1. Kasus Alzheimer
Seorang pasien, Tn. H, 69 tahun, berdasarkan hasil anamnesa Dokter dan pemeriksaan
gangguan/penurunan fungsi kognitif dan cemas. Terapi yang diberikan adalah donepezil 10 mg,
1 X sehari dan ekstrak gingko biloba 1 X sehari. RPD : Hipertensi terkendali dgn lisonopril 10
mg 1 X 1.
Jawab :
1. Finding
Nama Tn. H
Umur 69 tahun
- Lisinopril 10 mg 1 x sehari
RPD Hipertensi
2. Assesment, Resolution, dan Monitoring
Assesment
Problem
x sehari tepat. Gingko dengan vitamin E yaitu sel saraf yang dapat
Efek samping :
dengan dosis
dengan dosis
tunggal(5).
Efek samping :
Batuk kering,
hipotensi, keluhan
lambung usus,pusing,
sementara, disfungsi
seperti demam,
Seorang pasien , Tn. H, 69 tahun berdasarkan hasil anamnesa dokter dan pemeriksaan
penunjang yang terkait di diagnose mengalami Alzheimer tahap 3 dengan gejala gangguan/
penurunan fungsi kognitif dan cemas. Terapi yang diberikan adalah donepezil 10 mg 1 x sehari
dan ekstrak gingko biloba 1 x sehari. RPD : Hipertensi terkendali dengan lisinopril 10 mg 1x1.
Penyelesian Kasus
Finding :
Assasment :
PEMILIH
No DRP’s KETERANGAN RESOLUTION MONITORING
AN OBAT
sehari dosis tepat untuk Tn.H dapat meningkatkan Setelah 4-6 minggu,
menjelang tidur
sehingga dapat
meningkatkan
kepatuhan pasien,
hepatotoksik
http://www.emaxhe
alth.com/1002/91/2
6772/gingko-
biloba-does-not-
prevent-alzheimer-
039-s-disease.html
H sudah terkendali
dengan lisinopril 10
mg 1x sehari
Pemantauan :
Dapat digunakan dengan beberapa alat ukur seperti Mini-Mental State Examination
Tujuan terapi non farmakologis dimaksudkan untuk memperbaiki orientasi realitas pasien,
memodifikasi prilaku, memberikan informasi dan pelatihan yang benar pada keluarga pasien.
KASUS ALZHEIMER
Seorang pasien, Tn. H, 69 tahun, berdasarkan hasil anamnesa dokter dan pemeriksaan
penunjang yang terkait, didiagnosa mengalami Alzheimer tahap 3 dengan gejala gangguan
penurunan fungsi kognitif dan cemas. Terapi yang diberikan adalah Donepezil 10 mg 1xsehari
dan ekstrak Gingko biloba 1xsehari. RPD hipertensi terkendali dengan Lisonipril 10 mg 1x1.
Pertanyaan :
Jawab :
A. Asuhan Kefarmasian dengan metode FARM
Finding :
cemas
Assesment
problem
Lisinopril 10 mg
Hipertensi Pemilihan obat tepat Terapi dilanjutkan
1xsehari
Resolution
Alasan penurunan dosis karena pada pasien baru mengalami tahap 3 yaitu tahap awal
alzheimer. Maka harusnya donepezil dimulai dengan dosis 5 mg perhari dipagi hari. Kemudian
setelah pemakaian 4-6 minggu jika di toleransi dengan baik maka dititrasi sampai 10 mg per hari
(1)
. Donepezil merupakan inhibitor kolinesterase piperidin dengan spesifisitas untuk inhibisi
(2)
acetilkolinesterase dibanding butyryl cholinesterase . Efek samping lebih sedikit dibanding
golongan cholinesterase inhibitor non spesifik seperti tachrine. Keunggulan donepezil dibanding
1. Donepezil mempunyai efek samping yang lebih ringan (nausea dan vomitus pada 10 %
3. Donepezil tidak dapat menyebabkan kenaikan enzim hepar pada sekitar separuh pasien
yang diobati.(3)
Alasan vitamin E yang diberikan pada pasien digunakan sebagai antioksidan yang dapat
menunda keparahan alzheimer. Karena pasien Alzheimer ini tergolong geriatri, maka antioksidan
dibutuhkan untuk regenerasi sel saraf. Dosis awal yang digunakan yaitu 1000 IU 2x/hari.
