Anda di halaman 1dari 11

NAMA : KHAIRANI ASNA SEPTIANI

KELAS/NO. ABSEN : 6D/12


TANGGAL : 4 AGUSTUS 2016

KLIPING BATIK
Geografis & Non Geografis
Geografis
1. Batik Swastika

Makna : lambang matahari atau peredaran peredaran


bintang yang berkaitan dengan nasib baik.
Keterangan lain :
Kata Swastika berasal dari kata Su yang berarti baik, sejahtra,
bahagia.. Asti berasal dari pokok kata as (sangsekerta) yaitu
merupakan bentuk ke dua yang artinya ada Akhiran ka adalah
untuk membentuk kata sifat menjadi kata benda. Menurut aturan
bahasa sangsekerta u+a pada kata Su dan Asti menjadi
SWASTI. Jadi kalau digabungkan kata SU+ASTI+KA (Swastika)
artinya dalam keadaan selamat.
2. Batik Parang

Makna : simbol ketajaman berpikir, keberanian,


kepemimpinan
Keterangan lain :
Motif parang termasuk ragam hias larangan, artinya hanya raja
dan kerabatya diijinkan memakai. Besar kecilnya motif parang
juga menyimbolkan status sosial pemakainya di dalam
lingkungan kerajaan. Parang Barong, merupakan parang paling
besar, diatas 20 cm ukuran besarnya garis putih.
3. Batik Kawung

Makna :
Melambangkan 4 arah angin atau sumber tenaga yang
mengelilingi yang berporos pada pusat kekuatan, yaitu : timur
(matahari terbit: lambang sumber kehidupan), utara (gunung:
lambang tempat tinggal para dewa, tempat roh/kematian), barat
(matahari terbenam : turunnya keberuntungan) selatan
(zenit:puncak segalanya).

Keterangan lain :
Kawung juga melambangkan kesederhanaan dari seorang raja
yang senantiasa mengutamakan kesejahteraan rakyatnya. Motif
ini juga berarti sebagai symbol keadilan dan kesejahteraan.
4. Batik Gringsing

Makna :
Makna warna hitam melambangkan kekekalan. Sedangkan
warna putih lambang kehidupan. Keduanya bermakna sama
dengan Bango Tulak. Motif ini dipakai sebagai penolak
malapetak

Keterangan lain :
Bentuknya seperti sisik ikan, di bagian tengah terdapat titik
hitam. Menurut kamus van der Tuuk, geringsing adalah nama
pakaian wayang jaman dulu. Pada umumnya gringsing
menunjukkan motif bintik hitam.
5. Batik Sido Mukti

Makna :
Berasal dari kata sido yang berarti jadi, menjadi atau terus
menerus. Mukti berarti bahagia, sejahtera, berkecukupan.

Keterangan lain :
otif ini melambangkan harapan suatu kehidupan masa depan yang
baik, penuh kebahagiaan, dan kesejahteraan yang kekal untuk
pengantin tanpa melupakan Tuhan yang telah memberi kehidupan.
Non Geometris
1. Batik Mega Mendung

Makna :
Motif ini menggambarkan bentuk sekumpulan awan di langit.
Konon menurut sejarah Cirebon, motif ini terbentuk ketika
seseorang melihat bentuk awan pada genangan air setelah
hujan dan cuaca saat itu sedang mendung.

Keterangan lain :
Pada bentuk mega mendung, bisa kita lihat garis lengkung
dari bentuk garis lengkung yang paling dalam (mengecil)
kemudian melebar keluar (membesar) yang menunjukkan
gerak yang teratur harmonis. Bisa dikatakan bahwa garis
lengkung yang beraturan ini membawa pesan moral dalam
kehidupan manusia yang selalu berubah (naik dan turun).
2. Batik Solo Ratu Ratih

Makna :
Motif Batik Solo Ratu Ratih ini menggambarkan kemuliaan,
dan hubungannya dengan alam sekitar.

Keterangan Lain :
Ratu Ratih memiliki arti seorang raja yang memerintah
didampingi oleh perdana mentrinya, karena usia yang masih
muda. Motif ini dikembangkan pada masa pemerintahan
SISKS PB VI tahun 1824
3. Batik Bledak Sida Luhur

Makna :
harapan untuk mencapai kedudukan yang tinggi, dan dapat menjadi
panutan masyarakat.

Keterangan lain :
Kegunaan batik Bledak Sida Luhur adalah untuk Upacara Mitoni
( Upacara Masa 7 Bulan bagi Pengantin Putri saat hamil pertama
kali). Dan filosofinya adalah Yang menggunakan selalu dalam
keadaan gembira.
4. Batik Sido Asih

Makna : Dua jiwa menjadi satu

Keterangan lain :
Filosofi dari Batik Sido Asih, pemakai akan disenangi (Jawa:
ditresnani) oleh banyak orang. Batik ini bisa di gunakan untuk
apa saja. Batik ini dari daerah kraton.

5. Batik Garda ( Garuda )


Makna :
Garuda selain sebagai simbol kehidupan juga sebagai simbol
kejantanan.

Keterangan lain :
Gurda berasal dari kata garuda. Seperti diketahui, garuda
merupakan burung besar. Dalam pandangan masyarakat
Jawa, burung garuda mempunyai kedudukan yang sangat
penting. Bentuk motif gurda ini terdiri dari dua buah sayap (lar)
dan di tengahnya terdapat badan dan ekor. Motif batik gurda
ini juga tidak lepas dari kepercayaan masa lalu. Garuda
merupakan tunggangan Batara Wisnu yang dikenal sebagai
Dewa Matahari. Garuda menjadi tunggangan Batara Wisnu
dan dijadikan sebagai lambang matahari.

Anda mungkin juga menyukai