Anda di halaman 1dari 47

1.

Pengertian Penyusunan rencana layanan medis adalah kegiatan menyusun terapi


PENYUSUNAN atau pengobatan yang akan dilakukan untuk pasien sesuai dengan
RENCANA masalah kesehatan yang dihadapi pasien agar pasien mendapatkan
LAYANAN MEDIS pengobatan yang tepat dan maksimal
2. Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah agar pelayanan medis khususnya
pengobatan dan terapi yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah
kesehatan pasien sesuai dengan kebutuhan pasien yang bersangkutan
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan
Klinis FKTP Abcde
4. Referensi Permenkes No.5 tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
5. Prosedur a. Petugas menerima rekam medis pasien dari petugas
pendaftaran,
b. Petugas memanggil pasien masuk ke ruang periksa,
c. Petugas melakukan anamnesa,
d. Petugas melakukan pemeriksaan fisik,
e. Petugas merumuskan diagnose pasien,
f. Petugas menyusun rencana asuhan pasien sesuai dengan
masalah kesehatan pasien,
g. Petugas berkolaborasi dengan tim kesehatan lain bila pasien
membutuhkan penanganan tim kesehatan lain,
h. Petugas melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana
layanan yang telah disusun,
i. Petugas mengevaluasi segera (formatif) untuk tindakan yang
sudah dilakukan,
j. Petugas menyusun rencana tindak lanjut bila masalah
kesehatan pasien belum teratasi
k. Petugas mendokumentasikan kegiatan.
6. Unit Terkait Seluruh unit pelayanan
1. Pengertian Layanan terpadu adalah layanan kesehatan yang dilakukan
LAYANAN untuk mengatasi masalah kesehatan pasien dengan melibatkan
TERPADU tim kesehatan secara komprehensif sehingga tercapai hasil
yang diharapkan
2. Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah Agar petugas mampu
memberikan pelayanan yang tepat dan berkesinambungan sesuai
dengan masalah kesehatan yang dihadapi pasien
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde No 440/06/I/2016
Tentang Pelayanan Klinis Berorientasi Pasien
4. Referensi Permenkes No. 5 tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis
5. Prosedur a. Petugas menerima Rekam medis pasien dari petugas
pendaftaran,
b. Petugas memanggil pasien masuk ke ruang periksa,
c. Petugas melakukan anamnesa kepada pasien,
d. Petugas melakukan pemeriksaan fisik kepada pasien (psikis
bila perlu),
e. Petugas mengidentifikasi jenis penyakit atau masalah
kesehatan yang dihadapi pasien,
f. Petugas mengidentifikasi jenis penyakit atau masalah
kesehatan pada pasien yang perlu ditangani team
kesehatan lain,
g. Petugas memberikan informasi mengenai tindakan/
pengobatan yang akan dilakukan beserta resikonya,
h. Petugas mengintegrasikan penanganan pasien pada team
kesehatan lain sesuai dengan masalah kesehatan pasien,
i. Petugas bersama team kesehatan lain yang dimaksud
tersebut di atas merencanakan tindakan dalam penangan
masalah kesehatan pasien dengan mempertimbangkan
kemungkinan resiko yang mungkin terjadi,
j. Petugas mendokumentasikan rencana tindakan dalam
rekam medis pasien,
k. Petugas melakukan tindakan sesuai dengan rencana (baik
tindakan medis maupun pendidikan kesehatan),
l. Petugas melakukan evaluasi formatif terhadap tindakan
yang telah dilakukan,
m. Petugas berpesan kepada pasien untuk datang kembali
(control) bila permasalahan pada pasien belum teratasi.
6. Unit Terkait Bp umum, Bp gigi, KIA, IGD, VK
1. Pengertian Adalahsuatukondisi di
HIPERTENSI manaterjadipeningkatantekanandarahsecarakronis
(dalamjangkawaktu lama).
2. Tujuan Menentukan klasifikasi tekanan darah dan memberikan tata laksana yang tepat pada
penderita hipertensi.
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan Klinis
FKTP Abcde
4. Referensi Permenkes RI No.5 Th 2014,tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di
FasilitasPelayananKesehatan Primer
5. Prosedur 1. Tanda dan gejala:
1.1. Peninggian tekanan darah kadang satu-satunya gejala.
1.2. Sakit kepala, rasa berat ditengkuk, telinga berdengung, sukar
tidur
1.3. Epistaksis.
1.4. Riwayat keluarga yang menderita hipertensi.
2. Pemeriksaan Penunjang:
Untuk menentukan adanya kerusakan organ dan faktor risiko: urin
rutin, GDN, kolesterol, dan asam urat.
3. Penatalaksanaan:
3.1. Modifikasi gaya hidup (diet rendah garam, mengurangi
makanan lemak, menghentikan kebiasaan merokok dan
minum alkohol, mengendalikan berat badan, meningkatkan
aktifitas fisik) dengan target tekanan darah < 140/90 mmHg
atau < 130/80 pada pasien DM atau penyakit ginjal kronis.
Bila target tidak tercapai maka berikan obat inisial.
3.2. Pada hipertensi stage 1: HCT 12.5-25 mg / hari,
pertimbangkan pemberian ACE inhibitor (kaptopril), kalsium
inhibitor (nifedipin).
3.3. Pada hipertensi stage 2; diberikan kombinasi 2 obat, biasanya
golongan diuretic tiazid dan ACE inhibitor atau penghambat
kalsium.
3.4. Pada USILA termasuk penderita hipertensi sistolik terisolasi
berikan diuretik dimulai dosis 12.5 mg/hr.
3.5. Pada kehamilan berikan antagonis kalsium (nifedipin), tidak
boleh diberikan ACE inhibitor dan antagonis reseptor AII.
3.6. Pada obesitas dengan modifikasi gaya hidup yang intensif + ACE inhibitor,
alternative dengan kalsium inhibitor.
6. Unit Terkait UGD, BP UMUM
1. Pengertian ISPA adalah masuknya mikroorganisme (bakteri, virus, riketsia) ke
ISPA dalam saluran pernafasan yang menimbulkan gejala penyakit yang
dapat berlangsung sampai 14 hari.

2. Tujuan 1. Menegakkan diagnosis Infeksi Saluran Pernafasan Akut.


2. Melakukan tata laksana sesuai pengobatan rasional.
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan Klinis
FKTP Abcde
4. Referensi Permenkes RI No.5 Th 2014,tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di
FasilitasPelayananKesehatan Primer
5. Prosedur 1. Perjalanan dan patofisiologi
1.1. ISPA dapat disebabkan oleh bakteri, virus dan sebagian kecil
riketsia. Penularan terjadi melalui percikan air liur atau sekresi
saluran nafas yang terinfeksi. ISPA viral dapat sembuh sendiri
atau berlanjut menjadi infeksi bakteri sekunder, tergantung
pada daya tahan tubuh dan virulensi kuman.
2. Klasifikasi dan diagnosis
2.1. ISPA diklasifikasikan menjadi pneumonia jika mengenai
parenkim paru dan bukan pneumonia jika mengenai organ
pernafasan selain parenkim paru.
3. Pneumonia:
Tanda dan gejala:
3.1. Demam tinggi > 39.5derajatC
3.2. Batuk
3.3. Kesukaran bernafas, nafas cepat dan pada pneumonia berat
terjadi retraksi dinding dada
3.4. Kecepatan respirasi
umur < 2 bulan : > 60 x /menit
2 bulan - 1 tahun : > 50 x /menit
1 tahun - 5 tahun : > 40 x /menit
Penatalaksanaan:
3.5. Pada pneumonia berat dirujuk ke rumah sakit
3.6. Untuk dewasa antibiotik terpilih adalah penisilin prokain atau
ampisilin dengan pilihan lain eritromisin
3.7. Untuk anak-anak
3.7.1. PilihanI:
1) Kotrimoksazol selama 14 hari
Anak: 2-6 bulan : 2 x 1/4 tab/hr
6 bln-3 thn : 2 x ½ tab/hr
3-5 tahun : 2 x 1 tab/hr
2) Paracetamol sehari 3-4 kali selama demam
Anak: 2-6 bulan : 3 x 1/8 tab
6 bln-3 thn : 3 x 1/4 tab
3-5 tahun : 4 x ½ tab
3.7.2. Pilihan II:
1) Amoksisilin 20-40 mg/kgbb/hr dibagi 3 dosis
selama 7 hari
2) Parasetamol sehari 3-5 x selama demam
4. ISPA Bukan Pneumonia:
4.1. ISPA bukan pneumonia adalah batuk pilek biasa yang tidak
menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas dan retraksi
dinding dada.
4.2. Penyakit ini paling banyak disebabkan oleh virus, dapat
sembuh sendiri dalam 3-5 hari tergantung daya tahan tubuh
dan virulensi kuman.
4.3. Pengobatan bersifat simtomatis sesuai gejala yang ada, bila
ada tanda-tanda infeksi bakteri sekunder dapat diberikan
antiinfeksi sesuai keperluan.

6. Unit Terkait BpUmum,KIA

1. Pengertian Myalgia atau yang biasa dikenal dengan sebutan nyeri otot,spasme otot atau keram
MYALGIA otot merupakan gejala dari banyak penyakit dan gangguan pada tubuh.
2. Tujuan Memberikan penatalaksanaan myalgia yang tepat dan mengurangi keluhan serta
mempertahankan kualitas hidup penderita.
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde No.440/006/I/2016,tentang Pelayanan Klinis Yang
Berorientasi Pada Pasien .
4. Referensi Permenkes RI No.5 Th 2014,tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer
5. Prosedur Penatalaksanaan:
a. Dilakukan anamnesa untuk mencari penyakit yang menyebabkan
gejala myalgia(mis:Hipertensi,Gout,ISPA, Infeksi lain)untuk
kemudian diobati berdasarkan penyakit yang mendasarinya.
b. Menganjurkan pasien untuk posisikan otot secara
relaksasi,misalnya jika otot lengan yang nyeri jangan mengangkat
tangan melawan grafitasi.
c. Menganjurkan pasien untuk mengisirahatkan otot yang sakit dan
banyak minum air putih.
d. Berikan obat-obat anti nyeri sistemik misalnya parasetamol atau
golonganNSAID(mis:ibuprofen,natriumdiklofenak,piroksikam,asam
mefenamat ).

