3480 8181 1 SM
3480 8181 1 SM
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai peran OKD
(Organisasi Keamanan Desa) dalammenanggapi Gerombolan DI/TII 1962. Adapun
metode penelitian yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode penelitian
kualitatif deskriptif. OKD dan TNI bekerja sama untuk menjaga keamanan masyarakat
dari gangguan DI/TII. Tenaga sukarela ini tidak mendapat upah, tapi hanya diberi makan
setiap hari oleh masyarakat secara bergiliran yang diatur oleh ketua RT.setiap malam
OKD selalu siap siaga bahkan mengadakan patrol bersama TNI, kendati mereka selalu
berada di baris terdepan waktu menghadapi aksi gerombolan DI/TII. Dengan adanya
integrasi kekuatan warga masyarakat yang tergabung dalam OKD dan TNI telah
menampakkan hasil, isalnya ada beberapa anggota-anggota gerombolan yang berhasil
ditangkap atau menyerahkan diri sehingga bisa didapat keterangan-keterangan mengenai
kegiatan mereka. Kerjasama antara kelompok ini ternyata sangat efektif diterapkan
sebagai pertempuran territorial,dan sementara itu pun menjadi gerakan pukul mundur dan
lari dari aksi gerombolan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia.
27
ISSN: 2477-2771 Jurnal Candrasangkala
E-ISSN: 2477-8214 Vol 3 No.2 Tahun 2017
Nasional” atau disingkat GBN di bawah motif yang mungkin sangat penting bagi
pimpinan Letkol Sarbini, kemudian pemecahan masalah (S. Nasution,
Letkol Bachrun dan terakhir Letkol A. 2009:26).
Yani dengan membentuk pasukan Teknik pengumpulan data yang
Banteng Raiders dengan taktik “ayam digunakan dalam penelitian ini adalah:
alas“ berhasil menumpas pemberontakan a. Observasi
DI/TII di Jawa Tengah dan pada tahun Merupakan suatu teknik
1952 Amir Fatah menyerah di pengumpulan data yang dilakukan secara
Tasikmalaya. langsung dengan melakukan survey
Selanjutnya dengan contoh dilapangan dan melakukan pengamatan
partisipasi masyarakat dalam upaya lapangan secara fisik untuk memperoleh
pembelaan negara ini, kita diharapkan data secara primer. Selain itu observasi
mampu menjelaskan pentingnya usaha juga dilakukan untuk mengetahui
pembelaan negara, mengidentifikasi perkembangan wilayah secara umum
bentuk-bentuk usaha pembelaan negara, sampai saat ini.
dan menampilkan peran serta dalam b. Wawancara
usaha pembelaan negara. Merupakan suatu teknik
Upaya pembelaan Negara pengumpulan data yang dilakukan
merupakan hak dan kewajiban kita semua dengan berkomunikasi secara verbal
sebagai warga Negara. Selama lebih 60 dengan objek penelitian atau responden.
tahun merdeka, telah banyak contoh Cara ini diharapkan timbul saing silang
upaya pembelajaran Negara yang telah pendapat yang kondusif, dapat member
dilakukan oleh segenap komponen masukan-masukan pendapat yang
bangsa Indonesia, peran warga Negara dianggap kurang lengkap, menyimpang,
dalam pembelaan Negara memiliki atau bahkann terlalu melebih-lebihkan
tingkat kewajiban yang berbeda sesuai keterangan.
dengan kedudukan dan tugasnya masing- c. Studi Literarur
masing. Studi Literatur digunakan
Berdasarkan uraian di atas, terutama untuk memperoleh teori-teori
penulis tertarik untuk melakukan dan konsep yang diperlukan untuk
penelitian tentang peran Organisasi menunjang penelitian. Dengan studi
Keamanan Desa (OKD) dalam literatur diharapkan dapat meperlancar
menghadapi dan menumpas Gerombolan penelitian. Cara yang ditempuh dalam
DI/TII Tahun 1962 Khususnya d daerah studiliteratur ini dengan mempelajari
Jawa Barat, maka penulis memberi judul buku, dan dokumen yang ada
“OKD (Organisasi Keamanan Desa) hubungannya dengan permasalahan yang
Sebagai Wahana bagi Para Pemuda akan ditemukan.
