batas yang telah ditentukan, dimana Berat
jenis kering < Berat jenis SSD < Berat jenis semu dan nilai persen absorbsinya
< 3%. Sehingga agregat tersebut layak untuk digunakan.
B. Untuk Medium Aggregate (MA)
Berat Jenis CA memenuhi syarat batas yang telah ditentukan, dimana Berat
jenis kering < Berat jenis SSD < Berat jenis semu dan nilai persen absorbsinya
< 3%. Sehingga agregat tersebut layak untuk digunakan.

III.8. Saran
1. Sebaiknya sebelum mempersiapkan benda uji, terlebih dahulu praktikan
menimbang berat pan atau plastik karena sering kali terlupa.
2. Perlu diperhatikan ketika akan menimbang benda uji yang dikeluarkan dari
oven sebaiknya benda uji didinginkan terlebih dahulu sebelum ditimbang.
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGGREGAT KASAR


Hari : Selasa-Kamis No. Contoh : Gradasi I
Tanggal : 24-26 Oktober 2023 Tipe Aspal : AC 60/70
Lokasi : Lab. Jalan Raya
Group :I
Coarse Aggregate Medium Aggregate
Jenis Material
(CA) (MA)
Berat material SSD (gram) 1496 1486
Berat keranjang dalam air (gram) 492 492
Berat keranjang + material SSD
1317 1217
dalam air (gram)
Berat material dalam air (gram) 825 725
Berat material kering oven (gram) 1486 1463
Berat Pan 104 104
Berat jenis SSD 2,230 1,953
Berat jenis Kering 2,215 1,922
Berat jenis semu 2,248 1,982
% absorbsi (Penyerapan) 0,673 1,572

No NPM Nama Praktikan


1 210310015 Syukur Ricardo Telaumbanua
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

2 210310034 Rizky A.J.P Panjaitan


3 210310056 Eko Cahaya Sihaloho
4 210310058 Deswita Maharani Dachi
5 210310074 Rizky M. Simanungkalit

Asisten, Kepala,
Laboratorium Jalan Raya Laboratorium Jalan Raya

Teresia Lesiana Sianturi Ir. Oloan Sitohang, MT


UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

BAB V
SOFTENING POINT TEST
(PEMERIKSAAN TITIK LEMBEK/LUNAK)

V.1. Tujuan Percobaan


Untuk menentukan titik lembek aspal dan ter antara 30 °C sampai 200°C
dengan cara ring dan ball.
V.2. Teori
Yang dimaksud dengan titik lembek adalah suhu pada saat bola baja
dengan berat tertentu turun menembus lapisan aspal yang tertahan di dalam
cincin dengan ketinggian tertentu sebagai akibat kecepatan panas.
Aspal adalah material termoplastik yang secara bertahap mencair, sesuai
dengan pertambahan suhu dan berlaku sebaliknya pada pengurangan suhu.
Namun perilaku atau respon material aspal tersebut terhadap suhu pada
prinsipnya membentuk suatu spectrum atau beraham tergantung dari unsur
penyusunnya. Percobaan ini diciptakan pada pelembekan atau karena pelembekan
(softening) bahan-bahan aspal dan ter. Tidak terjadi secara sekejap pada suhu
tertentu, tapi lebih merupakan perubahan gradual yang seiring penambahan suhu
tertentu. Oleh sebab itu seluruh prosedur dipergunakan untuk menentukan titik
lembek aspal atau ter, hendaknya mengikuti sifat dasar tersebut, artinya
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

penambahan suhu pada percobaan hendaknya berlangsung secara gradual dalam


jenjang yang halus. Metode ring dan ball yang umumnya diterapkan pada bahan
semi solid sampai solid.
Sampel aspal yang dipanaskan atau lebih lembek, suatu bahan yang akan
diletakkan di atas aspal keras akan ditahan dalam waktu tertentu dan akhirnya
dengan perlahan-lahan beban tersebut akan masuk ke dalam aspal. Untuk
mengetahui titik cair aspal adalah dengan melihat suhu pada beberapa bola baja
yang diletakkan di atasnya akan meluncur air suling. Pada percobaan ini, sampel
dimasukkan ke dalam tabung kaca berisi air suling. Suhu air suling tersebut
dianggap sama dengan suhu aspal yang ada di dalamnya.
Titik lembek sangat diperlukan yaitu dalam hal penggunaan aspal.
Misalnya untuk memindahkan aspal dari suatu tempat ke tempat lain. Untuk
pemindahan tersebut pemanasan aspal cukup di atas titik lembek, sehingga
menghemat bahan bakar dan waktu. Secara umum titik lembek aspal adalah 30 –
300°C dan spesifikasi titik lembek aspal AC penetrasi 60/70 adalah 48°C s/d 58°C.
Bersama dengan nilai penetrasi digunakan untuk menetukan titik PI
(Penetration Index) yang merupakan tingkat kepekaan aspal terhadap temperatur.
20−500A
PI = 1+50A
( log 800−log pen)
A = ( Titik lembek−25)
Syarat :
0,015 ¿ A ¿ 0,06
-3 ¿ A ¿ +7
PI (+) berarti kurang peka terhadap temperature.
PI (–) berarti peka terhadap temperature.

Spesifikasi Thermometer:

K C
E

H L

I
J
A
M
F
G

B
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

Gambar 5.1 Spesifikasi Thermometer

Tabel V.1 Spesifikasi Thermometer


ASTM Softening High
Nama ASTM Softening Point
Point

Thermometer ASTM No. 15°C 15°C 16°C 16°C


Terendam Seluruh Seluruh Seluruh Seluruh
Daerah pengukuran 2 – 80°C 30 – 180°F 30 – 200°C 85 – 392°F
Skala terkecil 0,2°C 0,5°F 0,5°C 1°F
Skala terbesar 1°C 1°F 1°C 10°F

Kesalahan Karena
0,2°C 0,4°F 0,3°C 0,5°Fs
Pembacaan skala (max)

Es dan Es dan Setiap Setiap


Standarisasi ° ° °
setiap 20 C setiap 40 C 40 C 70°F

B 397 mm 397 mm
Panjang dan seluruhnya
C 6 s/d 7 mm 6 s/d 7 mm
Diameter Batang
E 4,5 s/d 5,5 mm 4,5 s/d 5,5 mm
Diameter bagian ujung
D
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

9 s/d 14 mm 9 s/d 14 mm
Panjang bagian cairan
Jarak ukuran bawah 0C°
32 C ° °
32 C 86°C

70 s/d 90 mm 75 s/d 90 mm
Tempat cairan ke garis
80°C 176°C 200°C 392°C
Derajat pada jarak
333 s/d 354 mm 333 s/d 354 mm
Cincin Cincin Cincin Cincin
Ruang penampung cairan
gelas gelas gelas gelas
Sumber : (ASTM) spesification of thermometer.

V.3. Peralatan dan bahan yang digunakan


Peralatan
1. Thermometer Aspal
2. Cincin kuningan
3. Bola baja berdiameter 1,53 mm dan berat 3,45 – 3,55 gram
4. Alat pengarah bola
5. Bejana gelas dengan diameter 8,5 cm dan tinggi ± 12 cm
6. Dudukan benda uji
7. Pelat stainless steel
8. Pisau cutter
9. Regulator dan LPG
10.Kompor gas
Bahan
1. Aspal
2. Sabun cream atau bedak talcum
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

V.4. Gambar Alat

Kompor Gas Kuali Pisau Cutter

Cincin Kuningan Bola Baja Pengarah Bola

Dudukan Benda Uji Pelat Stainless Steel Thermometer Suhu Aspal


UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

Regulator dan LPG Thermometer Suhu

Alat Penguji Titik Lembek

Gambar 5.2 Gambar Alat Percobaan

V.5. Pembuatan Benda Uji


1. Dua buah cincin diolesi dengan sabun cream atau bedak talkum.
2. Plat kuningan diolesi dengan sabun cream atau bedak talkum.
3. Kedua cincin tadi diletakkan plat kuningan.
4. Aspal dipanaskan dengan perlahan-lahan mengalir, sambil diaduk agar mencair
secara merata. Suhu pemanasan aspal tidak melebihi 110 °C diatas titik
lembeknya.
5. Setelah mencair aspal dituangkan ke dalam dua buah cincin hingga penuh,
kemudian didiamkan selama 30 menit.
6. Kemudian didinginkan dengan serpihan es sampai mencapai suhu minimal 8 °C
di bawah titik lembeknya (min 22°C).
7. Setelah dingin, ratakan permukaannya dengan menggunakan pisau cutter.