6. Unit Terkait BP UMUM,IGD


1. Pengertian DM Adalah penyakit yang ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi yang
disebabkan oleh gangguan pada sekresi insulin atau gangguan kerja insulin atau
keduanya.
2. Tujuan Memberikan penatalaksanaan yang menyeluruh.
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan
Klinis FKTP Abcde
4. Referensi Permenkes RI No.5 Th 2014,tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
5. Prosedur 5. Anamnesis:
5.1. Keluhan khas : poliuria,polidipsi,polifagi, penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
5.2. Keluhan tidak khas DM: lemah, kesemutan, gatal,
penglihatan kabur, disfungsi ereksi, pruritus vulva.
6. Faktor resiko DM tipe 2:
6.1. Usia > 45 tahun
6.2. Berat badan > 110% BB ideal/ IMT > 23 kg/m2
6.3. Hipertensi (TD≥140/90 mmHg)
6.4. Riwayat DM dalam garis keturunan
6.5. Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat/ BB lahir
bayi > 4 kg
6.6. Riwayat DM gestational
6.7. Riwayat toleransi glukosa terganggu/ glukosa darah puasa
terganggu.
6.8. Penderita penyakit jantung koroner, TBC, hipertiroidisme.
6.9. Cholesterol HDL ≤ 35 mg/dl
7. Pemeriksaan fisik:
7.1. TB, BB, tekanan darah
7.2. Keadaan kaki ( termasuk rabaan nadi kaki) , kulit dan kuku
8. Kriteria diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa:
8.1. GDS (plasma vena) > 200 mg/dl atau
8.2. GDN (plasma vena) > 126 mg/dl atau
9. Pemeriksaan penunjang :
9.1. Hb, AL, KED, GDN, GD2JPP, urin rutin, cholesterol
10. Penatalaksanaan:
10.1. Edukasi : tentang penyakit DM, perlunya pengendalian dan
pemantauan DM, penyulit DM, intervensi farmakologis.
10.2. Perencanaan diet: mencapai dan mempertahankan berat
badan ideal, diet dengan komposisi seimbang (bila perlu
rujuk ke poli gizi)
10.3. Latihan jasmani: olahraga teratur dan disesuaikan kondisi
10.4. Intervensi farmakologis
10.5. Jika diet sesuai aturan dan olah raga dengan baik selama 1-
6 bulan tapi diabetesnya belum terkontrol, maka penderita
ditambahkan obat antidiabetik:
1) Glibenklamid dosis awal 2.5 mg sampai maks. 15 mg/hr
atau
2) Bila dengan OAD glibenklamid tidak terkendali, lakukan
evaluasi diet dan olah raga, bila tetap tak ada perbaikan
rujuk ke rumah sakit.
3) Metformin mulai dengan 0,5 gr/hari dalam 2 – 3 kali
pemberian, maksimal 2 g/hari.
Obat ini harus dimulai dengan dosis terkecil. Setelah
2 minggu pengobatan,dosis dapat ditingkatkan.
10.6. Kunjungan ulang dilakukan tiap bulan diperiksa GDN dan
GD2JPP, urin rutin dan tiap tahun periksa kolesterol, dan
urinalisa (bila diperlukan)
11. Indikasi ke rumah sakit:
11.1. Bila kadar gula darah sangat tinggi (>350 mg/dl) dengan
gejala mencolok.
11.2. Timbul komplikasi berat (koma diabetic, koma hipoglikemia,
gangren, gagal ginjal).

6. Unit Terkait BP UMUM,IGD


1. Pengertian Gastritis adalahperadanganpadalapisanlambung.
GASTRITIS
2. Tujuan Memberikan tata laksana yang tepat pada pasien gastritis.
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan Klinis
FKTP Abcde
4. Referensi Kapita Selekta Kedokteran Jilid II, hal 65-66, 2001
5. Prosedur
12. Tanda dan Gejala
12.1. Nyeri/perih di daerah ulu hati
12.2. Kembung/ rasa penuh di perut
12.3. Mual dan atau muntah
13. Pemeriksaan
13.1. Nyeri tekan epigastrium
14. Penatalaksanaan:
14.1. Antasid 1 tablet 3- 4 kali sehari, diminum di antara waktu
makan. Penderita dengan tanda perdarahan (hematemesis
atau melena) harus dirujuk ke rumah sakit, karena mungkin
terjadi perdarahan pada tukak lambung atau perforasi.
14.2. Beri nasihat: makan secara teratur , makan porsi kecil tapi
sering, menghindari makanan dengan rasa yang
merangsang, menghindari stres.

6. Unit Terkait BP UMUM,IGD


1. Pengertian Adalahsuatupenyakitperadangan yang menyerangtenggorokatau
PHARINGITIS pharynx.
DAN TONSILITIS
2. Tujuan Memberikan tata laksana yang tepat pada pasien faringitis akut/ tonsilitis akut.
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan Klinis
FKTP Abcde
4. Referensi Permenkes RI No.5 th 2014,tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer
5. Prosedur 15. Tanda dan Gejala
15.1. Demam, sakit menelan, gatal/kering di tenggorokan, lesu,
nyeri sendi, anoreksia dan otalgia.
16. Pemeriksaan
16.1. Pharing hiperemis, tonsil membengkak, tonsil hiperemis,
terdapat detritus, atau terdapat membrane semu, kelenjar
submandibula membengkak dan nyeri tekan.
17. Penatalaksanaan:
17.1. Istirahat cukup, makan cukup, minum air hangat cukup, obat
kumur antiseptic/ air garam.
17.2. Bila demam beri paracetamol 10 mg/kgbb/x
17.3. Antibiotik bila ada indikasi berikan penisilin V 30-50
mg/kgbb/hr dibagi 4 dosis dengan alternatif amoksisilin atau
eritromisin.

6. Unit Terkait KIA, BP UMUM


1. Pengertian Merupakan kerusakan tulang rawan sendi (degeneratif)
OSTEOARTHRITIS berkembang la- lambat dan berhubungan dengan usia lanjut.
2. Tujuan Memberikan tata laksana yang tepat pada pasien osteoartritis
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan
Klinis FKTP Abcde
4. Referensi Kapita Selekta Kedokteran Jilid II
5. Prosedur 18. Gejala
18.1. Nyeri sendi yang timbul perlahan mula-mula rasa kaku
kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dengan
istirahat
18.2. Hambatan gerak sendi dan kaku pagi hari
18.3. Pembesaran sendi
18.4. Perubahan gaya jalan
19. Penatalaksanaan:
19.1. Paracetamol dosis 1,5-3 g/hr atau ibuprofen 3x400
mg/hr.
19.2. Istirahatkan sendi yang sakit.
19.3. Diet gizi seimbang dengan mengurangi berat badan.

6. Unit Terkait Bp umum


1. Pengertian Dermatitis pada orang atopi sebagai konsekuensi dari keadaan
DERMATITIS atopinya, yang bersifat bawaan, dapat menurun, kumat-kumatan,
ATOPIK
pruritus dengan gambaran yang khas pada usia tertentu
2. Tujuan Memberikan tata laksana yang tepat pada pasien dermatitis atopik
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan Klinis
FKTP Abcde
4. Referensi Permenkes RI No.5 Th 2014,tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer
5. Prosedur 20. Anamnesis
20.1. Penyakit di mulai sejak dini
20.2. Ada keluarga yang berpenyakit atopik (asma, rhinitis alergika,
eksema atopik)
20.3. Sering gatal atau terus menerus sekalipun tidak ada lesi kulit
20.4. Kumat-kumatn berupa dermatitis pada tempat-tempat
predileksi
20.5. Peka terhadap hal tertentu ( cuaca, emosi, keringat, makanan
tertentu, wol dll)
21. Pemeriksaan Fisik
21.1. terdapat tanda- tanda dermatitis atopik:
21.1.1. Pada bayi: dermatitis akut/subakut pada
pipi,ekstremitas ekstensor, simetris, kepala
21.1.2. Pada anak-anak; dermatitis kronik t.u pada lipatan-
lipatan siku, lutut, ketiak, simetris, gatal
21.1.3. Pada dewasa: seperti pada anak-anak dapat
meluas sampai di tempat lain : ekstremitas dll bahkan
dapat sampai seluruh tubuh, bisa ada likenifikasi.
21.2. Terdapat skarifikasi akibat garukan
21.3. Terdapat tanda atopik : kulit kering, hiperlinearis palmaris,
fisura periaurikular, iktiosis, keratokonus
22. Penatalaksanaan
22.1. Hindari bahan yang mengiritasi, hindari stress, hindari
garukan kulit
22.2. Untuk lesi akut membasah kompres dengan PK selama 15-30
menit 4 kali sehari dan bila sudah mongering beri pelembab
kulit
22.3. Berikan hidrokortison krim 1%
22.4. Antihistamin :CTM 1-4 mg/hr 3 kali sehari
22.5. Prednison diberikan untuk yang kronis khusus dewasa
22.6. Antibiotik bila ada infeksi sekunder: ampicillin atau eritromisin

6. Unit Terkait KIA, Bp umum


1. Pengertian Dermatitis akibat alergi terhadap bahan kontaktan yang bersifat
DERMATITIS allergen.
KONTAK
ALERGI
2. Tujuan Memberikan tata laksana yang tepat pada pasien dermatitis kontak alergi
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan Klinis
FKTP Abcde
4. Referensi Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 hal 87-89, 2001
5. Prosedur 23. Diagnosis
23.1. Anamnesis: pernah kontak dengan bahan kontaktan, setiap
kali kontak dengan bahan kontaktan timbul reaksi dermatitis.
23.2. Pemeriksaan : dermatitis/ bekas dermatitis pada tempat yang
sering kontak dengan bahan allergen , gatal, bagian tepi
dermatitis batasnya tidak tegas mungkin terdapat lesi satelit.
24. Penatalaksanaan
24.1. Hentikan kontak dengan bahan allergen (logam, kosmetik, jam
tangan, perhiasan, dll)
24.2. Pada dermatitis ringan : dewasa beri CTM 3x4mg/hr
: anak beri 1-2 mg 3 kali sehari untuk
BB> 10 kg.
: beri juga hidrocortison krim 1%

