Anda di halaman 1dari 10

ISSN: 2477-2771 Jurnal Candrasangkala

E-ISSN: 2477-8214 Vol 3 No.2 Tahun 2017

PERANAN ORGANISASI KEAMANAN DESA (OKD) SEBAGAI


WAHANA BAGI PARA PEMUDA DALAM MENANGGAPI
GEROMBOLAN DI/TII 1962

Alex Anis Ahmad


Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Siliwangi, Jln. Siliwangi No. 24 Tasikmalaya
Email: AlexAnisAhmad@unsil.ac.id

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai peran OKD
(Organisasi Keamanan Desa) dalammenanggapi Gerombolan DI/TII 1962. Adapun
metode penelitian yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode penelitian
kualitatif deskriptif. OKD dan TNI bekerja sama untuk menjaga keamanan masyarakat
dari gangguan DI/TII. Tenaga sukarela ini tidak mendapat upah, tapi hanya diberi makan
setiap hari oleh masyarakat secara bergiliran yang diatur oleh ketua RT.setiap malam
OKD selalu siap siaga bahkan mengadakan patrol bersama TNI, kendati mereka selalu
berada di baris terdepan waktu menghadapi aksi gerombolan DI/TII. Dengan adanya
integrasi kekuatan warga masyarakat yang tergabung dalam OKD dan TNI telah
menampakkan hasil, isalnya ada beberapa anggota-anggota gerombolan yang berhasil
ditangkap atau menyerahkan diri sehingga bisa didapat keterangan-keterangan mengenai
kegiatan mereka. Kerjasama antara kelompok ini ternyata sangat efektif diterapkan
sebagai pertempuran territorial,dan sementara itu pun menjadi gerakan pukul mundur dan
lari dari aksi gerombolan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia.

Kata Kunci: Organisasi Keamanan Desa, DI/TII

PENDAHULUAN Tjakradipura selaku Komandan Korem


062/Tarumanegara dengan melibatkan
Operasi penumpasan dilakukan partisipasi aktif masyarakat, maka S.M.
oleh TNI, khususnya penumpasan Kartosuwiryo dapat ditangkap oleh
Pemberontakan DI/TII Kartosuwiryo di Kompi Pelda Suhanda yaitu Sersan Ara
Jawa Barat memerlukan waktu yang Suhara di Gunung Geber Kecamatan
cukup lama kurang lebih selama 13 Majalaya Kabupaten Bandung pada
tahun. Hal ini disebabkan operasi yang tanggal 4 Juni 1962.
dilaksanakan bersifat konvensional dan Sedangkan penumpasan DI/TII
kurang melibatkan partisipasi aktif dari di Jawa Tengah sasarannya adalah untuk
masyarakat sehingga hasilnya tidak menumpas pemberontakan Batalyon 426
maksimal karena DI/TII menggunakan pimpinan Kapten Sofyan dengan
taktik gerilya di gunung-gunung dan melancarkan Operasi Merdeka Timur
operasi operasi yang dilaksanakan oleh pimpinan Letkol Soeharto dan berhasil
TNI sampai dengan akhir tahun 1957 menumpas pemberontakan tersebut pada
belum berhasil menangkap gembong bulan desember 1951. Dalam operasi itu
gembong DI/TII di Jawa Barat. Setelah gugur Mayor Sunaryo Dan Yon 417 dan
dilakukan inovasi taktik dan strategi oleh Mayor Kusmanto yang gugur di daerah
TNI antara lain dengan (Isolasi Total) Klaten. Untuk mengatasi pemberontakan
dengan semboyan “udag terus – uber AUI Kyai Somolangu dan
terus” dan diterapkannya “Taktik Pagar pemberontakan Amir Fatah maka
Betis“ hasil ciptaan/gagasan Kolonel dibentuk Operasi “Gerakan Banteng