Dalam Menanggapi Gerombolan DI/TII d. Studi Dokumentasi
1962“. Dokumen merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya
METODE PENELITIAN monumental dari seseorang. Dokumen
yang berbentuk tulisan misalnya catatan
Metode penelitian yang harian, sejarah kehidupan (life histories),
digunakan dalam penelitian ini adalah ceritera, biografi, kebijakan. Dokumen
menggunakan metode penelitian yang berbentuk gambar, misalnya foto,
deskriptif kualitatif. Selain itu, penulis sketsa. Dokumen yang berbentuk karya
menggunakan pula metode survey misalnya karya seni, yang dapat berupa
dengan teknik wawancara karena gambar, patung, dan film.
memperkuat hasil studi literatur. Melalui
survey diperoleh fakta-fakta yang tidak
bisa diamati, keterangan pada masa lalu
yang belum dicatat, bahkan opini dan
28
ISSN: 2477-2771 Jurnal Candrasangkala
E-ISSN: 2477-8214 Vol 3 No.2 Tahun 2017
29
ISSN: 2477-2771 Jurnal Candrasangkala
E-ISSN: 2477-8214 Vol 3 No.2 Tahun 2017
sedang mengadakan operasi. Dengan tergabung dalam OKD dan TNI telah
kegiatan bantuan tempur tersebut pihak menampakkan hasil, isalnya ada
DI/TII mendapat perlawanan bersenjata beberapa anggota-anggota gerombolan
dimanapun mereka bergerak seperti yang yang berhasil ditangkap atau
dialami oleh pasukan IKD di Desa menyerahkan diri sehingga bisa didapat
Sukapura keterangan-keterangan mengenai
Ada beberapa orang DI/TII yang kegiatan mereka. Kerjasama antara
meminta beras kepada warga kelompok ini ternyata sangat efektif
masyarakat kampong Cihurip, diterapkan sebagai pertempuran
kemudian beras itu diantarkan ke territorial,dan sementara itu pun menjadi
Cihamerang (Cikutuk). Sebagian gerakan pukul mundur dan lari dari aksi
masyarakat Cihurip segera gerombolan Darul Islam/Tentara Islam
melapor kepada OKD, sehingga Indonesia.
OKD langsung menyiapkan Sementara integrasi kekuatan
pasukan dengan persenjataan OKD dan TNI melaksanakan operasi
lengkap menuju ke Cihamerang. penumpasan langsung ke tempat sasaran,
Ketika sudah sampai di tempat ternyata tempat itu disamping dijadikan
OKD yang dipimpin oleh Pak sebagai tempat konsolidasi gerombolan,
Hari melihat asap yang keluar ada tempat lain yang dijadikan sebagai
dari gubuk kecil, setelah diteliti penampungan keluarga. Keberhasilan
ternyata gerombolan DI/TII yang gerakan Organisasi Keamanan Desa serta
sedang menenak nasi (B. sunda: TNI tidak saja menumbuhkan suasana
Ngaliwet). Maka OKD langsung aman, namun banyak diantara
melancarkan tembakan ke gubuk gerombolan Darul Islam yang kembali
tersebut, dari kejadian tersebut kepankuan Ibu Pertiwi (wawancara:
berhasil ditembak tiga orang Bapak Udin)
yang 2 orang laki-laki dan satu
diantaranya perempuan yang 2. Peran Organisasi Keamanan Desa
merupakan istri dari salah satu dalam Menumpas Gerombolan
gerombolan yang ditangkap DI/TII
tersebut. (hasil wawancara Seperti telah dikemukakan
dengan Bpk. Hari) Organisasi Keamanan Desa (OKD)
sangat berperan dalam mengatasi
Dengan operasi-operasi yang keamanan di Desa Sukapura terutama
dilakukan seperti yang di paparkan dalam menjaga masyarakat dari
diatas, maka pihak gerombolan DI/TII gangguan DI/TII. Dengan adanya OKD
merasa takut jika berhadapan dengan masyarakat merasa dilindungi dari
OKD, sehingga pembakaran, ancaman DI/TII karena hampir setiap
pembunuhan, perampokan yang malam DI/TII menjarah ke kampong-
dilakukan oleh DI/TII di Desa Sukapura kampung untuk meminta terhadap warga
sedikit menurun. (menurut narasumber: masyarakat secara paksa.
Bapak. Sapri) OKD hampir setiap hari setiap
Tujuan gerakan Organisasi malam mengontrol keliling terutama di
Keamanan Desa yaituuntuk menumpas kampong yang sering dijarah dan
gerakan yang dilakukan oleh gerombolan dirampok, atau kadang-kadang dibakar
DI/TII dengan cara melakukan integrasi oleh gerombolan DI/TII. Tugas OKD
kekuatan antara warga masyarakat, OKD sering mengadakan penyuluhan terhadap
serta dibantu oleh TNI. Integrasi warga masyarakat supaya tidak
kekuatan ini terus berusaha mengepung terpengaruh oleh hasutan-hasutan DI/TII.
lawan yang melarikan diri ke hutan- Sementara yang sudah pergi ke hutan dan
hutan. yang menjadi anggota DI/TII segera
Dengan adanya integrasi dibujuk untuk menyerah kepada TNI
kekuatan warga masyarakat yang untuk pulang ke kampong halamannya.
