Anda di halaman 1dari 20

MODUL PELATIHAN

INFEKSI LATEN TUBERKULOSIS (ILTB) DAN


TERAPI PENCEGAHAN TUBERKULOSIS (TPT)

MODUL 6

PEMANTAUAN KLINIS TPT

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
TAHUN 2022
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Deskripsi singkat
B. Tujuan Pembelajaran umum dan khusus
C. Pokok bahasan dan sub pokok bahasan
D. Model pembelajaran
BAB II MONITORING PENGOBATAN
A. Evaluasi munculnya gejala TBC
B. Efek samping obat
C. Kepatuhan dan keteraturan minum obat
BAB III TINDAK LANJUT PENGOBATAN
A. Kriteria selesai pengobatan
B. Kriteria Putus berobat (Drop Out)
C. Kriteria gagal pengobatan
D. Meninggal
E. Tidak dievaluasi
BAB IV MONITORING EFEK SAMPING OBAT (MESO) UNTUK 3HP
(ACTIVE DRUG-SAFETY MONITORING AND MANAGEMENT
/ADSM)
A. Definisi
B. Tujuan
C. Efek samping INH dan tatalaksana
D. Efek samping Rifapentin dan tatalaksana
BAB V PENUTUP
A. Latihan soal
B. Referensi

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Deskripsi Singkat
Kegiatan monitoring dan evaluasi ILTB dilakukan secara
berkesinambungan dan bertujuan memantau klinis, kepatuhan
pelaksanaan, tatalaksana dosis terlewat, dan efek samping TPT pada anak
dan dewasa. Tindak lanjut pengobatan yaitu pengklasifikasian TPT
berdasarkan kriteria selesai pengobatan, drop out, gagal pengobatan, dan
terpapar kembali.

B. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan pembelajaran umum
Peserta memiliki pemahaman mengenai pemantauan klinis TPT

2. Tujuan pembelajaran khusus


a. Peserta memiliki pemahaman mengenai Monitoring Pengobatan
b. Peserta memiliki pemahaman mengenai Tindak Lanjut
Pengobatan
c. Peserta memiliki pemahaman mengenai Monitoring Efek Samping
Obat (MESO) / Active Tuberculosis Drug-Safety Monitoring and
Management (ADSM)

C. Bahasan
1. Pokok bahasan
Pemantauan klinis TPT
2. Sub Pokok Bahasan
a. Monitoring Pengobatan
1. Monitoring klinis
2. Kepatuhan
3. Pemantauan efek samping
b. Tindak Lanjut Pengobatan
1. Kriteria selesai pengobatan

2
2. Kriteria DROP OUT
3. Kriteria gagal pengobatan
4. Tata laksana terpapar kembali
c. Monitoring Efek Samping Obat (MESO) /Active Tuberculosis Drug-
Safety Monitoring and Management (ADSM)

D. Model pembelajaran
Pada modul ini bentuk pelatihan adalah menggunakan sistem kuliah
mimbar atau pemaparan langsung, fasilitator memberikan materi pelatihan
secara interaktif dengan peserta dan berdiskusi aktif mengenai materi.
Estimasi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan modul ini adalah 1
jam
1. Pemaparan materi dan diskusi
Narasumber: memberikan materi
Peserta : mendengarkan, memahami materi, dan berdiskusi
interaktif dengan fasilitator
2. Small group discussion
Fasilitator : memandu diskusi group
Peserta : berdiskusi dengan sesama peserta mengenai materi

3
BAB II
MONITORING PENGOBATAN

Pemantauan dan Evaluasi TPT saat Kontrol


Monitoring Pengobatan dilakukan setiap 1 bulan sekali, dengan melakukan
pemantauan terhadap:
A. Evaluasi munculnya gejala TBC
B. Efek samping obat
C. Kepatuhan dan keteraturan minum obat