V.6. Prosedur percobaan


1. Kedua benda uji telah dipakai/dipasang dan diatur di atas dudukannya dan
pengarah bola diletakkan di atasnya, kemudian seluruh peralatan tersebut
dimasukkan ke dalam bejana gelas yang telah diisi air suling baru dengan suhu
25°C dengan ketinggian permukaan air 108 mm. Kemudian thermometer yang
sesuai dengan percobaan ini diletakkan di antara kedua benda uji ( ± 1,27 mm
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

dari tiap cincin) dan jarak antara permukaan plat dasar dengan benda uji
diperiksa dan diatur 25,4 mm.
2. Bola baja yang bersuhu 5°C diletakkan di atas dan di permukaan masing-masing
benda uji yang bersuhu 5°C dengan menggunakan penjepit pengarah bola.
3. Benda uji dan bejana dipanaskan, sehingga kenaikan suhu menjadi 5 °C per
menit. Kecepatan pemanasan rata-rata dari bawah dan aksirnya pekerjaan ini
untuk 3 menit yang pertama, keseluruhan kecepatan pemanasan tidak boleh
lebih dari 5°C.
4. Pembacaan dilakukan tiap kenaikan suhu 5 °C, sambil memperhatikan keadaan
sampel.
5. Suhu dan waktu yang dicatat adalah suhu dan waktu di mana bola baja
mencapai pelat dasar.

V.7. Analisa Data


Dari data-data percobaan, diperoleh :
a. Titik lembek sampel I = 54,2°C pada saat waktu = 858 detik
°
b. Titik lembek sampel II = 58 C pada saat waktu = 972 detik
54, 2+58
Rata-rata titik lembek = 2 = 56,1°C
858+972
Rata-rata waktu = 2 = 915 detik

Yang dipakai pada pengukuran penetrasi (64,08) maka :

log 800−log pen . log 800−log 64,08


A = Titik lembek−25 = 56,1−25
= 0,0353

20−500 A 20−( 500×0, 0353)


PI = 1+50 A = 1+(50×0,0353 )
= 0,850
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

Dari hasi perhitungan diatas diperoleh Penetration Index (+) positif artinya aspal
kurang peka terhadap temperature.

V.8. Kesimpulan
1. Dari hasil pencobaan dapat disimpulkan bahwa untuk menghasilkan titik
lembek maka aspal tersebut harus dipanaskan sampai suhu 56,1°C.
2. Dari hasil perhitungan, maka didapat hasil PI adalah (+) positif menunjukkan
aspal kurang peka terhadap temperature.

V.9. Saran
1. Diharapkan peralatan Laboratorium Jalan Raya diperbaiki dan dilengkapi.
2. Praktikan diharapkan melakukan praktikum secara benar.
3. Praktikan lebih serius dan teliti dalam melakukan praktek.

SOFTENING POINT TEST


(PEMERIKSAAN TITIK LEMBEK ATAU LUNAK)

Hari : Jumat No. Contoh : Gradasi I


Tanggal : 03 November 2023 Tipe Aspal : AC 60/70
Lokasi : Lab. Jalan Raya
Group :I

Suhu yang diamati Waktu (detik) Titik Lembek


No ° °
C F I II I II
1 5 41 0− 90 0− 90 - -
2 10 50 116 116 - -
3 15 59 208 208 - -
4 20 68 267 267 - -
5 25 77 373 373 - -
6 30 86 454 454 - -
7 35 95 525 525 - -
8 40 104 648 648 - -
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

9 45 113 744 744 - -


10 50 122 858 - 54,2 -
11 55 131 - 972 - 58

No NPM Nama Praktikan


1 210310015 Syukur Ricardo Telaumbanua
2 210310034 Rizky A.J.P Panjaitan
3 210310056 Eko Cahaya Sihaloho
4 210310058 Deswita Maharani Dachi
5 210310074 Rizky M. Simanungkalit

Asisten, Kepala,
Laboratorium Jalan Raya Laboratorium Jalan Raya

Lestina Ferawati Manullang Ir. Oloan Sitohang, MT


BAB VI
DAKTALITAS BAHAN-BAHAN BITUMEN

VI.1. Tujuan Percobaan


Untuk mengukur jarak terpanjang dari aspal yang dapat ditarik oleh tiga buah
cetakan dengan besar dan kecepatan penarikan tertentu pada suhu tertentu juga.

VI.2. Teori.
Daktalitas dapat diartikan sebagai jarak terpanjang dari suatu aspal yang dapat
ditarik dengan kecepatan tertentu, untuk memeriksa apakah nilai daktalitas bitumen yang
telah ditetapkan terlebih dahulu oleh produsen sesuai dengan hasil pengujian.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui nilai salah satu sifat mekanik bahan
bitumen yaitu seberapa besar bahan ini menahan kuat tarik yang diwujudkan dalam
bentuk kemampuannya untuk memenuhi syarat jarak tertentu.
Berdasarkan spesifikasi Bina Marga AC 60/70, harga daktalitas adalah 100 cm.
Apabila nilai daktalitas lebih kecil dari 100 cm menunjukkan bahwa bahan bitumen itu
telah terlalu kental sehingga mudah mengalami keretak-retakan, sedangkan bila nilai
daktalitas lebih besar dari 100 cm menunjukkan bahwa bitumen tersebut terlalu cair.
Aspal merupakan proses lanjutan dari residu hasil daktalitas minyak bumi.
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

Bahan-bahan bitumen dapat dibedakan atas :


1. Aspal merupakan hasil destilasi minyak bumi.
2. Ter merupakan hasil destilasi batu bara.
Jenis-jenis aspal berdasarkan cara diperolehnya aspal :
1. Aspal Alam, dibedakan atas :
 Aspal gunung (Rock Asphalt)
 Aspal danau (Lake Asphalt)
2. Aspal Hasil Destilasi
Aspal hasil destilasi merupakan minyak mentah disuling dengan cara destilasi, yaitu
suatu proses dimana berbagai fraksi dipisahkan dari minyak mentah tersebut. Proses
destilasi ini disertai oleh kenaikan temperature pemanas minyak mentah tersebut.
a. Aspal Keras/Panas (Asphalt Cemen, AC)
Pada proses destilasi fraksi ringan yang terkandung dalam minyak bumi dipisahkan
dengan destilasi sederhana hingga menyisakan suatu residu yang dikenal dengan
nama aspal keras. Dalam proses destilasi ini, aspal keras baru dihasilkan melalui
proses destilasi hampa pada temperature sekitar 480°C.
b. Aspal Cair/Dingin (Cut Back Asphalt)
Aspal cair dihasilkan dengan melarutkan aspal keras dengan bahan pelarut berbasis
minyak. Aspal cair dibedakan dalam beberapa jenis, yaitu :
 Aspal cair cepat mantap (RC = Rapid Curing), yaitu aspal cair yang bahan
pelarutnya cepat menguap. Pelarut yang digunakan biasanya bensin.
 Aspal cair mantap sedang (MC = Medium Curing), yaitu aspal cair yang bahan
pelarutnya tidak begitu cepat menguap. Pelarut yang digunakan biasanya
minyak tanah.
 Aspal cair lambat mantap (SC = Slow Curing), yaitu aspal cair yang bahan
pelarutnya lambat menguap. Pelarut yang digunakan biasanya solar.
c. Aspal Emulsi
Aspal emulsi dihasilkan melalui proses pengemulsian aspal keras. Pada proses ini,
partikel-partikel aspal keras dipisahkan dan dibersihkan dalam air yang
mengandung emulsifier (Emulgator). Aspal emulsi dibedakan menjadi :
 Aspal emulsi anionik, yaitu aspal emulsi yang berion negatif.
 Aspal emulsi kationik, yaitu aspal emulsi yang berion positif.
 Aspal emulsi non-ionik, yaitu aspal emulsi yang tidak berion.
3. Aspal Modifikasi
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

