Anda di halaman 1dari 12

MEMAKNAI BENTUK RUPA LAMBANG KERATON

MANGKUNEGARAN

Herliyana Rosalinda1, Umi Kholisya2

Program Studi Desain Komunikasi Visual


Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta.
herliyanarosalinda1990@gmail.com1, umi_history@yahoo.com2

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Makna Simbolis Lambang Keraton Mangkunegaran
Surakarta. Pmbahasannya digolongkan sebagai penelitian deskriptif kualitatif menggunakan metode
historis, untuk menafsirkan makna simbol yang ada pada lambang keraton Mangunegaran digunakan
pendekatan hermeunitika. Objeknya Keraton Mangkunegaran Surakarta sedangkan subjek penelitian ini
adalah Makna Simbolis Lambang Keraton. Penelitian juga difokuskan pada hal-hal yang berkaitan dengan
pemerintahan kerajaan Mangkunegaran Surakarta, selain itu pemaknaan lambang sebagai identitas
legitimasi suatu pemerintahan dalam kerangka budaya juga menjadi kajian yang penting, terutama dari
bentuk visual, rupa, maksud atau makna simbolik yang ada pada lambang kerajaan Mangkunegaran
Surakarta. Hasil penelitian menunjukkan: pada setiap periodesasi pemerintahan Mangkunegara, lambang
Mangkunegaran memiliki bentuk rupa dan makna simbol yang berbeda-beda. Hal ini disesuaikan dengan
karakteristik pemikiran, pemerintahan, maupun filosofis dari dalam diri raja Mangkunegaran yang sedang
memerintah. Umumnya unsur gambar yang ada pada lambang Mangkunegaran berisi gambar mahkota,
padi dan kapas, surya, dan logotype MN. Sedangkan untuk perbedaannya ddilihat dari perbedaan tampilan
bentuk ataupun jumlah masing-masing jenis gambar tersebut.

Kata Kunci : Bentuk rupa, Simbol, Lambang, Mangkunegaran

INTERPRET SHAPE OF EMBLEM ON MANGKUNEGARAN PALACE

Abstract
This study aimed to describe the Meaning of Mangkunegaran Surakarta Symbol. The explanation of this
study classed as a qualitative descriptive using historical methods, and then to interpret the meaning of the
symbol on the emblem used Mangunegaran palace hermeunitika approach. The object is Kraton
Mangkunegaran while the subject of this study was the Meaning of Symbol palace. These study focused to
the royal government Mangkunegaran, in addition to the meaning of the emblem as the identity of the
legitimacy of a government within the framework of culture is also important, especially in the visual form,
appearance, purpose or symbolic meanings that exist in the royal Mangkunegaran. The results showed: at
any periodicity Mangkunagara government, emblem Mangkunegaran have such a shape and meaning of
different symbols. It is adapted to the characteristics of thinking, government, or philosophical inner
Mangkunegaran monarch. Generally elements of the image on the emblem Mangkunegaran contain
pictures crown, rice and cotton, sun shine, and logotype MN. As for the difference can be seen from the
differences in the form or amount of each type of the picture.

