Anda di halaman 1dari 7

“SUMA KALINGGA CATRA”

SEBUAH IDE PENCIPTAAN KARYA SENI OGOH-OGOH DARI PERSPEKTIF SEJARAH


KEBERADAAN TUNGGUHAN TEROMPONG DI BANJAR GEGELANG, BERABAN, KEDIRI,
TABANAN

SINOPSIS

“SUMA KALINGGA CATRA” adalah sebuah nama yang dijadikan sebagai inspirasi
penggambaran ornamen ukiran yang terdapat dalam tungguhan Terompong pada
gamelan Banjar Gegelang, Desa Beraban, Kediri, Tabanan. Di awali dari kata Suma dalam
bahasa sansekerta yang artikan gagah dan tampan, Kalingga adalah sayap burung yang
melambangkan kekuasaan dan tanpa batasan, sedangkan Catra adalah payung
kekuasaan raja, dari penamaan judul tersebut berlatar belakang dari sejarah gamelan
yang pada awalnya berada di Puri kaleran Tabanan. Dari latar belakang sejarah, upaya
peletarian dan rasa hormat kami sebagai generasi muda, kemudian kami
mengimplementasikan kedalam sebuah karya Ogoh-Ogoh yang berjudul “SUMA
KALINGGA CATRA”.

1. PENDAHULUAN

Terompong adalah sebuah tungguhan instrumen gamelan Bali yang fungsinya


sebagai pemimpin dalam sebuah lagu Lelambatan pegongan. Tungguhan terompong
sendiri dipakai dalam barungan Gong Gede. Diperkirakan gamelan Gong Gede lahir pada
zaman Gamelan madya. Diperkirakan, jenis gamelan madya muncul pada sekitar abad XVI
sampai XIX. Instrumen kendang atau gendang dan pencon sudah digunakan pada masa
gamelan madya. Gamelan yang termasuk jenis ini antara lain batel barong, bebarongan,
joged pingitan, penggambuhan, gong gede, pelegongan, dan semar pegulingan
(Daniswari, 2022).

Jika kita melihat dari pandangan sejarah, instrumen terompong yang berada di
banjar Gegelang pada awalnya adalah druwe (milik) puri kaleran Tabanan. Hal tersebut
didasari kekhawatiran raja (tidak disebutkan nama raja) pada saat itu tentang penjarahan
aset kerajaan salah satunya instrumen Terompong ini, atas perintah raja kemudian
instrumen terompong ini ketunas (diberikan) kepada masyarakat banjar Gegelang, dan
kebetulan pada saat itu salah satu masyarakat banjar Gegelang menjadi orang terpecaya
di lingkungan kerajaan.

Instrumen terompong pada umumnya, memiliki bentuk fisik tungguhan yang


sama pada era zaman sekarang yang didalamnya berisikan ornamen-ornamen ukiran,
seperti bentuk Boma, Bunga dan ukiran minimalis (tidak sepenuhnya ukir). Yang kita
ketahui instrument terompong memiliki jumlah bilah sepuluh nada terendah sampai
nada tinggi mulai dari nada ndang, nding, ndong, ndeng, ndung, ndang, nding, ndong
,ndeng, ndung (Mawan dan wiyanti, 2013: 24) Berbeda dengan ornamen ukiran yang
terdapat pada instrumen Terompong yang dimiliki oleh banjar Gegelang, ornamen
ukirannya lebih kompleks, bagian bawah menggambarkan nuansa tumbuh-tumbuhan,
dengan patung macan di sisi kanan, patung mirip anjing di sebelah kiri, di bagian tabing
(bagian sisi kanan dan kiri) terdapat ukiran menggambarkan tokoh Wilmana, tokoh ini
merupakan kendaraan dari dewa Sambhu, penguasa arah Timur Laut. Ia memiliki senjata
Trisula. Sakti dari Dewa Sambhu ialah Dewi Mahadewi. (wawancara bersama Ketut Suji,
12 juli 2018). berdasarkan fenomena, bukti sejarah, dan keberadaan, menjadikan inspirasi
arsitek untuk membuat sebuah karya seni yang dituangkan dalam bentuk “ogoh-ogoh”
yang akan disajikan dalam hari raya nyepi tahun 2023 di Desa Beraban, Kediri, Tabanan.

2. IDE JUDUL

Dalam KBBI, Judul didefinisikan sebagai suatu sebutan yang digunakan untuk buku atau
bab dalam buku yang dapat mengartikan secara ringkas, isi atau maksud buku atau bab
itu. Bukan hanya itu, judul juga bisa digunakan untuk menyiratkan isi suatu acara, buku,
karangan, drama, dan lain sebagainya. Judul yang dipergunakan untuk menyebutkan
karya ogoh-ogoh ini yaitu Suma Kalingga Catra, judul tersebut berdasarkan ungkapan
pengamat terhadap pandangan keberadaan terompong yang berada di Banjar Gegelang.
Arti kata dari judul tersebut tentunya memiliki arti yang dapat mendefinisikan karya ogoh-
ogoh ini, sebagai berikut;

a. Suma
Suma diartikan dalam bahasa sanskerta yaitu gagah dan tampan, seperti dalam
perspektif bentuk fisik terompong yang memiliki ornamen ukiran yang rumit,
kompleks dan indah.