Aspal modifikasi dibuat dengan mencampur aspal keras dengan suatu bahan tambah.
Polymer adalah jenis bahan tambah yang banyak digunakan saat ini, sehingga aspal
modifikasi sering disebut juga sebagai aspal Polymer. Jenis bahan Polymer yang biasa
digunakan yaitu Polymer Elastomer dan Polymer Plastomer.
Di Indonesia Asphalt Cement biasanya dibedakan nilai penetrasinya :
a. AC Pen 40/50 yaitu AC dengan penetrasi antara (40 – 59) × 0,1 mm
b. AC Pen 60/70 yaitu AC dengan penetrasi antara (60 – 79) × 0,1 mm
c. AC Pen 80/100 yaitu AC dengan penetrasi antara (80 – 99) × 0,1 mm
d. AC Pen 120/150 yaitu AC dengan penetrasi antara (120 – 199) × 0,1 mm
e. AC Pen 200/300 yaitu AC dengan penetrasi antara (200 – 300) × 0,1 mm
Berdasarkan nilai daktalitas didapat langsung melalui percobaan daktalitas
bahan-bahan bitumen. Hasil-hasil tersebut memberikan gambaran bahwa pada
saat putusnya aspal akan mendapatkan harga daktilitasnya berdasarkan Bina
Marga UHC 60/70. Apabila keadaan suatu aspal terlalu encer, maka perkerasan
(badan jalan) akan bergelombang. Dan bila keadaan aspal terlalu kental, maka
perkerasan (badan jalan) akan mengalami keretak-retakan.

K C
E

H L

I
J
A
M
F
G

Gambar VI.1 Spesifikasi Thermometer


B
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

Tabel VI.1 Ukuran Spesifikasi Thermometer


ASTM Softening High
Nama ASTM Softening Point
Point

Thermometer ASTM No. 15°C 15°C 16°C 16°C


Terendam Seluruh Seluruh Seluruh Seluruh
° ° °
Daerah pengukuran 2 – 80 C 30 – 180 F 30 – 200 C 85 – 392°F
Skala terkecil 0,2°C 0,5°F 0,5°C 1°F
Skala terbesar 1°C 1°F 1°C 10°F

Kesalahan Karena
0,2°C 0,4°F 0,3°C 0,5°Fs
Pembacaan skala (max)

Es dan Es dan Setiap Setiap


Standarisasi ° ° °
setiap 20 C setiap 40 C 40 C 70°F

Panjang dan seluruhnya B 397 mm 397 mm


Diameter Batang C 6 s/d 7 mm 6 s/d 7 mm
Diameter bagian ujung E 4,5 s/d 5,5 mm 4,5 s/d 5,5 mm
Panjang bagian cairan D 9 s/d 14 mm 9 s/d 14 mm
Jarak ukuran bawah 0°C 32°C 32°C 86°C

70 s/d 90 mm 75 s/d 90 mm
Tempat cairan ke garis
80°C 176°C 200°C 392°C
Derajat pada jarak
333 s/d 354 mm 333 s/d 354 mm
Cincin Cincin Cincin Cincin
Ruang penampung cairan
gelas gelas gelas gelas
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

Sumber : (ASTM) Spesification of Thermometer

VI.3. Peralatan Yang Digunakan


a) Bahan
1. Aspal padat.
2. Gliserin, teknik yang berguna untuk menjaga agar benda uji tetap dalam
keadaan stabil melayang dalam air. Sehingga pada waktu penarikan benda
uji tidak melengkung.

b) Peralatan
1. Thermometer.
2. Cetakan yang terbuat dari bahan kuningan.
3. Bak perendaman volume 10 liter air, untuk menjaga suhu selama pengujian
dengan ketelitian 0,1°C dan benda uji terendam ± 5 cm dibawah permukaan
air. Bak perendam dilengkapi dengan plat-plat dasar yang berlobang yang
terletak 5 cm dari dasar bak perendam untuk tempat benda uji.
4. Mesin penguji yang dapat menarik benda uji dengan kecepatan konstan
tanpa menimbulkan getaran benda uji tetap dalam keadaan terendam selama
mesin tersebut bekerja.
5. Cutter.
6. Kompor gas.
7. Stopwatch.
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

VI.4. Gambar Alat

Mesin Daktalitas Water Bath

AC 60/70 Thermometer Suhu Talkum

Stopwacth Kompor Gas Cetakan Daktalitas

kuningan

Thermometer Suhu Aspal Meratakan Aspal Dengan


Gliserin
Menggunakan Cutter
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

Gambar VI.2 Gambar-Gambar Alat Percobaan

VI.5. Pembuatan Benda Uji


1. Semua bagian dalam cetakan dan bagian atas plat dilumasi dengan campuran
gliserin dan talkum. Kemudian cetakan tersebut dipasang di atas plat dasar.
2. Contoh aspal dipanaskan hingga mencair pada suhu 150°C.
3. Proses pengisian cetakan dilakukan dengan menuang secara perlahan-lahan dari
ujung cetakan hingga penuh berlebihan.
4. Cetakan yang berisi benda uji didiamkan selama ± 30 menit pada suhu ruang
lalu dipindahkan ke pan yang telah berisi serpihan-serpihan es batu, dibiarkan
beberapa lama hingga mencapai suhu 25 °C lalu benda uji yang berlebihan
dibersihkan dengan spatula panas.
5. Permukaan yang tidak rata dipotong (diratakan) dengan pisau Cutter dan
keluarkan benda uji dari cetakan.
VI.6. Prosedur Percobaan
1. Setelah benda uji didinginkan sampai suhu 25 °C selama 30 menit lalu benda uji
dilepaskan dari pelat dasar sisi-sisi cetakan. Kemudian benda uji dimasukkan
pada cetakan yang terdapat di dalam bak perendam.
2. Mesin penguji dipersiapkan untuk pelaksanaan percobaan, berat air dalam bak
penguji harus sama dengan berat jenis uji.
3. Untuk menghindari tenggelamnya benda uji untuk menyesuaikan berat jenis air,
maka ke dalam bak perendam yang berisi air ditambahkan gliserin.
4. Benda uji dipasang pada alat mesin penguji. Mesin digerakkan dengan konstan,
dengan kecepatan 5 cm/menit yang menarik benda uji. Toleransi kecepatan
adalah ± 5%.
5. Waktu dan jarak terputusnya aspal di catat pada ketiga benda uji.
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

VI.7. Analisa Data


a) Perhitungan waktu rata-rata :
 Waktu sampel I = 2'10''
 Waktu sampel II = 2'18''
 Waktu sampel III = 2'22''

Maka waktu rata-rata =


2' 10+2'18 +2'2 } over { size 1 {3} } } {¿ ¿
= 2'17''

b) Perhitungan panjang rata-rata :


 Panjang Sampel I = 69,5
 Panjang Sampel II = 73
 Panjang Sampel III = 76
69,5+73+76
Maka panjang rata-rata = 3
= 72,83 cm

Dari perhitungan tersebut diperoleh bahwa ketiga sampel panjang putus kurang dari 100
cm.
Tabel VI.2 Waktu dan Panjang Putus Aspal
Pembacaan Alat
Sampel
Waktu Panjang (cm)

I 2'10'' 69,5
II 2'18'' 73
III 2'22'' 76
Rata-rata 2'17'' 72,83
Sumber : Praktikum Daktalitas Laboratorium Jalan Raya UNIKA
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

Dari hasil percobaan daktalitas dapat diperoleh data yaitu :