6. Unit Terkait KIA, bp umum


1. Pengertian Adalahsuatupenyakitinfeksikulit yang
DERMATOMYCOSIS disebabkanolehdermatofitataujamur
2. Tujuan Memberikan tata laksana yang tepat pada pasien dermatomikosis.
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan
Pelayanan Klinis FKTP Abcde
4. Referensi Permenkes RI No.5 Th 2014,tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
5. Prosedur
25. Tanda dan Gejala
25.1. Plak atau bercak kemerahan.
25.2. Gatal terutama saat berkeringat.
26. Pemeriksaan
26.1. Terasa gatal terutama saat berkeringat
26.2. Ada lesi berupa lingkaran, batas tegas, tepi meninggi
yang terdiri dari papul-papul, berskuama, sedikit
eritematous, bagian tengah halus
26.3. Lesi-lesi dapat bergabung disebut polisiklik
26.4. Sesuai lokasinya : tinea kapitis, tinea korporis, tinea
kruris, tinea pedis,tinea manum, tinea unguinum.
Menurunkan demam dengan paracetamol 10
mg/kg/bb/x tiap 4-6 jam atau ibuprofen 5-10
mg/kgbb/hr tiap 4-6 jam
27. Penatalaksanaan:
27.1. Pengobatan topical : salep antifungi DOEN.
27.2. Pengobatan sistemik: griseofulvin 4 tablet 125 mg
(500mg) sekali sehari.
Beri nasihat: mandi min. 2 kali/ hr dan jaga kebersihan
badan.
6. Unit Terkait KIA, bp umum
1. Pengertian Rheumatoid arthritis merupakan penyakit inflamasi sistemik kronik
RHEUMATOID yang terutama mengenai sendi diartrodial. Termasuk penyakit
ARTHRITIS
autoimun dengan etiologi yang tidak diketahui.
2. Tujuan Penatalaksaan rheumatoid arthritis yang tepat dapat mengurangi keluhan dan
mempertahankan kualitas hidup penderita
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan Klinis
FKTP Abcde
4. Referensi Permenkes RI No.5 Th 2014,tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas
Kesehatan Primer
5. Prosedur 28. Diagnosis
28.1. Kriteria Diagnosis:
28.1.1. kaku pagi, sekurangnya 1 jam
28.1.2. arthritis pada sekurangnya 3 sendi
28.1.3. arthritis pada sendi pergelangan tangan,
metacarpophalanx (MCP) dan Proximal Interphalanx
(PIP)
28.1.4. arhtritis yang simetris
28.1.5. nodul rheumatoid
28.1.6. faktor reumatoid serum positif
28.1.7. gambaran radiologik yang spesifik
28.2. Untuk diagnosis RA diperlukan 4 dari 7 kriteria di atas. Kriteria
1.1.1 – 1.1.4 harus diderita minimal selama 6 minggu.
29. Terapi
29.1. Penyuluhan tentang penyakitnya dan ketaatan berobat dalam
jangka waktu lama
29.2. NSAID

6. Unit Terkait Bp umum


1. Pengertian Gout merupakan penyakit penyakit yang disebabkan oleh deposisi
PIRAI kristal monosodium urat (MSU) yang terjadi akibat supersaturasi cairan
ARTHRITIS/
GOUT
ekstraseluler dan mengakibatkan satu atau beberapa manifestasi
klinik.

2. Tujuan Penatalaksanaan pirai arthritis yang tepat dapat mengurangi keluhan dan
mempertahankan kualitas hidup penderita.
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan Klinis
FKTP Abcde
4. Referensi Kapita Selekta Kedokteran Jilid II,hal.150-151.
5. Prosedur 30. Tanda dan Gejala
30.1. Sakit sendi t.u malam hari
30.2. sendi bengkak, kemerahan, nyeri sendi saat disentuh
30.3. Laborat : asam urat tinggi
31. Kriteria Diagnosis
31.1. Didapatkan kristal MSU didalam cairan sendi
31.2. Didapatkan kristal MSU didalam tofus, atau
31.3. Didapatkan 6 dari 12 kriteria berikut:
31.3.1. Inflamasi maksimal pada hari pertama.
31.3.2. Serangan artritis akut lebih dari 1 kali.
31.3.3. Artritis monoartilular.
31.3.4. Sendi yang kena berwarna kemerahan.
31.3.5. Pembengkakan dan sakit pada sendi MTP 1.
31.3.6. Serangan pada sendi MTP unilateral.
31.3.7. Serangan pada sendi tarsal unilateral.
31.3.8. Tofus.
31.3.9. Hiperurisemia.
31.3.10.Pembengkakan sendi asimetris pada gambaran
rasiologik.
31.3.11.Kristal subkortikal tanpa erosi pada gambaran
radiologik.
32. Kultur bakteri cairan sendi negatif. Pemeriksaan penunjang:
Asam urat darah dan urin 24 jam. Kadar dalam darah pada
umumnya meningkat. Kadar dalam urin dapat dipakai untuk status
ekskresi asam urat.
33. Terapi:
33.1. Penyuluhan
33.2. Pada fase akut : tirah baring dan beri OAINS, jangan diberi
obat urikosurik.
33.3. Untuk hiperurisemia dapat diberi : allopurinol 1x 100 mg/hr
maks. 400mg/hr

6. Unit Terkait BP Umum


1. Pengertian Namasuatukondisidimanaparu-
ASTHMA parumenjadimeradangdanmenyebabkanmengecilnyasalurannapas yang
BRONCHIALE membuatsulitbernapas
2. Tujuan Mengupayakan penanganan serangan asma yang cepat dan tepat untuk
menyelamatkan jiwa pasien
Dengan pengobatan yang cepat dan tepat, prognosis asma menjadi lebih baik
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan Klinis
FKTP Abcde
4. Referensi Permenkes RI No.5 Th 2014,tentang Panduan Pratik KlinisBagiDokter Di
fasilitaspelayananKesehatan Primer
5. Prosedur
34. Anamnesis:
34.1. Gejala batuk dan atau mengi berulang yang mempunyai karakteristik
episodik, terjadi pada malam hari (nokturnal), musiman, berkaitan dengan
aktifitas atau pencetus, reversibel, adanya riwayat atopi dalam keluarga.
34.2. Sesak nafas terutama saat ekspirasi.
35. Pemeriksaan fisik:
35.1. Pada auskultasi terdengar ronki basah kasar dan atau mengi (wheezing)
35.2. Kadang disertai geographic tongue atau dermatitis atopik
36. Penatalaksanaan:
36.1. Terapi pada asma terdiri dari terapi nonfarmakologi dan farmakologi
36.2. Terapi nonfarmakologi:
36.2.1. Oksigen, bila diperlukan
36.2.2. Hindari faktor pencetus
36.2.3. Fisioterapi, bila diperlukan
36.2.4. Penyuluhan untuk pasien dan keluarga
36.3. Terapi farmakologi:
36.3.1. Sebagian besar pasien asma dengan serangan asma akut
umumnya telah mencoba obat yang rutin dipakai atau telah
diberikan pengobatan oleh sejawat lainnya sehingga harus
dianggap sebagai asma berat.
36.3.2. Serangan asma ringan beri obat pereda berupa  agonis oral
(Salbutamol)
36.3.3. Observasi Vital sign pasien 15 menitbila respon baik pasien
boleh pulang dan dibekali dengan  agonis oral. Bila respon buruk
rujuk ke rumah sakit.
Pada serangan sedang dan berat rujuk ke rumah sakit

6. Unit Terkait BpUmum,KIA, UGD


1. Pengertian Demam yang tidakmemilikisumberinfeksi yang jelas
DEMAM
TANPA
PENYEBAB
YANG
JELAS
2. Tujuan Memberikan penatalaksanaan yang tepat pada demam tanpa penyebab yang jelas
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan Klinis
FKTP Abcde
4. Referensi SPM IDAI hal 91-93,2009
5. Prosedur Umumnya demam pada anak disebabkan oleh virus, yang dapat sembuh sendiri.
DIAGNOSIS
37. Anamnesis
37.1. Ditanyakan riwayat imunisasi, paparan terhadap infeksi, nyeri
telan, nyeri telinga, batuk/ sesak nafas, muntah, nyeri/ menangis
waktu BAK.
2.Pemeriksaan Fisik
37.2. Ukursuhutubuhpasien.
37.3. Tentukanderajatsakitnya: kualitastangis, reaksiterhadap orang
tua, tingkatkesadaran, warna kulit/selaputlendir, derajathidrasi,
tidaktampak/ tampaksakit, sakitberat/.tidak.
37.4. Demam sebagai prediktor bakterimia tersembunyi:
- 390C – 39,40C : < 2%
- 39,40C – 400C : 2-3 %
- 400C – 40,50C : 3-4 %
- > 40,50C : 4-5 %
37.5. Anak dengan risiko rendah dan orang tua yang kooperatif dapat
berobat jalan dengan pemantauan setiap hari sampai demam
turun.
38. Pemeriksaan penunjang
38.1. Bila anak terlihat sakit berat diperlukan pemeriksaan laborat
termasuk darah lengkap, urinalisis.
39. Penatalaksanaan
39.1. Anak dengan keadaan umum yang masih baik, tidak perlu
dirawat,cukup diberikan antipiretik dan simtomatik diperiksa laborat
dan tidak perlu diberi antibiotik Apabila anamnesis, pemeriksaan fisik,
laborat menunjukkan hasil risiko tinggi untuk terjadinya bakteremia
tersembunyi, harus segera diberikan antibiotik.
40. Indikasirujukan :
40.1. Bilasetelahdemamhari ke-3
tidakadaperbaikansetelahditerapisuportifdankeadaanmengarahket
andabahaya.
6. Unit Bp umum, UGD, KIA
Terkait

1. Pengertian
DIARE AKUT Diare adalah suatu keadaan dimana buang air besar (defekasi) dengan
PADA ORANG tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat) dimana
DEWASA kandungan air lebih banyak dari biasanya, frekuensi lebih dari 3 kali
perhari. Diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya yaitu diare akut
dan kronis. Secara klinis diare akut dibagi 2 golongan yaitu koleriform
dengan diare yang terutama terdiri atas cairan saja dan disentriform
yang didapatkan lendir kental dan kadang-kadang darah.

