KELAS
XII
GASAL
1
RENCANA PROGRAM SEMESTER
MATA PELAJARAN : SEJARAH INDONESIA
NAMA GURU : ANA WAHYUNING S, S.Pd KODE GURU: 20
KELAS : XII/ TKJ & RPL
STANDART KOMPETENSI : 3. Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
LULUSAN metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab, serta dampak fenomena dan kejadian.
4. Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab, serta dampak fenomena dan kejadian.
KOMPETENSI INTI : 3. Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang
kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret
dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu melaksanakan
tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.
DAFTAR REFERENSI :
Buku:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2015. Sejarah Indonesia untuk kelas XIISMA/SMK/MA. Jakarta: Kemdikbud
Ricklefs, MC. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta
Effendy, Muhadjir. 2008. Profesionalisme Militer: Profesionalisasi TNI. Malang: UMM Press
AYani, Amelia. 2007. Achmad Yani Tumbal Revolusi. Yogyakarta: Galangpress
Badrika, I Wayan. 2006. Sejarah Nasional dan umum 3. Jakarta: Erlangga
Online:
https://www.youtube.com/watch?v=7__NmUsTgBI 28/07/2016 06.05 WIB
https://www.youtube.com/watch?v=aHisIv8jxAQ 28/07/2016 06.05 WIB
http://www.materikelas.com/2015/08/tokoh-yang-berjuang-mempertahankan.html
2
KILAS SEJARAH:
Semangat nasionalisme Indonesia dalam wujud rasa persatuan Indonesia sudah berlangsung sejak adanya
kerajaan Kutai, Sriwijaya dan Majapahit. Tapi hal itu memudar seiring dengan berjalannya waktu, usai
kemerdekaan Indonesia semakin banyak pihak yang ingin mendapatkan keuntungan untuk dirinya sendiri,
sehingga mengancam disintegrasi bangsa antara lain: PKI Madiun 1948, DI/TII, APRA, ANDI AZIS, RMS, PRRI,
Permesta, G30S/PKI. Sebenarnya apa penyebab terjadinya pemberontakan tersebut? Bagaimana pula proses
terjadinya serta akibatnya bagi bangsa Indonesia? Bagaimana peran tokoh nasional dan daerah dalam
mempertahankan keutuhan NKRI?
Foto: Musso Pemimpin pemberontakan PKI Madiun 1948 (kiri), Amir Syarifudin Ketua FDR
(kanan).
3
UJI KOMPETENSI
1. Tragedi dan konflik sering terjadi di Indonesia. Belajar dari tragedi nasional dan 1
konflik
internal yang dapat mengancam disintegrasi bangsa Indonesia pada materi bab ini.
a. Mengapa sering muncul gerakan separatisme dan pemberontakan di Indonesia?
b. Apa yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah dan rakyat untuk mengatasi gerakan
separatisme?
c. Bagaimana sikap dan pendapat pribadi Anda mengenai tragedi nasional dan konflik internal
yang pernah terjadi di Indonesia?
2. Jelaskan mengapa konsep negara komunis menjadi tujuan pemberontakan Musso di
Madiun 1948!
2.
b. DI/TII (Darul
Susunlah Islam/ di
Jawaban Tentara Islambentuk
atas dalam Indonesia)
uraian singkat ditulis tangan di folio..
Cikal bakal pemberontakan DI/TII yang meluas di beberapa wilayah Indonesia bermula dari
sebuah gerakan di Jawa Barat yang dipimpin oleh S.M Kartosuwiryo. Dahulu dikenal sebagai salah
seorang tokoh Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Perjanjian Renville yang membuka peluang
bagi Kartosuwiryo untuk lebih mendekatkan cita-cita lamanya untuk mendirikan negara Islam. Salah
satu keputusan Perjanjian Renville adalah harus pindahnya pasukan RI dari daerah yang diklaim dan
diduduki Belanda ke daerah yang dikuasai RI. Begitu juga Divisi Siliwangi sebagai pasukan resmi RI
dipindahkan ke Jawa Tengah karena Jawa Barat dijadikan negara bagian Pasundan oleh Belanda.
Parahnya lagi laksar bersenjata Hizbullah dan Sabilillah yang telah berada di bawah pengaruh
Kartosuwiryo tidak bersedia pindah dan malah membentuk Tentara Islam Indonesia (TII).
Kekosongan kekuasaan RI di Jawa Barat segera dimanfaatkan oleh Kartosuwiryo meski awalnya dia
memimpin perjuangan melawan Belanda dalam rangka menunjang perjuangan untuk merealisasikan
cita-citanya.