30
ISSN: 2477-2771 Jurnal Candrasangkala
E-ISSN: 2477-8214 Vol 3 No.2 Tahun 2017
31
ISSN: 2477-2771 Jurnal Candrasangkala
E-ISSN: 2477-8214 Vol 3 No.2 Tahun 2017
32
ISSN: 2477-2771 Jurnal Candrasangkala
E-ISSN: 2477-8214 Vol 3 No.2 Tahun 2017
tiga antara pasukan DI/TII – TNI – mendapat simpati dari berbagai daerah
Belanda. di Indonesia, seperti : Di Jawa Tengah,
Tindakan pemerintah dalam Kebumen, di Kalimantan Selatan,
menumpas gerakan DI/TII : Sulawesi Selatan dan Aceh.
1. Pendekatan oleh pimpinan Partai Penumpasan DI/TII termuat
Masyumi : Moh. Natsir melalui dalam Rencana Pokok (RP) dan
surat tidak berhasil, bahkan Rencana Operasi (RO), sebagai berikut
Kartosuwiryo secara resmi : pada tahun 1958 merupakan tahun
membalas surat itu dengan kebangkitan pemikiran Kodam
memproklamasikan berdirinya III/Siliwangi ke arah pemulihan
Negara Islam Indonesia pada keamanan di Jawa Barat yang lebih
tanggal 7 Agustus 1949 efektif dan efisien. Kemudian lahirnya
2. Bulan September 1949 untuk konsep Perang Wilayah (sudah
kedua kali Moh. Natsir disahkan dengan Ketetapan MPRS No.
membujuk Kartosuwiryo untuk II/MPRS/1960 merupakan manifestasi
menghentikan pemberontakan dari Undang-undang Dasar 45, pasal 30
dan kembali ke pangkuan RI, ayat 1, yang menjelaskan bahwa setiap
tetapi gagal. Bahkan sejak saat warga negara berhak dan wajib ikut
itu rakyat Jawa Barat mulai serta dalam pembelaan negara.
mengalami teror dari gerombolan Sementara itu penelitian anti gerilya
DI/TII yang sering melakukan berjalan terus, dan diantaranya
pembunuhan, merampas harta keluarlah Rencana Pokok 211 (RP 211)
benda rakyat untuk memenuhi yang berbunyi “Membatasi gerak dari
kebutuhan logistik lawan”.
pasukan/gerombolan ini. Menyesuaikan dengan mobilitas
3. Setelah tindakan persuasif tidak DI/TII, maka keluarlah pada waktu itu
berhasil mengembalikan Rencana Operasi 212 pada 1 Desember
Kartosuwiryo ke pangkuan ibu 1959. Kemudian bulan Pebruari 1961
pertiwi, pemerintah bertindak dikeluarkan Rencana Operasi 2121 (RO
tegas dengan menggelar Operasi 2121) yang merupakan percepatan dari
Pagar Betis. Operasi yang RO 212, isinya berupa kebijaksanaan
dilaksanakan dengan bantuan bahwa pemulihan keamanan untuk
rakyat Jawa barat ini bertujuan wilayah Jawa Barat akan diselesaikan
untuk mempersempit ruang gerak dalam jangka waktu itu, hanya sampai
gerombolan. Sehingga semakin tahun 1965. Tetapi dalam RO 2121
hari semakin banyak para jangka waktu itu hanya sampai dengan
pengikut Kartosuwiryo yang tahun 1962.
menyerahkan diri dan kembali ke Pada tahun 1956, para ulama di
tengah- tengah Priangan Timur, yang jadi basis utama
masyrakat. Gerombolan DI/TII gerakan DI/TII, mengambil inisiatif
terdesak di Gunung Geber, untuk mengadakan pertemuan dengan
Tasikmalaya. kalangan militer. Atas prakarsa
4. Akhirnya tanggal 4 Juni 1962, kalangan militer, maka
Kartosuwiryo beserta keluarga terbentuklah Badan Musyawarah Alim
dan pengikutnya dapat ditangkap Ulama (BMAU) pada 18 Maret 1957 di
hidup-hidup dalam sebuah Tasikmalaya. Prakarsa tersebut
operasi yang diberi nama merupakan bagian dari kebijakan
sandi Operasi Baratayudha. Dan Komandan Resimen 11 Galuh Letkol
pada tanggal 16 Agustus Syafei Tjakradipura dan Kepala Stafnya
Kartosuwiryo dijatuhi hukuman Mayor Poniman. Resimen Galuh ini
mati. memiliki wilayah kerja Tasikmalaya
Pemberontakan Darul dan Ciamis (Priangan Timur).