2. Tujuan Semua pasien dengan diare prioritaskan rehidrasi oral


3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan Klinis
FKTP Abcde
4. Referensi PermenkesRi No.5 Th 2014,tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di
FasilitasPelayananKesehatan Primer
5. Prosedur 41. Etiologi:
41.1.Penyebab utama diare akut adalah infeksi baik oleh bakteri,
parasit maupun virus. Diare kronik penyebabnya bervariasi
dan tidak semuanya diketahui.
42. Penatalaksanaan:
42.1.Rehidrasi sebagai prioritas utama. Oral dapat diberikan oralit.
Bila rehidrasi oral sulit dan sudah terjadi dehidrasi berikan
cairan RL atau NaCl isotonik selanjutnya pasien dapat dirujuk
ke rumah sakit
42.2.Terapi simptomatik. Diberikan sangat hati-hati atas
pertimbangan yang rasional
43. Terapi definitif. Pemberian edukasi sangat penting sebagai
pencegahan. Juga penting higiene perorangan, sanitasi lingkungan,
dan terapi farmakologi seperti berikut:
43.1.Kolera eltor : tetrasiklin 4 x 500 mg/hr selama 3 hari
43.2.Salmonellosis : ampisilin 4 x 1 gr/hr selama 10 – 14 hari
43.3.Shigellosis : ampisilin 4 x 1 gr/hr selama 5 hari
Amoebiasis : metronidazol 4 x 500 mg/hr selama 3 hari
6. Unit Terkait BP UMUM, IGD
1. Pengertian Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala yang terdiri dari rasa
DISPEPSIA tidak enak/ sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami
kekambuhan.
2. Tujuan Memberikan tata laksana sesuai pengobatan rasional
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan Klinis
FKTP Abcde
4. Referensi Permenkes RI No.5 Th 2014,tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas
Kesehatan Primer
5. Prosedur 1.Pengertian dispepsia terbagi menjadi 2 yaitu:
43.4. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan
organik sebagai penyebab
43.5. Dispepsia non organik atau fungsional, bila tidak jelas
penyebabnya
44. Diagnosis dispepsia fungsional
44.1. Rasa sakit dan tidak enak di ulu hati
44.2. Perih, mual, kembung, cepat kenyang, muntah, sering
bersendawa
44.3. Keluhan dirasakan terutama berhubungan/ dicetuskan dengan
adanya stres
44.4. Berlangsung lama dan sering kambuh
44.5. Sering disertai gejala-gejala anxietas dan depresi
45. Penatalaksanaan
45.1. Simtomatik diberikan antasida, obat-obatan penghambat H2
seperti simetidin, ranitidin
45.2. Psikoterapi suportif dan perilaku

6. Unit Terkait BP UMUM, IGD


1. Pengertian Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva dapat
CONJUNGTIVITIS disebabkan oleh bakteri,virus, jamur, parasit, reaksi alergi/ bahan
kimia
2. Tujuan Menegakkan diagnosis konjungtivitis dan memberikan tata laksana yang tepat.
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan
Klinis FKTP Abcde
4. Referensi Permenkes RI No.5 Th 2014,tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di
FasilitasPelayananKesehatan Primer
5. Prosedur 46. Tanda dan gejala
46.1. Mata merah dan berair, tajam penglihatan normal
46.2. Rasa gatal
46.3. Rasa mengganjal seperti ada benda asing di mata,pedih
46.4. Bangun tidur kelopak mata lengket karena discharge yang
banyak
46.5. Kelopak mata bengkak.
47. Pemeriksaan
47.1. Konjungtiva hiperemis, lakrimasi, eksudat +
47.2. Pseudoptosis
48. Pengobatan
48.1. Mata dibersihkan sebelum diobati
48.2. Tetes mata antibiotik2 tetes 3-4 kali atau salep mata,obat-
obat per oral sesuai penyebab.

6. Unit Terkait BP umum, KIA


1. Pengertian Anemia adalah suatu keadaan di mana kadar Hb < 14 gr% dan Hct <
ANEMIA 41% pada pria dan Hb < 12 gr% dan Hct < 47% pada wanita. Gejala-
gejala umum anemia antara lain cepat lelah, takikardi, palpitasi dan
takipnea pada latihan fisik.
2. Tujuan Menegakkan diagnosis anemia dan melakukan pengobatan dan penyuluhan untuk
pencegahan anemia.
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan Klinis
FKTP Abcde
4. Referensi Kapita Selekta Kedokteran jilid 2 hal 493-494, FKUI, 2001
5. Prosedur 49. Gejala klinis
Gejala umum anemia disertai mukosa bibir, faring, telapak tangan,
dasar kuku dan konjungtiva tampak pucat.
50. Penatalaksanaan:
50.1.Beri fero sulfat 3 x 325 mg oral untuk dewasa dan 3 x 10
mg/kgBB/hari pada anak dalam keadaan perut kosong atau
bersama makanan pada pasien yang
memilikigangguanlambung
50.2.Penting dilakukan pencegahan untuk menanggulangi anemia
kekurangan besi dengan penyuluhan kesehatan, pemenuhan
kebutuhan zat besi pada masa pertumbuhan, pengobatan
infeksi kronis, dan pemberantasan penyakit cacing.

6. Unit Terkait Bp umum, KIA


1. Pengertian Infeksi yang terjadipadatelingabagiantengah.
OTITIS MEDIA
AKUT
2. Tujuan Menegakkan diagnosis otitis media akut dan memberikan tata laksana yang tepat
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan Klinis
FKTP Abcde
4. Referensi Kapita Selekta Kedokteran, Jilid II hal 233, 2001.
5. Prosedur 51. Tanda dan gejala
51.1. Demam, nyeri pada telinga dan gelisah.
51.2. Sering disertai batuk pilek.
52. Pemeriksaan
52.1. Membrana timpani tampak kemerahan karena inflamasi dan
menggembung.
52.2. Keluar cairan dari telinga dengan atau tanpa inflamasi pada
membran timpani.
52.3. Pendengaran berkurang pada telinga yang sakit dan rasa
penuh di telinga.
53. Pengobatan
53.1. Antibiotik oral amoksisilin 20-40 mg/kgbb/hari dibagi 3 dosis
dengan alternatif eritromisin 4 kali 40 mg/kgbb/hari.
Dapat diberikan analgetik-antipiretik : parasetamol 3 kali
sehari 10mg/kgbb/kali.
6. Unit Terkait Bpumum
1. Pengertian Adalahperadangan(pembengkakan,kemerahan)yang umumterjadipadabagianmulut.
STOMATITIS
2. Tujuan Memberikantatalaksanasesuaipengobatanrasional.
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan Klinis
FKTP Abcde
4. Referensi Kapita Selekta Kedokteran Jilid II, hal.630.
5. Prosedur 1. Tandadangejala:
1.1. Dalam stomatitis makulofibrinosatepinyaadalah: ulkus
dangkal,cekung,dasarputih,sekitarnyahiperemis.
1.2. Lesikecilinimenimbulkan rasa nyeri yang hebat.
1.3. Sebabnyabelumjelastapisudahdapatdibuktikanbebe-
rapafaktorpresdiposisisepertitrauma,alergimisalnya
terhadapcabe,nanasdan lain-lain,gangguan hormonal,
misalnyawaktuhaiddan stress.
2. Penatalaksanaan:
2.1. Menghindarimakananpenyebabnyaseperticabe,nanas.
2.2. Salephidrokortisondan antibiotic dapatmenguranginyeri
danmempercepatpenyembuhan.
2.3. Sedatif,analgetikdan vitamin-vitamin bolehdiberikan.
2.4. Pemberianzatkaustikcepatmenghilangkannyerikarena
merusakujung-ujungsyarafhalus,tapiakanmenyebabkan
nekrosispadajaringanikatsehinggamemperlambatpe-
nyembuhandanmudahberulang.
2.5. Pemberiankortikosteroidsistemikdosistinggidalamwaktu
Singkatmungkinsangatmenolonguntuk stomatitis yang
Beratdan yang berulang
6. Unit Terkait BP UMUM,IGD
1. Pengertian Infeksibakteri yang mengenaibagiandarisalurankencing
INFEKSI
SALURAN
KENCING
2. Tujuan Penatalaksanaan ISK yang tepat dapat mencegah timbulnya infeksi asenden.
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan Klinis
FKTP Abcde
4. Referensi SPM IDAI Th 2009
5. Prosedur 54. Langkah diagnosis
54.1.Anamnesis
1) Neonatus–2 bulan : demam, apatis, BB tidak naik, muntah, mencret,
anoreksia, ikterik, problem minum, sianosis.
2) Bayi : demam, BB sulit naik, anoreksia.
3) Anak besar : sakit untuk miksi, frekuensi miksi meningkat,
nyeri perut/pinggang, mengompol, polakisuria
atau urin yang berbau menyengat.
54.2.Pemeriksaan klinis :
Demam, nyeri ketok sudut kosto-vertebral, nyeri tekan supra simfisis,
kelainan genitalia eksterna ( fimosis, sinekia vulva, hipospadia, epispadia).
54.3.Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan urinalisis : proteinuria
2) Leukosituria (AL> 5/lpb)
3) Hematuria (eritrosit > 5/lpb
55. Penatalaksanaan
55.1. Untuk eradikasi infeksi akut selama 7-10 hari
1) Amoksisillin 20-40 mg/kgbb/hr atau
2) Ampisilin 50-100 mg/kgbb/hr atau
3) Kotrimoksazol 120-150 mg/kgbb/hr
4) Cairan cukup
5) Perawatan higiene perineum peri uretra
6) Pencegahan konstipasi
2.2. Dalam 2x24 jam setelah pengobatan fase akut dimulai,
biasanya gejala infeksi saluran kemih hilang. Bila belum berkurang,
ganti antibiotik.
6. Unit Terkait BP UMUM
1. Pengertian Adalahradangkulitakutdengansifatkhasyaituterdapatvesikel yang
HERPES tersusunberkelompoksepanjangpersyarafansensoriksesuaidengandermatomnyadanb
ZOSTER iasanyauniteral.
2. Tujuan Memberikantatalaksanasesuaipengobatanrasional.
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan Klinis
FKTP Abcde
4. Referensi Kapita Selekta Kedokteran hal.510-511
5. Prosedur 1. Tandadangejala:
1.1. Kelainankulitmula-mulaberbentukeritema yang kemu-
dianmenjadipapel yang akanbersatuberbentukbulae.
1.2. Neuralgia dapatbeberapaharisebelumkelainankulitatau
bersama-sama,kadang-kadangdidahuluidemam.
1.3. Isi vesikelmula-mulajernihdantranslusen,setelahbebera-
paharimenjadikeruh.
1.4. Bilaterjadiabsorbs,vesikelmenjadikrustaberwarnacoklat
yang kemudianrontokdalambeberapaharidengan me-
ninggalkan macula yang berangsur-angsurakanmenghi-
lang.
2. Penatalaksanaan:
2.1. Untukmengurangi neuralgia diberikananalgetik.
2.2. Untukmencegahpecahnyavesikeldiberikanbedaksalisil.
2.3. Bilaterjadiinfeksisekunderdapatdiberikan antibiotic local,
misalnya :salepkloramfenikol 2%.
2.4. Yang pentingmenganjurkanuntukistirahat.
6. Unit Terkait BP UMUM,IGD
1. Pengertian Urtikaria merupakan ruam kulit yang timbul berupa edema kulit
URTICARIA superficial (maculopapular, bentol) berbatas tegas, berwarna memutih
bila ditekan dan terasa gatal.