Sampel I = Pada sampel I jarak putusnya 69,5 cm lebih kecil dari 100 cm, ini
Dikarenakan bahan bitumennya terlalu kental.
Sampel II = Pada sampel II jarak putusnya 73 cm lebih besar dari 100 cm, ini
Dikarenakan bahan bitumennya terlalu kental.
Sampel III = Pada sampel III jarak putusnya 76 cm lebih besar dari 100 cm, ini
Dikarenakan bahan bitumennya terlalu kental.
VI.8. Kesimpulan
1. Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa bahan bitumen putus pada jarak
72,83 < 100 cm, ini berarti aspal tersebut tidak memenuhi standart harga
daktalitas menurut spesikasi Bina Marga yaitu 100 cm maka tidak layak untuk
diaplikasikan dilapangan karena bisa menyebabkan keretakan pada lapisan jalan
pada saat menerima beban dan agregat tidak terikat sempurna sehingga jalan
tersebut akan cepat mengalami kerusakan.
2. Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa bitumen yang diuji terlalu
kental.
VI.9. Saran
1. Diharapkan agar peralatan yang telah ada dirawat dan digunakan sebaik dan
semaksimal mungkin untuk mendapatkan hasil pengujian yang lebih baik,
2. Diharapkan praktikan lebih serius pada saat melakukan percobaan.
3. Sebaiknya aspal yang digunakan untuk percobaan harus lebih bagus agar
memenuhi spesifikasi Bina Marga.
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

DAKTALITAS BAHAN BAHAN BITUMEN

Hari : Jumat No. Contoh : Gradasi I


Tanggal : 27 Oktober 2023 Type Aspal : AC 60/70
Lokasi : Lab. Jalan Raya
Group :I

Pembacaan Alat
Sampel
Waktu Panjang (cm)

I 2'10'' 69,5
II 2'18'' 73
III 2'22'' 76
Rata-rata 2'17'' 72,83

No NPM Nama Praktikan


1 210310015 Syukur Ricardo Telaumbanua
2 210310034 Rizky A.J.P Panjaitan
3 210310056 Eko Cahaya Sihaloho
4 210310058 Deswita Maharani Dachi
5 210310074 Rizky M. Simanungkalit

Asisten, Kepala,
Laboratorium Jalan Raya Laboratorium Jalan Raya

Erwin Suhendra Laia Ir. Oloan Sitohang, MT


BAB VII
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR


DENGAN CLEVELAND OPEN CUP

VII.1. Tujuan Percobaan


Untuk menentukan titik nyala dan titik bakar dari semua jenis hasil minyak
bumi, kecuali minyak tanah dan bahan lainnya yang mempunyai titik nyala open cup
kurang dari 79°C.

VII.2. Teori
Terdapat dua metode umum yang dipakai untuk menentukan titik nyala dari
bahan aspal. Percobaan untuk aspal cair (cut back) biasanya dilakukan dengan
menggunakan alat taglia bue open cup. Sementara untuk bahan aspal dalam bentuk padat
digunakan alat cleveland open cup. Kedua metode ini prinsipnya adalah sama, walaupun
pada metode cleveland open cup bahan dipanaskan dalam tempat besi yang direndam
dalam baja air, sedangkan pada metode taglia bue open cup, pemanasan dilakukan pada
tabung kaca yang juga diletakkan dalam air.
Pada kedua metode tersebut, suhu dari material aspal yang ditingkatkan secara
gradual pada jenjang yang tepat. Seiring kenaikan suhu titik api kecil dilewatkan diatas
permukaan sampel yang dipanaskan. Titik nyala adalah besarnya suhu pada saat terlihat
nyala singkat pada suatu titik diatas permukaan aspal, besarnya titik nyala dari aspal
± 250°C. Titik bakar adalah besarnya suhu pada saat terlihat nyala sekurang-
kurangnya 5 detik lamanya pada suatu titik diatas permukaan aspal, besarnya titik bakar
aspal ± 300°C.
Pada percobaan ini dimaksudkan untuk menentukan suhu dimana aspal mulai
menyala. Nilai bahan pengujian yang diperoleh memberikan indikasi proporsi cairan
hidrokarbon ringan dalam bahan yang diuji. Hal tersebut diperlukan untuk memastikan
aman tidaknya penggunaan bahan tersebut terhadap metode pengguna yang dipilih.
Dalam pelaksanaan hasil percobaan akan dipengaruhi oleh tiupan angin, kecepatan,
kenaikan suhu dan untuk membedakan titik nyala dan titik bakar maka dilakukan diruang
tertutup.
Hal berikut percobaan tidaklah mutlak diambil berdasarkan angka rata-rata dari
masing-masing percobaan. Dalam hal ini, diperhitungkan penyimpangan rata-rata dari
rata-rata angka yang diperoleh dengan cara menghitung penyimpangan baku.

a. Rumus menghitung nilai rata rata :


UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

∑ Xi
Xi = n
Dimana :
Xi = Nilai rata-rata
ΣXi = Jumlah hasil percobaan
n = Banyak jumlah data

b. Rumus menghitung nilai standart deviasi :

SD=

Dimana :
∑ ( Xi−Xi)2
n−1

SD = Standart deviasi
ΣXi = Jumlah hasil percobaan
Xi = Nilai rata-rata
n = Banyak jumlah data

c. Rumus menghitung koefisien variasi :


SD
× 100%
Cv = Xi
Dimana :
Cv = Koefisien variasi
SD = Standart deviasi
Xi = Nilai rata-rata

Tabel VII.1 Toleransi Pembacaan


Ulangan oleh satu orang Ulangan oleh beberapa
Titik Nyala dan Titik Bakar
dengan satu alat orang dengan satu alat

Titik Nyala 175°F sampai 550°F 5°F (2°C) 10°F (5,5°C)

Titik Bakar lebih dari 550°F 10°F (5,5°C) 15°F (8°C)


UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

Spesifikasi Thermometer :
K C
E

H L

I
J
A
M
F
G

Gambar VII.1 Spesifikasi Thermometer

VII.3. Bahan Dan Peralatan Yang Digunakan


a. Bahan :
1. Aspal padat.
2. Minyak Tanah yang digunakan untuk membersihkan Cleveland open cup
dari sampel.

b. Peralatan :
1. Cleveland Open Cup (Cawan kuning yang bertangkai dengan bentuk dan
ukuran standar).
2. Sumber pemanas (LPG).
3. Thermometer aspal dan thermometer suhu.
4. Penahan angin, sebagai pelindung nyala pada waktu pemanasan.
5. Nyala penguji yang dapat diatur untuk memberi nyala dengan diameter
3,2 mm sampai 4,8 mm dan panjang tabung 7,5 mm.
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

VII.4. Gambar Alat

Kompor Gas Kuali

Regulator Dan Selang Gas LPG Thermometer Suhu

Cleveland Open Cup Thermometer Aspal

Thermometer Suhu

Cleveland Open Cup Nyala Penguji


Pelat Pemanas

Gambar VII.2 Gambar Alat


UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

VII.5. Pembuatan Benda Uji


1. Sampel dipanaskan hingga mencair sampai 150°C sambil diaduk agar pori-
pori udara keluar.
2. Aspal cair diisikan ke dalam cawan Cleveland open cup sampai mencapai
garis batas.
VII.6. Pengujian Benda Uji
1. Cawan Cleveland open cup yang telah berisi benda uji diletakkan di atas
pelat pemanas.
2. Alat pemanas diatur sedemikian rupa sehingga terletak persis di bawah titik
tengah cawan.
3. Nyala penguji diletakkan dengan poros berjarak 7,5 cm dari titik tengah
cawan.
4. Termometer diletakkan tegak lurus terhadap benda uji dengan jarak kurang
lebih 6,4 mm di atas dasar cawan dan terletak pada satu garis lurus yang
menghubungkan titik tengah cawan dan titik poros nyala penguji diatur
sedemikian rupa hingga jarak termometer ¼ diameter cawan dari tepi.
5. Sumber pemanas dinyalakan dan diatur sedemikian rupa hingga benda uji
mencapai suhu 56°C di bawah titik nyala perkiraan.
6. Kecepatan pemanas diatur 5°C permenit pada suhu 56°C sampai dengan suhu
78°C di bawah titik nyala perkiraan.
7. Nyala penguji dinyalakan dan diatur agar diameter nyala tersebut menjadi
3,2 mm sampai 4,8 mm.
8. Nyala penguji digerakkan melalui permukaan cawan dalam waktu satu detik.
Pekerjaan tersebut diulangi setiap kenaikan suhu 2°C.
9. Pengujian dilakukan sampai terlihat nyala singkat pada suatu titik di atas
pemukaan benda uji dan suhu dibaca pada termometer.
10. Pekerjaan dilakukan sampai terlihat nyala yang agak lama, sekurang
kurangnya 5 detik di atas permukaan benda uji pada suhu termometer.
11. Percobaan dilakukan untuk 3 buah benda uji.
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