Sedangkan ekstrak ginkgo biloba memang pernah disebut-sebut memiliki efek proteksi saraf dan
meningkatkan daya ingat. Tetapi informasi terakhir dari uji klinik tentang penggunaan ginkgo
biloba hanya untuk mencegah penyakit Alzheimer yang menunjukkan bahwa ginkgo biloba tidak
memberikan efek yang signifikan terhadap pasien yang sudah didiagnosa mengalami Alzheimer
Lisinopril 10 mg 1x sehari
golongan ini dapat membantu melindungi manula dari kemunduran memori dan fungsi kognitif
yang secara spesifik mencapai otak dan membantu menurunkan inflamasi yang berkontribusi
Monitoring
Donepezil
Efek samping donepezil : sakit kepala, mual, muntah, diare, pusing, insomnia, anoreksia,
lemas(2).
Efektivitas donepezil : lebih efektif mengobati penurunan kognitif pada AD ringan hingga
sedang dengan efek samping perifer lebih sedikit daripada golongan cholinesterase inhibitor
nonspesifik(2)
Vitamin E
Efek samping : -
Efektivitas vitamin E : sebagai antioksidan untuk regenerasi sel syaraf yang dapat
Lisinopril
Efek samping lisinopril : pusing, sakit kepala, diare, batuk, mual(3).
Efektifitas lisinopril : lebih aman digunakan dalam dosis awal untuk pasien geriatri dan
I. Kasus Alzheimer
Seorang pasien, Tn. H, 69 tahun, berdasarkan hasil anamnesa Dokter dan pemeriksaan
gangguan/penurunan fungsi kognitif dan cemas. Terapi yang diberikan adalah donepezil 10 mg,
1 X sehari dan ekstrak gingko biloba 1 X sehari. RPD : Hipertensi terkendali dgn lisinopril 10
mg 1 X 1.
Monitoring)
Finding :
Nama : Tn. H
Umur : 69 tahun
sehari
seharI
Assesment
Alzheimer Donepezil Dosis tidak pada terapi awal Donepezil 5 mg 1 Indikasi : sebagai
IO : Tidak ada
ESO: Gangguan GI
dan insomnia(4).
Melindungi sel-sel
syaraf, berfungsi
untuk meningkatkan
sirkulasi darah di
pembuluh darah
arteri terutama ke
otak dan
memperbaiki
pemakaian oksigen
dan glukosa.
Indikasi :
memperbaiki
pemakaian oksigen
dilanjutkan Indikasi :
kombinasi dengan
obat-obatan NSAID
dapat meniadakan
ESO: hipotensi
kemampuan untuk mengingat, berfikir jernih, berkomunikasi, dan melakukan kegiatan sehari-
hari dan dapat menyebabkan perubahan suasana hati dan kepribadian) yang terkait dengan
penyakit Alzheimer. Donezepil berada dalam kelas obat yang disebut kolinesterase. Donezepil
ini meningkatkan fungsi mental(seperti memori, perhatian, penalaran social, interaksi dan
kemampuan bahasa) dengan meningkatkan jumlah zat alami tertentu dalam otak, namun
donezepil tidak akan menyembuhkan AD atau mencegah hilangnya kemampuan mental pada
suatu waktu di masa depan. Simpan obat ini dalam wadah tertutup rapat, dan hindarkan
dari jangkauan anak-anak. Simpan pada suhu kamar dan jauhkan dari suhu yang dan kelembaban
tinggi. Buanglah obat yang sudah usang atau tidak digunakan lagi.
Kasus
Ny. Sinta, 40 th, 1 bulan terakhir, merasakan nafsu makannya hilang, kehilangan
sebagai seorang akuntan terbengkalai. Hal ini dirasakan sejak suami Ny. Sinta meninggal dunia
akibat suatu kecelakaan. Sejak awal menjadi seorang akuntan, Ny.Sinta dikenal seorang yang
workaholic. Kebiasaan Ny.Sinta berupa makan yang tidak teratur, selain juga kesibukannya yang
luar biasa, mengakibatkan Ny.Sinta mengalami ulkus peptikum. Simetidin 400 mg tablet, 2 x
sehari, yang diminum Ny.Sinta dapat mengatasi gangguan tersebut. Berdasarkan gejala yang
dialami Ny.Sinta saat ini, Ny. Sinta didiagnosa mengalami depresi. Terapi yang diberikan untuk
Finding :
Umur 40 th
Diagnosa Depresi
Assesment
ditimbulkan Monitoring
berpotensial ketaatan
dan mendapatkan
lin 125 obat tidak amitriptilin sebagai sebesar 25mg/hari, efektivitas terapi
okupasional, ada
tidaknya keinginan
dikehendaki.