2. Tujuan 1.Memberikan terapi obat yang rasional.


2.Mengidentifikasi pencetus dan menghindarinya.
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan Klinis
FKTP Abcde
4. Referensi SPM IDAI Th 2009
5. Prosedur 56. Urtikaria dibagi dua:
56.1. Urtikaria akut: berlangsung beberapa jam sampai beberapa
hari (< 6 minggu)
56.2. Urtikaria kronis: berlansung lebih dari 6 minggu bisa sampai
beberapa tahun
57. Langkah Diagnostik
57.1. Anamnesis
Dari anamnesis bisa dicari pencetusnya seperti:
57.1.1. Makanan (perhatikan riwayat hubungan antara
setiap makanan dengan timbulnya urtikaria), yang perlu
dicurigai : ikan, udang, kepiting, telur, jamur, bahan
pengawet, pewarna ragi
57.1.2. Obat, seperti penicillin, aspirin dll
57.1.3. Inhalan (tepung sari,bulu ,debu),vaksin, serum
57.1.4. Sengatan binatang/tungau debu (pada
karpet,sofa,kasur kapuk,tirai,boneka dll), binatang
peliharaan, tumbuhan
57.1.5. Tekanan/kontak pada tempat-tempat yang
tertekan : ikat pinggang, gelang, jam tangan dll)
57.1.6. Fisik : dingin, panas, sinar
57.1.7. Kolinergik (dapat dicetus dengan olahraga hingga
berkeringat)
58. Pemeriksaan klinis
58.1. Erupsi kulit berbatas tegas dan gatal
58.2. Bidur (ruam kulit edema superficial)
58.3. Memutih bila erupsi kulit ditekan
59. Penatalaksanaan:
59.1. Mengidentifikasi pencetus dan menghindari faktor pencetus
59.2. Menghilangkan gejala :
59.2.1. Daerah urtikaria dihangatkan
59.2.2. Bedak anti pruritus mengandung mentol, kamfer
59.2.3. Medikomentosa : CTM 0,35 mg/kgbb/hr
59.2.4. Kortikosteroid diberikan bila diduga reaksi yang
terjadi adalah reaksi alergi fase lambat (misal bila tidak
berespon terhadap antihistamin)
60. Monitoring :
Penyuluhan untuk menghindari allergen (suhu lingkungan harus
optimal, pakaian jangan terlalu ketat, baju harus bersih, nutrisi
seimbang pengganti diet makanan hiperalergenik, kuku harus
bersih untuk menghindari infeksi sekunder akibat garukan).

6. Unit Terkait BP umum

1. Pengertian Merupakan penyakit sangat menular yang disebabkan virus varicella


VARICELA zoster,penularan secara kontak langsung dan droplet,periode menular 1-2 hari
sebelum sampai 5-6 hari setelah timbulnya ruam (rash).Gejala umumnya timbul 11-
20 hari setelah terinfeksi.
2. Tujuan Memberikan tatalaksana sesuai pengobatan rasional.
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan Klinis
FKTP Abcde
4. Referensi Permenkes RI No.5 Th 2014,tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer
5. Prosedur 1. Anamnesis
1.1. Riwayat kontak.
1.2. Riwayat demam ringan timbul dalam 24 jam pertama diikut
nyeri kepala.Selanjutnya timbul ruam yang umumnya mun-
cul pertama kali di kulit kepala,muka,dada.
2. Pemerisaan fisik
2.1. Ruam mula-mula papuler berubah jadi vesikel kemudian
keruh dan dalam waktu 3-5 hari jadi krusta.
2.2. Pada satu saat ditemukan bermacam stadium lesi (poli-
morf).
3. Penatalaksanaan
3.1. Bila demam tinggi beri parasetamol 10 mg/kgbb/x.
3.2. Kulit beri bedak salicil.
3.3. Boleh mandi bila tidak demam.
3.4. Untuk menghindar iinfeksi sekunder jangan di garuk.
3.5. Asiklovir masih kontroversial,hanya efektif memperpendek
lama demam,diberikan terapi pada imunokompromais dosis
acyclovir 20 mg/kgbb/x dalam 4 dosis selama 5 hari.

6. Unit Terkait BP UMUM,IGD


1. Pengertian Peradangandanpembengkakankelenjarludahakibatinfeksi virus
PAROTITIS
2. Tujuan 1. Mengupayakan penanganan parotitis yang tepat
2. Mencegah komplikasi
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan Klinis
FKTP Abcde
4. Referensi Permenkes RI No.5 Th 2014,tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di
FasilitasPelayananKesehatan Primer
5. Prosedur 61. Gejala Klinis
61.1. Stadium prodomal, berlangsung 1 - 2 hari dengan gejala
panas, anoreksia, sakit kepala, muntah, nyeri otot,
61.2. Nyeri dan bengkak pada salah satu atau kedua kelenjar
parotis yang nyeri bila ditekan,
61.3. Kadang terjadi trismus dan disfagi.
62. Penatalaksanaan : bersifat suportif dan simptomatis
62.1. Diet makanan lunak/ mudah dicerna, hindari makanan yang
bersifat asam
62.2. Antipiretik/analgetik
62.3. Kompres hangat/dingin untuk mengurangi nyari
Bila ada komplikasi rujuk ke rumah sakit
6. Unit Terkait BP UMUM, KIA
1. Pengertian Migran adalah nyeri kepala berulang yang idiopatik, dengan serangan
MIGRAIN nyeri yang berlangsung 4 – 72 jam, biasanya sesisi, intensitas nyeri
sedang sampai berat, diperhebat oleh aktivitas fisik rutin. Migren dapat
terjadi pada anak-anak dengan lokasi nyeri lebih sering bifrontal.

2. Tujuan Diagnosis migran berdasarkan gambaran klinis.


3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan Klinis
FKTP Abcde
4. Referensi Permenkes Ri No.5 Th 2014,tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer
5. Prosedur 63. Gambaran Klinis
63.1. Nyeri kepala berdenyut biasanya unilateral tetapi dapat
bilateral atau ganti sisi
63.2. Kadang disertai mual, muntah, fotofobia dan atau fonofobia,
wajah pucat, vertigo, tinitus, iritabel..
64. Penatalaksanaan
Secara umum tatalaksana berupa:
64.1. Saat serangan beri terapi simtomatik parasetamol.
64.2. Bila faktor pencetus dikenali maka harus dihindari.

6. Unit Terkait BP Umum


1. Pengertian Suatukeadaandimanaserumenmenutupliangtelingasehinggamengganggupendengara
SUMBATAN npenderita.Biasanyaliangtelingasetelahkemasukan air tiba-tibatersumbat.
SERUMEN
2. Tujuan Untukmengeluarkanserumendanmembuatpasienmerasanyaman.
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan Klinis
FKTP Abcde
4. Referensi Kapita Selekta Kedokteran Jilid II, hal.232
5. Prosedur 1. Tandadangejala:
1.1. Liang telingatiba-tibatersumbat.
1.2. Timbul rasa tidakenakdangatal.
2. Pemeriksaan:
2.1. Adanya serumen yang menutup liang telinga.
3. Penatalaksanaan:
3.1. Serumendikeluarkan.
3.2. Apabilaternyataserumenkeringdanmelekateratpada
dindingliangtelingajangandipaksa,berikanobatpelunak
serumen(karbolgliserin 5-10%).
3.3. Bilalecetberikan antibiotic local untukmencegahinfeksi.

