Anda di halaman 1dari 19

KELOMPOK 4B

KELAS B FARMASI KLINIS 2019


NAMA ANGGOTA

Ketua : Lina Nur Amelia (1913026030)


Sekretaris : Salwah Putri Sulistian (1913026052)
Time Keeper : Seritenaya Wilhelmina (1913026020)
Anggota :
1. Siti Munawaroh (1913026018)
2. Jessyca Azzahra (1913026054)
3. Himmatul Ulya (1913026050)
4. M.Dirga Ramadan (1913026056)
5. Desy Hernawati (1913026040)
6. Dian Eka Wijiyanti (1913026046)
7. Nur Habibah (1913026062)
8. Qatrunnada Qorirah (1913026016)
9. Alya Kamilah Rusanda (1913026038)
SOAP

• Tn. A usia 55 tahun memiliki riwayat psoriasis plak kronik sejak usia 16 tahun. Dia tidak pernah sembuh total
dari penyakit ini. Dia telah menggunakan berbagai terapi topikal selama bertahun-tahun, akan tetapi tidak ada
satu pun yang dapat benar-benar efektif. Sejak 2 tahun yang lalu, perlahan-lahan sakitnya ini berkembang
menjadi artritis di persendian tangannya dengan tanda awal deformitas pada area sendinya tersebut. Dia telah
mencoba sejumlah obat penghilang rasa nyeri dan NSAID tapi ternyata tidak ada yang mampu meredakan nyeri
dan kekakuan sendi yang dialaminya. Saat ini Tn. A minum antimalaria klorokuin karena dia akan berlibur ke
daerah Papua yang merupakan daerah endemi malaria.
• Riwayat : Tn. A memiliki kebiasaan minum-minuman beralkohol karena stres akibat bercerai dengan istrinya.
Problem Subjek Objek Assesment Plan
Medik

Psoriasis • usia 55 tahun - DRP PROBLEM


Artritis • riwayat psoriasis • Pasien masuk dalam kategori berat, karena
1. Indikasi tanpa 4. Gagal menerima obat.
plak kronik sejak Obat yang diberikan pasien sudah mengalami psioriasis plak
terapi
usia 16 tahun dan sebelumnya terapi topical kronis selama 39 tahun dan tidak kunjung
2. Terapi tanpa sembuh total dan berkembang menjadi
tidak pernah dan NSAID tetapi tidak
indikasi arthritis pada persendian tangan. Pasien
sembuh total dapat mengatasi keluhan
3. Reaksi obat yang diberikan pengobatan terapi sistemik lini
• 2 tahun yang lalu yang dialami pasien. pertama, fototerapi linipertama dan topical
merugikan
penyakitnya lini kedua (karena sebelumnya pasien telah
4. Gagal menerima mendapatkan terapi topical namun tidak
berkembang 8. Interaksi obat dengan
obat berefek) (Dipiro, 2017).
menjadi arthritis penyakit.
5. Tidak patuh obat • Terapi NSAID dihentikan karena
dipersendian Obat antimalaria klorokuin
6. Dosis kurang pengobatan sebelumnya tidak efektif.
tangan dengan dapat mempengaruhi • Pengobatan klorokuin dihentikan.
7. Overdosis penyakit psoriasis. Obat •
deformitas Diberikan Pengobatan terapi sistemik yaitu
8. Interaksi obat klorokuin memiliki
• Riwayat obat : obat methotrexate, karena obat ini
dengan penyakit interaksi moderate, merupakan lini pertama terapi sistemik pada
1. Terapi penyakit psioriasis sebagai control gejala
9. Duplikasi Terapi penggunaan klorokuin pada
topical psioriasis yang parah (Medscape, 2022).
pasien psoriasis dapat
2. Antimalaria Obat methotrexate merupakan obat paling
memimcu serangan efektif untuk penyakit psioriasis ataupun
klorokuin psoriasis yang parah Arthritis. Obat ini diberikan dengan dosis 3
3. NSAID sehingga klorokuin tidak x 2,5 mg dengan interval 12 jam dalam
boleh digunakan pada seminggu, dengan dosis total 7,5 mg jika
pasien psoriasis. (Drugs, tidak tampak perbaikan dosis dinaikkan 2,5
2022) – 5 mg/minggu dengan dosis maksimal 12,5
– 15 mg/minggu (Eko, 2014).
Problem Medik Plan