27
ISSN: 2477-2771 Jurnal Candrasangkala
E-ISSN: 2477-8214 Vol 3 No.2 Tahun 2017

Nasional” atau disingkat GBN di bawah motif yang mungkin sangat penting bagi
pimpinan Letkol Sarbini, kemudian pemecahan masalah (S. Nasution,
Letkol Bachrun dan terakhir Letkol A. 2009:26).
Yani dengan membentuk pasukan Teknik pengumpulan data yang
Banteng Raiders dengan taktik “ayam digunakan dalam penelitian ini adalah:
alas“ berhasil menumpas pemberontakan a. Observasi
DI/TII di Jawa Tengah dan pada tahun Merupakan suatu teknik
1952 Amir Fatah menyerah di pengumpulan data yang dilakukan secara
Tasikmalaya. langsung dengan melakukan survey
Selanjutnya dengan contoh dilapangan dan melakukan pengamatan
partisipasi masyarakat dalam upaya lapangan secara fisik untuk memperoleh
pembelaan negara ini, kita diharapkan data secara primer. Selain itu observasi
mampu menjelaskan pentingnya usaha juga dilakukan untuk mengetahui
pembelaan negara, mengidentifikasi perkembangan wilayah secara umum
bentuk-bentuk usaha pembelaan negara, sampai saat ini.
dan menampilkan peran serta dalam b. Wawancara
usaha pembelaan negara. Merupakan suatu teknik
Upaya pembelaan Negara pengumpulan data yang dilakukan
merupakan hak dan kewajiban kita semua dengan berkomunikasi secara verbal
sebagai warga Negara. Selama lebih 60 dengan objek penelitian atau responden.
tahun merdeka, telah banyak contoh Cara ini diharapkan timbul saing silang
upaya pembelajaran Negara yang telah pendapat yang kondusif, dapat member
dilakukan oleh segenap komponen masukan-masukan pendapat yang
bangsa Indonesia, peran warga Negara dianggap kurang lengkap, menyimpang,
dalam pembelaan Negara memiliki atau bahkann terlalu melebih-lebihkan
tingkat kewajiban yang berbeda sesuai keterangan.
dengan kedudukan dan tugasnya masing- c. Studi Literarur
masing. Studi Literatur digunakan
Berdasarkan uraian di atas, terutama untuk memperoleh teori-teori
penulis tertarik untuk melakukan dan konsep yang diperlukan untuk
penelitian tentang peran Organisasi menunjang penelitian. Dengan studi
Keamanan Desa (OKD) dalam literatur diharapkan dapat meperlancar
menghadapi dan menumpas Gerombolan penelitian. Cara yang ditempuh dalam
DI/TII Tahun 1962 Khususnya d daerah studiliteratur ini dengan mempelajari
Jawa Barat, maka penulis memberi judul buku, dan dokumen yang ada
“OKD (Organisasi Keamanan Desa) hubungannya dengan permasalahan yang
Sebagai Wahana bagi Para Pemuda akan ditemukan.
Dalam Menanggapi Gerombolan DI/TII d. Studi Dokumentasi
1962“. Dokumen merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya
METODE PENELITIAN monumental dari seseorang. Dokumen
yang berbentuk tulisan misalnya catatan
Metode penelitian yang harian, sejarah kehidupan (life histories),
digunakan dalam penelitian ini adalah ceritera, biografi, kebijakan. Dokumen
menggunakan metode penelitian yang berbentuk gambar, misalnya foto,
deskriptif kualitatif. Selain itu, penulis sketsa. Dokumen yang berbentuk karya
menggunakan pula metode survey misalnya karya seni, yang dapat berupa
dengan teknik wawancara karena gambar, patung, dan film.
memperkuat hasil studi literatur. Melalui
survey diperoleh fakta-fakta yang tidak
bisa diamati, keterangan pada masa lalu
yang belum dicatat, bahkan opini dan

28
ISSN: 2477-2771 Jurnal Candrasangkala
E-ISSN: 2477-8214 Vol 3 No.2 Tahun 2017

HASIL DAN PEMBAHASAN perkataan ataupun


perbuatan.
1. Pembentukan Organisasi 3) Setiap Organisasi Keamanan
Keamanan Desa (OKD) Desa harus dapat menuntun
Untuk menindaklanjuti rakyat kea rah rasa cinta
penyelesaian pemulihan keamanan, bangsa, sehingga rasa
pimpinan tentara bersama para pemuda kebangsaan sebagai bangsa
yang dihimpun dalam suatu wadah untuk Indonesia benar-benar terasa
mengatasi kekacauan di daerah masing- sangat meresap.
masing. Para pemuda atau warga 4) Setiap Organisasi Keamanan
masyarakat diberi pengetahuan Desa harus bertindak tegas
kemiliteran sehingga mereka memahami kepada musuh Negara dan
bagaimana cara menggunakan senjata musuh rakyat
secara tepat. Merekapun mampu (hasil wawancara dengan
melakukan kerjasama antar kelompok, bpk. Udin)
bagaimana cara bertempur di waktu
malam, cara melakukan pengergapan OKD dan TNI bekerja sama
musuh, ataupun cara menyelamatkan diri untuk menjaga keamanan masyarakat
dalam keadaan darurat. Pengetahuan itu dari gangguan DI/TII. Tenaga sukarela
diberika oleh TNI mengingat serangan ini tidak mendapat upah, tapi hanya
yang dilakukan gerombolan DI/TII diberi makan setiap hari oleh masyarakat
biasanya menggunakan perang gerilya, secara bergiliran yang diatur oleh ketua
oleh karena itu kepada para pemuda atau RT.setiap malam OKD selalu siap siaga
warga masyarakat yang sudah diberi bahkan mengadakan patrol bersama TNI,
pengetahuan kemeliteran oleh pemerintah kendati mereka selalu berada di baris
dianjurkan agar membentuk suatu terdepan waktu menghadapi aksi
organisasi keamanan desa yang lebih gerombolan DI/TII.
dikenal dengan sebutan OKD (hasil Adapu sasaran OKD yaitu
wawancara dengan Bpk. Udin). mengadakan pendekatan kepada
Organisasi Keamanan Desa masyarakat untuk bersama-sama dengan
(OKD) merupakan tenaga sukarela dari TNI, melaksanakan operasi militer.
masyarakat yang dipersenjatai oleh TNI Operasi militer ini dapat dikelompokkan
dan berfungsi menjaga stabilitas kedalam operasi tempur, operasi
keamanan desa . Adapun tugas pokok intelejen, operasi territorial dan
OKD adalah sebagai berikut: pemeliharaan keamanan serta ketertiban
a. Organisasi Keamanan Desa masyarakat (Puswankamra, 1972:40).
(OKD) harus menjalankan tugas Dalam kegiatan operasi tempur, mereka
di Desa masing-masing; secara langsung mengadakan perlawanan
b. Yang menjadi pedoman bersenjata terhadap pemberontak,
Organisasi Keamanan Desa sedangkan bantuan intel mereka berupa
(OKD): pemberian informasi atau keterangan
1) Sertiap organisasi mengenai keberadaan DI/TII kepada TNI
Keamanan Desa dianggap kemudian diadakan tindakan lebih lanjut
sebagai patriot sejati sesuai dengan persiapan yang matang.
pembela Proklamasi Dalam bidang operasi territorial
Kemerdekaan Republik dilakukan bantuan melalui perorangan
Indonesia 17 Agustus 1945; untuk memisahkan gerombolan
2) Setiap Organisasi Keamanan pemberontak dari rakyat, sehingga
Desa hendaknya bertindak pemberontakanpun tidak akan
ramah tamah yang disertai mendapatkan dukungan apapun dari
sopan santun kepada rakyat rakyat. Disamping itu kegiatan ditujukan
dan tidak boleh melukai terutama untuk memberikan bantuan
rakyat baik dengan logistik kepada kesatuan TNI yang

