EPILEPSI
OLEH:
KELOMPOK 2 / 6B
LUH MADE JYOTI WAHYUNI (2009482010045)
LUH MADE DEWI ARIANI (2009482010046)
LUH RISTA WAHYUNINGSIH (2009482010047)
PUTU YUNIKA DIAN SUCAHYA (2009482010048)
ANAK AGUNG AYU ARI MAHADEWI (2009482010049)
S1 FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2023
PHARMACEUTICAL CARE
Patient’s Database
Nama pasien: Miel
Tgl MRS: -
Family history: -
Social history: -
Kesimpulan :
Lanjutkan
penggunaan
phenobarbital starting
dose 1–3 mg/kg/day
(10–20 mg/kg LD).
Karena sempat
dihentikan, maka
penggunaan
selanjutnya dilakukan
dengan “Slow taper”.
Phenobarbital dipilih
untuk dilanjutkan
karena merupakan
pilihan terapi untuk
kejang umum (DiPiro
et al., 2020)
Epilepsi Kejang Levetireceta Problem : Farmakologi: - Lakukan Beberpa efek
seluruh m P2.1 Efek samping Phenobarbital pemantau samping yang
tubuh yang 500mg/hari obat mungkin terjadi dengan dosis an durasi muncul dari
berlangsung Penjelasan : awal kejang obat ini :
selama Dari data pada kasus, 1-3mg/kg/hari setelah
sekitar 1-2 Miel mengalami (10-20mg/kg pemberia - Hipotensi,
menit. gelisah dan agitasi LD) untuk n obat.
- Gangguan
setelah 6 minggu dosis - Pastikan
Setelah menerima maksimal 180- saluran
pasien
penggunaan pengobatan dengan 300 mg tidak pernapasan,
Levetireceta Levetirecetam. kembali - dan depresi
m, Miel Keluhan tersebut Non mengala SSP
merasa kemungkinan Farmakologi: mi kejang
gelisah dan merupakan efek Terapi berulang.
agitasi. samping dari nonfarmakolo - Di
Levetirecetam. gis untuk perhatika
epilepsi n apakah
Cause meliputi diet ada
C1.6 Terlalu banyak ketogenic, muncul
obat/zat aktif yang stimulasi saraf efek
diresepkan untuk 1 vagus (VNS), samping
indikasi dan dari obat
Penjelasan : pembedahan yang
Levetirecetam dan di antara diberikan
Phenobarbital modalitas .
merupakan obat yang lainnya.
termasuk dalam
golongan obat
antikonvulsan/atikeja
ng. Pada kasus, selain
menerima terapu
Phenobarbital, Miel
juga mengkonsumsi
Levetirecetam,
sehingga ada lebih
dari 1 obat yang
diresepkan untuk
pengobatan Miel
(DiPiro et al., 2020)
Kesimpulan:
Pengobatan dengan
phenobarbital
dilanjutkan dan
Levetirecetam
dihentikan.
MESO (MONITORING EFEK SAMPING OBAT)
1. Levetirecetam
Levetiracetam merupakan obat golongan antikonvulsan untuk mengontrol kejang onset
parsial, kejang miklonik, dan kejang tonik klonik. Levetiracetam (LEV) adalah salah satu
AED terbaru, dipasarkan di seluruh dunia hanya sejak tahun 2000. Awalnya disetujui di
AS hanya sebagai terapi tambahan untuk kejang onset parsial. Namun, uji coba yang
lebih baru mendapatkan persetujuan sebagai terapi tambahan untuk kejang tonik-klonik
umum primer dan kejang mioklonik pada epilepsi mioklonik remaja, dan uji coba
monoterapi komparatif baru-baru ini mendapatkan persetujuan untuk digunakan sebagai
monoterapi awal di Uni Eropa.
Informasi peresepan merekomendasikan dosis awal dewasa 1000 mg/hari (500 mg dua
kali sehari), dengan peningkatan selanjutnya sebesar 1000 mg setiap 2 minggu hingga
1500 mg dua kali sehari. Rekomendasi ini didasarkan pada dosis yang digunakan dalam
uji coba penting. Pada pasien dengan risiko lebih tinggi untuk perilaku efek samping
psikiatrik, dosis awal bahkan bisa lebih kecil, pada 250 mg pada waktu tidur.