Keywords : shape, symbol , emblem , Mangkunegaran


PENDAHULUAN satu hal yang menarik barangkali karena
letaknya yang berada pada setiap sudut
Lambang merupakan bagian istana keraton, seperti pendhapa, gapura,
identitas yang mewakili sifat, ciri, pintu gerbang kerajaan dan setiap sudut
ataupun visi dan misi dari seorang tokoh kerajaan lainnya dapat kita lihat ketika
maupun organisasi tertentu. Lewat memasuki Istana Keraton Mangku-
lambang atau logo maka masyarakat negaran. Hal ini unik, karena lambang
percaya pada keagungan atau karakter kerajaan seperti ini hanya terdapat
kuat yang divisualisasikan pada bentuk di Keraton Mangkunegaran, tidak dapat
rupa suatu lambang, karena didalamnya kita temui pada kerajaan lain. Tata letak
terdapat beberapa simbol yang ditampil- dan tata susun lambang kerajaan ini juga
kan melalui macam-macam jenis gambar memiliki maksud tersendiri. Ada se-
tertentu yang memiliki makna bahkan rangkaian kandungan ajaran di balik
falsafah tersendiri. Lambang keraton wujud lambang yang ingin disampaikan
dalam budaya Jawa menjadi daya dukung sang penggagas, Kanjeng Mangkunegara.
yang sangat kuat dan merupakan bagian Itulah sebabnya hingga sekarang, wujud
yang tidak terpisahkan dari unsur simbol kerajaan masih dilestarikan oleh
kebudayaan dan silsilah pemerintahan di penguasa-penguasa Mangkunegaran
dalamnya, seperti keraton Surakarta dan berikutnya.
Keraton Mangkunegaran yang memang Mengacu pada perspektif budaya,
merupakan dua keraton yang mengemban maka bentuk dan corak ungkapan
peran penting sebagai bagian dari pusat kesenian tidak semata-mata untuk
kebudayaan Jawa. Keraton Mangku- pemenuhan keindahannya saja, melain-
negaran merupakan generasi penerus kan juga terkait secara menyeluruh
perjalanan sejarah kerajaan-kerajaan di dengan pemenuhan kebutuhan lainnya.
Jawa dan menjadi salah satu pusat Dengan kata lain, lambang kerajaan dapat
pelestarian adat yang diwariskan secara dipandang sebagai salah satu cara pe-
turun-temurun. Karena itu, keberadaan muasan akan keindahan yang
Keraton Mangkunegaran dan Keraton keberadaannya ditentukan oleh aspek-
Kasunanan, dinilai sangat penting dalam aspek kebudayaan. Bertolak dari
pendinamisasian kehidupan adat dan pemikiran itu, maka mengkaji lambang
budaya yang bersumber pada kosmogoni kerajaan sebagai karya seni budaya, pada
Jawa. Keberadaan dua kerajaan tersebut, dasarnya berhadapan dengan tuntutan
menyebabkan masyarakat Jawa men- untuk melihat karya seni itu secara utuh,
contoh upacara adat dan budaya yang yang tidak lepas dari keinginan dan
berkembang di dalam tembok Istana atau ideologi penggagas, yaitu Kanjeng
Keraton. Mangkunegara. Oleh karena itu perlu
Lambang Keraton Mangku- dipertanyakan bagaimana aspek-aspek
negaran dalam kerangka budaya bukan kebudayaan eksternal memberikan
sekedar simbol kerajaan, melainkan pengaruh terhadap bentuk ornamen
memiliki peran yang lebih luas. lambang dan maknanya dalam konsep
Meskipun berwujud simbol, lambang pikir Raja Mangkunegara.
Kerajaan Mangkunegaran tidak hanya Dari penjelasan tersebut, maka
digunakan untuk melakukan peran fisik, pada penelitian ini, penulis ingin
tetapi ada peran psikis yang bersifat merepresentasikan bentuk rupa dan
maknawi. Selain itu, lambang ini makna simbolik pada lambang keraton
merupakan salah satu daya tarik kuat Mangkunegaran dengan menggunakan
pada Kerajaan Mangkunegaran. Salah metode sejarah. Metode sejarah
digunakan untuk mengungkap latar PEMBAHASAN
belakang sejarah dan perkembangan
keraton Mangkunegaran, khususnya Gambaran Umum Keraton
terkait dengan asal mula makna simbolis Mangkunegaran
dari lambang keraton Mangkunegaran. Keraton Mangkunegaran
Metode sejarah mencakup empat Surakarta terletak di Kelurahan Keprabon
kegiatan, yaitu heuristik atau pengumpul- RT. 20 Kecamatan Banjarsari, Surakarta
an dan pemilihan sumber yang relevan dengan luas tanah 302,50 x 308,25 m atau
dengan topik penelitian. Pengumpulan 9.345.625 m2. Berbatasan dengan,
sumber antara lain dilakukan melalui sebelah selatan adalah jalan
studi arsip, studi pustaka, dan wawancara. Ronggowarsito, bagian barat dengan
Selanjutnya kritik sumber atau menguji jalan Kartini, timur dengan jalan Teuku
secara kritis dengan menyingkirkan Umar, dan sebelah utara dengan jalan
bahan-bahan yang tidak otentik dan untuk R.M. Said. Bangunan utama Pura
mendapatkan fakta yang dapat dipercaya. Mangkunegaran yaitu Pendapa Ageng
Langkah selanjutnya yaitu interpretasi yang berbentuk joglo, kemudian Dalem
fakta atau penyimpulan kesaksian dan Ageng berbentuk joglo, Dalem Ageng
penafsiran hubungan antarfakta berbentuk limasan, serta Peringgitan
(Gottschalk, 1986: 12). Fakta-fakta yang yang berbentuk kutuk ngambang (Reksa
telah diseleksi selanjutnya diorganisasi- Pustaka, 2009: 1)
kan dengan mengikuti alur proses Keraton ini merupakan istana
penafsiran hermeunitika yang merupakan tempat kediaman Sri Paduka
kaijan penafsiran terhadap suatu karya, Mangkunegara di Surakarta dan dibangun
seni, aksi dan tulisan manusia (Palmer, setelah tahun 1757 dengan mengikuti
2005: 45). Penafsiran dilakukan dengan model keraton yang lebih kecil. Secara
mengumpulkan arsip mengenai pen- bentuk bangunan ini memiliki ciri yang
jabaran bentuk rupa dan simbol yang sama dengan keraton, yaitu pada
pada lambang keraton Mangkunegaran pamedan, pendopo, pringgitan, dalem,
dan menganalisis makna yang ter- dan kaputen, yang seluruhnya dikelilingi
kandung. Untuk mencapai penafsiran oleh tembok yang kokoh. Keraton
yang lebih baik diperlukan historical- Mangkunegaran menyimpan kesenian
mindedness, sehingga fenomena yang dan budaya yang adiluhung, harta dan
dikaji dapat dilihat sesuai dengan suasana koleksi yang indah dan tidak ternilai
kesejarahan dan kebudayaan pada suatu harganya. Seni budaya tersebut sebagian
masa (Kartodirdjo, 1993: 70). Setelah besar berasal dari Majapahit (1293-1478)
langkah-langkah tadi dilakukan, maka dan Mataram (1586-1755) masa
selanjutnya melakukan historiografi atau kekaisaran, tarian topeng klasik, wayang
penyusunan fakta-fakta menjadi tulisan orang (tarian drama), pakaian wayang
sejarah (1986: 32). Dari penjelasan kulit, dan wayang kayu, patung-patung
tersebut tersebut, yang menjadi persoalan religius, perhiasan dan benda-benda antik
atau permasalahan, yakni tentang serta pusaka-pusaka yang tidak terhitung
bagaimana bentuk rupa dan makna nilainya (Wasino, 2014: 16). Hingga saat
simbolik dari lambang keraton Mangku- ini terdapat sembilan periodesasi
negaran. pemerintahan Mangkunegaran. Berikut
ini penjabaran tabel periodesasinya:
Tabel 1. Periodesasi Pemerintahan Mangkunegaran
Periodesasi Pemerintahan Mangkunegaran
Mangkunegara I (Raden Mas Said) 1757-1796
Mangkunegara II 1796 – 1835
Mangkunegara III 1835 – 1853
Mangkunegara IV 1853 – 1881
Mangkunegara V 1881 – 1896
Mangkunegara VI 1896 – 1916
Mangkunegara VII 1916 – 1944
Mangkunegara VIII 1944 – 1987
Mangkunegara IX 1987 – sekarang