29
ISSN: 2477-2771 Jurnal Candrasangkala
E-ISSN: 2477-8214 Vol 3 No.2 Tahun 2017

sedang mengadakan operasi. Dengan tergabung dalam OKD dan TNI telah
kegiatan bantuan tempur tersebut pihak menampakkan hasil, isalnya ada
DI/TII mendapat perlawanan bersenjata beberapa anggota-anggota gerombolan
dimanapun mereka bergerak seperti yang yang berhasil ditangkap atau
dialami oleh pasukan IKD di Desa menyerahkan diri sehingga bisa didapat
Sukapura keterangan-keterangan mengenai
Ada beberapa orang DI/TII yang kegiatan mereka. Kerjasama antara
meminta beras kepada warga kelompok ini ternyata sangat efektif
masyarakat kampong Cihurip, diterapkan sebagai pertempuran
kemudian beras itu diantarkan ke territorial,dan sementara itu pun menjadi
Cihamerang (Cikutuk). Sebagian gerakan pukul mundur dan lari dari aksi
masyarakat Cihurip segera gerombolan Darul Islam/Tentara Islam
melapor kepada OKD, sehingga Indonesia.
OKD langsung menyiapkan Sementara integrasi kekuatan
pasukan dengan persenjataan OKD dan TNI melaksanakan operasi
lengkap menuju ke Cihamerang. penumpasan langsung ke tempat sasaran,
Ketika sudah sampai di tempat ternyata tempat itu disamping dijadikan
OKD yang dipimpin oleh Pak sebagai tempat konsolidasi gerombolan,
Hari melihat asap yang keluar ada tempat lain yang dijadikan sebagai
dari gubuk kecil, setelah diteliti penampungan keluarga. Keberhasilan
ternyata gerombolan DI/TII yang gerakan Organisasi Keamanan Desa serta
sedang menenak nasi (B. sunda: TNI tidak saja menumbuhkan suasana
Ngaliwet). Maka OKD langsung aman, namun banyak diantara
melancarkan tembakan ke gubuk gerombolan Darul Islam yang kembali
tersebut, dari kejadian tersebut kepankuan Ibu Pertiwi (wawancara:
berhasil ditembak tiga orang Bapak Udin)
yang 2 orang laki-laki dan satu
diantaranya perempuan yang 2. Peran Organisasi Keamanan Desa
merupakan istri dari salah satu dalam Menumpas Gerombolan
gerombolan yang ditangkap DI/TII
tersebut. (hasil wawancara Seperti telah dikemukakan
dengan Bpk. Hari) Organisasi Keamanan Desa (OKD)
sangat berperan dalam mengatasi
Dengan operasi-operasi yang keamanan di Desa Sukapura terutama
dilakukan seperti yang di paparkan dalam menjaga masyarakat dari
diatas, maka pihak gerombolan DI/TII gangguan DI/TII. Dengan adanya OKD
merasa takut jika berhadapan dengan masyarakat merasa dilindungi dari
OKD, sehingga pembakaran, ancaman DI/TII karena hampir setiap
pembunuhan, perampokan yang malam DI/TII menjarah ke kampong-
dilakukan oleh DI/TII di Desa Sukapura kampung untuk meminta terhadap warga
sedikit menurun. (menurut narasumber: masyarakat secara paksa.
Bapak. Sapri) OKD hampir setiap hari setiap
Tujuan gerakan Organisasi malam mengontrol keliling terutama di
Keamanan Desa yaituuntuk menumpas kampong yang sering dijarah dan
gerakan yang dilakukan oleh gerombolan dirampok, atau kadang-kadang dibakar
DI/TII dengan cara melakukan integrasi oleh gerombolan DI/TII. Tugas OKD
kekuatan antara warga masyarakat, OKD sering mengadakan penyuluhan terhadap
serta dibantu oleh TNI. Integrasi warga masyarakat supaya tidak
kekuatan ini terus berusaha mengepung terpengaruh oleh hasutan-hasutan DI/TII.
lawan yang melarikan diri ke hutan- Sementara yang sudah pergi ke hutan dan
hutan. yang menjadi anggota DI/TII segera
Dengan adanya integrasi dibujuk untuk menyerah kepada TNI
kekuatan warga masyarakat yang untuk pulang ke kampong halamannya.