A. Evaluasi munculnya gejala TBC


1. Gejala TBC secara umum :
a. Anak
Pada kasus TBC anak terdapat beberapa gejala umum, yaitu:
1) Penurunan berat badan atau tidak naik dari 2 bulan sebelumnya
atau terjadi gagal tumbuh (failure to thrive) meskipun telah
diberikan upaya perbaikan gizi yang baik dalam waktu 1-2
bulan.
2) Demam disertai dengan atau tanpa keringat malam.
3) Batuk dengan karakteristik: batuk persisten >2 minggu, non-
remitting (tidak pernah reda atau intensitas semakin lama
semakin parah), tidak membaik dengan pemberian antibiotik.
4) Kelelahan, anak kurang aktif bermain, aktivitas anak tidak aktif.

b. Dewasa
1) Batuk selama ≥ 2 minggu, dapat berdahak atau berdarah
2) Demam yang umumnya subfebris selama ≥ 2 minggu
3) Berat badan turun
4) Berkeringat pada malam hari
5) Malaise : lesu, mudah Lelah
6) Pembesaran kelenjar getah bening di leher, ketiak, dan
inguinal
7) Gejala TBC di organ lain

4
c. Orang dengan HIV (ODHIV)
1) Demam yang umumnya subfebris selama ≥ 2 minggu
2) Batuk saat ini (tidak perlu > 2 minggu)
3) Berat badan turun drastis
4) Berkeringat pada malam hari
5) Pembesaran kelenjar getah bening di leher, ketiak, dan
inguinal
6) Gejala TBC di organ lain

Apabila terdapat gejala TBC, maka dilakukan pemeriksaan untuk


menegakkan diagnosis TBC

B. Efek samping obat


Efek samping obat adalah efek tidak diinginkan yang timbul pada dosis
normal yang umumnya terkait dengan farmakologi obat.
Efek samping obat yang perlu dievaluasi adalah :
1. Tanyakan keluhan seperti mual muntah, tampak kuning, kulit gatal, dll.
2. Periksa apakah ada tanda efek samping seperti ikterik, hepatomegali,
ruam di kulit, dll
3. Identifikasi efek samping obat dan tatalaksana

a. Definisi dan klasifikasi


1. Definisi
• Adverse drug reaction (ADR) atau reaksi obat yang merugikan
adalah respon yang berbahaya dan tidak diinginkan terhadap
obat TBC yang digunakan dalam dosis normal
• Adverse event (AE) atau kejadian tidak diharapkan (KTD)
adalah setiap kejadian medis yang tidak diinginkan yang
mungkin terjadi saat penderita mengonsumsi obat TBC, tetapi
tidak selalu memiliki hubungan sebab akibat dengan obat TBC
tersebut
• Serious adverse event (SAE) atau KTD serius adalah KTD yang
menyebabkan :

5
o Kematian atau kondisi mengancam nyawa
o Rawat inap atau perpanjangan rawat inap
o Disabilitas persisten atau bermakna
o Kelainan kongenital
o Memerlukan intervensi pencegahan agar tidak sampai
terjadi
o Membutuhkan intervensi drastis seperti penghentian obat
yang diduga menjadi penyebab
• Adverse event of clinical significance atau KTD yang bermakna
secara klinis adalah KTD yang bersifat :
o Serius
o Perlu mendapatkan perhatian khusus
o Menyebabkan penghentian atau perubahan pengobatan
o Dinilai bermakna secara klinis oleh dokter
• Averse event of special interest atau KTD yang menjadi
perhatian khusus adalah KTD yang telah terjadi selama uji klinis
dan perlu dilaporkan secara khusus selama pemantauan tanpa
memandang derajat berat atau hubungan sebab akibat dengan
pengobatan TBC
2. Klasifikasi umum adverse event berdasarkan derajat
• Derajat 1 (Ringan) : Gejala ringan atau asimptomatik, tidak
memerlukan intervensi
• Derajat 2 (Moderate) : Membutuhkan intervensi minimal atau
lokal atau non-invasif
• Derajat 3 (Berat) : Gejala berat atau bermakna secara klinis
tetapi tidak mengancam nyawa, membutuhkan rawat inap atau
perpanjangan rawat inap, menyebabkan disabilitas atau
pembatasan aktivitas perawatan diri sehari-hari
• Derajat 4 : Mengancam nyawa yang membutuhkan intervensi
urgen
• Derajat 5 : Menyebabkan kematian
3. Penatalaksanaan Efek Samping Pengobatan
a. Tatalaksana umum :