Pasca membentuk Darul Islam (negara Islam) sekitar bulan Agustus 1949, muncul persoalan
yang serius yaitu Divisi Siliwangi kembali ke Jawa Barat, Kartosuwiryo tidak mau mengakui
pemerintahan RI melainkan bergabung dengan DI/TII. Hal ini sangat tegas bahwa Kartosuwiryo tidak
mengakui pemerintahan RI di Jawa Barat. Sehingga pemerintahpun bersikap tegas yaitu dengan
cara melakukan operasi militer 1959.
1. DI/ TII Aceh Darussalam
Gerombolan DI/TII juga melakukan pemeberontakan di Aceh yang
dipimpin oleh Teuku Daud Beureuh, timbul disebabkan rasa kecewa Daud
Beureuh status Aceh pada 1950 diturunkan dari daerah istimewa menjadi
karisidenan di bawah Provinsi Sumatera utara. Tanggal 21 September 1953 Daud
Beureuh menjabat sebagai gubernur militer menyatakan Aceh merupakan bagian
dari Negara Islam Indonesia langsung di bawah pimpinan Kartosuwiryo. Solusi
untuk menumpas pemberontakan DI/ TII di Aceh pasukan melakukan operasi
militer. Pada tanggal 17-21 Desember 1962 diselenggarakan Musyawarah
Kerukunan Rakyat Aceh, mendapat dukungan dari tokoh masyarakat Aceh Foto: Daud Beureuh
sehingga DI/ TII mampu dipadamkan.
2. DI/ TII Jawa Barat
Pada tanggal 7 Agustus 1949 di Kabupaten Tasikmalaya (Jawa Barat), Kartosuwiryo
memproklamirkan berdirinya Negara Islam Indonesia. Gerakannya dinamakan sebagai Darul Islam
dan memiliki tentara bernama TII (Tentara Islam Indonesia). Usaha untuk menumpas
pemberontakan DI/TII ini memerlukan waktu yang lama disebabkan oleh beberapa faktor:
4
a. Medannya berupa daerah pegunungan sehingga sangat mendukung pasukan DI/TII untuk
bergerilya.
b. Pasukan Kartosuwiryo dapat bergerak dengan
leluasa di kalangan rakyat.
c. Pasukan DI/TII mendapat bantuan dari beberapa
orang Belanda, antara lain pemilik perkebunan dan
para pendukung negara Pasundan.
d. Suasana politik yang tidak stabil dan sikap beberapa
kalangan partai politik telah mempersulit usaha
pemilihan keamanan.
Dalam menghadapi aksi Di/TII pemerintah
mengerahkan pasukan TNI untuk menumpas
pemberontakan ini. Pada tahun 1960 pasukan Siliwangi
bersama rakyat melakukan operasi “Pagar Betis” dan Foto: Kartosuwiryo menjelang dieksekusi mati
operasi “ Bharatayudha” di gunung Geber daerah
majalaya Jawa Barat. Kemudian kartosuwiryo dijatuhi hukuman mati oleh Mahkamah Agung
sehingga pemberontakan DI/TII Jabar dapat di tumpas.
7
Nugroho Notosusanto dan Ismail Saleh ini merupakan teori yang paling umum didengar
mengenai kudeta tanggal 30 September 1965.
Namun terlepas dari teori mana yang benar mengenai peristiwa G30S, yang pasti sejak
Demokrasi Terpimpin secara resmi dimulai pada tahun 1959, Indonesia memang diwarnai dengan
figur Soekarno yang menampilkan dirinya sebagai penguasa tunggal di Indonesia. Dia juga menjadi
kekuatan penengah diantara dua kelompok politik besar yang saling bersaing dan terkurung dalam
pertentangan yang tidak terddamaikan saat itu : AD dengan PKI.
A. Latar belakang Munculnya G30S/PKI 1965
Sejak terpilih menjadi Ketua PKI 1951, Dipa Nusantara Aidit dengan cepat membangun
kembali PKI yang porak-poranda akibat kegagalan pemberontakan tahun 1948. Berikut latar
belakang adanya peristiwa G30S/PKI:
1. PKI pernah melakukan pemberontakan di Madiun 1948 namun gagal. Sejak tahun 1950 PKI
muncul lagi dan ikut dalam kehidupan partai politik.
2. DN Aidit dengan cepat membangun PKI, sehingga pada Pemilu 1955 PKI menjadi salah satu
partai tersebesar di Indonesia.