Psoriasis Artritis • Pengobatan fototerapi yang diberikan yaitu fototerapi NB-UVB (Narrowband ultraviolet B ) dengan gelombang 311-
313 nm yang merupakan lini pertama dan banyak digunakan untuk mengobati penyakit psioriasis tipe plak dan tidak
lebih menimbulkan eritogenik (bercak kemerahan) dibandingkan dengan BB-UVB (Vibriyanti dan Tandyono,2017)
• Pengobatan topical yang diberikan yaitu obat tazarotene yang merupakan obat lini kedua. Tazaroten dipilih
dibandingkan dengan ditranol karena ditranol memiliki sifat iritan menyebabkan warna kulit berubah (Pionas 2022).
Obat tazarotene diindikasikan untuk pengobatan topikal psoriasis plak dengan bentuk gel diindikasikan untuk hingga
20% luas permukaan tubuh Krim/gel 0,05% atau 0,1%: oleskan ke area yang terkena sekali sehari pada malam hari
(Medscape,2022)
• Dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu :
1. Bila terdapat keraguan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang histopatologi kulit atau kuku.
2. Pemeriksaan ASTO (anti-streptolysin titer O), pemeriksaan faktor rheumatoid,foto rontgen tulang sendi
3. Dilakukan pemeriksaan BSA ( Body surface area) dan PASI (Psoriasis area severity index) untuk menentukan
derajat keparahan psoriasis (PERDOSKI, 2017)
Problem Medik Monitoring KIE

Psoriasis Artritis 1. Monitoring efek samping obat methotrexate 1. Menghindari berkendara dan melakukan aktivitas diluar rumah
>10% yaitu : intelorensi gastrointenstinal, 2. Tidak melakukan aktivitas yang langsung terapapar sinar
mual muntah, sakit kepala, dan pusing matahari
(Marisa dkk, 2019). 3. Disarankan untuk tidak menggunakan kosmetik selama masa
2. Sebelum pemberian methotrexate sebaiknya pengobatan
dilakukan pemeriksaan evaluasi yaitu : 4. Diberikan Penjelasan bahwa psoriasis adalah penyakit kronik
platelet, fungsi ginjal, dan fungsi hati (Johan residif dan pengobatan yang diberikan hanya bersifat menekan
dan Hamzah, 2016). keluhan kulit bukan menyembuhkan.
3. Monitoring efek samping jangka pendek 5. Menghindari faktor pencetus (Infeksi, obat-obatan, stres, dan
fototerapi UVB yaitu : gatal dan lepuh merokok)
4. Monitoring efek samping obat tazaroten 6. Kontrol secara teratur dan patuh terhadap pengobatan
yaitu : iritasi lokal, fotosensitivitas dan 7. Komunikasi antara pasien dan dokter untuk mengetahu keluhan
resiko terbakar sinar matahari, toksisitas pasien
embrional, serta interaksi obat dermatologis 8. Diinformasikan kepada pasien pentingnya penggunaan obat
dan kosmetik yang digunakan secara sesuai aturan dan dosis
bersamaan (Medscape, 2022)
5. Monitoring penyebaran plak dan lesi pada (PERDOKSI, 2017)
tangan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
• DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V., 2017, Pharmacotherapy Handbook, Tenth Edit., McGraw-Hill Education Companies, Inggris.
• Medscape Reference. Aplikasi Medscape. Online, https://reference.medscape.com/drug/avage-tazorac-tazarotene-topical-343554#10 (diakses pada 20
September 2022)
• Eko, V. (2014). Komplikasi Psoriasis pada Sendi atau Artritis Psoriatika. Cermin Dunia Kedokteran, 41(5), 352-355.
• Medscape Reference. Aplikasi Medscape. Online https://reference.medscape.com/drug/trexall-otrexup-methotrexate-343201#3 (diakses pada 20
September 2022)
• Johan, R., & Hamzah, R. A. (2016). Gejala Klinis dan Terapi Psoriasis Pustulosa Generalisata tipe von Zumbuch. Cermin Dunia Kedokteran, 43(2), 117-122.
• Vibriyanti K,Ratih dan Venny Tandyono. 2017. modalitas terapi psoriasis pada anak. Denpasar: Fakultas Kedokteran UNUD
• Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI). 2017. PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER SPESIALIS KULIT DAN KELAMIN DI
INDONESIA. Jakarta. ISBN : 978-602-98468-9-8
• Drugs, 2022. Drug Information. Terdapat pada: https://www.drugs.com/drug_information.html (Diakses pada 20 September 2022)
• Marissa, Z., Anisyah, A., Bagus, P.P., & Suryana. 2019. Hubungan Dosis dan Lama Terapi Metotreksat Terhadap Kejadian Efek Samping Pada Pasien Atritis
Reumatoid. Pharmaceutical Journal of Indonesia. Vo. 4(2): 85-90.
• Kisner, Carolyn, and Lynn, Colby, 1996; Theraupetic Exercise Foundation and Technique; Third edition, F. A Davis Company, Philadelpia.
Kelompok 4B
Farmakoterapi 3
Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi psoriasis arthritis