Perkembangan Bentuk Rupa bentuk rupa dan makna distian jenis


Lambang Mangkunegaran gambar yang ada di dalam lambang
Pada masa pembangunan hingga Mangkunegaran, kemudian di pembahas-
diresmikannya bangunan keraton an terakhir dijelaskan apa saja yang
Mangkunegaran pada 1866, yaitu mulai menjadi unsur pembeda pada setiap
dari masa pemerintahan Mangkunegaran perubahan yang ada di lambang
III, lambang keraton Mangunegaran Mangkunegaran.
memiliki ketegasan dalam bentuk
rupanya. Sebelumnya, saat pemerintahan Jenis-Jenis Gambar dan makna
Mangkunegaran I sampai dengan simbolis pada Lambang Keraton
Mangkunegaran II, lambang dari keraton Mangkunegaran
Mangkunegaran belum terbentuk secara Dilihat dari perkembangan
spesifik dan masih dalam bentuk yang munculnya lambang keraton
sederhana. Visualisasinya hanya terdapat Mangkunegaran yang disesuaikan
logotype MN yang menandakan dengan periode pemerintahan masing-
Mangkunegaran dengan disertakan masing raja Mangkunegaran, ada
gambar mahkota diatasnya. Namun beberapa gambar yang selalu ditampilkan
ketika masa pemerintahan pada lambang keraton Mangkunegaran.
Mangkunegaran III, lambang Gambar tersebut menampilkan beberapa
Mangkunegaran ditambahkan beberapa jenis, diantaranya yaitu gambar mahkota,
unsur bentuk rupa yang memiliki makna gambar logotype M. N., gambar padi dan
simbolis. kapas, dan gambar surya.
Dari hasil observasi dan data yang
diperoleh, penelitian ini mengkaji Gambar Mahkota
beberapa lambang keraton Tradisi penggunaan gambar
Mangkunegaran yang mengalami pe- mahkota sudah ada sejak masuknya
rubahan, yaitu pada masa pemerintahan agama islam dan memunculkan kerajaan-
Mangkunegaran III, Mangkunegaran IV, kerajaan pecahan baru yang berlandaskan
Mangkunegaran VIII dan agama islam seperti kerjaan Samudra
Mangkunegaran IX. Pada pembahasan Pasai, Demak, dan kerajaan Mataram.
dibawah ini, berisi tinjauan mengenai Penggunaan gambar mahkota pada
lambang keraton juga masih berlangsung Tokoh Basukarna sesuai dengan
hingga munculnya kolonialisme Belanda penggambaran posisi Raden Mas Said
yang memisahkan daerah pemerintahan yang keduanya sama-sama tidak
kerajaan Mataram menjadi daerah mendapat gelar pangeran dan tidak
vorstenlanden, yaitu didirikannya mempunyai kesempatan menduduki
keraton/istana didaerah itu. Keraton jabatan di kerajaan. Sadar akan posisinya,
tersebut, diantaranya adalah keraton maka Basukarna akhirnya membuat
Ngayogyakarta, keraton Surakarta kerajaan di wilayah yang baru bersama
Hadiningrat, dan keraton Mangkunegaran keempat saudaranya, yaitu Arjuna, Bima,
Surakarta. Nakula dan Sadewa. Begitu pula dengan
Raden Mas Said yang pada akhirnya
meminta tanah lungguh/Apanase dan
mendirikan kerajaan sendiri, yaitu istana
Mangkunegaran.