3. Kondisi sosial politik RI pada masa Demokrasi Terpimpin memberi peluang kepada PKI untuk
memperkuat pengaruhnya. Adanya pemberlakuan doktrin Nasakom turut mempertinggi
kedudukan PKI dalam pencaturan politik yang hanya diimbangi oleh Angkatan Darat.
4. Pengaruh PKI ternyata berkembang juga di kalangan seniman, wartawan, guru, mahasiswa,
dosen, dan kaum intelektual.
B. Pemberontakan G30S/PKI 1965
Dalam usaha menyusun kekuatan dan merebut kekuasaan, PKI melakuan serangkaian
kegiatan sebagai berikut:
1. Membentuk Biro Khusus di bawah pimpinan Syam Kamaruzaman. Tugas Biro khusus adalah
merancang dan mempersiapkan perebutan kekuasaan. Disamping itu juga melakukan infiltrasi ke
dalam tubuh ABRI, organisasi politik dan organisasi massa.
2. Menuntut dibentuknya Angkatan ke-5 yang terdiri atas buruh tani yang dipersenjatai.
3. Melakukan sabotase, aksi sepihak, dan aksi teror.
4. Melakukan aksi fitnah terhadap ABRI, khususnya TNI AD yang dianggap dan dinilai sebagai
penghambat pelaksanaan programnya, yakni dengan melancarkan isu Dewan Jenderal.
5. Melakukan latihan kemiliteran di Lubang Buaya, Pondok Gede Jakarta.
Secara fisik militer G30S/PKI 1965 dipimpin oleh Letkol Untung, Komandan Batalyon I
Resimen. Gerakan ini dimulai dini hari tanggal 1 Oktober 1965. Adapun beberapa tindakan yang
dilakukan gerakan ini adalah sebagai berikut.
1. Menculik para jenderal pimpinan TNI untuk melumpuhkan kekuatan ABRI.
2. Menduduki gedung DPR.
3. Memperkuat basis pertahanan PKI di Lubang Buaya yang terletak di dekat markas besar TNI AU.
4. Membentuk Dewan Revolusi yang akan menggantikan pemerintahan sipil.
5. Mendemisionerkan kabinet Dwikora dan membentuk pemerintahan berdasarkan Nasakom.
G30S/PKI 1965 didahului dengan penculikan enam orang perwira tinggi dan seorang perwira
pertama AD antara lain:
a. MenPangAD Ahmad Yani
b. Mayjen S. Parman
c. Mayjen R. Suprapto
d. Mayjen M.T Haryono,
e. Brigjend DI Panjaitan
f. Brigjen Sutoyo Siswomiharjo
g. Kapten Piere Tendean
h. Kolonel Katamso
8
i. Letkol Sugiyono
C. Penumpasan G30S/PKI 1965
Setelah memperoleh gambaran jelas dan keyakinan bahwa G30S/PKI merupakan gerakan
PKI, Mayjen Soeharto selaku Pangkostrad menyusun rencana untuk menumpas gerakan
pengkhianatan tersebut.
Langkah-langkah penumpasan G30S/PKI 1965 meliputi:
1. Merebut RRI dan kantor Telkom dipimpin Sarwo Edhi Wibowo.
2. Mengadakan operasi penumpasan di basis G30S/PKI di Lanud Halim Perdana Kusuma.
3. Menemukan jenazah para jenderal korban G30S/PKI.
9
Pada 5 Agustus 1950, tiba-tiba di Markas Staf Brigade 10/Garuda Makassar dikepung oleh
pengikut Andi Azis, namun berhasil dipukul mundur pihak TNI. Peristiwa dikenal dengan Peristiwa 5
Agustus 1950. Setelah pertempuran usai selama dua hari, pasukan yang mendukung gerakan Andi
Azis, yakni KNIL/KL minta berunding. Pada tanggal 8 Agustus 1950 terjadi kesepakatan antara
kolonel Alex Kawilarang dengan Mayor Jenderal Scheffelaar (KNIL/KL). Isi kesepakatan tersebut
adalah penghentian tembak menembak, KNIL/KL harus meninggalkan Makassar dan meninggalkan
semua senjatanya. Andi Azis dapat di tangkap dan diadili di Pengadilan Militer Yogyakarta pada
tahun 1953 dan dijatuhi hukuman 15 tahun penjara.
c. RMS (Republik Maluku Selatan)
Pemberontakan RMS dipimpin oleh Dr. CRS. Soumokil (mantan jaksa agung NIT). Soumokil
awalnya sudah terlibat dalam pemberontakan Andi Azis tapi dia dapat melarikan diri ke Maluku.