VII.7. Analisa Data


Tabel VII.2. Data hasil percobaan
Percobaan Titik Nyala (°C) Titik Bakar (°C)
I 266 308
II 278 320
III 288 326
Xi 277,33 318

a. Titik nyala :
 Xi = 266 + 278 + 288 = 832°C
n=3
Maka :
 Nilai rata-rata
832
X i = 3 = 277,33°C
 Standart deviasi

SD = √ ∑ ( Xi−Xi)2
n−1

= √ (266−277 ,33)2 +(278−277 ,33)2 +(288−277 ,33)2


3−1
= 11,02°C
 Koefisien variasi
SD 11,02
¿ 100%= ×100%
Cv = Xi 277,33 = 3,97%

Maka diperoleh besarnya titik nyala = (277,33 ± 3,97%)°C


UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

b. Titik bakar :
 Xi = 308 + 320 + 326 = 954°C
n =3
Maka :
 Nilai rata-rata
954
X i = 3 = 318°C
 Standar deviasi

SD = √ ∑ ( Xi−Xi)2
n−1


2
+ ¿ (326−318)
( 308−318 )2 + ¿ (320−318)2 ¿¿
= 3−1
= 9,17°C
 Koefisien variasi
SD 9,17
¿ 100%= ×100%
Cv = Xi 318 = 2,88%
Maka diperoleh besarnya titik bakar = (318 ± 2,88%)°C
c. Hubungan harga toleransi hasil rata-rata pemeriksaan ganda :

 Toleransi titik nyala ( X i ± pembacaan) < 5,5°C


Percobaan I = │(277,33 – 266)│ = 11,33 < 5,5°C (Tidak memenuhi)
Percobaan II = │(277,33 – 278)│ = 0,67 < 5,5°C (Memenuhi)
Percobaan III = │(277,33 – 288)│ = 10,67 < 5,5°C (Tidak Memenuhi)

Dari harga toleransi yang didapat dari ketiga sampel, percobaan II telah
memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh Bina Marga, satu sampel memenuhi
syarat < 5,5°C.

 Toleransi titik bakar ( X i ± pembacaan) < 8°C


Percobaan I = │(318 – 308)│ = 10 < 8°C (Tidak Memenuhi)
Percobaan II = │(318 – 320)│ = 2 < 8°C (Memenuhi)
Percobaan III = │(318 – 326)│ = 8 < 8°C (Tidak Memenuhi)
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

Dari harga toleransi yang didapat dari ketiga sampel, percobaan II telah
memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh Bina Marga, Ketiga sampel
memenuhi syarat < 8°C.
VII.8. Kesimpulan
Dari hasil percobaan didapat
1. Untuk titik nyala:
Titik nyala rata rata = 277,33°C
Standar deviasi = 11,02°C
Koefisien variasi = 3,97%

2. Untuk titik bakar


Titik bakar rata rata = 318°C
Standar deviasi = 9,17°C
Koefisien variasi = 2,88%

3. Titik nyala benda uji = (277,33 ± 3,97%)°C


Titik bakar benda uji = (318 ± 2,88%)°C

4. Toleransi untuk titik nyala


a. Percobaan I = │(277,33 – 266)│ = 11,33 < 5,5°C (Tidak memenuhi)
b. Percobaan II = │(277,33 – 278)│ = 0,67 < 5,5°C (Memenuhi)
c. Percobaan III = │(277,33 – 288)│ = 10,67 < 5,5°C (Tidak Memenuhi)

5. Toleransi untuk titik bakar


a. Percobaan I = │(318 – 308)│ = 10 < 8°C (Tidak Memenuhi)
b. Percobaan II = │(318 – 320)│ = 2 < 8°C (Memenuhi)
c. Percobaan III = │(318 – 326)│ = 8 < 8°C (Tidak Memenuhi)

VII.9. Saran
1. Diharapkan agar peralatan yang telah ada dirawat dan digunakan sebaik dan
semaksimal mungkin, untuk mendapatkan hasil pengujian yang lebih baik.
2. Praktikan lebih serius dalam praktek.
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR


DENGAN CLEVALAND OPEN CUP

Hari : Selasa No. Contoh : Gradasi I


Tanggal : 24 Oktober 2023 Type Contoh : AC 60/70
Lokasi : Lab. Jalan Raya
Group :I

Percobaan Titik nyala °C Titik bakar °C


I 266 308
II 278 320
III 288 326
Rata-rata 277,33 318

No NPM Nama Praktikan


1. 210310015 Syukur Ricardo Telaumbanua
2. 210310034 Rizky A.J.P Panjaitan
3. 210310056 Eko Cahaya Sihaloho
4. 210310058 Deswita Maharani Dachi
5. 210310074 Rizky M. Simanungkalit

Asisten, Kepala,
Laboratorium Jalan Raya Laboratorium Jalan Raya

Teresia Lesiana Sianturi Ir. Oloan Sitohang, MT


UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

BAB VIII
PENETRASI BAHAN-BAHAN BITUMEN

VIII.1. Tujuan Percobaan


Untuk menentukan besarnya penurunan atau penetrasi suatu bitumen keras atau
lembek (solid atau semi lembek) dengan cara memasukkan jarum penetrasi berdiameter
tertentu dengan beban dan waktu tertentu pada suhu 25°C.

VIII.2. Teori
Penetrasi adalah penurunan jarum penetrasi menembus bitumen yang
diakibatkan adanya pembebanan dengan berat yang tertentu, pada suhu dan waktu
tertentu. Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah harga penetrasi hasil
percobaan sesuai dengan harga penetrasi pada spesifikasi produsen. Bila harga penetrasi
lebih besar berarti kondisi aspal lebih lembek atau cair. Pengujian penetrasi ini adalah
bentuk pengujian viskositas yang merupakan sifat utama bitumen yang membatasi
kebutuhan praktis di lapangan pada proses pencampuran, dan pengujian aspal.
Aspal adalah material termoplastis yang mencair apabila dipanaskan dan akan
membeku/mengental apabila didinginkan, namun demikian prinsip material tersebut
terhadap suhu prinsipnya membentuk suatu spektrum/beragam tergantung komposisi
unsur-unsur penyusunnya. British Standart membagi nilai penetrasi tersebut menjadi 10
macam, dengan rentang nilai penetrasi 15 s/d 40, sedangkan AASHTO mendefinisikan
nilai penetraasi 40 – 50 sebagai nilai penetrasi untuk material sebagai bahan bitumen
terlembek atau terlunak. Penetrasi sangat sensitif terhadap suhu, pengukuran diatas suhu
menghasilkan nilai yang berbeda variasi suhu terhadap nilai penetrasi dapat disusun
sedemikian rupa hingga dihasilkan nilai grafik antara suhu dan penetrasi. Berdasarkan
SNI 06-2456-1991 nilai penetrasi dinyatakan sebagai rata-rata sekurang-kurangnya dari
tiga pembacaan.
Menurut ASTM D – 8 – 31, aspal adalah bahan berwarna hitam atau coklat tua,
bersifat perekat, terutama terdiri dari bitumen yang didapat dari alam atau dari proses
pembuatan minyak bumi. Sedangkan bitumen adalah bahan berwarna hitam, dapat
bersifat padat atau keras (Asphaltine) dapat juga bersifat lembek (Malthine).
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

Jenis-jenis aspal berdasarkan cara diperolehnya aspal :