6
1. Periksa dosis obat yang dikonsumsi
2. Eksklusi penyebab lain
3. Tentukan derajat efek samping
4. Berikan tatalaksana
5. Laporkan
6. Bila gejala sudah membaik, obat diberikan kembali secara
gradual
7. Cegah timbulnya resistensi obat
b. Tatalaksana spesifik (Lihat tabel 5.1 Efek samping obat TPT dan
tatalaksana)

Tabel 2.1 Efek samping obat TPT dan tatalaksana


Obat Efek Samping Tatalaksana
Isoniazid (H) Neuropati perifer • Berikan atau tingkatkan
(Angka kejadian kurang dosis piridoksin (B6).
dari 0,2%)* • Jika menetap atau berat,
hentikan INH.
Hepatotoksisitas • Hentikan minum obat, tes
(Angka kejadian sekitar 2- fungsi hati; tunggu sampai
6% fungsi hati normal.
)* • Obat diberikan sekuensial
satu demi satu setiap 2 hari
sebelum menambah obat
lain. (pada penggunaan
paduan 3 HP / 3 HR)
Gangguan neuropsikiatri • Verifikasi dosis obat,
hentikan obat yang diduga
menjadi penyebab.
• Jika gejala menetap,
hentikan obat yang paling
mungkin jadi penyebab.
• Jika gejala berat atau
menetap hentikan obat

7
yang paling mungkin
menjadi penyebab atau
mengurangi dosis.
(pada penggunaan paduan
3 HP / 3 HR)
Rifampisin (R) Reaksi seperti flu (flu-like • Hentikan obat.
dan syndrome) berupa • Pertimbangkan pemberian
Rifapentine (P) demam obat anti-histamin
disertai lemas, lelah, sakit (diphenhydramine,
kepala, nyeri otot, loratadine dll).
takikardi • Antiemetik, antidiare.
atau palpitasi, berkeringat • Tunggu sampai gejala klinis
atau gejala lainnya membaik
Hepatotoksisitas • Hentikan minum obat, tes
(Sekitar 1% orang yang fungsi hati; tunggu sampai
menjalani 3HP fungsi hati normal.
mengalaminya)* • Obat diberikan sekuensial
satu demi satu setiap 2 hari
sebelum menambah obat
lain. (pada penggunaan
paduan 3 HP / 3 HR)
Ruam kulit • Identifikasi ringan, sedang
atau berat.
• Bila ringan / sedang atasi
secara supportif sampai
gejala menghilang
• Bila berat lakukan rujukan
ke RS terdekat.

Gejala gangguan • Identifikasi ringan, sedang


pencernaan atau berat.
seperti mual, muntah,
atau

8
sakit perut • Bila ringan / sedang atasi
secara supportif sampai
gejala menghilang
• Bila berat lakukan rujukan
ke RS terdekat
Perubahan warna cairan • Berikan konseling agar
tubuh seperti urin, pasien tahu bahwa
keringat perubahan warna cairan
atau air mata tubuh merupakan hal yang
normal karena hasil
ekskresi dari pengobatan
dan tidak berbahaya.
• Pada saat awal pemberian
TPT, lakukan KIE mengenai
hal ini
Hipersensitivitas seperti • Hentikan minum obat
hipotensi, pingsan, • Berikan perawatan
takikardi, dukungan pada kondisi
anapilaksis atau mendesak
bronkospasme. Reaksi ini • Melakukan rujukan untuk
sangat jarang pemeriksaan dan
terjadi (Angka kejadian tatalaksana lanjut yang
sekitar 4%)* dibutuhkan.
• Bronkodilator
• Steroid
*) Persentasi kejadian efek samping diambil dari buku operasional WHO untuk
TBC, yang dikeluarkan pada bulan Maret 2020.
Bila terdapat gejala efek samping seperti di atas, maka :
• Obat sementara dihentikan dan lakukan tatalaksana efek samping.
• Jika reaksi efek samping obat termasuk dalam kriteria berat, segera
diberikan perawatan suportif dan lakukan rujukan.
• Jika reaksi efek samping obat termasuk dalam kriteria sedang/ringan –
pastikan oleh tenaga kesehatan bahwa reaksi yang timbul akibat TPT,