Soumokil juga dapat memindahkan pasukan KNIL dan pasukan Baret Hijau dari Makassar ke
Ambon. Pada tanggal 25 April 1950, Republik Maluku Selatan diproklamasikan. Soumokil tidak
menyetujui terbentuknya NKRI dan tidak menyetujui penggabungan daerah-daerah Negara Indonesia
Timur ke dalam wilayah kekuasaan RI. Soumokil berusaha melepaskan wilayah Maluku Tengah dan
NIT yang merupakan bagian dari RIS (Republik Indonesia Serikat).
Dalam upaya penumpasan, pemerintah berusaha mengatasi masalah ini dengan cara
berdamai. Cara yang dilakukan oleh pemerintah yaitu mengirim misi perdamaian yang dipimpin oleh
seorang tokoh asli Maluku, Dr. Leimena. Namun misi yang diajukan tersebut di tolak oleh Soumokil.
Selanjutnya misi perdamaian dikirim oleh pemerintah terdiri dari pendeta, politikus, dokter,
wartawanpun tidak dapat bertemu langsung dengan pengikut Soumokil.
Karena upaya perdamaian yang diajukan oleh pemerintah tidak berhasil, akhirnya pemerintah
melakukan operasi militer untuk membersihkan gerakan RMS dengan mengerahkan pasukan operasi
Militer Indonesia Timur dipimpin langsung oleh AE Kawilarang, yang menjabat sebagai Panglima
Tentara dan Teritorium Indonesia Timur. Setelah pemerintah membentuk sebuah operasi militer,
penumpasan pemberontakan RMS pun akhirnya dilakukkan tanggal 14 Juli 1950.
Pada awal November 1950 kota Ambon dapat dikuasai, namun dalam perebutan Benteng
Nieuw Victoria, Letnan Kolonel Slamet Riyadi gugur. Pada tangal 12 Desember 1963, Soumokil baru
dapat ditangkap dan kemudan dihadapkan pada Mahkamah Militer Luar Biasa di Jakarta dan di jatuhi
hukuman mati.
UJI KOMPETENSI 3
1. Tulislah pendapatmu tentang dampak langsung dari terjadinya APRA!
2. Jelaskan mengapa sebagian pasukan KNIL tidak mau bergabung ke dalam APRIS
(Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat) sesuai dengan keputusan yang diambil
dalam perundingan KMB!
3. Tuliskan pendapatmu mengenai persamaan dan perbedaan antara latar belakang
terjadinya aneka pemberontakan pada periode 1948-1965, dengan beberapa konflik
pusat daerah pada masa sekarang!
4. Tuliskan (5) hikmah yang bisa diambil dari pergolakan yang pernah terjadi di Indonesia
pada periode 1948-1965!
5. Analisislah terjadinya peristiwa G30S/PKI 1965, menurut pendapat kalian kira-kira
siapakah dalang peristiwa besar itu yang sebenarnya? Sertai penjelasan Anda dengan
salah satu teori dalang dibalik peristiwa G30S/PKI atau Anda memiliki teori tersendiri
cantumkan referensinya.
10
3. PERISTIWA KONFLIK DAN PERGOLAKAN YANG BERKAITAN DENGAN SISTEM
PEMERINTAHAN
a. PRRI/PERMESTA
Pemberontakan PRRI/ Permesta berhubungan satu sama lain. Pemberontakan PRRI dan
Permesta terjadi di tengah-tengah situasi politik yang sedang bergolak, pemerintah yang tidak stabil,
masalah korupsi, dan perdebatan-perdebatan dalam konstituante. Penyebab langsung terjadinya
pemberontakan adalah pertengahan antara pemerintah pusat dan beberapa daerah mengenai
otonomi serta perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Semakin lama pertentangan itu
semakin meruncing. Sikap tidak puas tersebut didukung oleh sejumlah panglima angkatan
bersenjata. Pada tanggal 9 Januari 1958 diadkan suatu pertemuan di Sungai Dareh, Sumatera barat.
Pertemuan itu dihadiri tokoh-tokoh militer dan sipil.
Keesokan harinya pada tanggal 10 Februari 1958 diadakan rapat raksasa di Padang. Letkol
Achmad Husein dalam pidatonya di rapat raksasa itu memberi ultimatum kepada Pemerintah Pusat.
Ultimatum tersebut menuntut hal-hal berikut:
1. Dalam waktu 5 x 24 jam kabinet Djuanda menyerahkan mandat kepada Presiden atau presiden
mencabut mandat Kabinet Juanda.