1. Aspal Alam, dibedakan atas :
 Aspal gunung (Rock Asphalt)
 Aspal danau (Lake Asphalt)
Angka penetrasi dari aspal ini sangat rendah dan titik lembeknya sangat tinggi.
2. Aspal Hasil Destilasi
Aspal hasil destilasi merupakan minyak mentah disuling dengan cara destilasi, yaitu
suatu proses dimana berbagai fraksi dipisahkan dari minyak mentah tersebut. Proses
destilasi ini disertai oleh kenaikan temperature pemanas minyak mentah tersebut.
a. Aspal Keras/Panas (Asphalt Cemen, AC)
Pada proses destilasi fraksi ringan yang terkandung dalam minyak bumi
dipisahkan dengan destilasi sederhana hingga menyisakan suatu residu yang
dikenal dengan nama aspal keras. Dalam proses destilasi ini, aspal keras baru
dihasilkan melalui proses destilasi hampa pada temperature sekitar 480 °C.
b. Aspal Cair/Dingin (Cut Back Asphalt)
Aspal cair dihasilkan dengan melarutkan aspal keras dengan bahan pelarut
berbasis minyak. Aspal cair dibedakan dalam beberapa jenis, yaitu:
 Aspal cair cepat mantap (RC = Rapid Curing), yaitu aspal cair yang bahan
pelarutnya cepat menguap. Pelarut yang digunakan biasanya bensin.
 Aspal cair mantap sedang (MC = Medium Curing), yaitu aspal cair yang
bahan pelarutnya tidak begitu cepat menguap. Pelarut yang digunakan
biasanya minyak tanah.
 Aspal cair lambat mantap (SC = Slow Curing), yaitu aspal cair yang bahan
pelarutnya lambat menguap. Pelarut yang digunakan biasanya solar.
c. Aspal Emulsi
Aspal emulsi dihasilkan melalui proses pengemulsian aspal keras. Pada proses
ini, partikel-partikel aspal keras dipisahkan dan dibersikan dalam air yang
mengandung emulsifier (Emulgator). Aspal emulsi dibedakan menjadi :
 Aspal emulsi anionik, yaitu aspal emulsi yang berion negatif.
 Aspal emulsi kationik, yaitu aspal emulsi yang berion positif.
 Aspal emulsi non-ionik, yaitu aspal emulsi yang tidak berion.
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

3. Aspal Modifikasi
Aspal modifikasi dibuat dengan mencampur aspal keras dengan suatu bahan tambah.
Polymer adalah jenis bahan tambah yang banyak digunakan saat ini, sehingga aspal
modifikasi sering disebut juga sebagai aspal polymer. Jenis bahan polymer yang biasa
digunakan yaitu Polymer Elastomer dan Polymer Plastomer.

Tabel VIII.1. Persyaratan Aspal Keras


Jenis Cara
Satuan
Pemeriksaan Pemeriksaan
Min Max Min Max Min Max
Penetrasi 25 C, 0,1
PA 0301-76 70 59 60 79 80 99
5 detik (mm)

Tabel VIII.2. Persyaratan Aspal Lunak


Jenis Cara
Satuan
Pemeriksaan Pemeriksaan
Min Max Min Max Min Max
Penetrasi 25 C, 0,1
PA 0301-76 80 120 80 102 70 120
5 detik (mm)

Di Indonesia, aspal biasanya dibedakan berdasarkan nilai penetrasinya :


1. AC 40/50 yaitu AC dengan penetrasi antara (40 – 59) × 0,1 mm
2. AC 60/70 yaitu AC dengan penetrasi antara (60 – 79) × 0,1 mm
3. AC 80/100 yaitu AC dengan penetrasi antara (80 – 99) × 0,1 mm
4. AC 120/150 yaitu AC dengan penetrasi antara (120 – 199)× 0,1 mm
5. AC 200/300 yaitu AC dengan penetrasi antara (200 – 300)× 0,1 mm
Aspal yang digunakan untuk daerah tropis adalah AC 60/70, menurut Bina Marga
aspal 60/70 besar penetrasinya adalah (60 – 79) × 0,1 mm.

a. Rumus menghitung nilai rata-rata untuk total sampel :


n1× X 1 +n 2× X 2 +n 3× X 3
X=
n 1 +n2 + n3
Dimana :
X = Nilai penetrasi rata-rata gabungan
n = Jumlah sampel
X1 = Penetrasi rata-rata
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

b. Rumus menghitung standar deviasi untuk setiap sampel :

γ = √
Dimana :
∑ ( X 1 −X )2
n−1

γ = Standart deviasi untuk setiap sampel


X1 = Nilai penetrasi rata-rata

X = Nilai penetrasi rata-rata gabungan


n = Nomor sampel

c. Rumus menghitung nilai standard deviasi untuk total sampel :

√ n1×γ 1 + n2 ×γ 2 +n 3×γ 3
n1 +n 2 +n3
SD =

Dimana :
SD = Standart deviasi
n = Nomor sampel
γ = Standart deviasi untuk setiap sampel

d. Rumus mengitung koefisien variasi :


SD
CV= ×100%
X
Dimana :
CV = Koefisien variasi
SD = Standart deviasi
X = Nilai penetrasi rata-rata gabungan

e. Rumus menghitung nilai penetrasi :

P = ( X ± SD) × 0,1 mm
Dimana :
P = Penetrasi
X = Nilai penetrasi rata-rata gabungan

SD = Standart deviasi
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

Catatan :
1. Pembacaan waktu pada Stopwatch yang kurang tepat (5± 0,01) detik, percobaan
dikategorikan batal, serta toleransi penetrasi yang diperkenakan adalah sebagai
berikut:
Tabel VIII.3. Toleransi penetrasi
Penetrasi 0 – 49 50 – 149 150 – 249 250 – 300
Toleransi (mm) 2 4 6 8

VIII.3. Peralatan yang digunakan


1. Alat penetrasi dengan ketelitian 0.1 mm.
2. Pemegang jarum dengan berat (47± 0,05) gram yang dapat dilepaskan
dengan mudah dari alat penetrasi untuk penurunan.
3. Pemengang jarum dengan berat (50± 0,05) gram, yang dapat dilepas untuk
mengukur penetrasi dengan beban 100 gr.
4. Jarum penetrasi yang terbuat dari Stainless Steel mutu 44°C atau HRC
54 – 60 ujung jarum harus berbentuk kerucut panjang.
5. Cawan dari bahan logam berbentuk silinder dengan dasar rata.
6. Bak perendam (Water Bath) terbuat dari bejana dengan isi kurang lebih 10
liter dan dapat mengatur suhu tertentu dengan ketelitian ± 0,1°C dilengkapi
dengan pelat dasar berlubang-lubang, yang terletak pada ketinggian 50 mm
dari dasar bejana dan 100 mm dari permukaan air.
7. Tempat air untuk benda uji yang ditempatkan di bawah alat penetrasi yang
isinya 350 ml dengan tingginya cukup untuk perendaman tanpa gerak.
8. Stopwatch.
9. Thermometer.
10.Kompor gas.
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

VIII.4. Gambar Alat

Kompor Gas Regulator dan Tabung Gas Kuali

Alat Penetrasi Water Bath Thermometer Suhu

Pan dan Cawan Thermometer Suhu Aspal Stopwatch


UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

Gambar VIII.1 Peralatan Yang Digunakan

VIII.5. Pembuatan Benda Uji


1. Panaskan sampel perlahan-lahan sambil diaduk agar merata sampai suhu
150°C (90°C diatas titik lembek).
2. Setelah suhu di atas tercapai tuangkan aspal cair tersebut ke dalam cawan
dan didiamkan hingga cukup dingin selama ± 30 menit.
3. Tinggi sampel tidak kurang dari penetrasi ditambah 10 mm.
4. Kemudian sampel didinginkan dengan menggunakan es hingga mencapai
suhu yang diinginkan yaitu 25°C.