30
ISSN: 2477-2771 Jurnal Candrasangkala
E-ISSN: 2477-8214 Vol 3 No.2 Tahun 2017

Untuk mempercepat pemulihan 3. Peran OKD dalam Memulihkan


keamanan, OKD dan TNI mengadakan Keamanan Desa
penyempurnaan operasi-operasi supaya Setelah gerombolan Di/TII
efektif dan efisien serta mengenai menyerah, maka usaha-usaha yang
sasaran. Maka di Desa Sukapura dilakukan oleh pemerintah setempat,
dibentuklah pagar betis, yang OKD dan TNI terutama melakukan
kegunaannya untuk memutuskan pendekatan kepada masyarakat, yaitu
hubungan antara DI/TII dengan dengan menjalin kerjasama antara
masyarakat supaya mereka tidak pemerintah dengan masyarakat untuk
mendapatkan makanan yang biasanya merehabilitasi sendi-sendi kehidupan
memang berasal dari masyarakat itu yang telah rusak akibat kekacauan yang
sendiri. Di Desa Sukapura pagar betis ditimbulkan oleh geombolan DI/TII, serta
dilaksanakan di setiap pegunungan yang menjaga keadaan lingkungan tempat
merupakan tempat persembunyian tinggal mereka dari segala kemungkinan
DI/TII. Setiap pos dijaga oleh 7 (tujuh) yang mengganggu ketentraman
orang pemuda yang sudah terlatih dan masyarakat.
dibantu oleh OKD dan TNI sedangkan Usaha untuk memulihkan
tugas penjagaan pos pada setiap hari dan keamanan tersebut tidak hanya di bidang
setiap malam berlangsung secara keamanan saja, namun semua
bergantian. diintegrasikan dalam berbagai sektor
Untuk memberikan makanan kehidupan diantaranya membangun
kepada para anggota TNI yang sedang mesjid, rumah-rumah penduduk, dan
melaksanakan tugasnya, diadakanlah lading yang terlantar dibuka kembali dan
dapur umum yang tempatnya di rumah diperbaiki. Sehingga warga masyarakat
masyarakat yang biasanya dijadikan juga mempunyai kesempatan untuk
sebagai penginapan para anggota TNI membangun dan bersosialisasi dengan
yang bertugas menjadi pegawai dapur warga masyarakat lainnya.
umum (tukang masak) yang menurut Dalam bidang pertanian,
Bapak Udin berjumlah 6 (enam), yaitu: masyarakat sudah menikmati lagi hasil
Bapak Udin, Bapak Subana, Bapak pertaniannya, sehingga kebutuhan
Supriatna, Saldi, Ibu Ai, Saldi, dan Ibu sehari-hari dapat dipenuhi dengan
Sopiah. Sebagai kepala dapur umum berkecukupan. Kemudian di dalam
yaitu Samlawi dari TNI. situasi sosial ekonomi masyarakat Desa
Dengan terbentuknya pagar betis Sukapura setelah DI/TII menyerah ada
berakibat pada kekurangan makanan para dalam kemajuan, baik dari segi kualitas
gerombolan DI/TII, sehingga banyak maupun dari segi kuantitas. Hubungan
diantara mereka yang menyerah kepada sosial yang dilakukan oleh warga Desa
OKD dan ada juga yang pergi ke Gunung Sukapura sudah meningkat, karena
Galunggung untuk mendapatkan sudah tidak lagi saling mencurigai
perlindungan dari Kartosuwiryo. Dengan diantara tetanga. Kehidupan gotong-
demikian peran OKD sangat vital dalam royong yang dilakukan warga
menciptakan suasana keamanan di Desa masyarakat berjalan dengan baik dalam
Sukapura. Oleh karena itu, OKD menjadi bidang komunikasi sesame warganya
tumpuan harapan masyarakat dimana sudah berjalan lancer. Kegiatan-
mereka berperan sebagai alat komunikasi kegiatan tampak semain membaik,
antara masyarakat dengan pasukan pengajian yang dilaksanakan warga
keamanan desa lain termasuk dengan baik sore maupun malam hari sudah
TNI dan dapat melakukan tindakan berjalan kembali. Dalam bidang
prefentif akan kemungkinan terjadinya pendidikan anak-anak mulai
aksi gerombolan DI/TII. disekolahkan kembali, mengingat
situasi dan kondisinya sudah
memungkinkan untuk meneruskan
sekolah lagi. Hubungan dusun ke dusun