2. Presiden menugaskan Drs. Moh. Hatta dan Sultan Hangkubuwono IX untuk membentuk Zaken
kabinet.
3. Meminta kepada Presiden supaya kembali kepada kedudukannya sebagai presiden
Konstitusional.
Sidang Dewan Menteri pada tanggal 11 Februari 1958 mengambil keputusan untuk menolak
ultimatum tersebut dan memecat dengan tidak hormat Letkol Achmad Husein, kol Zulkifli Lubis, Kol
Dachlan Djambek, dan Kol Simbolon. Komando Daerah Militer Sumatera Tengah kemudian
dibekukan dan ditempatkan langsung di bawah KSAD.
Pemberontakan tersebut mencapai puncaknya ketika pada tanggal 15 Februari 1958 Achmad
Husein mengumumkan berdirinya “ Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia” berikut
pemberntukan kabinetnya dengan Sjafruddin Prawiranegara sebagai Perdana Menteri. Proklamasi
PRRI mendapat sambutan dari rakyat Indonesia Timur. Tanggal 17 Februari 1958 LetKol DJ Somba
Komandan Daerah militer Sulawesi Utara dan tengah, menyatakan diri putus hubungan dengan
Pemerintah Pusat dan mendukung PRRI. Gerakan di Sulawesi ini dikenal dengan nama Permesta di
Indonesia bagian Timur, pemerintah memutuskan untuk tidak membiarkan masalah ini berlarut-larut
dan segera menyelesaikan dengan kekuatan senjata.
Untuk mengatasi gerakan ini TNI melancarkan operasi gabungan AD, AL, AU yang disebut
sebagai Operasi 17 Agustus dipimpin oleh Kol Ahmad Yani. Di Sumatera Utara, Operasi Sapta
Marga dilaksanakan di bawah pimpinan Brigadir Jenderal Jatikusumo. Di Sumatera Selatan, Operasi
Sadar dipimpin Brigadir Jendral Jatikusumo. Di Sumatera Selatan, Operasi Sadar dipimpin Letnan
Kolonel Dr. Ibnu Sutowo. Operasi militer ini bertujuan menghancurkan kekuatan pemberontakan dan
mencegah campur tangan asing. Secara berangsur-angsur wilayah pemberontak dapat dikuasai.
Pada tanggal 29 Mei 1958, Achmad Husein dan pasukannya resmi menyerah. Penyerahan diri itu
disusul para tokoh PRRI lainnya.
b. BFO (Bijenkomnt Federal Overleg)
Para tokoh militer di Sulawesi mendukung PRRI di Sumatera. Pada tanggal 17 Februari 1958,
Letkol D.J Somba (Komandan Daerah Militer Sulawesi Utara dan Tengah) memutuskan hubungan
dengan pemerintah pusat dan mendukung PRRI. Para tokoh militer di Sulawesi memproklamasikan
Piagam Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta). Pelopor Permesta menguasai daerah Sulawesi
Tengah dan Sulawesi Selatan.
Untuk menghancurkan gerakan ini pemerintah membentuk Komando Operasi Merdeka. Misi
ini dipimpin oleh Letkol Rukminto Hendraningrat. Pada bulan April 1958, Operasi Merdeka segera
11
dilancarkan ke Sulawesi Utara. Ternyata dalam pemberontakannya, Permesta mendapat bantuan
dari pihak asing. Hal ini terbukti saat ditembak jatuhnya sebuah pesawat pada tanggal 18 Mei 1958 di
atas Ambon. Ternyata pesawat itu dikemudian AL. Pope seorang warga negara Amerika Serikat. Di
bulan Agustus 1958, pemberontak Permesta dapat dilumpuhkan walaupun sisa masih ada sampai
1961.
TOKOH PAHLAWAN NASIONAL DAN DAERAH YANG BERJASA MEMPERTAHANKAN
KEUTUHAN NKRI DI ERA 1948-1965
1. JENDERAL GATOT SOEBROTO
2. JENDERAL BESAR TNI ABDUL HARIS NASUTION
3. LETKOL SLAMET RIYADI
4. MAYOR JENDERAL SUPRAPTO
5. MAYOR JENDERAL M.T HARYONO
6. BRIGJEN DI PANJAITAN
7. YOS SUDARSO
8. MAYOR JENDERAL SISWONDO PARMAN
9. MENPANGAD AHMAD YANI
10. LETTU PIERE TENDEAN
11. FRANS KASIEPO
12. SILAS PAPARE
13. MARTHEN INDEY
14. SULTAN HAMENGKUBUWONO IX
12