Dilakukan
pemantauan
terhadap efek
kering, interaksi
diatasi jika
memungkinkan.
Pasien bukan
termasuk dalam
golongan geriatri
sehingga tidak
memiliki faktor
resiko terjadinya
hipotensi postural
dan hipotensi
ortostatik(3).
Monitoring
ketaatan.
Dilakukan
pemantauan kepada
pasien dalam
menggunakan obat.
dan mendapatkan
Monitoring terhadap
untuk dilakukan(1).
Amitriptilin : Amitriptyline Tab. 25 mg, 50 mg, 75 mg, Trilin (Harsen) Tab. 25 mg.
Ranitidin : Ranitidine ( Hexpharm) Tab 150 mg Rp. 23.000, Ranitidine (Soho) Ampul 25 mg/ml
Rp. 11.000,
Terapi non Farmakologi
Intervensi keluarga, untuk meningkatkan fungsi sosial, pekerjaan dan mengelola stress.
Perhatian yang cukup terhadap kesehatan tidur, termasuk mengurangi konsumsi kafein,
menghindari alkohol, olahraga yang cukup, dan waktu tidur-bangun yang teratur sering
Kasus :
Ny. Sinta, 40 tahun, 1 bulan terakhir, merasakan nafsu makannya hilang, kehilangan
semangat untuk melakukan aktivitas apapun, kesulitan tidur atau insomnia, sehingga
pekerjaannya sebagai akuntan terbengkalai. Hal ini dirasakan sejak suami Ny. Sinta meninggal
dunia akibat suatu kecelakaan. Sejak awal menjadi seorang akuntan, Ny. Sinta dikenal sebagai
seorang yang workaholic. Kebiasaan Ny. Sinta berupa makan yang tidak teratur, selain juga
kesibukannya yang luar biasa, mengakibatkan Ny. Sinta mengalami ulkus peptikum. Simetidin
400 mg tablet, 2 x sehari, yang diminum Ny. Sinta dapat mengatasi gangguan tersebut.
Berdasarkan gejala yang dialami Ny. Sinta saat ini, Ny. Sinta didiagnosa mengalami depresi.
Terapi yang diberikan untuk Ny. Sinta adalah amitriptilin 125 mg, 1 x sehari
Bagaimana aplikasi pharmaceutical care / asuhan kefarmasian untuk kasus tersebut? Dan
I. Finding :
Umur : 40 tahun
- Insomnia
II. Assesment :
Kelompok kami mengasumsikan bahwa Ny. Sinta belum mengonsumsi Amitriprilin 125 mg, 1 x
sehari
Problem
Amitriptilin 125 mg Pemilihan obat yang kurang Terapi dapat Efek samping dari
Efek samping dari dari obat untuk terapi awal diperhatikan efek
dapat memperbaiki
nafsu makan(2)
Simetidin 400 mg Pemilihan obat sudah tepat Untuk penggunaan Simetidin dapat
III. Resolution :
Ny. Sinta diasumsikan belum mengkonsumsi Amitriptilin. Ny. Sinta masuk dalam
kategori depresi mayor, yaitu melibatkan gejala hilangnya nafsu makan, kehilangan semangat
atau ketertarikan dalam mengerjakan aktivitas, insomnia, dan perasaan sedih atas kehilangan
orang yang dicintai(termasuk dalam KRITERIA DSM-IV-TR untuk episode Depresi Mayor).
Apabila diberikan terapi menggunakan Amitriptilin, maka akan berinteraksi dengan Simetidin,
dimana dapat meningkatkan kadar Amitriptilin dalam plasma melalui penghambatan
metabolisme dari Amitriptilin. Efek samping dari amitriptilin pun banyak, antara lain sedasi
tinggi, meningkatkan antikolinergik, takikardi dan hipotensi ( dapat menstimulasi insomnia), dan
juga dosis penggunaan awal termasuk berlebihan jika 125 mg 1 x sehari, yang seharusnya 30-
100 mg per hari dan dosis dapat dinaikkan hingga 300 mg secara bertahap.