9
berikan perawatan suportif dan observasi hingga reaksi obat
menghilang. Jika reaksi akibat obat terus muncul lakukan pemeriksaan
lebih lanjut.
C. Kepatuhan dan keteraturan minum obat
1. Penilaian kepatuhan minum obat dilakukan setiap bulan
2. Penyebab ketidakteraturan minum obat harus dicari dan didiskusikan
pemecahannya
3. Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) dilakukan baik pada pasien
maupun anggota keluarga yang berperan sebagai pengawas minum
obat
4. Penting untuk menekankan bahwa TPT diberikan pada anak walaupun
saat ini tidak ada gejala untuk mencegah infeksi dan sakit TBC
a. Hasil Evaluasi Bulanan
Bila saat kontrol tidak ada masalah, maka pemberian TPT dapat
dilanjutkan untuk bulan berikutnya.
b. Tatalaksana Dosis Terlewat
Tatalaksana dosis terlewat ditampilkan dalam tabel 5.2 di bawah.

10
Tabel 2.2. Tatalaksana TPT Dosis Terlewat
Durasi terapi
Rejimen TPT Langkah selanjutnya Saran tindakan
tertunda
3HR Kurang dari 2 Lanjutkan TPT segera dan Menyampaikan alasan
6H minggu tambahkan jumlah hari tertundanya TPT
berdasarkan dosis yang
terlewat dari total durasi Memberikan nasihat
pengobatan. kepada orang dengan
penerima TPT dan
Jangan mengubah tanggal pendamping tentang
yang dijadwalkan untuk pentingnya TPT dan
kunjungan berikutnya, tetapi kepatuhan selesai
kunjungan terakhir akan pengobatan.
ditunda sesuai tambahan
jumlah hari untuk mengganti Peninjauan dan
dosis yang terlewatkan (misal: persetujuan dengan
jika seorang anak dengan 3HR orang dengan penerima
melewatkan 3 hari, lanjutkan TPT dan pendamping
TPT untuk durasi 3 bulan + 3 mengenai cara terbaik
hari dari tanggal untuk meningkatkan
memulai). kepatuhan,
Lebih dari 2 Jika berhentinya TPT terjadi
minggu setelah lebih dari 80% dosis
yang diharapkan pada rejimen
terpilih, tidak perlu ada
tindakan. Lanjutkan dan
selesaikan sisa perawatan
sesuai rencana awal.

Jika berhentinya TPT kurang


dari 80% dari dosis yang
diharapkan pada rejimen
terpilih, TPT masih

11
dapat diselesaikan sesuai
waktu yang diharapkan, yaitu
durasi pengobatan + 33%
waktu tambahan, tidak perlu
ada tindakan. Lanjutkan dan
selesaikan sisa perawatan
sesuai rencana awal.

Jika pasien tetap tidak dapat


menyelesaikan minimal 80%
dari total dosis yang diharapkan
setelah diberikan perpanjangan
waktu, pertimbangkan memulai
TPT kembali secara lengkap.
3HP Satu dosis Jika dosis yang terlewat adalah
terlewat 2 hari ke depan, orang tersebut
dalam jadwal dapat segera melanjutkan
mingguan minum obat. Lanjutkan jadwal
sesuai rencana semula (misal,
terus minum obat sesuai dosis
yang tersisa mengikuti jadwal
yang sama).