Pedoman dosis yang sama dapat diterapkan pada anak-anak: Informasi resep resmi
merekomendasikan mulai dari 20 mg/kg/hari dalam 2 dosis terbagi, dengan peningkatan
selanjutnya 20 mg/kg setiap 2 minggu hingga 60 mg/kg/hari (Abou-Khalil, 2008)
Naranjo Scale Levetirecetam
Scale
Skor Total 4
SOAP EPILEPSI
Subjective
Pasien mengalami kejang pada seluruh tubuh selama 1-2 menit, merasa gelisah dan
mengalami agitasi, timbul jerawat di wajah.
Objective
-
Analysis
Epilepsi/ kejang adalah kondisi neurologis umum dimana seseorang rentan terhadap
serangan epilepsi/ kejang berulang. Ada banyak jenis epilepsi yang ditandai dengan jenis
kejang yang berbeda, mulai dari tingkat keparahan dan etiologi. Proses patofisiologi umum
yang mendasari epilepsy adalah gangguan regulasi aktivitas listrik di otak yang
mengakibatkan pelepasan neuron yang berlebihan (DiPiro et al., 2020)
a. Assesment Pasien
Miel seorang remaja wanita berusia 16 tahun mengalami “black out spell” saat
berusia 11 tahun dan memperoleh phenobarbital selama 2 minggu. Setelah
pengobatan dihentikan, Miel mengalami kejang selama 1-2 menit kemudian diberikan
Levetiracetam 500mg/hari oleh dokter. Namun, Miel merasa gelisah dan mengalami
agitasi. Miel juga memiliki jerawat di wajah yang diberikan pengobatan gel
Eritromizin dan Benzyl peroxide pada pagi dan malam hari.
b. Prinsip Pengobatan
First Generation
Second Generation
Third Generation
Brivaracetam Briviact 100 mg/day 200 mg/day
Plan:
Terapi Farmakologi
- Pemilihan levetiracetam 500 mg/hari dihentikan dikarenakan obat tersebut
merupakan terapi tambahan (adjunctive therapy) sehingga pasien berpotensi
tidak mendapatkan efek terapi yang diharapkan serta pasien mengalami efek
samping obat yang tidak dapat ditoleransi yaitu agitasi dan gelisah. Merujuk
pada guideline, jika penggunaan second generation ASD tidak efektif maka
pasien direkomendasikan mendapatkan terapi first generation ASD yaitu
Phenobarbital dengan dosis awal 1-3mg/kg/hari (10-20mg/kg LD) untuk dosis
maksimal 180-300 mg
- Gel Erythromycin dan Benzoyl peroxide untuk mengatasi jerawat dilanjutkan
penggunaanya. Kombinasi antibiotik topikal dengan benzoyl peroxide
memiliki efektivitas yang baik dalam membunuh dan mengahambat
perkembangan bakteri
- Operasi
Pembedahan adalah pengobatan pilihan pada pasien tertentu dengan refrakter
epilepsi fokal, terutama pasien dengan kejang yang berasal dari lobus
temporal.
Monitoring:
Monitoring Efektivitas
- Lakukan pemantauan durasi kejang setelah pemberian obat.
- Pastikan pasien tidak kembali mengalami kejang berulang.
- Di perhatikan apakah ada muncul efek samping dari obat yang diberikan.
Monitoring Efek Samping Obat
a. Phenobarbital: Hipotensi, Gangguan saluran pernapasan, dan depresi SSP
b. Levetiracetam: Hipotensi, Gangguan saluran pernapasan, dan depresi SSP
DAFTAR PUSTAKA
Abou-Khalil, B. (2008) ‘Levetiracetam in the treatment of epilepsy’, Neuropsychiatric
Disease and Treatment, 4(3), pp. 507–523. doi: 10.2147/ndt.s2937.
DiPiro, J. T. et al. (2020) Book Review: Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach,
6th Edition, Annals of Pharmacotherapy. doi: 10.1345/aph.1h160.