pertama kekuatan dan kekuasaan serta kelas sosial yang ditunjukan oleh motif Mahang (singa). Makna kedua terkait dengan kepercayaan Marapu di Sumba bahwa kehidupan manusia yang sudah meninggal akan memiliki kehidupan kedua di sorga. Interelasi ini ditunjukan oleh motif udang (Kurunggu) dan perpindahan itu ditunjukan oleh orang yang menunggang kuda. Sedangkan simbol lainya ditunjukan oleh motif ayam yang sering di pakai oleh ritual marapu. Warna dominan dari kain ini adalah warna merah yang bersumber dari akar mengkudu (Kombu) (Kirana., Chandra., 2017). Tenun ikat ini biasa disebut Hinggi. Dari motifnya menunjukan makna persaudaraan, kesatuan, dan persatuan yang ditunjukan oleh motif udang. Juga pentingnya perdamaiaan yang ditunjukan oleh motif burung pipit. Setra kehidupan ekonomi yang ditunjukan oleh motif kuda sebagai identitas dan potensi masyaraka Sumba. Kuda juga menjadi simbol dalam ikatan kekeluargaan melalui adat perkawinan yang ditunjukan oleh Belis atau mahar, sedangkan tenun sebagai bentuk pertukaran (Bola Ngandi) yang setara dengan kuda dalam adat pernikahan masyarakat Sumba. Motif ayam selain ritual dalam budaya Sumba juga melambangkan ekonomi perempuan (Palulu Pabundu., 2004; Hunga., A.I.R, 2016; Indriati., Etty., 2017). Kain tenun ikat ini biasa disebut Hingi. Makna dari kain tenun ini perpaduan dari motif Wala Mangata, Rusa, dan Naga. Wala Mangata menunjukan ilustrasi Rahim yang diartikan sebagai keindahan, kehidupan , dan kekuatan perempuan termasuk dalam menghasilakn tenun ikat. Sedangkan motif rusa merupakan simbol keagungan dan kebijaksanaan yang dimiliki sesorang atau pemimpin. Motif naga yang melambangkan keberanian, kewibawaan, dan kemenangan. Warna biru merupakan warna khas Sumba yang prosesnya cukup rumit yang disebut ngiling yang bisa dipakai oleh masyarakat kelas ekonomi atas. Motif naga juga menunjukan Sumba sudah lama berinteraksi atau mendapat pengaruh dari budaya Cina (Indriati., Etty., 2017; Kirana., Chandra., 2017). Kain tenun ikat ini biasa disebut Hingi. Motif ini menunjukan bahwa kehidupan masyarakat Sumba sangat di tuntut adanya keharmonisan yang ditunjukan oleh motif Himba Roti. Dalam keharmonisan ini dibutuh kedamaiaan yang ditunjukan oleh motif burung pipit. Keharmonisan tidak hanya antara manusia tetapi juga dengan alam juga sehingga dibutuhkan pelestarian alam. Hal ini bisa terjadi bila dalam masyarakat, ada pemimpin yang memiliki kekuatan dan legitimasi dari masyarakat (kekuasan) yang ditunjukan oleh motif Singa terbang (Indriati., Etty., 2017; Kirana., Chandra., 2017). Kain tenun ikat ini biasa disebut Hingi. Motif dominan dalam kain ini adalah Wala Karihu yang menjadi simbol perempuan atau Rahim yang biasa diartikan sebagai perempaun pekerja keras dan sakaligus keindahan. Motif Patola Bunga menunjukan pengaruh dari India yang melambangkan keindahan dan keagungan. Motif gajah juga mendapat pengaruh dari India yang menunjukan relasi dagang sejak lama terjadi. Jadi keseluruhan dapat diartikan sebagai keberagaman dan relasi anatar budaya, juga menunjukan kindahan dan keharomonisan dan kekuatan perempauan didalam masyarakat Sumba. (Palulu Pabundu., 2004; Kirana., Chandra., 2017). Kain di atas merupaka hasil pengembangan tenun ikat dengan menggunakan benang dari serat kayu putih. Hasilnya lebih ringan dan cocok dengan kebutuhan fashion. Tenun ikat ini disebut sarung, yang biasa digunakan oleh perempuan sumba yang digunakan dalam berbagai acara, khususnya adat. Motif Patola Kamba mengingatkan pada keindahan, kekuatan, dan kerja keras perempuan. Dalam kehidupan perempuan dibutuhkan kesiap-siagaan dalam menghadapi segala keadaan dalam hidup ini yang ditunjukan oleh motif Habak. Pesan kesiap- siagaan dan ketanguhan sebenarnya dibutuhkan oleh semua orang (Palulu Pabundu., 2004; Indriati., Etty., 2017). Tenun ikat ini disebut sarung, yang biasa digunakan oleh perempuan sumba yang digunakan dalam berbagai acara, khususnya adat. Motif ini menunjukan simbol perempuan dan laki-laki didalam relasi keduanya dalam masyarakat, khusunya dalam adat pernikahan yang dilambangkan dengan Belis (kuda) yang dipertukarkan dengan kain (Bola Ngandi). Motif Mamuli yang terdapat ditengah kain merupakan simbol Feminitas (alat kelamin perempuan dan Rahim). Motif ini melamangkan kesuburan, kindahan, dan penghormatan kepada perempuan-perempuan. Sedangkan kuda melambangkan Maskulinitas (kejantana, kewibawaan, dan keagungan). Tenun ikat ini disebut sarung, yang biasa digunakan oleh perempuan sumba yang digunakan dalam berbagai acara, khususnya adat. Motif Patola Ratu mendapat pengaruh dari India. Hal ini menunjukan sejak lama masyarakat Sumba telah mempunyai relasi (dagang) dengan India. Patola Ratu melambangakn keindahan dan keagungan, pada masa awal sarung ini biasa dipakai oleh perempuan kalangan sosial-ekonomi atas (Maramba) (Indriati., Etty., 2017). Kain tenun ini disebut selendang. Kain ukuran selendang biasanya digunakan untuk ikat kepala bagi laki-laki atau selendang bagi perempuan. Motif yang terkandung dalam kain ini melambangkan nilai-nilai persatuan yang ditunjukan oleh motif ayam betina. Dalam persatuan ini dibutuhkan sikap-sikap sportifitas dan simbol kejantanan (ayam jantan dan kuda). Juga pentingnya perdamaiaan yang ditunjukan oleh motif burung pipit (Chandra., 2017)