Jika dosis yang terlewatkan


lebih dari 2 hari kemudian,
orang tersebut dapat segera
mengambil dosis yang terlewat
dan mengubah jadwal asupan
mingguan menjadi hari dosis
yang dilewatkan itu diambil
sampai pengobatan selesai. Ini
akan menghindari dua dosis
mingguan yang diambil

12
kurang dari 4 hari
Lebih dari Jika antara 1-3 dosis mingguan
satu minggu terlewatkan, terapi dilanjutkan
dosis 3HP sampai semua 12 dosis
yang terlewat diminum, sehingga
memperpanjang durasi terapi
hingga maksimum 16 minggu.

Namun, jika 4 atau lebih dosis


mingguan terlewat,
pertimbangkan untuk memulai
kembali TPT lengkap.

Jika kepatuhan terhadap


rutinitas mingguan tidak
memungkinkan,
pertimbangkan menghentikan
3HP dan menawarkan rejimen
alternatif (harian).
1HP* Kurang dari 1 Jika lebih dari 80% dosis yang
minggu diharapkan dalam rejimen itu
diminum tidak diperlukan
tindakan, cukup lengkapi dosis
yang tersisa.

Jika kurang dari 80% dari dosis


yang diharapkan dalam rejimen
diambil, segera melanjutkan
terapi segera setelah kembali
dan menambahkan dosis yang
terlewat pada total durasi terapi
untuk menyelesaikan
rangkaian terapi dalam waktu

13
maksimal 6 minggu
Lebih dari 1 Jika lebih dari 7 dosis berturut-
minggu turut terlewatkan,
pertimbangkan untuk memulai
kembali rangkaian lengkap
rejimen 1HP.

Jika lebih dari 7 dosis terlewat


tidak berturut-turut, lanjutkan
TPT segera setelah kembali
dan tambahkan dosis yang
terlewat ke total durasi terapi
untuk menyelesaikan
rangkaian terapi dalam waktu
maksimum 8 minggu.

Jika kepatuhan terhadap 1HP


tidak memungkinkan,
pertimbangkan untuk
menghentikannya dan
menawarkan rejimen harian
alternatif atau 3HP
Keterangan:
*) Belum disediakan oleh Program TB Nasional

14
BAB III
TINDAK LANJUT PENGOBATAN
4.5 Hasil Akhir Pemberian TPT
Berikut kategori hasil akhir dari pemberian TPT (7)
A. Kriteria selesai pengobatan
a. Pengobatan
Pengobatan lengkap
lengkap adalah bila telah menyelesaikan minimal 80%
rangkaianDewasa maupun
pengobatan anak yang
pencegahan, telah untuk
kecuali menyelesaikan minimal
3HP minimal 90%. 80%
rangkaian
Rinician ada pengobatan
dalam tabel pencegahan
4.1 tentang sesuai dengan
proses pemberian durasi
TPT seperti di dari
bawah. paduan TPT yang dipilih:
Tabel 3.1 8.
Tabel Proses pemberian
Proses TPTTPT
Pemberian
Paduan TPT Durasi Jumlah 80% dari rekomen- Perpanjangan waktu
total dosis yang dasi jumlah dosis untuk penyelesaian
(bulan) diharapkan pengobatan
(durasi pengobatan
+ 33% tambahan
waktu)