31
ISSN: 2477-2771 Jurnal Candrasangkala
E-ISSN: 2477-8214 Vol 3 No.2 Tahun 2017

cukup baik sehingga lebih melekatkan pertanian, maka makin meluaslah


pertalian kekerabatan yang harmonis, persawahan, perkebunan, kehutanan
sedangkan nilai-nilai budaya yang dan peternakan yang berarti semakin
hidup di masyarakat terjalin kembali banyak terbuka lapangan pekerjaan.
dengan penuh toleransi dan saling Pembangunan akan berjalan lancer,
menghormati. Dengan demikian situasi apabla sarana perhubungan jalan
sosial ekonomi masyarakat desa lalulintas serta alat pengangkut dalam
Sukapura setelah DI/TII menyerah kondisi yang baik.
mengalami perkembangan yang cukup
baik. Pembahasan
Melalui tindakan-tindakan
rehabilitasi dibidang ekonomi keadaan Gerakan pemberontakan ini
ekonomi masyarakat setempat yang berawal dari gagasan/ide Sekarmadji
telah hancur secara bertahap dapat Maridjan Kartosuwiryo untuk
diperbaiki. Suasana suram berganti membentuk sebuah negara Islam.
dengan datangnya masa penuh harapan. Kartosuwiryo mendirikan Pondok
Masyarakat pun akan berfikir jauh Pesantren Sufah, di Malangbong Jawa
kedepan untuk memikirkan rencana Barat. Di pondok inilah ia
hidup dimasa yang akan datang apabila menggembeng pasukan Hizbullah dan
landasan ekonomi mantap dan sabillillah. Ia pernah menjadi sekretaris
pembangunan akan dapat dilaksanakan. partai Masyumi Jawa Barat, bahkan
Tunjangan untuk menaikkan pernah dicalonkan sebagai Menteri
taraf hidup rakyat baru dapat tercapai, Muda Pertahanan. Namun jabatan ini
apabila mereka memperoleh tidak pernah diembannya.
penghasilan yang layak sesuai dengan Pada saat terjadi Agresi Militer
martabat manusia. Seperti apa yang Belanda I, ia dan pasukannya
dikatakan: “Tiap Warga Negara berhak melancarkan perang suci melawan
atas pekerjaan dan penghidupan yang Belanda. Puncak dari peristiwa yang
layak bagi kemanusiaan” (UUD 45 meletuskan pemberontakan
Pasal 27 ayat 2). Pasal itu menentukan Kartosuwiryo adalah hasil perundingan
dan memberikan arah kepada Renville yang mengakibatkan seluruh
pelaksanaan pembangunan Negara pasukan TNI harus melakukan hijrah ke
Indonesia. dalam wilayyah RI di Yogyakarta.
Tujuan dari arah ini jelas sekali Pasukan Divisi pimpinan Kartosuwiryo
yaitu memberikan lapangan pekerjaan (bagian dari Divisi Siliwangi Jawa
untuk meningkatkan penghasilan. Barat), menyatakan tidak bersedia
Dalam hal ini tingkat kehidupan hijrah. Kantong-kantong TNI yang
masyarakat di Desa Sukapura sangat ditinggal hijrah diisi oleh pasukan
tergantung pada bidang pertanian dalam Kartosuwiryo, dan meneruskan gerilya
rangka memanfaatkan tanah dan tenaga melawan Belanda di Jawa Barat.
manusia kendati masalah modal dan Pada bulan Pebruari 1948,
tenaga ahli kurang sekali. Kedua bidang Kartosuwiryo mengubah gerakan suci
tersebut sudah sewajarnya mendapat melawan Belanda menjadi sebuah
perhatian yang paling utama karena gerakan politik, dengan menobatkan
sebagian besar rakyat setempat adalah diri sebagai Imam Negara Islam
petani sedangkan kebutuhan akan Indonesia, dan menamakan pasukannya
pangan masih banyak dari apa yang dengan nama Tentara Islam Indonesia
mampu dihasilkan. (TII).
Seperti dimaklumi ialah bahwa Kontak senjata pertama terjadi
pola perekonomian pertanian dengan dengan pasukan TNI dari Divisi
demikian wajarlah apabila pemerintah Siliwangi yang baru kembali dari
sempat lebih memprioritaskan bidang Yogyakarta tanggal 25 Januari
itu. Dengan pembangunan bidang 1949. Sejak saat itu terjadi perang segi