A B
Gambar 1.
A. Lambang keraton Ngayogyakarta,
B. Lambang keraton Surakarta Hadiningrat.
Sumber: (Online) https://www.google.co.id,
diunduh pada 27 Januari 2017.
Penggunaan gambar mahkota Gambar 2. Visualisasi bentuk mahkota pada
pada lambang keraton Mangkunegaran tokoh Basukarna yang mirip dengan gambar
ada bermacam-macam bentuknya. Hal mahkota pada lambang keraton Mangkunegaran.
tersebut ditambah dengan adanya Sumber:(https://safaribudiharjo.wordpress.com/,
diunduh pada 27 Januari 2017,
akulturasi antara kebudayaan Eropa
(dibawa oleh kolonialisme Belanda) dan
kebudayaan Jawa. Kebudayaan Eropa Gambar Logotype “MN”
yang terlihat pada gambar mahkota yaitu Logotype juga bisa digolongkan
dengan adanya gambar mahkota di salah sebagai seni tipografi. Gambar Logotype
satu lambang keraton yang menyerupai MN, merupakan singkatan dari Mangku
mahkota kerajaan Belanda. Sedangkan Negaran. Gambar ini juga selalu ada di
pada kebudayaan Jawa, gambar mahkota setiap lambang Mangkunegaran, hanya
diadopsi dari bentuk mahkota yang saja yang membedakan adalah bentuk
dipakai oleh salah satu tokoh dalam variasi hurufnya saja. lebih jelasnya dapat
pewayangan Jawa yang bernama dilihat dari beberapa potongan Logotype
Basukarna atau Adipati Karna (tokoh MN dalam bentuk rupa lambang
lima pandawa dalam cerita Mahabarata). Mangkunegaran di bawah ini.

Gambar 3. Potongan macam-macam Logotype M. N pada Lambang Mangkunegaran.


Sumber: Dokumentasi Peneliti.
Gambar Padi dan Kapas yaitu pancasila sila ke lima yang berbunyi
Gambar padi dan kapas sering keadilan sosial bagi seluruh rakyat
ditemukan pada lambang-lambang Indonesia. Sila ini dilambangkan dengan
organisasi, instansi, negara, kota/daerah, ikon padi dan kapas.
lembaga formal, maupun istana atau Gambar padi dan kapas pada
keraton. Padi melambangkan lambang negara Indonesia menandakan
kemakmuran. Seperti yang kita ketahui sandang dan pangan, merupakan bahan
bahwa padi merupakan makanan pokok kemakmuran lahiriah sebagai sarana
masyarakat Indonesia. Hal tersebut kemakmuran batiniah, padi dan kapas
berarti bahwa terpenuhinya keperluan melambangkan keadilan dan
masyarakat yang berkaitan dengan bahan kemakmuran seluruh rakyat Indonesia
dan kebutuhan pokok sehari-hari, yang menjadi tujuan Bangsa dan Negara
khususnya dalam hal pangan. Sehingga RI (Hidayat, 2007). Di dalam Penjelasan
gambar padi diartikan sebagai simbol atas Peraturan Pemerintah no. 66 Tahun
pemenuhan segala kebutuhan pokok 1951 tentang lambang negara pasal 4
(Yurica Oentoro, 2012: 9). dijelaskan tentang ikon dari sila terakhir
Kapas diartikan sebagai lambang ini. Warna yang terdapat pada ikon terakir
kesejahteraan. Hal ini mengandung Pancasila ini adalah warna putih, hijau
makna bahwa segala kebutuhan dan kuning. Warna-warna ini merupakan
masyarakat yang terkait dengan sandang indeks yang terdapat pada gambar padi
dan papan akan dapat tercukupi. Seperti dan kapas ini. Warna hijau pada gambar
yang kita ketahui bahwa kapas dapat ini memberikan indikasi tentang
diartikan sebagai bahan baku pembuat kesuburan, kesegaran dan kehidupan.
kain dan pakaian, sehingga penekanan Warna putih memberikan indikasi
lambang ini adalah kebutuhan sekunder tentang kedamaian dan kesempurnaan.
yang berkaitan dengan sandang dan Yang terakhir adalah warna kuning yang
papan/tempat tinggal (2012: 10). memberikan indikasi tentang warna dari
padi yang matang.