6. Unit Terkait BP UMUM,IGD


1. Pengertian Penyakit kulit yang disebabkan oleh kutu atau tungau.
SKABIES
2. Tujuan Memberikan tata laksana yang tepat pada pasien Skabies
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan Klinis
FKTP Abcde
4. Referensi Permenkes RI No.5 Th 2014,tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer
5. Prosedur 65. Tanda dan Gejala
Penyakitscabies memiliki 4 gejalaklinisutama,yaitu:
65.1. Pruritus nokturna, atau rasa gatal di malamhari, yang
Disebabkanaktivitastungau yang lebihtinggidalamsuhulembab.
65.2. Penyakitinidapatmenyerangmanusiasecarakelompok. Mereka
yang tinggal di asrama, barak-baraktentara,
pesantrenmaupunpantiasuhanberpeluanglebihbesarterkenape
nyakitini.
Penyakitiniamatmudahmenularmelaluipemakaianhanduk,
bajumaupunsepraisecarabersama-sama.
Skabiesmudahmenyerangdaerah yang
tingkatkebersihandiridanlingkunganmasyarakatnyarendah.
65.3. Adanyaterowongan-terowongan di bawahlapisankulit
(kanalikuli), yang berbentuklurusatauberkelok-kelok.
Jikaterjadiinfeksiskunderolehbakteri,
makaakantimbulgambaranpustul (bisulkecil).
Kanalikuliiniberadapadadaerahlipatankulit yang tipis,
sepertisela-selajaritangan, daerahsekitarkemaluan
(padaanak), sikubagianluar, kulitsekitarpayudara,
bokongdanperutbagianbawah.
65.4. Menemukankutupadapemeriksaankerokankulitsecaramikrosko
pis merupakan diagnosis pastipenyakitini
Gatal pada sela jari terutama malam hari
66. Diagnosis
Ditegakkandari anamnesis,manifestasiklinikdanpemeriksaan
Penunjangditemukan 3 dari 4 kriteriasebagaiberikut:
- Gatalmalamhari
- Terdapatpadasekelompok orang
- Predileksidanmorfologiskhas
- DitemukanTungauS.scabies
67. Penatalaksanaan
3.1. SistemikAntihistaminklasiksedatifringan
Misalnyaklorfeniraminmaleat 0.34 mg/kg BB 3 x sehari.
- Antibiotikbiladitemukaninfeksisekundermisalnya
ampisilin, amoksisilin,eritromisin.
3.2. Topikal
- Obatan-obatan yang dapatdigunakanantara lain:
3.2.1.Salep 2 – 4, biasanyadalambentuksalepataukrim.
Penggunaannyaharuslebihdari 3 hariberturut-turut.
3.2.2.Emulsibenzil-benzoas 20 – 25%, efektifterhadap,
semuastadium,diberikansetiapmalamselama 3 hariberturut-turut.
3.2.3. Gamexan 1%, Pemakaiannyacukupsatu kali
dioleskanseluruhtubuh.
Dapatdiulangsatuminggukemudianbilabelumsembuh.
3.2.4 Krotamiton 10%,
termasukobatpilihankarenaselainmemilikiefekantiskabies,jugabersifat anti
gatal.
3.2.5.Permetrin HCl 5%, efektifitasnyasepertiGamexan,
namuntidakterlalutoksik. Penggunaannyacukupsekali,
Pentinguntukdiperhatikanadalahupayapeningkatankebersihandiridanlingkung
an. Hal inidapatdilakukandengancara:
1. Mencucibersihbaju, alattidurpenderita
2. Menghindaripemakaianbaju, handuk, seprai
secarabersama-sama.
3. Mengobatiseluruhanggotakeluarga, ataumasyarakat yang
terinfeksiuntukmemutuskanrantaipenularan.

4. Pemantauan
Dianjurkankontrol 1 minggukemudian, bilaadalesibaruobat
topical dapatdiberikanlagi

6. Unit Terkait Bp umum


1. Pengertian Adalahpenyakit virus akut yang ditandaidengan 3 stadium,yaitu
MORBILI stadium prodormal,stadiumerupsidan stadium konvalisensi yang
ditandaidengandemam,konjungtivitis,danbercakkompik

2. Tujuan 1. Mengupayakan penanganan morbili yang tepat .


2. Mencegah komplikasi.
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan Klinis
FKTP Abcde
4. Referensi Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, IDAITh 2009
5. Prosedur 68. Anamnesis
68.1. Demam tinggi terus menerus (38C atau lebih) disertai batuk
pilek, nyeri menelan, mata merah, silau bila kena cahaya
(fotofobia), sering disertai diare
68.2. Hari ke 4 – 5 demam timbul ruam (rash) kulit
68.3. Kadang anak mengalami kejang demam
68.4. Adanya sesak napas dan atau dehidrasi
68.5. Adanya kulit kehitaman dan bersisik (hiperpigmentasi) dapat
merupakan tanda penyembuhan.
69. Pemeriksaan Fisik
69.1. Stadium prodomal, berlangsung 2 – 4 hari ditandai demam
tinggi diikuti batuk pilek, faring merah, stomatitis,
konjungtivitis. Tanda patognomonik: timbulnya enentema
mukosa pipi di depan molar 3 (= bercak koplik).
69.2. Stadium erupsi, timbulnya ruam makulopapular yang bertahan
5 -6 hari, dimulai dari batas rambut di belakang telinga
kemudian menyebar ke wajah, lehar dan ekstremitas.
69.3. Stadium penyembuhan (konvalesens), setelah 3 hari ruam
berangsur-angsur menghilang.
70. Penatalaksanaan:
70.1. Bersifat suportif: pemberian cairan yang cukup, suplemen
nutrisi bila perlu.
70.2. Anti piretik/ analgetik.
70.3. Antibiotik bila ada infeksi sekunder.
70.4. Vitamin A.
71. Indikasi rujuk ke rumah sakit:
Morbili dengan komplikasi, dehidrasi, kejang, asupan oral sulit.
6. Unit Terkait KIA, BP UMUM
1. Pengertian Kemasukansuatubenda di telinga,hidungataumata
KEMASUKAN
BENDA ASING
2. Tujuan Mampu mengeluarkan benda asing di hidung dan liang telinga bila pasien kooperatif,
benda asing terlihat/ mudah terjangkau. Benda asing di mata harus dirujuk.
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan Klinis
FKTP Abcde
4. Referensi Permenkes RI No.5 Th 2014,tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas
Kesehatan Primer
5. Prosedur 72. Benda asing di liang telinga
72.1. Manifestasi klinis:
72.1.1. Rasa tidak enak di telinga, tersumbat dan
pendengaran terganggu.
72.1.2. Pada inspeksi telinga akan tampak benda asing.
72.2. Penatalaksanaan:
72.2.1. Usaha pengeluaran harus dengan hati-hati.
Biasanya dijepit dengan pinset dan ditarik keluar.
72.2.2. Bila benda asing adalah serangga yang masih
hidup harus dimatikan lebih dulu dengan meneteskan
minyak atau alkohol kemudian dikeluarkan.
72.2.3. Bila pasien tidak kooperatif atau anak-anak rujuk
ke rumah sakit atau ahli THT.
73. Benda asing di hidung
73.1. Manifestasi klinik:
73.1.1. Pada inspeksi tampak benda asing dalam kavum
nasi.
73.1.2. Kadang disertai rasa nyeri, demam, epistaksis,
bersin, tersumbat sekret mukopurulen dan atau berbau
busuk.
73.2. Penatalaksanaan:
73.2.1. Benda asing dengan permukaan kasar dapat
dikeluarkan memakai forcep.
73.2.2. Benda asing yang bulat dan licin dipergunakan
pengait yang ujungnya tumpul. Pemberian antibiotik
sistemik selama 5 – 7 hari hanya bila ada infeksi
hidung dan sinus.
73.2.3. Tidak dianjurkan mendorong ke nasofaring dengan
tujuan agar masuk ke mulut karena dapat terus masuk
ke laring dan saluran nafas nafas, sehingga timbul
sesak nafas dan kegawatan.
73.2.4. Bila pasien tidak kooperatif dan alat tidak
memadai, rujuk ke rumah sakit atau ahli THT.
74. Benda asing di mata
Semua pasien dengan benda asing di mata dirujuk ke rumah sakit
atau spesialis mata.

6. Unit Terkait BP Umum,IGD

1. Pengertian Leptospirosis adalah penyakit zoonosis yang menyerang hewan


LEPTOSPIROSIS dan manusia,yang disebabkan oleh bakteri Leptospira.

2. Tujuan 2. Menegakkan diagnosis Leptospirosis.


3. Melakukan tata laksana sesuai pengobatan rasional.
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan
Klinis FKTP Abcde
4. Referensi Permenkes RI No.5 Th 2014,tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
5. Prosedur 1. Cara Penularan
Manusia dapat terinfeksi leptospira bila terjadi kontak dengan
air, tanah, lumpur, tanaman yang tercemar oleh urine binatang
yang terinfeksi leptospira. Bakteri dapat masuk lewat luka,
mukosa, saluran hidung atau conjunctiva, dan makan makanan
yang terkontaminasi terutama dengan urin tikus
2. Gejala dan tanda
Gambaran klinis Leptospirosis terdiri atas 3 fase :
1. Fase pertama ( fase leptospiremia )
Demam mendadak tinggi disertai sakit kepala, nyeri otot,
hiperaestesia pada kulit, mual muntah, diare, bradikardi
relative, ikterus, injeksi silier mata.
2. Fase kedua ( fase imun )
Demam tidak terlalu tinggi, gangguan fungsi ginjal dan hati,
serta gangguan hemostasis dengan manifestasi perdarahan
spontan
3. Fase ketiga ( fase convalescent )
Patogenesa belum jelas
3. Pengobatan
a. Dapat digunakan obat-obatan Penisillin, Amoksilin,
Linkomisin, Eritromicin, Klorampenicol dan
ciprofloxacin
b. Dirujuk ke RS