Psoriasis Arthritis (PsA) merupakan penyakit inflamasi kronis dengan


manifestasi utama yaitu radang sendi enthesitis, tenosynovitis, dan spondyloarthritis yang
mengakibatkan nyeri, kekakuan dan pembengkakan di dalam dan sekitar sendi atau di
punggung. Kebanyakan pasien (60-75%) yang menderita psoriasis arthritis sudah
didiagnosis psoriasis (Rasyid, 2021).
2. Untuk mengetahui etiologi psoriasis arthritis

Etiologi langsung artritis psoriatika masih belum diketahui; dapat disebabkan


oleh kombinasi beberapa faktor seperti genetik - pada 50% pasien artritis psoriatik
ditemukan gen marker HLA B-27, dan juga beberapa gen yang juga diturunkan antara lain
HLA-Cw6, B38, B39; sistem imun, faktor lingkungan, trauma keras (deep-Koebner
phenomenon), faktor stres psikologis, stres metabolik, serta konsumsi alkohol, rokok, obat
(beta bloker, lithium, anti malaria, penghentian steroid mendadak (Eko, 2014)
3. Untuk mengetahui tipe-tipe psoriasis arthritis

• Artritis Simetris: ditemui pada sekitar 15- 70% kasus, menyerupai artritis rheumatoid tetapi lebih ringan dan
lebih sedikit deformitas. Umumnya mengenai beberapa pasang sendi secara simetris yang dapat
menyebabkan disabilitas gerak.
• Artritis Asimetris: ditemui pada sekitar 30-50% kasus, mengenai beberapa sendi dan tidak simetris. Sendi
menjadi nyeri, panas, eritema, pada tangan dan kaki berbentuk sosis, tipe ini umumnya ringan.
• Distal Interphalangeal Predominant (DIP): ditemui pada sekitar 55-70% kasus, mengenai sendi distal jari
tangan dan jari kaki (sendi terdekat dari kuku), dibedakan dari osteoartritis karena adanya kelainan khas
kuku yaitu nail pit dan onikolisis.
• Spondylitis: ditemui pada sekitar 5-33% kasus, peradangan di kolumna spinalis, dimulai dari kekakuan
leher, punggung, sakroiliaka sampai sulit dan nyeri saat bergerak.
• Artritis mutilans: ditemui sekitar pada 3-5% kasus, merupakan tipe paling berat, terjadi deformitas dan
destruksi sendi terutama pada sendi kecil tangan dan kaki.
(Eko, 2014).
4. Untuk mengetahui manifestasi klinik dari psoriaris arthritis
Manifestasi klinis PsA cenderung muncul 5-12 tahun setelah presentasi kulit
awal (yaitu, antara usia 30 dan 50 tahun pada individu yang terkena) (Rasyid, 2017).
Gambaran klinis artritis psoriatika sekitar 80% diawali lesi kulit, pada sekitar 15% artritis
timbul terlebih dahulu. Lesi kuku seperti onikodistrofi sering mengarah ke artritis. Sendi
yang meradang terasa nyeri, panas, bengkak, eritema, biasanya yang terkena adalah sendi
jari tangan dan kaki sehingga jari berbentuk sosis. Ada sindrom SAPHO (Synovitis, Acne
Pustulosa, Hiperostosis, Osteitis) dengan acne pustulosa telapak kaki dan tangan,
peradangan sendi, penebalan tulang (Eko, 2014).
5. Untuk mengetahui patofisiologi psoriasis dan arthritis
Beberapa jenis sel sistem kekebalan dan sitokin telah terlibat dalam aktivitas penyakit
PsA.3,4 Cairan sinovial sendi yang terkena PsA akan menunjukkan peningkatan kadar
sel-T dan sitokin seperti TNF , IL-6, IL-12/IL-23, dan IL-17.4 Bersama-sama dengan
sitokin ini mendorong peradangan sendi dan efek biologis hilir lainnya, seperti
aktivasi osteoblas dan osteoklas, yang selanjutnya berkontribusi pada kerusakan
sendi.1 Terapi biologis yang menargetkan penyimpangan ini jalur pensinyalan telah
muncul sebagai pilihan pengobatan utama untuk PsA, terutama untuk pasien dengan
penyakit sedang hingga parah (Rasyid, 2017).
6. Untuk mengetahui tingkat keparahan
psoriasis arthritis