Gambar Surya
Gambar surya atau biasa diberi
julukan madangi (menerangi) maupun
Suryasumunar memiliki arti matahari.
Gambar 4. Visualisasi Bentuk Gambar Padi dan Diketahui bahwa, gambar surya yang
Kapas yang Biasa ada pada Lambang dijadikan ornamen pada sebuah lambang
Sumber: Online
(http://www.bin.go.id/wawasan/detil/167/3/26/11
mulanya berasal dari kerajaan Majapahit.
/2012/filosofi-garuda-pancasila) Meski sebelum abad ke-10 sudah berdiri
sejumlah kerajaan besar di nusantara,
Apabila digabungkan, lambang lambang dari Kerajaan Majapahit (1293-
padi dan kapas adalah suatu simbol cita- 1500) adalah identitas tertua dari kerajaan
cita bahwa keperluan masyarakat yang Nusantara yang masih dapat di-
terkait dengan bahan makanan yaitu identifikasi. Sebuah ornamen yang
pangan dan bahan sekunder dikenal dengan nama Surya Majapahit,
lainnyaseperti pakaian dan tempat tinggal sementara banyak dianggap sebagai
dapat dipenuhi sehingga menjadikan lambang kerajaan yang pernah mencapai
kehidupan masyarakatnya adil, makmur kejayaannya di seluruh penjuru
dan sejahtera secara merata. Hal ini juga Nusantara itu. Surya Mapapahit adalah
telah tertanam pada landasan negara kita, ornamen yang umumnya ditemui di situs-
situs peninggalan Majapahit. Ornamen (Mojokerto), Candi Sawentar (Blitar) dan
ini dapat ditemukan di langit-langit di batu-batu nisan yang berasal dari
garbhagriha, salah satu ruangan tersuci zaman Majapahit di seputar wilayah
di Candi Penataran. Ornamen ini juga Trowulan (Mojokerto).
ditemukan di Candi Bangkal

Gambar 5. Beberapa bentuk rupa lambang kerajaan Majapahit.

Dari visualisasi lambang bentuk rupa lambang Mangkunegara III,


Majapahit inilah keraton Mangkunegaran IV, VIII, dan IX. Faktor pembeda
yang apabila dilihat dari sisi sejarahnya, lambang tersebut bukan berarti antara
Mataram Islam masih memiliki hubungan lambang satu dengan yang lain tidak
dengan kerajaan Majapahit. Melestarikan mempunyai unsur kemiripan, melainkkan
tradisi budayanya dengan menampilkan sebaliknya. Pada setiap lambang
gambar surya pada lambang keratonnya. Mangkunegaran, secara filosofis dan
Penerapan gambar surya pada lambang jenis gambar simbolisnya sama, hanya
keraton Mangkunegaran mulai ada sejak saja yang membedakan adalah
pemerintahan Mangkunegaran III. Jika ciri/bentuknya, jumlahnya, ataupun
pada kerajaan Majapahit jumlah surya warnanya. Sejarah munculnya lambang
merupakan perwujudan dewa-dewa keraton Mangkunegaran, menurut hasil
agama Hindu, lain hal nya dengan wawancara peneliti dengan salah seorang
lambang keraton Mangkunegaran yang abdi dalem keraton, bahwa lambang
meletakan jumlah surya berdasarkan Mangkunegaran sudah ada sejak masa
jumlah silsilah atau anggota keluarga praja Mangkunegara I, namun bentuk
maupun abdi dalem pada pemerinahan rupa lambang tersebut masih belum tegas,
Mangkunegaran tersebut. Tentunya, atau masih berbeda-beda. Lambang
dalam setiap pergantian periode keraton yang tetap mulai ada sejak
pemerintahan antara Mangkunegaran bangunan Pure Mangkunegaraan
satu dengan yang lainnya bisa memiliki diresmikan, yaitu pada tahun 1866 atau
jumlah atau bentuk yang berbeda, pada masa Mangkunegara IV. Hal ini
tergantung pada falsafah, ketetapan, dan dibuktikan dengan dicantumkannya
prinsip hidup dari raja Mangkunegara tahun peresmian tersebut pada lambang
yang sedang menjabat. Mangkunegaran yang diletakan di
pendhopo agung atau bisa digambarkan
Perbedaan Makna pada Lambang sebagai aula utama keraton
Keraton Mangkunegaran Mangkunegaran. Namun demikian, untuk
Seperti yang sudah dijabarkan lambang Mangunegaran masa itu belum
pada subbab terdahulu, bahwa setiap mendapatkan lambang yang konsisten
periodesasi pemerintahan Raja sama. Kemudian, barulah pada masa
Mangkunegara, memiliki lambang pemerintahan Mangkunegaran III mulai
Mangkunegaran yang berbeda. Hal ditegaskan bentuk awal dari lambang
tersebut khususnya penulis temui pada Mangkunegaran. Hal ini didasari karena
saat itu sudah dimulai babak orde baru, pada masa Orde Baru, praja
yang menuntut segala instansi Mangkunegaran mengalami kejayaan,
pemerintahan mempersiapkan dengan terutama dalam hal budaya. Setiap tahun
rinci dan baik terkait kelengakapan unsur rutin diadakan rangkaian upacara
pemerintahannya. Setelah habis masa Kholagung Mangkunegaran III
pemerintahan Mangkunegara III, Suryosumunar. Acara-acara budaya ini
lambang Mangkunegaran tidak menjadikan terbitnya banyak dokumen
mengalami perubahan yang signifikan. kerajaan periode Mangkunegaran III.
Baru ketika masa pemerintahan Seperti data yang telah diperoleh peneliti
Mangkunegaran VIII lambang terkait rincian makna simbol lambang
Mangkunegaran mengalami perubahan- Mangkunegaran, sebagai berikut.
perubahan yang akan lebih rinci dibahas
berikut ini.