6. Unit Terkait BP UMUM,IGD


1. Pengertian Penyakit kusta atau lepra adalah penyakit menular, menahun dan
LEPRA/KUSTA disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium Leprae) yang
menyerang saraf tepi, kulit, dan jaringan tubuh lainnya kecuali susunan
saraf pusat.
2. Tujuan 1. Pengenalan dini terhadap kusta dapat mengurangi terjadinya kecacatan
2. Pemantauan terus dilakukan untuk menjamin keteraturan minum
obat dan mencapai RFT
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan Klinis
FKTP Abcde
4. Referensi Permenkes RI No.5 Th 2014,tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer
5. Prosedur 4. Tanda-tanda utama (Cardinal Sign)
4.1. Lesi kulit yang mati rasa (lesi berbentuk bercak
hipopigmentasi/erithematous, papul/nodul yang mati rasa)
4.2. Penebalan saraf tepi yang disertai dengan gangguan fungsi
saraf karena peradangan kronis saraf tepi (neuritis perifer)
yang berupa
4.2.1. Gangguan fungsi sensoris : mati rasa
4.2.2. Gangguan fungsi motoris : parese/ paralisis
4.2.3. Gangguan fungsi otonom : kulit kering dan retak-
retak
4.3. Adanya bakteri tahan asam (BTA) di dalam kerokan jaringan
kulit (BTA positif)
4.4. Dinyatakan menderita kusta bila terdapat 1 dari tanda
Cardinal.
5. Tanda-Tanda Suspek
5.1. Tanda kulit :
- Bercak putih/merah
- Kulitmengkilap
- Bercak yang tidak gatal
- Adanya bagian tubuh tidak berkeringat/tidak berambut
- Lepuh tidak nyeri
5.2. Tanda saraf:
- Rasa kesemutan, tertusuk-tusuk, nyeri pada anggota
badan/muka
- Gangguan gerak anggota badan/bagian tubuh
- Adanya cacat (deformitas)
- Luka (ulkus) yang tidak mau sembuh
6. Bila diagnosis kusta belum dapat ditegakkan, maka:
6.1. Pikirkan kemungkinan penyakit kulit lain ( panu, kurap, kudis,
frambusia)
6.2. Jika tidak ditemukan mati rasa yang jelas maupun penebalan
saraf namun ada tanda-tada mencurigakan seperti
nodul/pembengkakan pada wajah/cuping telinga/infiltrasi pada
kulit, perlu skin smear
6.3. Tunggu 3-6 bulan dan periksa kembali adanya mati rasa, bila
anestesi jelas lakukan Multi Drug Therapy(MDT), jika masih
ragu suspek perlu dirujuk.
7. Klasifikasi Lepra
PB MB
Tanda Utama
(Paucibaciller) (Multibaciller)
Bercak Kusta Jumlah 1 s/d 5 Jumlah > 5
Penebalan saraf tepi
Lebih dari 1
yang disertai gangguan Hanya 1 saraf
saraf
fungsi
Sediaan apusan BTA negatif BTA positif
8. Tanda Lain Dalam Penentuan Kusta
Kelainan kulit dan
PB MB
hasil pemeriksaan
1. Bercak (macula)
mati rasa
a. ukuran Kecil dan besar Kecil-kecil
Unilateral/bilateral
b. distribusi Bilateral simetris
asimetris
c. konsistensi Keringdankasar Halus, berkilap
d. batas Tegas Kurangtegas
Biasanya tidak
e. kehilangan
jekas jika ada,
rasa pada Selaluadadanjelas
terjadi pada yang
bercak
sudah lanjut
f. kehilangan
Biasanya tidak
kemampuan
jelas, jika ada,
berkeringat, Selaluadadanjelas
terjadi pada yang
rambut rontok
sudah lanjut
pada bercak
Kelainan kulit dan
PB MB
hasil pemeriksaan
2. Infiltrat
Ada, kadang-
a. kulit Tidak ada kadang tidak
ada
b. membran
mukosa (hidung
Tidak pernah Ada, kadang
tersumbat,
ada tidak ada
perdarahan di
hidung)
3. Ciri-ciri Central healing - lesi bentuk
(penyembuhan seperti donat
di tengah) - ginekomastia
- hidung
pelana
- suara
sengau
4. Nodulus Tidak ada Kadang ada
Biasanya
5. Deformitas Terjadi dini simetris, terjadi
lambat
9. Langkah Diagnosis Pada Lepra:
9.1. Anamnesis
9.1.1. Nama,alamat, daerah asal
9.1.2. Tanda kulit / saraf yang dicurigai, kapan timbul
bercak/benjolan yang rasa kebal/ mati rasa? Keluhan
lain yang ada? Apa ada riwayat kontak?
9.1.3. Riwayat pengobatan sebelumnya
9.2. Pemeriksaan klinis
9.2.1. Pemeriksaan kulit pandang (dari depan kepala sampai
kaki, belakang dari leher sampai telapak kaki)
9.2.2. Pemeriksaan sensibilitas kulit (sentuhan, nyeri,suhu)
9.2.3. Pemeriksaan saraf (raba), cari penebalan/pembesaran
saraf kanan kiri, sama besar/beda, nyeri/tidak
9.2.4. Saraf yang wajib diperiksa: ulnaris,peroneus communis
dan tibialis posterior
9.2.5. Pemeriksaan fungsi saraf sensorik dan motorik(mata,
tangan kaki)
9.3. Pemeriksaan laboratorium
10. Diagnosis Banding
10.1. Lesi kulit
10.2. Macula hipopigmentasi : vitiligo, tinea versikolor, tinea,
pitiriasis alba
10.3. Plak eritem: tinea corporis, lupus eritematosus,sifilis sekunder,
mikosis
10.4. Ulkus : ulkus diabetik
10.5. Anestesi: neuropati perifer,neuropati diabetik,trauma
11. Monitoring dan Evaluasi Pengobatan
11.1. Setiap petugas harus memonitor tanggal pengambilan obat
11.2. Apabila penderita terlambat mengambil obat, paling lama
dalam 1 bulan harus dilacak.
11.3. RFT dapat dinyatakan setelah dosis dipenuhi tanpa diperlukan
pemeriksaan laboratorium. Setelah RFT penderita dikeluarkan
dari formulir monitoring penderita.
11.4. Masa pengamatan : pengamatan setelah RFT dilakukan
secara pasif.
11.4.1. Tipe PB selama 2 tahun.
11.4.2. Tipe MB selama 5 tahun tanpa diperlukan
pemeriksaan laboratorim.
11.5. Penderita PB yang telah mendapat pengobatan 6 dosis
(blister) dalam waktu 6-9 bulan dinyatakan RFT, tanpa harus
pemeriksaan laboratorium.
11.6. Penderita MB yang telah mendapat pengobatan MDT 12
blister dalam waktu 12-18 bulan dinyatakan RFT tanpa harus
periksa laboratorium.
11.7. Defaulter
11.7.1. Jika penderita PB tidak ambil/minum obat > 3
bulan
11.7.2. Jika penderita MB tidak ambil/minum obat > 6
bulan
11.7.3. Tindakan bagi defaulter :
1. Dikeluarkan dari monitoring dan register.
Bila datang lagi, periksa klinis ulang, sbb:
PENANGANAN PASIEN DEFAULT
Dalam
Pengobat
Jika Tindakan Hasil RegisterMonitor
an
ing
Default Periksa Masih ada Obati awal Masukkan dalam
pertam fisik tanda aktif kembali monitoring
a kali (merah/ dari awal pengobatan
peninggia dengan kolom ulangan
n lesi regimen sebagai masuk
lama, lesi sesuai kembali
baru, hasil
pembesar pemeriksa
an saraf an
baru)
Bila tidak Tidak -
ada tanda perlu
aktif diobati
lagi
Default - - Teruskan Teruskan
kedua sisa monitoring
(tidak pengobata pengobatan
ambil/ n sampai sampai selesai
minum lengkap
obat >
3
bulan)
Default Rujuk - Teruskan Teruskan
kedua untuk sisa monitoring
(tidak menentuk pengobata pengobatan
ambil/ an n sampai sampai selesai
minum pengobat lengkap
obat > an Perlu Sesuai Sesuai hasil
3 pengobat hasil rujukan
bulan) an rujukan
Penderi Tidak - -
ta > 2 perlu
kali pengobat
default an

12. Relaps/ kambuh


12.1. Dinyatakan relaps bila setelah RFT timbul lesi baru pada kulit.
12.1.1. Konfirmasikan ke dokter rujukan untuk memastikan
relaps
12.1.2. Relaps MB bila pada pemeriksaan ulang BTA setelah
RFT terjadi peningkatan index bakteriologi 2 (atau
lebih) dengan dibandingkan saat diagnosis
12.1.3. Bila hasil relaps telah dikonfirmasikan maka penderita
di obati MDT sesuai hasil pemeriksaan saat itu
13. Indikasi pengeluaran penderita dari register adalah RFT, meninggal,
pindah, salah diagnosis, ganti klasifikasi, default.
14. Pada keadaan khusus (misal akses ke pelayanan kesehatan sulit)
dapat diberikan sekaligus beberapa blister disertai pesan
penyuluhan lengkap mengenai efek samping dan indikasi untuk
kembali ke FKTP.
15. Reaksi Kusta
Reaksi kusta merupakan suatu episode dalam perjalanan kronis
penyakit kusta yang merupakan reaksi kekebalan seluller (reaksi
tipe 1) atau reaksi antigen-antibodi (reaksi tipe 2) dengan akibat
merugikan penderita, terutama jika mengenai saraf tepi karena
menyebabkan gangguan fungsi (cacat).
15.1. Faktor risiko :
15.1.1. Stress fisik karena : kehamilan, nifas, sesudah
mendapat imunisasi,
15.1.2. malaria, kecacingan, karies gigi, anemia, kurang gizi,
kelelahan
15.1.3. Stres mental : malu, takut
15.1.4. Pemakaian obat yang meningkatkan kekebalan tubuh
15.2. Untuk mengurangi faktor risiko dan mengantisipasi jangan
sampai terjadi reaksi :
15.2.1. Berikan obat cacing atau vitamin dosis tinggi
15.2.2. Pemeriksaan menyeluruh : periksa gigi /kehamilan
/penyakit lainnya
PERBEDAAN REAKSI TIPE 1 & 2
No. Gejala/tanda Reaksi tipe 1 Reaksi tipe 2
1 Keadaan Umumnya baik, Ringan sampai berat
umum demam ringan (sub disetai kelemahan
febris)/ tanpa demam
umum dan demam
tinggi
2 Peradangan Bercak kulit lama jadi Timbul nodul
di kulit meradang (merah) kemerahan, lunak &
dapat timbul bercak nyeri tekan, biasanya
baru pada lengan &
tungkai. Nodul pecah
(ulcerasi)
3 Saraf Sering Dapat terjadi
terjadi,umumnya
berupa nyeri tekan
saraf dan/ gangguan
fungsi saraf
4 Peradangan Hampir tidak ada Terjadi pada mata,
pada organ kelenjar getah bening,
lain sendi, ginjal,testis dll
5 Waktu Biasanya segera Biasanya setelah
timbulnya setelah pengobatan mendapatkan
pengobatan yang
lama, umumnya lebih
dari 6 bulan
6 Tipe kusta Dapat terjadi pada Hanya pada kusta tipe
kusta tipe PB MB
maupun MB
PERBEDAAN REAKSI RINGAN DAN BERAT
PADA REAKSI TIPE 1 & 2

N Gejala / Reaksi tipe 1 Reaksi tipe 2


o Tanda Ringan Berat Ringan Berat
1 Kulit Bercak: Bercak: Nodul: Nodul :
merah merah, merah, merah,
tebal, tebal, panas, panas,
Panas, Panas, nyeri nyeri yg
nyeri * nyeri yg bertambah
bertamba parah
h parah sampai
sampai pecah
pecah
2 Saraf tepi Nyeri pd Nyeri pd Nyeri pd Nyeri pd
perabaan perabaan perabaan perabaan
(-) (+) (-) (-)
Ganggua Ganggua Ganggua Gangguan
n fungsi n fungsi n fungsi fungsi (+)
(-) (+) (-)
3 Keadaan Demam Demam ± Demam Demam +
umum (-) ±
4 Ganggua - - - Terjadi
n pd iridocyclitis,
organ epididimo-
lain orchitis,
nephritis,
limfadenitis
, gangguan
lain pada
tulang,
hidung,
tenggoroka
n