VIII.6. Prosedur Percobaan


1. Periksa pemegang jarum, pastikan dapat berfungsi dengan baik, lalu olesi
jarum penetrasi dengan gliserin dan bedak talkum, selanjutnya letakan pada
pemegang jarum.
2. Tempatkan pemberat jarum pada benda uji 100 gr.
3. Letakan benda uji pada posisi persis di bawah jarum penetrasi.
4. Dial dinolkan kemudian turunkan jarum penetrasi sampai menyentuh
permukaan aspal.
5. Lepaskan jarum penetrasi, dengan cara menekan tombol secara bersamaan
tombol Stopwacth dijalankan hingga mencapai waktu 5 detik, kemudian
pemegang jarum dikunci kembali.
6. Penetrasi yang terjadi dicatat dengan membaca penetrometer, dilakukan
hingga 0,1 mm terdekat.
7. Lepaskan jarum penetrasi dan dibersihkan untuk percobaan selanjutnya.
Percobaan dilakukan 3 kali berturut-turut terhadap 1 benda uji. Titik
percobaan berjarak > 1 cm satu sama lain dan terhadap dinding cawan.
8. Lakukan lagi percobaan diatas dengan memakai pembebanan 200 gr dan
dilakukan 3 kali.
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

VIII.7. Analisa Data


Tabel VIII.4. Hasil percobaan penetrasi untuk pembebanan 100 gr

Sampel Jumlah Percobaan Penetrasi Rata-Rata


(ni.xi) (ni.xi)2
(ni) (xi) Penetrasi
1 78 78 6084
I 1 62 62 3844 72,30
1 77 77 5929
1 60 60 3600
II 1 41 41 1681 57,00
1 70 70 4900
1 38 38 1444
III 1 52 52 2704 56,30
1 79 79 6241
Σ 9 557 36427 185,60

a. Menghitung rata-rata untuk total sampel :


n1 . X 1 +n 2 . X 2 +n3 . X 3
X = 3×72 ,30+3 ×57 ,00+3× 56,30
n 1 +n2 +n3 = 3+3+3

= 61,86

b. Menghitung standart deviasi untuk setiap sampel :

γ
1
=
√ ∑ ( X 1− X̄ )2
n−1 = √
(72,30−61,86)2
3−1 = 7,38

γ
2
=
√ ∑ ( X 1− X̄ )2
n−1 = √
(57,00−61,86)2
3−1 = 3,44

γ
3
=
√ ∑ ( X 1− X̄ )2
n−1 = √
(56,30−61,86)2
3−1 = 3,93

c. Menghitung standart deviasi untuk total sampel :


UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

SD = √
(n 1 γ 1+n2 γ 2 +n 3 γ 3
1+1+1 =√((3×7,38)+( 3×3 ,44 )+3× ( 3,93))
( 3+3+3)

= 2,22

d. Menghitung koefisien variasi :


SD 2,22
×100 %= ×100%
CV = X 61 ,86 = 3,59%
e. Menghitung nilai penetrasi :

P(100 gr) = ( X ± SD) × 0,1 mm


= (61,86 + 2,2) × 0,1 mm
= 64,08 × 0,1 mm . . . . .(Memenuhi)
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

Tabel VIII.5. Hasil percobaan penetrasi untuk pembebanan 200 gr


Jumlah Percobaan Penetrasi Rata-Rata
Sampel (ni.xi) (ni.xi)2
(ni) (xi) Penetrasi
1 148 148 21904
I 1 145 145 21025 120,00
1 67 67 4489
1 62 62 3844
II 1 88 88 7744 82,60
1 98 98 9604
1 143 143 20449
III 1 92 92 8464 105,00
1 80 80 6400
Σ 9 923 103923 307,60

a. Menghitung rata-rata untuk total sampel :


n1 . X 1 +n 2 . X 2 +n3 . X 3
X = 3×120 ,00+3 ×82, 60+3× 105 ,00
n 1 +n2 +n3 = 3+3+3

= 102,53

b. Menghitung standart deviasi untuk setiap sampel :

γ
1
=
√ ∑ ( X 1− X̄ )2
n−1 = √
(120,00−102,53)2
3−1 = 12,35

γ
2
=
√∑ ( X 1− X̄ )2
n−1 = √
(82,60−102,53)2
3−1 = 14,09

γ
3
=
√ ∑ ( X 1− X̄ )2
n−1 = √
(105,00−102,53 )2
3−1 = 1,75
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

c. Menghitung standart deviasi untuk total sampel :

SD = √
(n 1 γ 1+n2 γ 2 +n 3 γ 3
1+1+1 =√((3×12,35)+( 3×14 ,09 )+(3× 1,75)
( 3+3+3)

= 3,07
d. Menghitung koefisien variasi :

SD 3,07
×100 %= ×100%
CV = X 102 ,53 = 2,99%

e. Menghitung nilai penetrasi :

P(200 gr) = ( X ± SD) × 0,1 mm


= (102,53 − 3,07) × 0,1 mm
= 99,46 × 0,1 mm . . . . .(Tidak memenuhi)

VIII.8. Kesimpulan
1. Besar penetrasi beban 100 gr
= 64,08 × 0,1 mm . . . . . (Memenuhi).
2. Besar penetrasi beban 200 gr
= 99,46 × 0,1 mm . . . . . (Tidak memenuhi).
VIII.9. Saran
1. Diharapkan agar peralatan dirawat dan digunakan sebaik dan semaksimal
mungkin untuk mendapatkan hasil pengujian yang lebih baik.
2. Alat-alat yang kurang lengkap atau rusak harap dilengkapi/diperbaiki dan
diharapkan kepada praktikan agar lebih teliti.
3. Diharapkan agar praktikan lebih serius selama melakukan percobaan.
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

PENETRASI BAHAN – BAHAN BITUMEN

Hari : Sabtu No. Contoh : Gradasi I


Tanggal : 21 Oktober 2023 Tipe Aspal : AC 60/70
Lokasi : Lab. Jalan Raya
Group :I

Pembebanan
Penetrasi
Benda Uji I Benda Uji II Benda Uji III
100 200 100 200 100 200
I 78 148 60 62 38 143
II 62 145 41 88 52 92
III 77 67 70 98 79 80
Rata-rata 72,30 120,00 57,00 82,60 56,30 105,00

No NPM Nama Praktikan


1. 210310015 Syukur Ricardo Telaumbanua
2. 210310034 Rizky A.J.P Panjaitan
3. 210310056 Eko Cahaya Sihaloho
4. 210310058 Deswita Maharani Dachi
5. 210310074 Rizky M. Simanungkalit
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

Asisten, Kepala,
Laboratorium Jalan Raya Laboratorium Jalan Raya

Erwin Suhendra Laia Ir. Oloan Sitohang, MT

BAB IX
CORE DRILLING TEST
IX.1. Tujuan Percobaan
1. Untuk mengetahui tebal lapisan perkerasan di lapangan.
2. Untuk mengetahui stabilitas perkerasan yang ada di lapangan dengan
pemeriksaan laboratorium menggunakan marshall machine.

IX.2. Teori
Core drilling test adalah suatu cara pengambilan sampel lapangan perkerasan yang
ada di lapangan yang kemudian diuji secara laboratorium dengan menggunakan marshall
machine untuk mendapatkan stabilitas perkerasan tersebut.
Kegunaan core drilling test ini adalah untuk mendapatkan sampel dengan diameter
tertentu, dalam keadaan utuh atau susunan lapisan perkerasan tersebut tidak terganggu.
Sehingga stabilitas hasil pemeriksaan laboratorium mendekati atau sama dengan stabilitas
sebenarnya di lapangan.
Core drilling test digunakan saat mengecek atau mengontrol apakah stabilitas
lapisan perkerasan di lapangan itu sesuai dengan stabilitas rencana. Selain itu juga
mengontrol tebal lapisan perkerasan agar sesuai dengan lapisan rencana. Hal ini untuk
menghindari pihak kontraktor pelaksana melakukan kesalahan pelaksanaan atau bahkan
kecurangan yang di sengaja. Maka biasanya yang menggunakan core drilling test adalah
pihak konsultan atau pihak pengawas lapangan yang kemudian disesuaikan dengan
perhitungan dan rancangan perencana. Core drilling test digunakan pada daerah
perkerasan yang baru dibangun dengan mengambil 3 sampai 5 titik.
Pengujian ekstraksi menunjukkan bahwa gradasi agregat berubah menjadi lebih
halus dari gradasi semula perubahan gradasi agregat diakibatkan oleh kehancuran,
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

beberapa partikel agregat ini menaikkan volume rongga udara dalam campuran yang
menghasilkan penurunan kepadatan serta peningkatan VIM dan VMA.
Agregat yang hancur tidak terlapisi aspal, Hal ini mengakibatkan penurunan
stabilitas dan indeks perendaman dan memasukan kelelehan sehingga menurunkan
marshall qoutient dari benda uji marshall. Immersion, proses ekstraksi merupakan proses
pemisahan campuran dua atau lebih bahan dengan cara menambahkan pelarut yang bisa
melarutkan salah satu bahan yang ada dalam campuran tersebut dapat dipisahkan. Pelarut
yang biasa digunakan dalam proses ekstraksi antara lain spiritus, bensin, atau minyak
tanah, trichlor ethylen thecnis, dan lain-lain.
Salah satu contoh tujuan dilakukan proses ekstraksi yaitu untuk mengetahui kadar
aspal yang terdapat dalam campuran aspal yang dibuat (mix design) yang menggunakan
alat centrifuge extractor dengan bensin sebagai pelarutnya selain itu dapat pula
digunakan alat soklet dengan menggunakan trichlor ethylen thecnis sebagai bahan
pelarutnya.
Cara pengambilan sampel di lapangan :
1. Sejajar
A