Lambang Mangkunegaran III


Masa periode praja
Mangkunegara III mempunyai sebutan
“Suryosumunar”. Praja ini bisa dikatakan
yang paling memiliki banyak
peninggalan arsip. Hal ini karena istri dari Gambar 6. Lambang praja Mangkunegaran III.
presiden Soeharto merupakan keturunan Sumber: Arsip perpustakaan Rekso Pustoko
Mangkunegaran.
dari KGPAA Mangkunegaran III. Maka
1) Warna dasar kuning, yang 2) Butiran-butiran Merah, 5 butir,
menandakan terang, keangungan, artinya Panca mutiara wasiat
kebijaksanaan, dan kewibawaan. Mangkunegaran III.
3) Tepi Hijau: kuning-hijau “Pare- 4) Surya, artinya madhangi
Anom” lambang, tunggul (“bendera”) (menerangi) atau suryosumunar.
Mangkunegaran.
5) Bentuk Perisai (schild), artinya 6) Jumlah sinar, ada 42 panjang
menolak bahaya, mengayomi pendek berarti 42 keturunan putra-
(melindungi). putri Mangkunegaran III.
7) Mahkota (Makutha Kadipaten- 8) Padi dan kapas, menandakan
wayang), artinya lambang sandhang pangan, dan lambang
Mangkunegaran. kemakmuran.
9) “MN”, merupakan singkatan dari 10) Kapas 3 tangkai bunga, masing-
Mangku Negaran. masing berdaun 3, padi 3 ikat
masing-masing 3 tangkai. Jumlahnya
melambangkan trah Mangunegaran
yang ke III.
11) Berbentuk tegak, menandakan trah 12) Bunga mawar jambu artinya harum
MN selalu tegak, tabah menghadapi namanya, kusuma bangsa. Bunga
segala tugas dan segala kesukaran melati, artinya suci, jujur atau
dengan penuh rasa percaya diri bersih. Bunga kanthil, artinya saling
(“mulat sarira hangrasa wani”). membutuhkan.

Ketiganya menjadi satu lambang merupakan simbol harmoni antara warna


kembang telon: trah Mangkunegaran III langit, manusia, dan bumi (Sumardjo,
berkembang mewangi. kembang telon 2007 : 123). Suryasumunar, Surya yaitu
matahari, diambilkan dari bangian Surakarta digabungkan ke
pertama nama-nama putra dalem dalam Provinsi Jawa Tengah sejak 1950.
Mangkunegaran III, yaitu Suryadiningrat, Mangkunegara VIII menjalankan roda
Suryamataram, Suryaputra, dan monarki Mangkunegaran dengan ber-
Suryahudaya. Sedangkan Sunar artinya bagai upaya dan usaha. Pada
sinar, sorot atau cahaya. Suryasumunar tahun 1970 oleh Mangkunegara VIII
berarti matahari bersinar. Hal tersebut digali kembali dan dihidupkan. Selain
mengibaratkan kerukunan yang menggali kembali Tari Bedaya Anglir
menimbulkan “terang” batinah, terhindar Mendung, ia juga menciptakan sebuah
dari percekcokan yang merupakan tarian kerakyatan yang disebut Tari
kegelapan. Warna huruf hitam berarti Gambyong Retno Kusumo. ketertarikan
langgeng, abadi, maka artinya yaitu beliau dalam bidang seni juga terlihat
“kerukunan yang langgeng”. pada lambang praja Mangkungaran IV.
Dilihat dari bentuk rupanya lambang
Lambang Mangkunegaran IV paling berbeda dengan lambang
Raden Mas Sudira merupakan Mangkunegaran lainnya.
nama kecil dari KGPAA Mangkunegara
IV. Saat pemerintahannya pembangunan
istana telah selesai dan diresmikan. Di
atap ruang pendhapa ageng terdapat
lambang Mangkunegaran IV berupa
ukiran kayu menyatu dengan plafon.