6H (harian) 6 182 146 239


3HR(harian) 3 84 68 120
3HP (minggu- 3 12 11 16
an) (90% dari rekomen-
dasi jumlah dosis)
1HP (harian) 1 28 23 40

b. putus
B. Kriteria Putusberobat
berobat
Jika dewasa maupun anak tidak minum obat TPT selama 1
Dikatakan putus berobat apabila anak penerima TPT tidak minum obat
bulan atau lebih secara berturut-turut.
TPT selama minimal 1 bulan berturut-turut
C. Kriteric.gagal
Gagal selama pemberian TPT
pengobatan
DikatakanDewasa maupun apabila
gagal pengobatan anak yang sedang
penerima TPT dalam
menjadipemberian
sakit TBC TPT
menjadi sakit TBC.
D. Meninggal
d. Meninggal
Penerima TPT yang meninggal sebelum menyelesaikan TPT dengan
Dewasa maupun anak yang meninggal sebelum menyelesaikan
sebab apapun
TPT dengan sebab apapun.
E. Tidak dievaluasi
Penerima TPT yang tidak diketahui hasil akhir terapinya, baik karena
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIKINDONESIA TAHUN 2020 33
penderita memang berhenti datang atau bila pasien pindah ke
fasyankes lain dimana hasilnya tidak diinformasikan kepada fasyankes
pengirim

15
BAB IV
MONITORING EFEK SAMPING OBAT (MESO) UNTUK 3HP
(ACTIVE DRUG-SAFETY MONITORING AND MANAGEMENT
/ADSM)

A. Definisi
Monitoring Efek Samping Obat (MESO) adalah evaluasi aktif dan sistematik
klinis dan laboratorium pasien yang sedang mendapatkan suatu terapi.

B. Tujuan
Tujuan MESO adalah mengurangi risiko bahaya terkait obat yang
digunakan dan mengumpulkan data yang dapat digunakan sebagai dasar
untuk kebijakan lebih lanjut mengenai obat tersebut.
Tujuan ini dapat tercapai dengan tiga aktivitas :
1. Assessment aktif klinis dan laboratorium secara sistematik kepada
pasien yang sedang mendapatkan terapi
2. Efek samping yang terjadi dilakukan tatalaksana sesuai
3. Pelaporan dan pencatatan efek samping serius yang terjadi

C. Efek samping INH dan tatalaksana


Efek samping INH yang dapat terjadi adalah :
1. Neuropati prifer, terjadi pada sekitar kurang dari 0,2 % penerima TPT
2. Hepatotoksisitas terjadi pada sekitar 2 – 6 % penerima TPT
3. Gangguan neuropsikiatri
Tatalaksana efek samping INH (lihat table 5.1 Efek samping obat dan
tatalaksana)

D. Efek samping Rifapentin dan tatalaksana


Efek samping Rifapentin yang dapat terjadi, sebagai berikut:
1. Reaksi seperti flu (flu like syndrome)
Flu like syndrome dapat dikaitkan dengan pemberian 3HP dosis
intermiten sekali seminggu. Biasanya sembuh dengan cepat setelah

16
obat dihentikan. Ada juga beberapa kasus yang perlu perawatan
rumah sakit.
2. Hepatotoksis
Banyak studi menunjukkan bahwa risiko hepatotoksisitas pada TPT
dengan paduan 3HP lebih kecil dibanding IPT
3. Ruam kulit
4. Gejala gangguan pencernaan
5. Perubahan warna cairan tubuh seperti urin, keringat dan air mata

Rifapentine dinilai aman digunakan pada ODHIV, tetapi interaksi antara


rifapentine dan antiretroviral tertentu harus dipertimbangkan, atau sebaiknya
dihindari sama sekali, baik dengan menggunakan TPT lain atau dengan
mengganti rejimen antiretroviral. Penggunaan 3HP dinilai aman bila diberikan
bersamaan dengan efavirenz, ART berbasis raltegravir, dan dolutegravir. Pada
orang hamil pemberian TPT dengan Rifapentine tidak direkomendasikan
karena kurangnya data tentang keamanan memberikan rifapentine selama
kehamilan. WHO merekomendasikan untuk wanita hamil dengan HIV
diberikan IPT dan tidak menunda TPT ke periode postpartum.