Islam/Tentara Islam Indonesia, ternyata
33
ISSN: 2477-2771 Jurnal Candrasangkala
E-ISSN: 2477-8214 Vol 3 No.2 Tahun 2017
34
ISSN: 2477-2771 Jurnal Candrasangkala
E-ISSN: 2477-8214 Vol 3 No.2 Tahun 2017
dan “mengenai para tahanan, terutama Barat. Jendral A.H. Nasution adalah
alim ulama, yaitu supaya mendapat penggerak utama “Rencana Dasar 2,1″,
pelayanan dan perawatan yang layak yaitu gagasan yang mendasari : Musuh
dan segera dilakukan pemeriksaan harus ditahan didaerah-daerah tertentu,
dengan care yang jujur dan adil”. dan aksi-aksi Republik harus
Para tokoh ulama itu pulalah dipusatkan pada salah satu daerah ini
yang kemudian terlibat dalam sekaligus, dengan demikian pangkalan
Konferensi Alim Ulama-Umaro Daerah musuh ditumpas satu demi satu. Itulah
Swatantra I Jawa Barat di Lembang, sebabnya, Divisi Siliwangi dengan
Bandung pada 7-9 Oktober 1958. dibantu Divisi Diponegoro dan
Konferensi tersebut menghasilkan Brawijaya, -yang tentu tidak merupakan
keputusan yang berkaitan dengan tiga kekuatan yang cukup-, pada tahun
persoalan pokok yang dihadapi seat itu 1960 seluruh penduduk sipil Jawa
yakni (a) usaha menyempurnakan Barat diturutsertakan dalam apresiasi,
pemulihan keamanan dan dan dibentuklah secara besar-besaran
pemeliharaannya, (b) usaha “Pagar Betis”.
menyempurnakan pembangunan dan (c) Dalam gerakan “Pagar Betis”
usaha penyempurnaan pendidikan dan yang kadang-kadang berlangsung
kebudayaan. berhari-hari ini, penduduk sipil
Dalam Konferensi Lembang membentuk garis maju berangsur-
ini hadir memberikan Kata angsur, dengan satuan-satuan kecil tiga
Sambutannya: Menteri Agama,KH. sampai empat prajurit pada jarak-jarak
Moh. Ryas, Menteri Negara Urusan tertentu, tidak terlalu jauh satu sama
Kerjasama Sipil dan Militer, KH.Wahib lain. Dalam teori, pagar betis ini
Wahab, K.S.A.D. Jenderal A.H. disokong satuan-satuan militer dibaris
Nasution, Ketua Pengurus Perang depan maupun dibaris belakang.
Daerah Swatantra I Jawa Barat Prajurit dibarisan belakang merupakan
/Panglima Teritorium III / semacam cadangan yang dapat
Siliwangi Kol.RA. Kosasih. digunakan pada tempat-tempat yang
Diantara Keputusan sukar dimasuki digunakan taktik tidak
Konferensi ini adalah penegasan dimasuki, tetapi dikepung.
“Menyetujui dan Mempertahankan Dalam praktek, Tentara
kebijakan Ketua Penguasa Perang Republik kadang-kadang menggunakan
Daerah Swatantra I Jawa Barat dalam “Pagar Betis” menjadi “Perisai
membentuk Seksi Rohani dan Manusia”. Teknik lain yang digunakan,
Pendidikan beserta bagian-bagiannya untuk memaksa pasukan DI/TII
(Lembaga Kesejahteraan Ummat dan menyerah adalah dengan menduduki
“Majelis Ulama”), sebagai badan Kerja sawah yang diduga dimiliki atau
Sama Ulama-Militer-Umaro “. dikerjakan oleh kaum kerabat mereka,
Maka karenanya, personalia agar panen tidak digunakan untuk
dengan struktur yang ditetapkan oleh memberi makan pasukan DI/TII. Dari
Staf Penguasa Perang Daerah Swatantra proses inilah lahir adagium ” Siliwangi
I Jawa Barat No. 53/8/PPD/58 tanggal adalah Jawa Barat dan Jawa Barat
22 Agustus 1958 bersama dengan adalah Siliwangi”.
Pedoman Majelis Ulama tanggal 12 Juli Maka model atau pola
1958, yang telah diuraikan dimuka, hubungan antara Ulama-Umaro yang
mendapat legitimasi yang sangat kuat, dikembangkan di Jawa Barat ini
untuk menghadapi situasi Jawa Barat kemudian menjadi salah satu prototipe
pada kala itu. model hubungan ulama dan umaro pada
Dengan modal ini, yang tingkat nasional.
selanjutnya ditempuh jalan gerakan 1. Maka pada tingkat nasional, pada 17
“Pagar Betis” menghadapi DI/TII, telah Rajab 1395 bertepatan dengan 26 Juli
tercapai pemulihan keamanan di Jawa 1975, atas prakarsa kebijakan
35
ISSN: 2477-2771 Jurnal Candrasangkala
E-ISSN: 2477-8214 Vol 3 No.2 Tahun 2017
36