32
ISSN: 2477-2771 Jurnal Candrasangkala
E-ISSN: 2477-8214 Vol 3 No.2 Tahun 2017

tiga antara pasukan DI/TII – TNI – mendapat simpati dari berbagai daerah
Belanda. di Indonesia, seperti : Di Jawa Tengah,
Tindakan pemerintah dalam Kebumen, di Kalimantan Selatan,
menumpas gerakan DI/TII : Sulawesi Selatan dan Aceh.
1. Pendekatan oleh pimpinan Partai Penumpasan DI/TII termuat
Masyumi : Moh. Natsir melalui dalam Rencana Pokok (RP) dan
surat tidak berhasil, bahkan Rencana Operasi (RO), sebagai berikut
Kartosuwiryo secara resmi : pada tahun 1958 merupakan tahun
membalas surat itu dengan kebangkitan pemikiran Kodam
memproklamasikan berdirinya III/Siliwangi ke arah pemulihan
Negara Islam Indonesia pada keamanan di Jawa Barat yang lebih
tanggal 7 Agustus 1949 efektif dan efisien. Kemudian lahirnya
2. Bulan September 1949 untuk konsep Perang Wilayah (sudah
kedua kali Moh. Natsir disahkan dengan Ketetapan MPRS No.
membujuk Kartosuwiryo untuk II/MPRS/1960 merupakan manifestasi
menghentikan pemberontakan dari Undang-undang Dasar 45, pasal 30
dan kembali ke pangkuan RI, ayat 1, yang menjelaskan bahwa setiap
tetapi gagal. Bahkan sejak saat warga negara berhak dan wajib ikut
itu rakyat Jawa Barat mulai serta dalam pembelaan negara.
mengalami teror dari gerombolan Sementara itu penelitian anti gerilya
DI/TII yang sering melakukan berjalan terus, dan diantaranya
pembunuhan, merampas harta keluarlah Rencana Pokok 211 (RP 211)
benda rakyat untuk memenuhi yang berbunyi “Membatasi gerak dari
kebutuhan logistik lawan”.
pasukan/gerombolan ini. Menyesuaikan dengan mobilitas
3. Setelah tindakan persuasif tidak DI/TII, maka keluarlah pada waktu itu
berhasil mengembalikan Rencana Operasi 212 pada 1 Desember
Kartosuwiryo ke pangkuan ibu 1959. Kemudian bulan Pebruari 1961
pertiwi, pemerintah bertindak dikeluarkan Rencana Operasi 2121 (RO
tegas dengan menggelar Operasi 2121) yang merupakan percepatan dari
Pagar Betis. Operasi yang RO 212, isinya berupa kebijaksanaan
dilaksanakan dengan bantuan bahwa pemulihan keamanan untuk
rakyat Jawa barat ini bertujuan wilayah Jawa Barat akan diselesaikan
untuk mempersempit ruang gerak dalam jangka waktu itu, hanya sampai
gerombolan. Sehingga semakin tahun 1965. Tetapi dalam RO 2121
hari semakin banyak para jangka waktu itu hanya sampai dengan
pengikut Kartosuwiryo yang tahun 1962.
menyerahkan diri dan kembali ke Pada tahun 1956, para ulama di
tengah- tengah Priangan Timur, yang jadi basis utama
masyrakat. Gerombolan DI/TII gerakan DI/TII, mengambil inisiatif
terdesak di Gunung Geber, untuk mengadakan pertemuan dengan
Tasikmalaya. kalangan militer. Atas prakarsa
4. Akhirnya tanggal 4 Juni 1962, kalangan militer, maka
Kartosuwiryo beserta keluarga terbentuklah Badan Musyawarah Alim
dan pengikutnya dapat ditangkap Ulama (BMAU) pada 18 Maret 1957 di
hidup-hidup dalam sebuah Tasikmalaya. Prakarsa tersebut
operasi yang diberi nama merupakan bagian dari kebijakan
sandi Operasi Baratayudha. Dan Komandan Resimen 11 Galuh Letkol
pada tanggal 16 Agustus Syafei Tjakradipura dan Kepala Stafnya
Kartosuwiryo dijatuhi hukuman Mayor Poniman. Resimen Galuh ini
mati. memiliki wilayah kerja Tasikmalaya
Pemberontakan Darul dan Ciamis (Priangan Timur).
Islam/Tentara Islam Indonesia, ternyata