b. Kalingga
Yaitu berarti burung dalam bahasa sansekerta. Arti burung dalam karya ini adalah
kepakan sayap yang melambangkan keagungan dan kekuasaan, ungkapan ini
didasari oleh bentuk ornamen Wilmana pada ukiran yang terdapat pada di
instrumen terompong di bagian kanan dan kiri.

c. Catra
Yang berarti payung kekuasaan raja, alasan menggunakan kata sansekerta ini
yaitu dilihat dari bukti sejarah yang menjabarkan terompong ini adalah milik dari
kerajaan yang kemudian menjadi tafsir kemegahan objek di dalam suatu tempat
yang memiliki status sosial yang tinggi.
Suma

Kalingga

Catra

(Ornamen Wilmana dalam ukiran terompong, Dok. Priadi, Juli 2017)

3. ALUR PEMIKIRAN

Alur pemikiran yaitu mendapatkan titik sudut yang sifatnya berskala umum (besar)
kemudian bersekala khusus (kecil), sehingga apa yang kita capai dalam sebuah pemikiran
akan menemukan titik pusat yaitu inti dari apa yang kita harapkan atau yang ingin dicapai,
berikut skema dari alur pemikiran yang dijabarkan dalam bagan yang diuraikan sebagai
berikut;
Keterangan

Banjar Gegelang memiliki barungan gamelan yang didapatkan dari puri Kaleran Tabanan,
alasan gamelan tersebut diambil dari puri Kaleran karena atas ke khawatiran raja dengan
penjarahan yang dilakukan oleh penajajah, kemudian dari bukti sejarah tersebut
tungguhan terompong-lah yang menjadi objek yang menarik untuk dijadikan sumber.
Dilihat dari secara fisik tungguhan terompong yang dimiliki banjar Gegelang memiliki
ornamen ukiran yang kompleks, kerumitan dan mengandung estetika sendiri. Dari hasil
pegamatan tersebut menciptakan hasil eksplorasi, ide, dan inspirasi yang kemudian
dituangkan dalam karya seni ogoh-ogoh yang berjudul Suma Kalingga Catra

4. SKETSA OGOH-OGOH SUMA KALINGGA CATRA


Pada dasarnya, sketsa adalah tentang membuat gambaran cepat yang membantu
merepresentasikan sebuah ide. Membuat sketsa merupakan keterampilan yang
memungkinkan menuangkan ide ke kertas dengan cepat dan efektif (Arsa dan
Banu, 2013). Dalam pembuatan sketsa ogoh-ogoh kita akan diajak membuat
perkiraan dari anatomi tubuh, ornamen hiasan, dan bisa saja ada penambahan-
penambahan unsur pembangun estetika yang nantinya dalam proses pembuatan
ogoh-ogoh.

(Fakta Inspirasi ) (Sketsa Transformasi)

Dari kedua gambar diatas bisa kita amati dan tafsirkan dari gambar pertama yaitu
ornamen ukiran yang terdapat ornamen terompong menjadi inspirasi penciptaan
ogoh-ogoh yang nantinya akan menjadi sumber inspiratif. Pengamatan gambar
kedua yaitu sketsa dari ogoh-ogoh yang sudah di transformasi kedalam sebuah
sketsa yang nantinya akan menjadi rancangan ogoh-ogoh dari banjar Gegelang.
Dari kedua gambar tersebut tidak mengambil secara utuh dari gambaran asli
melainkan pengembangan dari inspirasi pendesain dari ogoh-ogoh tersebut.
KAJIAN SUMBER

Arsana, Banu. 2013. Sketsa Dan Gambar 1. Jakarta; Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

Mawan I Gede dan Wiyanti Wahyu Sri. 2013. Pengembangan VCD/DVD Pembelajaran
Teknik Karawitan I Pada Mahasiswa Semester I Jurusan Seni Karawitan Fakultas Seni
Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar. Laporan Penelitian Dosen Pemula

Artikel KOMPAS Dini Daniswari judul "Sejarah Gamelan Bali, Cara Memainkan, Fungsi, dan
Suara yang Dihasilkan", Klik untuk baca:
https://regional.kompas.com/read/2022/02/19/060000678/sejarah-gamelan-bali-cara-
memainkan-fungsi-dan-suara-yang-dihasilkan?page=all.

https://spada.uns.ac.id/mod/resource/view.php?id=168070#:~:text=Menurut%20KBBI%
2C%20judul%20didefinisikan%20sebagai,%2C%20drama%2C%20dan%20lain%20sebagai
nya.

LAMPIRAN

(gambar 1. Januari 2021)


(gambar 2. Januari 2021)

DAFTAR INFORMAN

Nama : I Ketut Suji

Tempat/Tanggal lahir : Gegelang, 3 Desember 1945

Alamat : Banjar Gegelang, Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan

Pekerjaan : Petani

Nama : I Nengah Cakra

Tempat/tahun lahir : Banjar Gegelang, 1944

Alamat : Banjar Gegelang, Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan

Pekerjaan : petani

Anda mungkin juga menyukai