Catatan: bila ada reaksi peradangan pada lesi kulit yang dekat dengan
saraf digolongkan sebagai reaksi berat
15.3. Penanganan reaksi:
15.3.1. Lakukan dahulu identifikasi tipe reaksi yang dialami
dan derajat reaksinya ;
2. Adanya lagopthalmos baru terjadi dalam 6
bulan terakhir
3. Adanya nyeri raba saraf tepi
4. Adanya kekuatan otot berkurang dalam
waktu 6 bulan terakhir
5. Adanya bercak pecah atau nodul pecah
6. Adanya bercak aktif (meradang) di atas
lokasi saraf tepi
15.3.2. Bila ada salah satu gejala di atas berarti ada reaksi
berat dan perlu diberikan obat anti reaksi
15.3.3. Penanganan reaksi ringan
7. Berobat jalan, istirahat di rumah
8. Pemberian analgetik /antipiretik, obat
penenang bila perlu
9. MDT diberikan terus dengan dosis tetap
10. Menghindari/ menghilangkan faktor risiko
16. Indikasi rujukan ke rumah sakit:
16.1. Reaksi lepra berat (tipe 1 dan tipe 2)
16.2. ENL melepuh, ulcerasi, suhu tinggi, neuritis
16.3. Reaksi tipe 1 disertai dengan bercak ulcerasi atau neuritis
16.4. Reaksi yang disertai komplikasi penyakit lain yang berat (DM,
Hipertensi, hepatitis)
16.5. Tukak lambung berat

6. Unit Terkait BP UMUM,IGD


1. Pengertian Kejang demam adalah kejang yang berhubungan dengan demam
KEJANG tanpa adanya infeksi sistem saraf pusat / gangguan elektrolit akut.
DEMAM
2. Tujuan Memberikan tata laksana yang tepat pada pasien kejang demam
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan Klinis
FKTP Abcde
4. Referensi SPM IDAI Th 2009
5. Prosedur 17. Jenis kejang demam
17.1. KDS:
Bersifat umum, singkat < 5 menit, hanya terjadi sekali dalam
24 jam, umur anak waktu kejang pertama 6 bulan -4 tahun,
kejang terjadi dalam 16 jam pertama. Setelah demam tinggi,
frekuensi bangkitan kejang < 4 kali/ tahun (multiple), tidak ada
kelainan neurologik.
17.2. KDK :
Kejang disertai demam bersifat fokal, lamanya > 10-15 menit
atau berulang dalam 24 jam.
18. Penatalaksanaan
18.1. Pengobatan saat kejang:
beri diazepam rektal 0,5 mg/kgBB atau
< 10 kg: 5 mg
> 10 kg: 10 mg.
Bila setelah 5 menit masih kejang, rujuk ke rumah sakit
18.2. Pengobatan intermiten pada saat demam
18.2.1. Menurunkan demam dengan paracetamol 10
mg/kg/bb/x tiap 4-6 jam atau ibuprofen 5-10
mg/kgbb/hr tiap 4-6 jam
18.2.2. obat anti kejang
- Diazepam oral 0.3 mg/kgbb/dosis tiap 8 jam saat
demam atau
- Diazepam rectal 0.5 mg/kgbb/hr tiap 12 jam saat
demam
19. Indikasi rujuk ke rumah sakit:
19.1. Kejang demam komplek (KDK)
19.2. Hiperpireksia
19.3. Usia < 6 bulan
19.4. Kejang demam pertama
19.5. Dijumpai kelainan neurologist

6. Unit Terkait KIA, BP Umum, IGD


1. Pengertian Adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh
DEMAM nyamuk
BERDARAH
DENGUE
2. Tujuan 1. Menegakkan diagnosis DBD.
2. Melakukan tata laksana yang cepat dan tepat.
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan Klinis
FKTP Abcde
4. Referensi Permenkes RI No.5 Th 2014,tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer
5. Prosedur 1. Anamnesis:
1.1. Demam mendadak tanpa sebab yang jelas,terus menerus
selama 2-7 hari.
1.2. Lesu,nafsu makan turun,muntah.
1.3. Nyeri kepala,nyeri otot,nyeri perut,diare atau konstipasi.
1.4. Perdarahan kulit/mimisan.
2. Pemeriksaan fisik:
2.1. Pemeriksaan keadaan umum dan tanda-tanda vital(kesa-
daran,tekanan darah,nadi,suhu).
2.2. Observasi kulit(pada daerah wajah,lengan,tungkai,dada,
perut,paha)dan konjungtiva untuk mengetahui tanda per-
darahan.
2.3. Penekanan pada ulu hati(epigastrium),adanya rasa sakit/
Nyeri dapat disebabkan karena adanya perdarahan di
lambung.
2.4. Perabaan hati.
2.5. Uji tourniquet(Rupleleede).Uji tourniquet positif bila ter-
dapat 10 atau lebih petekie pada seluas 1 inci persegi
(2,5x2,5cm) di volar lengan bawah.
3. Pemeriksaanlaboratorium:
3.1. Trombosit< 100.000/ul
3.2. Hemokensentrasi, dapat dilihat dari peningkatan hema-
tokrit> 20%
4. Tersangka DBD:
4.1. Demam tinggi mendadak tanpa sebab jelas,berlangsung
Terus menerus selama 2-7 hari.
4.2. Disertai manifestasi perdarahan (sekurang-kurangnya
uji tourniquet positif) dan atau trombositopenia (trombosit
< 100.000 ul).
5. Klasifikasi derajad DBD:
5.1. Derajad I : Demam disertai gejala klinis tidak khas,hanya
uji tourniquet positif.
5.2. Derajad II : Gejala pada derajad I ditambah perdarahan
spontan.
5.3. Derajad III: Adanya kegagalan sirkulasi yang ditandai de-
yut nadi yang cepat dan lemah, menyempit-
nya tekanan nadi (<20 mmhg)atau hipotensi
yang ditandai kulit dingin dan lembab,gelisah.
6. Tata laksana tersangka DBD(rawatjalan):
6.1. Adakah tanda kedaruratan: yaitu syok,muntah terus mene-
rus,kejang,kesadaran menurun,muntah darah,berak darah.
bila ada maka pasien perlu dirujuk ke RS.
6.2. Apabila tidak ada tanda kedaruratan,periksa uji tourniquet
dan hitung trombosit.
6.2.1. Bilauji tourniquet positifdantrombosit< 100.000 ul
pasiendirujukke RS.
6.2.2. Bila uji tourniquet negative dengan trombosit
>100.000 ul atau normal,pasien boleh pulang de-
ngan pesan datang kembali setiap hari sampai suhu
turun.Anjurkan pasien banyak minum.Beri anti pire-
tik golongan parasetamol.Apabila selama di rumah
demam tidak turun pada sakit hari ketiga evaluasi
tanda klinis adakah tanda-tanda syok(gelisah,akral
dingin,sakit perut,berak hitam,kencing berkurang).
bila perlu periksa Hb,Hct dan trombosit.Apabila ter-
dapat tanda syok atau terdapat peningkatan Hct dan
atau penurunan trombosit segera rujuk ke RS.

6. Unit Terkait BP UMUM,IGD


1. Pengertian Pemeriksaan Malaria adalah pemeriksaan Laboratorium dengan
MALARIA
bahan pemeriksaan berupa darah yang bertujuan untuk
menemukan dan mengidentifikasi paeasit penyebab malaria dalam
sediaan darah tepi
2. Tujuan Sebagai acuan dalam melaksanakan Pemeriksaan Malaria di
FKTP
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan
Pelayanan Klinis FKTP Abcde
4. Referensi Petunjuk pemeriksaan laborotorium FKTP
5. Alat dan 1. Kapas alkohol
Bahan 2. Blood lancet
3. Tisu/kapas kering
4. Metanol
5. Larutan kerja giemsa(1 bagLarutan stok giemsa +9 bag
aquades)
6. Mikroskop
7. Obyek glass
8. Pipet tetes
9. Rak pengecatan
6. Langkah- 1. Petugas meneteskan 2 tetes darah di obyek glass dan dengan
langkah/ obyek glass lain meratakaka salah satu tetes darah hingga
Prosedur membentuk lingkaran dengan diameter 1 -1,5 cm,tetes darah
yang lain dibuat apusan darah
2. Petugas menngeringkan slide darah tersebut dalam suhu
kamar ,sediaan hapusan darah tebal ditetesi dengan aquades
sedangkan hapusan darah tepi difiksasi dengan metanol
3. Petugas meneteskan larutan kerja pada sedian darah selama
15 menit
4. Petugas mencuci sediaan dengan air mengalir sampai cat
terbuang dan mengeringkan dalam suhu kamar
5. Petugas membaca slide dibawah mikroskop dengan obyektif
pembesaran lemah 40x diteruskan dengan pembesaran 100x
6. Petugas mengamati dan mengidentifikasi plasmodium
7. Petugas mencatat hail lab

7. Hal-Hal yang
Perlu
Diperhatikan
8. Unit Terkait Ruang Laboratorium
9. Dokumen 1. Hasil pemeriksaan Laboratorium
Terkait 2. Buku Register

10. Rekaman Historis:


Diberlakukan
No Halaman Yang dirubah Perubahan Tgl.
1. Pengertian Pemberiansuratketerangansehatjasmanisecaraumumdanbebasbutawarna
KIR DOKTER
2. Tujuan Semua pasien yang membutuhkan surat keterangan sehat harus dilakukan pemeriksaan
fisik.
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan Klinis
FKTP Abcde
4. Referensi Permenkes RI No.5 Th 2014,tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas
Kesehatan Primer
5. Prosedur 20. Menanyakan kepada pasien maksud mencari surat keterangan sehat
21. Melakukan pengukuran tinggi badan,berat badan, tekanan darah
22. Melakukan pemeriksaan fisik.
23. Bila memerlukan tambahan tes buta warna lakukan tes buta warna
menggunakan kartu Ischihara
24. Tulis kesimpulan hasil pemeriksaan fisik dan atau buta warna
25. Bila ada catatan khusus misal: cacat fisik, tuna netra, tuliskan dibawah
tulisan BB, TB, TD.
26. Tanda tangani surat keterangan sehat.
27. Surat keterangan sehat distempel.

6. Unit Terkait BP UMUM

Anda mungkin juga menyukai