Pada orang dengan infeksi virus hepatitis C, Rifamycins termasuk Rifapentine


tidak dianjurkan digunakan bersama-sama dengan obat antivirus hepatitis C,
karena rifamycins dapat menurunkan konsentrasi obat antivirus Hepatitis C.
Tatalaksana efek samping Rifapentin ( lihat table 5.1 Efek samping obat dan
tatalaksana)

17
BAB V
PENUTUP

A. Latihan Soal
1. Pada tanggal 1 Maret 2022, Tn B 30 th datang ke puskesmas dengan
keluhan batuk lebih dari 2 minggu dan berat badan menurun. Setelah
dilakukan beberapa pemeriksaan, dinyatakan Tn B menderita penyakit
TBC aktif, kemudian diberikan OAT. Selanjutnya petugas menanyakan
anggota keluarga dari Tn B. Saat ini Tn B punya seorang istri, belum
mempunyai anak. Istri Tn B (Ny B, 26 th) saat ini tidak ada keluhan batuk
maupun gejala TBC lainnya, kemudian dianjurkan menjalani TPT dan
Ny B bersedia. Kemudian dilakukan pemeriksaan dan dinyatakan Ny B
tidak menderita TBC, selanjutnya petugas puskesmas memberikan TPT
3 HP untuk 1 bulan dan menjelaskan mengenai manfaat, lama
pemberian dan efek samping obat TPT tersebut.
Pertanyaan :
a. Komponen apa saja yang dipantau pada Ny B ?
b. Hal apa saja yang perlu dijelaskan pada Ny B mengenai efek
samping obat TPT ?
a. Tindakan apa yang perlu dilakukan bila Ny B ada keluhan efek
samping tersebut.
2. Pada saat kontrol setelah 1 bulan minum obat, ternyata Ny B mengeluh
perut terasa mual dan muntah2 sejak 1 minggu yang lalu.
a. Apakah perkiraan penyebab mual yang dirasakan Ny B ?
b. Bagaimana tindakan yang perlu dilakukan ?
3. Seorang pasien wanita Ny L 52 th, dinyatakan TBC aktif dengan
beberapa gejala TB dan dan hasil TCM positif sensitif rifampisin. Saat
ini Ny L juga dalam terapi ART karena dinyatakan HIV positif sejak 3
tahun. Suami Ny.L telah diidentifikasi tidak ada sakit TBC, kemudian
diberikan TPT 3 HP. Setelah minum TPT 2 minggu ternyata suami Ny
L mengeluh kulit tangannya merah2 dan agak gatal, kemudian lapor ke
puskesmas.
a. Tindakan apa yang perlu dilakukan ?

18
b. Edukasi apa yang perlu disampaikan ?
4. Seorang penerima TPT Tn S 33 th, pada saat kontrol bulan ke-3,
mengeluh batuk2 sejak 2 minggu, dan nafsu makan menurun.
a. Tindakan apa yang perlu dilakukan?
b. Pada evaluasi ternyata ditemukan TCM dahaknya positif. Dalam
kondisi seperti ini Tn S digolongkan dalam kriteria apa?
5. Seorang laki2 Tn D berobat ke RS HL dengan keluhan demam sejak 1
bulan dan berat badan menurun drastis. Setelah dilakukan beberapa
pemeriksaan, Tn D didiagnosis HIV dan tidak ditemukan TBC.
Selanjutnya petugas RS menjelaskan bahwa Tn D akan diberikan obat
HIV dan TPT.
a. Setelah 1 bulan minum obat HIV dan TPT, Tn D mengeluh mual,
muntah dan mata kelihatan kuning. Kemungkinan efek samping apa
yang terjadi ?
b. Tindakan apa saja yang akan anda lakukan ?
B. Referensi
Kemenkes RI. Petunjuk teknis penanganan infeksi laten Tuberkulosis
(ILTB). Kemenkes RI, Jakarta 2020
WHO. Consolidated guidelines on tuberculosis. WHO Jeneva 2020
Mike Frick. An Activist’s Guide To Rifapentine For The Treatment Of Tb
Infection. Update April 2020

19

Anda mungkin juga menyukai