33
ISSN: 2477-2771 Jurnal Candrasangkala
E-ISSN: 2477-8214 Vol 3 No.2 Tahun 2017

BMAU ini didirikan setelah para Jawa Barat mengeluarkan Pedoman


ulama, wakil militer dan pemerintah Majelis Ulama, dinyatakan Majelis
mengadakan pertemuan di Gedung Ulama berasas Islam dan mempunyai
Mitra Batik Tasikmalaya (kini, Toserba tujuan melaksanakan kerjasama dengan
Yogya). Ulama yang hadir dalam alat negara Republik Indonesia dalam
pertemuan itu adalah KH. Ruhiyat Rois bidang tugasnya yang sesuai dengan
Syuriah Nahdlatul Ulama Cabang ajaran Agama Islam. Dan pada 11
Tasikmalaya (Pesantren Cipasung), KH Agustus 1958 mengeluarkan Instruksi
Ishak Farid (Pesantren Cintawana), KH No.32/8/PPD/1958 kepada Semua
Fathoni (Ciamis), KH Holil Dahu Pelaksana Kuasa Perang Di Daerah
(Ciamis), pengasuh Pondok Pesantren Swatantra I Jawa Barat untuk
Jamanis, KH O. Hulaimi Ketua membentuk Majelis Ulama didaerahnya
Tanfidziayah Nahdlatul Ulama masing-masing berdasarkan pada dan
Tasikmalaya (Cikalang Tasikmalaya), sesuai dengan Pedoman terlampir, dan
KH R. Didi Abdulmadjid, KH. Burhan Pelaksana Kuasa Perang yang sudah
Sukaratu dan KH.Didi Dzulfadli terlebih dulu membentuk Majelis
Kalangsari (Tasikmalaya). Hadir juga tersebut supaya menyesuaikannya
Mayor R. Mustari dari Rohis dengan Pedoman ini.
(Perawatan Rohani Islam) Resimen Sebagai peningkatan dan lebih
Galuh. Selain itu ada juga Bupati mengokohkan posisi Majelis Ulama,
Tasikmalaya dan Bupati Ciamis serta diselenggarakanlah Konferensi Alim
wakil-wakil dari kepolisian dan Ulama-Umaro pada 7-9 Oktober 1958
beberapa partai politik. Pertemuan itu bertepatan dengan 2 – 4 Rabi’ul Tsani
mengambil sejumlah kesepakatan, dan 1377 H, di Lembang Bandung, dengan
yang ditunjuk memimpin BMAU itu sebuah Panitia Penyelenggara yang
adalah KH. R. Didi Abdulmadjid dipimpin Let.Kol. Omon Abdurachman
sebagai Ketua dan KH. Irfan Hilmy sebagai Ketua Umum, seorang Perwira
sebagai Penulis. Akan tetapi tidak TT III/Siliwangi. Konferensi ini
diketemukan suatu dokumentasi dan diselenggarakan pasti sudah, untuk
keterangan bagaimana struktur dan mengokohkan kebersamaan dalam
personil selengkapnya dari BMAU ini. menegakkan NKRI. Juru bicara
Salah satu tujuan BMAU ini Resimen 11 Galuh dalam Pemandangan
adalah untuk memulihkan stabilitas umumnya antara lain mengemukakan
keamanan di Priangan Timur. BMAU “Setelah BMAU didirikan atas
ini juga berfungsi untuk kebijaksanaan Komandan RI 11 disertai
menyelenggarakan kegiatan pengajian, C.PR.A.D-nya dan mendapat sambutan
pendidikan, dan dakwah. Dengan dan dukungan yang hangat daripada
demikian, cikal-bakal Majelis Ulama ulama make segala kecurigaan, tekanan,
bisa dinyatakan adalah BM-AU ini. fitnahan terhadap alim ulama lenyap
Melalui BMAU ini para ulama dan timbul kerjasama yang erat dan
mewujudkan upaya menjaga keutuhan saling harga menghargai disegala
RI dengan jalur ishlah bainan naas lapangan”. Disampaikan pula bahwa:
(perdamaian antara sesama manusia). “Rapat Alim Ulama Resimen Infantri
Pertemuan alim ulama dan 11 tanggal 3 Oktober 1958 di Staff
Pemerintah, sipil dan militer kemudian Resimen Infantri 11 menyetujui BMAU
berlanjut diadakan pula didaerah lain, diganti manjadi MU”. Dan yang juga
seperti Konferensi Alim Ulama Militer menjadi bahan pertimbangan adalah
se-Kresidenan Banten, pertemuan keputusan Konferensi Alim Ulama
Ulama Umaro Sumedang pada Juni Militer se-Karesidenan Banten:
1958, Garut dan Bandung pada Juli “mengenai penempatan APRI dan alat
1958. negara bersenjata lainnya, harus dapat
Pada 12 Juli 1958, Staf menyesuaikan diri dengan adat istiadat
Penguasa Perang Daerah Swatantra I dan Agama didaerah mereka bertugas”,

34
ISSN: 2477-2771 Jurnal Candrasangkala
E-ISSN: 2477-8214 Vol 3 No.2 Tahun 2017

dan “mengenai para tahanan, terutama Barat. Jendral A.H. Nasution adalah
alim ulama, yaitu supaya mendapat penggerak utama “Rencana Dasar 2,1″,
pelayanan dan perawatan yang layak yaitu gagasan yang mendasari : Musuh
dan segera dilakukan pemeriksaan harus ditahan didaerah-daerah tertentu,
dengan care yang jujur dan adil”. dan aksi-aksi Republik harus
Para tokoh ulama itu pulalah dipusatkan pada salah satu daerah ini
yang kemudian terlibat dalam sekaligus, dengan demikian pangkalan
Konferensi Alim Ulama-Umaro Daerah musuh ditumpas satu demi satu. Itulah
Swatantra I Jawa Barat di Lembang, sebabnya, Divisi Siliwangi dengan
Bandung pada 7-9 Oktober 1958. dibantu Divisi Diponegoro dan
Konferensi tersebut menghasilkan Brawijaya, -yang tentu tidak merupakan
keputusan yang berkaitan dengan tiga kekuatan yang cukup-, pada tahun
persoalan pokok yang dihadapi seat itu 1960 seluruh penduduk sipil Jawa
yakni (a) usaha menyempurnakan Barat diturutsertakan dalam apresiasi,
pemulihan keamanan dan dan dibentuklah secara besar-besaran
pemeliharaannya, (b) usaha “Pagar Betis”.
menyempurnakan pembangunan dan (c) Dalam gerakan “Pagar Betis”
usaha penyempurnaan pendidikan dan yang kadang-kadang berlangsung
kebudayaan. berhari-hari ini, penduduk sipil
Dalam Konferensi Lembang membentuk garis maju berangsur-
ini hadir memberikan Kata angsur, dengan satuan-satuan kecil tiga
Sambutannya: Menteri Agama,KH. sampai empat prajurit pada jarak-jarak
Moh. Ryas, Menteri Negara Urusan tertentu, tidak terlalu jauh satu sama
Kerjasama Sipil dan Militer, KH.Wahib lain. Dalam teori, pagar betis ini
Wahab, K.S.A.D. Jenderal A.H. disokong satuan-satuan militer dibaris
Nasution, Ketua Pengurus Perang depan maupun dibaris belakang.
Daerah Swatantra I Jawa Barat Prajurit dibarisan belakang merupakan
/Panglima Teritorium III / semacam cadangan yang dapat
Siliwangi Kol.RA. Kosasih. digunakan pada tempat-tempat yang
Diantara Keputusan sukar dimasuki digunakan taktik tidak
Konferensi ini adalah penegasan dimasuki, tetapi dikepung.
“Menyetujui dan Mempertahankan Dalam praktek, Tentara
kebijakan Ketua Penguasa Perang Republik kadang-kadang menggunakan
Daerah Swatantra I Jawa Barat dalam “Pagar Betis” menjadi “Perisai
membentuk Seksi Rohani dan Manusia”. Teknik lain yang digunakan,
Pendidikan beserta bagian-bagiannya untuk memaksa pasukan DI/TII
(Lembaga Kesejahteraan Ummat dan menyerah adalah dengan menduduki
“Majelis Ulama”), sebagai badan Kerja sawah yang diduga dimiliki atau
Sama Ulama-Militer-Umaro “. dikerjakan oleh kaum kerabat mereka,
Maka karenanya, personalia agar panen tidak digunakan untuk
dengan struktur yang ditetapkan oleh memberi makan pasukan DI/TII. Dari
Staf Penguasa Perang Daerah Swatantra proses inilah lahir adagium ” Siliwangi
I Jawa Barat No. 53/8/PPD/58 tanggal adalah Jawa Barat dan Jawa Barat
22 Agustus 1958 bersama dengan adalah Siliwangi”.
Pedoman Majelis Ulama tanggal 12 Juli Maka model atau pola
1958, yang telah diuraikan dimuka, hubungan antara Ulama-Umaro yang
mendapat legitimasi yang sangat kuat, dikembangkan di Jawa Barat ini
untuk menghadapi situasi Jawa Barat kemudian menjadi salah satu prototipe
pada kala itu. model hubungan ulama dan umaro pada
Dengan modal ini, yang tingkat nasional.
selanjutnya ditempuh jalan gerakan 1. Maka pada tingkat nasional, pada 17
“Pagar Betis” menghadapi DI/TII, telah Rajab 1395 bertepatan dengan 26 Juli
tercapai pemulihan keamanan di Jawa 1975, atas prakarsa kebijakan