Gambar 8. Lambang praja Mangkunegaran VIII


Sumber: Arsip perpustakaan Rekso Pustoko
Mangkunegaran.

Lambang Mangkunegaran IX
Gambar 7. Lambang praja Mangkunegaran IV KGPAA Mangkunegaran
berupa ukiran kayu pada atap pendhapa ageng
keraton Mangkunegaran. Sumber: Dokumentasi
IX merupakan Mangkunegara yang
peneliti. masih menjabat sampai saat ini. Lambang
Mangkunegaran IX mirip dengan
Lambang Mangkunegaran VIII lambang Mangkunegaran IV.
KGPAA Mangkunegara Perbedaannya ada pada warna dan
VIII (lahir di Kartasura, 7 gambar surya. Lambang Mangkunegaran
April 1925 – meninggal di Surakarta, 2 IX terdapat gambar surya, tetapi
Agustus 1987 pada umur 62 tahun, mulai Mangkunegaran IV tidak ada.
berkuasa 1944) adalah penguasa Praja
Mangkunegaran terakhir yang meng-
alami masa kolonial Belanda dan yang
pertama kali saat Indonesia merdeka.
Baru saja dilantik dan kemudian harus
menghadapi arus perubahan politik yang
besar, Mangkunegara VIII (ber-
sama Pakubuwana XII) kesulitan mem-
posisikan diri untuk menjaga kedaulatan Gambar 9. Lambang praja Mangkunegaran IX.
wilayah. Akibatnya Daerah Istimewa
Wujud lambang praja wayang,serta ruangan Dalem Ageng,
Mangkunegaran IX hingga saat ini bangunan yang biasanya berbentuk
banyak dijumpai dibeberapa sudut senthong, dengan bentu limasan tanpa
keraton. Diantaranya pada ruangan plafon. Di dalamnya disimpan koleksi
Dalem Pringgitan, yaitu bangunan yang benda-benda bersejarah dan benda-benda
dipergunakan untuk menerima tamu untuk upacara tradisional.
resmi dan tempat pementasan

Gambar 10. Peletakan lambang praja Mangkunegaran IX diruang Dalem Pringgitan dan di kaca jendela
bangunan Dalem Ageng.
Sumber: Dokumentasi peneliti.

Tabel 2. Perbedaan keempat lambang praja Mangkunegaran


Lambang Mahkota Padi dan Kapas Logotype Surya Pita/Simpul
MN Tali
Padi dan kapas
berada
melingkari Bercirikan
bentuk lambang. huruf tipe
Jumlah
Jumlah bunga klasik atau old
sinarnya
kapas dan style yang
melambangkan
gerombolan ditambah
42 keturunan
padi. Satu fariasi
Bentuk dari
rangkai bunga menggulung- Bentuk pita
seperti Mangkunegara
Mangkunegara kapas terdiri dari gulung disimbolkan
mahkota tokoh III. Tampilan
III 3 bunga dan ditepian dengan gambar
pewayangan gambarnya
begitupula seperti tipe kembang telon.
Basukarna melingkar dan
dengan huruf font
terdiri dari
rangkaian padi Curlz MT.
garis-garis
yang jumlahnya Dibagian
panjang
3 bawah M.N
pendek.
ikat,menandakan terdapat angka
periodesasi praja tiga romawi.
mangkunegara
III.
Logotype M. N Terdapat pita
Padi dan kapas
mercirikan merah putih
berada
huruf tipe Pita namun
melingkari
klasik atau old bukan lambang
Bentuk seperti bentuk lambang.
style yang nasional
Mangkunegara mahkota tokoh Untuk jumlah Tidak terdapat
ditambah Republik
IV pewayangan bunga kapas dan gambar sinar
variasi Indonesia,
Basukarna rangkaian padi
menggulung- melainkan
tidak ditentukan
gulung simbol gulo
berdasarkan
ditepian klopo yang
periodesasi
seperti tipe berkaitan
Mangkunegara huruf Curlz dengan ritus
IV. MT. kesuburan
dalam religi
Jawa Kuno.
Padi dan kapas
yang berwarna
Logotype M. N
coklat berada
mercirikan
melingkari Tampilan
huruf seni
bentuk lambang. gambar surya
Bentuk seperti typografi yang
Untuk jumlah melingkar dan
Mangkunegara mahkota tokoh masuk
bunga kapas dan terdiri dari
VIII pewayangan kedalam jenis
rangkaian padi garis-garis
Basukarna huruf display
tidak ditentukan panjang
dekoratif
berdasarkan pendek.
berbentuk
periodesasi
cembung.
Mangkunegara
VIII
Padi dan kapas
berada
melingkari Terdapat pita
bentuk lambang. merah putih
Jumlah bunga seperti lambang
Logotype M. N
kapas dan bendera
mercirikan
gerombolan nasional
huruf old style Tampilan
padi. Rangkaian Republik
huruf seni gambarnya
Bentuk seperti ibunga kapas Indonesia.
typografi yang melingkar dan
Mangkunegara mahkota tokoh terdiri dari 9 Mengisyaratkan
masuk terdiri dari
IX pewayangan bunga dan bahwa Praja
kedalam jenis garis-garis
Basukarna begitupula Mangkunegara
huruf display panjang
dengan berada di bawah
dekoratif pendek.
rangkaian padi kedaulatan
berbentuk
yang jumlahnya Negara
cembung.
9 Kesatuan
ikat,menandakan Republik
periodesasi praja Indonesia
mangkunegara
IX.