S-1 S-1 S-1

S-2 S-2 S-2


S-3 S-3 S-3
A

50 m 50 m

Tampak atas bagian jalan

Potongan A - A

2. Zig-Zag

B C D
S-3

S-2
S-1
B C D
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

Potongan B – B

Potongan C – C

Potongan D – D

Gambar IX.1 Cara Pengambilan Sampel

Tabel IX.1. Angka Korelasi Stabilitas

ANGKA KORELASI STABILITAS

Isi Benda Uji Tebal Benda Uji


Angka Korelasi
(cm^3) (in) (mm)
200-213 1 25,4 5,56
214-225 1 1/16 27,0 5,00
226-237 1 1/8 28,6 4,55
238-250 1 3/16 30,2 4,17
251-264 1¼ 31,8 3,85
265-276 1 5/16 33,3 3,57
277-289 1 3/8 34,9 3,33
290-301 1 7/16 36,5 3,03
302-316 1½ 38,1 2,78
317-328 1 9/16 39,7 2,50
329-340 1 5/8 41,3 2,27
341-353 1 11/16 42,9 2,08
354-367 1 3/4 44,4 1,92
368-379 1 13/16 46,0 1,79
380-392 1 7/8 47,6 1,67
393-405 1 15/16 49,2 1,56
406-420 2 50,8 1,47
420-431 2 1/16 52,4 1,39
432-443 2 1/8 54,0 1,32
444-456 2 3/16 55,6 1,25
457-470 2 1/4 57,2 1,19
471-482 2 5/16 58,7 1,14
483-495 2 3/8 60,3 1,09
496-508 2 7/16 61,9 1,04
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

509-522 2 1/2 63,5 1,00


523-535 2 9/16 65,1 0,96
536-546 2 5/8 66,7 0,93
547-559 2 11/16 68,3 0,89
560-573 2 3/4 69,8 0,86
574-585 2 13/16 71,4 0,83
586-598 2 7/8 73,0 0,81
599-610 2 15/16 74,6 0,78
611-625 3 76,2 0,76
Sumber : Bina Marga

IX.3. Peralatan Yang Digunakan


1. Core drilling machine
2. Water bottle sedang
3. Marshall machine
4. Ember
5. Plastik
6. Penjepit
7. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
8. Pan
9. Bensin

IX.4. Gambar Alat

Core Drilling Machine Marshall Machine


UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

Timbangan Penjepit Ember

Plastik Water Bottle Pan

Dial stability

Proving ring

Flow dial

Kepala penahan
Sampel aspal
Guide road
Kepala penekan
Jack (dongkrak)

UP

STOP MARSHALL MACHINE

DOWN
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

Gambar IX.2 Peralatan yang digunakan

IX.5. Prosedur Percobaan


Pengambilan sampel :
1. Periksa keadaan mesin, bensin dan oli harus cukup digunakan.
2. Tentukan lokasi dan tempatkan mesin di lokasi lalu dikunci dengan sekrup
pengunci, untuk menghindari gerakan akibat getaran mesin pada saat mesin
dihidupkan.
3. Mesin dihidupkan dengan menarik tali starter.
4. Turunkan core perlahan-lahan, saat menyentuh lapisan perkerasan permukaan,
lakukan penyiraman dengan air dari water bottle melalui selang penyiraman dan
secara bersamaan dihidupkan stopwatch.
5. Setelah lapisan perkerasan tembus, stopwatch dimatikan, penyiraman
dihentikan dan core dinaikkan, lalu mesin dimatikan.
6. Keluarkan sampel dengan penjepit dan masukkan sampel ke plastik.
7. Beri kode plastik sampel dengan spidol.
8. Lakukan hal yang sama untuk sampel berikutnya.

Pengujian sampel dengan marshall machine :


1. Ukur tinggi sampel pada tiga titik dan kemudian ditimbang.
2. Siapkan marshall machine.
3. Letakkan sampel pada segmen atas kepala penekan, kemudian dipasang segmen
atas dari bagian atas sampel, kemudian diletakkan sampel pada mesin.
4. Kepala penekan beserta sampel dinaikkan sehingga menyentuh alas cincin
penguji dan pembebanan dilakukan dengan kecepatan tetap 50 mm/menit,
hingga pembebanan maksimum dan dicatat.
5. Sampel dikeluarkan dari kepala penahan.
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

6. Demikian dilakukan untuk sampel berikutnya.

IX.6. Analisa Data


Tabel IX.2. Pengujian Stabilitas
No. Diam Pembacaa Pembacaan Stabilitas =
Tebal Korelasi Berat
Sampe . n Dial [c] x K x F x [f]
(cm) Stabilitas (gram)
l (cm) (detik) (mm) (kg)
[a] [b] [c] [d] [e] [f] [g]

1 10 7,43 0,786 980 1˚28’76” 250 2709,56

2 10 6,33 1,015 803 1˚59’50” 130 1819,49

3 10 7,25 0,816 1222 2˚38’65” 430 4838,36


Sumber : Hasil Pengujian
Catatan :
a. Faktor korelasi diperoleh dari tabel angka korelasi stabilitas.
b. Angka kalibrasi (K) 30,4 Lb/div. Lalu dikonversi (F) 1 Lb = 0,45359237 kg
c. Stabilitas = [c] × K × F × [f]
= 0,786 × 30,4 × 0,45359237 × 250
= 2709,56 kg

IX.7. Kesimpulan
a. Tinggi rata-rata sampel = 7,75 cm
b. Stabilitas rata-rata = 3122,47 kg

IX.8. Saran
1. Diharapkan agar peralatan yang telah ada dirawat dan digunakan sebaik dan
semaksimal mungkin, untuk mendapatkan hasil pengujian yang lebih baik.
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

2. Diharapkan praktikan lebih serius selama praktikum.

CORE DRILLING TEST

Hari : Jumat No. Contoh : Gradasi I

Tanggal : 05 Januari 2024 Tipe Aspal : AC 60/70

Lokasi : Lab. Jalan Raya

Grup :I

Pembacaan Stabilitas =
No. Diam. Tebal Korelasi Berat Pembacaan
Dial [c] x K x F x [f]
Sampel (cm) (cm) Stabilitas (gram) (detik)
(mm) (kg)

[a] [b] [c] [d] [e] [f] [g]

1 10 7,4 0,786 980 1˚28’76” 250 2709,56


2 10 6,3 1,015 803 1˚59’50” 130 1819,49
3 10 7,25 0,816 1222 2˚38’65” 430 4838,36

No NPM Nama Praktikan


1 210310015 Syukur Ricardo Telaumbanua
2 210310034 Rizky A.J.P Panjaitan
3 210310056 Eko Cahaya Sihaloho
4 210310058 Deswita Maharani Dachi
5 210310074 Rizky M. Simanungkalit

Asisten, Kepala,
Laboratorium Jalan Raya Laboratorium Jalan Raya
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Alamat : Jl. Setia Budi No. 479 F – Tj. Sari Medan Telp. (061) 810161

Anda mungkin juga menyukai