35
ISSN: 2477-2771 Jurnal Candrasangkala
E-ISSN: 2477-8214 Vol 3 No.2 Tahun 2017

Pemerintah dan terapan Menteri masyarakat, seluruh aktivitas


Agama RI (Prof.Dr. H.A. Mukti Ali), gerombolan DarHARIul Islam (DI)
Prof. Dr. HAMKA dan tokoh Bangsa yang banyak menyengsarakan rakyat
lainya, dibentuklah Majelis Ulama baik lahir maupun batin berhasil
Indonesia (MUI) melalui ditumpas. Perlu dikemukakan bahwa
Musyawarah Nasional I di Jakarta, penumpasan yang paling berhasil
tanggal 21 – 27 Juli 1958 bertepatan adalah dengan adanya Pagar Betis yang
dengan 11 – 17 Rajab 1395. setelah berhasil di lumpuhkan maka
terjadi peningkatan di bidang sosial dan
KESIMPULAN ekonomi masyarakat Desa Sukapura
mengalami kemajuan pesat
Gerombolan Di/TII bermula
dari peristiwa ditandatanganinya
perjanjian Renville, dimana salah satu
ketentuannya ialah bahwa daerah Jawa DAFTAR PUSTAKA
Barat harus dikosongkan dari pasuka
TNI yang akibatnya TNI harus hijrah Disjarah, (1972) Cuplikan sejarah TNI
ke Yogyakarta. Munculnya sejumlah AD.Bandung – Jakarta: Fa
4.000 orang Hizbullah dan Sabilillah Mahjuma.
yang tidak mematuhi perjanjian Puswankamra. 1972. Partisipasi rakjat
tersebut, menyebabkan mereka dapat dalam usaha pembelaan negara.
berkuasa di daerah yang telah Pusat Perlawanan dan Keamanan
dikosongkan itu. Sehingga Rakyat, Departemen Pertahanan
Kartosuwiryo berhasil membentuk Keamanan
Negara Islam Indonesia pada tanggal 7 Nasution, S. (2009). Metode Research
Agustus 1949 dengan beranggotakan (penelitian ilmiah). Jakarta : Bumi
pasukan Hizbullah dan Sabilillah Aksara
sebagai modal utamnya. Negara Islam
Indonesia mengalami perkembangan Wawancara:
yang meningkat di wilayah Jawa Barat
dan mencapai kejayaan pada tahun Bapak Udin
1957. Bapak Sapri
Eksistensi Negara Islam Bapak Hari
Indonesia telah berpengaruh terhadap
keamanan masyarakat Jawa Barat,
dengan adanya aktivitas gerombolan
DI/TII yang melakukan pengrusakan,
pembakaran, penggarongan, penculikan
dan pembantaian terhadap warga
masyarakat setempat. Seperti yang
dialami oleh warga masyarakat Desa
Sukapura Kecamatan Sukaraja
Kabupaten Tasikmalaya.
Cara mempengaruhi rakyat
untuk mengikuti dan merestui gerakan
DI/TII ialah melalui penyusupan
dengan cara menanamkan pemahaman
lewat pengajian-pengajian dan
menyebarkan isu-isu yang
menimbulkan rasa curiga-mencurigai
antara sesame warga masyarakat.
Berkat kesiapan Organisasi
Keamanan Desa (OKD) TNI dan warga

36

Anda mungkin juga menyukai