Derajat keparahan psoriasis dapat di ukur


menggunakan Psoriasis Area and Severity Index
(PASI). PASI adalah sebuah metode untuk
mengukur intensitas kuantitatif penderita
berdasarkan gambaran klinis dan luas area yang
terkena (Pariser, 2007) (PERDOSKI, 2017).
7. Untuk mengetahui terapi farmakologi dan non farmakologi
Terapi artritis psoriatika ditujukan untuk menghilangkan nyeri, mengurangi pembengkakan, membantu menjaga fungsi
sendi tetap normal. Pengobatan dasar umumnya adalah OAINS (Obat Anti Infl amasi Non Steroid) disertai fisioterapi.
Jika masih berlanjut bahkan sampai destruksi sendi maka diberi obat potensi kuat seperti methotrexate, agen biologis
(etarnecept, adalimumab, dll). Berikut adalah dosis beberapa obat yang dapat dipakai untuk terapi artritis psoriatika:
• OAINS (Obat Anti Infl amasi Non Steroid): Ibuprofen 400 mg per oral (PO), 4 kali/hari; Meloxicam 7,5-15 mg PO, 4
kali/hari; COX-2 inhibitor: Celecoxib 100-200 mg PO 2-4 kali/ hari. COX-2 inhibitor mempunyai lebih sedikit efek
samping lambung.
• Methotrexate: dapat diberikan peroral atau injeksi intra muskular. Dosis inisial 7,5 mg per minggu untuk memantau
gejala toksisitas atau sensitivitas. Jika tidak ada, berikan dosis 3 x 2,5 mg dengan interval 12 jam dalam seminggu
dengan dosis total 7,5 mg. Jika tidak tampak perbaikan, dosis dinaikkan 2,5-5 mg per minggu, dosis maksimal 12,5-15
mg per minggu. Diberikan tambahan asam folat 1-5 mg/hari saat tidak minum methotrexate untuk mengurangi efek
samping mual, muntah dan melawan efek makrositik pada eritrosit. Terapi methotrexat harus disertai pemeriksaan
darah rutin, fungsi hati (minimal SGOT dan SGPT) setiap dua minggu karena risiko supresi sumsum tulang dan
gangguan fungsi hati, dihentikan jika jumlah leukosit kurang dari 3500/mm3.
• Agen biologis: inhibitor TNF-α (etanercept) 25 mg dua kali seminggu. Agen biologis lain antara lain
alefacept, efalizumab, infl iximab, dan adalimumab.
• Etretrinat: merupakan derivat vitamin A, efektif untuk kasus berat tetapi bersifat teratogenik. Etretrinat juga
menetap dalam tubuh dalam jangka lama, oleh karena itu wanita sebaiknya tidak hamil selama pengobatan
dan minimal 3 (tiga) tahun setelah pemakaian dihentikan.
• Fototerapi: tidak dapat berdiri sendiri, harus dikombinasi dengan terapi oral, antara lain Narrow Band
UVB, PUVA (Psoralen+Ultra Violet A).
• Siklosporin: mempunyai efek imunosupresif dengan dosis 6 mg/KgBB. Obat ini bersifat nefrotoksik dan
hepatotoksik, juga menaikkan tekanan darah. Lefl unomide: merupakan obat anti sel T yang berfungsi
mengatur proses inflamasi melalui hambatan produksi sel T oleh sitokin. Dosis satu tablet 20 mg perhari.
Biasanya diperlukan 8-12 minggu untuk mengobservasi efek obat.

• Sulfasalazine: obat kombinasi sulfa dan asam asetilsalisilat yang secara spesifik dibuat untuk artritis.
Sulfasalazine membantu mengurangi gejala infl amasi, tetapi efek terhadap lesi kulit psoriasis belum
diketahui. Dosis 4 x 500 mg sehari (2 g/hari). Efek obat ini baru terlihat setelah 8-12 minggu.
Terapi Non-Farmakologi

Selain terapi obat juga diet untuk mengontrol berat badan agar tidak menambah beban
sendi. Suplemen vitamin D dapat memperbaiki dan membantu pembentukan sel
tulang. Merokok, minum alkohol, makanan terlalu berlemak, terlalu manis dan asin
harus dihindari. Perbanyak konsumsi sayur-sayuran dan buah karena kandungan
vitamin, mineral dan antioksidannya yang tinggi.

(Eko, 2014).
DAFTAR PUSTAKA

Eko, V. 2014. Komplikasi Psoriasis pada Sendi atau Artritis PsoriatikaCDK-216/ vol. 41 no.5, th. 2014

Pariser DM, Bagel J, Gelfand JM, Korman NJ. National Psoriasis Foundation clinical consensus on disease

severity. Arch Dermatology 2007; 143: 239-42


Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI). 2017. PANDUAN PRAKTIK
KLINIS BAGI DOKTER SPESIALIS KULIT DAN KELAMIN DI INDONESIA. Jakarta. ISBN : 978-
602-98468-9-8
Rasyid, Fauzan., dkk. 2021. Psoriasis Arthritis. J Agromedicine Unila. Volume 8. Nomor 1
Thanks!

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,


including icons by Flaticon and infographics & images by Freepik

Please keep this slide for attribution

Anda mungkin juga menyukai