Anda di halaman 1dari 5

HIPERTENSI

Nomor Dokumen : 3/A/12//VII/PT.PHC-2023


No Revisi :
Tanggal Terbit :
KLINIK PHC TANJUNG EMAS Halaman : 1/3 halaman

Pimpinan Klinik
SOP DISAHKAN OLEH
dr Susilo Wibowo,M.K.M.
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada 2 kali
Pengertian
pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat/
tenang.
Tujuan Sebagai acuan terapi rasional pada pasien hipertensi.
Surat Keputusan Kepala Klinik Nomor : 2 / U / / I / PT.PHC.2020 tentang
Kebijakan
Kebijakan Layanan Klinis.
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun
2014 tentang klinik.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46 Tahun
Referensi 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat
Praktik Mandiri Dokter dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi.
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis bagi
dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama

Petugas Petugas Pelayanan Umum


Prosedur A. Bahan dan Alat
1. Rekam Medis
2. Bolpoin
3. Termometer
4. Tensimeter
5. Stetoskop
6. Senter
B. Langkah-langkah :
1. Petugas memanggil pasien.
2. Petugas melakukan anamnese
a. Keluhan utama pasien yaitu meliputi pusing, rasa tidak nyaman
pada tengkuk/ kepala, jantung berdebar debar, penglihatan
kabur dan rasa sakit di dada.
b. Keluhan tambahan seperti mual,muntah, susah tidur, dll
c. Factor resiko seperti alcohol, merokok, obesitas, pola makan
(garam berlebihan), psikososial dan stress.
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik
Pengecekan terhadap kesadaran pasien, keadaan umum, serta
tanda vital mencangkup tekanan darah, nadi, suhu, dan frekuensi
nafas.
4. Petugas menentukan diagnosa
Penegakkan diagnostik ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik.
5. Petugas melaksanakan tata laksana atau terapi
a. Modifikasi gaya hidup, antara lain: diet rendah garam,
mengurangi makanan lemak, menghentikan kebiasaan merokok
dan minum alkohol, mengendalikan berat badan, meningkatkan
aktifitas fisik
b. Pada hipertensi stage 1: Diuretik tiazid : HCT, dosis awal 12,5
mg – 25 mg sehari. Atau diuretik kuat (loop diuretik) :
furosemid 40mg pagi hari. Dosis pemeliharaan 20 mg sehari.
ACE inhibitor : kaptopril, terapi tunggal dosis awal 12,5 mg 2
kali sehari, pada usia lanjut dosis awal 6,25 mg 2 kali sehari,
dosis pemeliharaan 25 mg 2 kali sehari, maksimal 50 mg 2 kali
sehari. (Kontraindikasi pada kehamilan selama janin hidup,
penderita asma) kalsium inhibitor: nifedipin, dosis awal 10 mg 2
kali sehari, dosis pemeliharaan 10 – 40 mg 2 kali sehari.
c. Pada hipertensi stage 2 : pertimbangkan pemberian kombinasi
2 obat, biasanya golongan diuretic tiazid, atau diuretik kuat
(loop diuretik) dengan ACE inhibitor: amlodipin (5mg - 10mg)
atau dengan kalsium inhibitor.
6. Petugas melakukan pencatatan pada lembar rekam medis.

Petugas Petugas melakukan


Petugas melakukan pemeriksaan fisik
memanggil
pasien anamnesa

Bagan Alir Melaksanakan tata


Petugas
Petugas melakukan laksana penyakit
pencatatan pada menentukan
lembar rekam medis. dan Memberikan
diagnosis
terapi

Hal-hal yang perlu


Identitas Pasien
diperhatikan :

Unit Terkait Pendaftaran dan Rekam Medis, Pelayanan Gigi, Farmasi

Dokumen Terkait Rekam Medis

Rekam Historis Perubahan Tanggal mulai


No Yang Diubah Isi Perubahan
diberlakukan
DAFTAR TILIK
SOP HIPERTENSI

Nama Petugas Yang dinilai :


Tanggal Penilaian :
Petugas Penilai :

No Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah petugas memanggil pasien?

2. Apakah petugas melakukan anamnesa?

3. Apakah petugas melakukan pemeriksaan fisik?

4. Apakah petugas menentukan diagnosis?

5. Apakah petugas melaksanakan tata laksana penyakit dan memberikan terapi?

6. Apakah petugas melakukan pencatatan pada lembar rekam medis?


Jumlah

Compliance rate (CR) = ∑ YA / YA + TIDAK X 100%


PENILAI

…………

Anda mungkin juga menyukai