PENUTUP lambang Mangkunegara. Perubahan


lambang Mangkunegara dapat dilihat
Lambang Keraton pada periodesasi Mangkunegara III,
Mangkunegaran dalam kerangka budaya Mangkunegara IV, Mangkunegara VIII,
bukan hanya simbol yang biasa Mangkunegara IX. Secara umum
digunakan sebagai tanda kerajaan, komposisi lambang Mangkunegara
melainkan memiliki peran yang lebih luas adalah rangkaian dari beberapa gambar
sebagai salah satu falsafah Jawa. Keraton mahkota, padi dan kapas, surya, logotype
Mangkunegaran yang berdiri pada tahun MN, dan pita/ simpul tali. Gambarl
1757 dengan pendirinya Raden Mas Said mahkota mempunyai kemiripan dengan
mengalami perkembangan struktur tokoh pewayangan Basukarna, Padi dan
pemerintahan maupun corak kebudayaan. kapas sebagai simbol sandang dan
Hal ini juga mempengaruhi bentuk rupa pangan juga ada yang melambangkan
lambang Mangkunegara. periodesasi Mangkunegara, logotype MN
Pada penelitian yang telah yaitu akronim dari Mangku dan Negara,
dilakukan terdapat beberapa perubahan Surya sebagai matahari yang diadopsi
dari lambang Surya Majapahit, dan pita/ Kartodirdjo, S. (1993). Pendekatan Ilmu
simbol tali yaitu ritus kesuburan dan Sosial dalam Metodologi Sejarah.
isyarat bahwa Keraton Mangkunegara Jakarta: Gramedia Pustaka
berada di bawah kedaulatan Negara Utama.
Republik Indonesia. Dari semua hasil Kusrianto, A. (2007). Pengantar Desain
penelitian yang telah didapat, Lambang
Komunikasi Visual. Yogyakarta:
Mangkunegara III merupakan yang CV. Andi Offset.
paling banyak sumber data dikarenakan
pada masa Orde Baru, banyak dilakukan Panitia Penyusun Kerabat
acara adat untuk mengenang Mangkunegaran, (1949).
Mangkunegara III. Keterbatasan sumber Mangkunegaran Selayang
data tulis lambang Mangkunegara Pandang, Surakarta :
dikarenakan adanya anggapan sakral bagi Mangkunegaran.
para abdi dalem terhadap lambang yang Palmer, R. E. (2005). Hermeneutika
didesain oleh Kanjeng Mangkunegara Teori Baru Mengenai
pada masanya. Interpretasi, diindonesiakan oleh
Musnur Hery & Damanhuri
DAFTAR PUSTAKA Muhammad. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Abdullah, T. (1985) “Pendahuluan:
Sejarah dan Historiografi”, dalam Sumardjo, J. (2007). Jeihan: Ambang
Taufik Abdullah dan Waras dan Gila. Bandung: Jeihan
Abdurrachman Surjomihardjo, Institute
editor, Ilmu Sejarah dan Tinarbuko, S. (2009). Semiotika
Historiografi: Arah dan Komunikasi Visual. Yogyakarta:
Perspektif. Jakarta: Gramedia. Jalasutra.
Berryman, G. (1979). Notes on Graphic Wasino. (2014). Modernisasi di jantung
Design and Visual budaya Jawa: Mangkunegaran,
Communication. Los Altos. 1896-1944. Jakarta: Penerbit
William Kaufmann, Inc. Buku Kompas.
Dejalantik, A. A. M. (2008). Estetika: Jurnal:
Sebuah Pengantar (Jakarta:
Masyarakat Seni Pertunjukan Oentoro, Y. (2012), Representasi Figur
Indonesia (MSPI)). Burung Garuda yang Digunakan
sebagai Lambang Negara.
Gottschalk, L. (1986). Mengerti Sejarah, Program Studi Desain
diindonesiakan oleh Nugroho Komunikasi Visual, Fakultas Seni
Notosusanto. Jakarta: Penerbit dan Desain, Universitas Kristen
Universitas Indonesia Petra
Hidayat, N. R. (2009). Mencari Telur
Garuda. Jakarta: Nalar.

Anda mungkin juga menyukai