Sebagai terapi pengganti Amitriptilin, dapat digunakan Fluoxetin (SSRI) yang termasuk
first line dalam pengobatan depresi. Fluoxetin merupakan penghambat depresi mayor, bebas dari
efek samping yang disebabkan oleh TCA, dimetabolisme menjadi norfluoksetin( metabolisme
aktif), waktu paruh 1-10 hari (senyawa asli) dan 3-30 hari (metabolisme aktif), merupakan
inhibitor kuat sitokrom p-450. Penggunaan Fluoxetin dikatakan aman jika di gunakan
bersamaan dengan Simetidin. Namun efek samping dari pengggunaan obat ini adalah insomnia.
Pengatasan insomnia yang disebabkan oleh Fluoxetin dapat diatasi dengan pemberian
Trazodone (agen non benzodaizepin hipnotik) 50 mg per hari. Obat ini sering digunakan untuk
insomnia yang menginduksi SSRI (dalam hal ini Fluoxetin). Harus diperhatikan efek samping
fase stabilisasi yaitu terapi Psikoterapi. Beberapa pendekatan psikoterapi yang dapat dilakukan
(insight-oriented therapy), terapi tingkah laku (behavioral therapy), model stres hidup (life stress
model), psikoterapi kognitif (cognitive psychotherapy) ,lain-lain seperti terapi kelompok (group
therapy), latihan orangtua (parent training), terapi keluarga (family training), pendidikan
Diindikasikan untuk depresi berat, depresi psikosis, melancholia, khususnya bila respons
Terapi Hormonal
IV. Monitoring :
- Efektifitas : 1. Fluoxetin, efektif dalam pengobatan depresi mayor khususnya pada pasien
2. Fluoxetin + Trazodone, dapat mengatasi insomnia yang berasal dari efek fluoxetin. Biasanya
Trazodone digunakan untuk mengatasi insomnia yang diinduksi oleh penggunaan SSRI.
gastrointestinal, anxietas, diare, anoreksia dan insomnia. Dapat terjadi sindrom serotonin :
hipertermia, kekakuan otot, agitasi (perubahan status mental), ketidakstabilan otonom. Karena
Waktu paro fluoxetin dan metabolitnya relatif panjang, maka efek dan interaksi dapat
berlangsung dalam waktu lama setelah penghentian terapi. Dapat menyebabkan gangguan
Interaksi Obat :
2. Penggunaan bersama dengan selegilin berhubungan dengan resiko hipertensi atau sindrom
serotinin.
minggu
Jika terlupa 1 dosis cepat minum segera setelah ingat namun jika sudah sampai pada
dosis berikutnya, lompatilah dosis yang terlupa. Jangan melebihi dosis maksimal
harian(1).
ALZHEIMER
Definisi
Penyakit Alzheimer (AD) adalah penyakit yang bersifat degenerative dan progressive
pada otak yang menyebabkan cacat spesifik pada neuron serta mengakibatkan gangguan meori
Epidemiologi
Perkiraan terbaru adalah bahwa 1 dari 10 orang pasien AD berusia lebih dari 65 tahun dan
hamper separuhnya berusia lebih dari 85 tahun. Dengan penyebaran yang cepat pada populasi
yang berusia lebih tua diperkirakan 13,2 juta manusia akan menderita AD pada tahun 2050.
Menurut DSM IV, AD terbagi menjadi early onset (gejala timbul setelah usia 65 tahun) dan late
Etiologi
Pasien pada umumnya mengalami atrofi kortikal (penyusutan) dan berkurangnya neuron
secara signifikan, terutama saraf kolinrgik (penghasil Ach yang berperan dalam emosi dan
kognisi)
Kerusakan saraf kolinergik terjadi terutama pada daerah limbic otak (terlibat dalam emosi)
dan korteks (terlibat dalam memori dan pusat pikiran/ advanced reasoning center)
Di otaknya juga dijumpai lesi yang disebut senile (amyloid) plaques dan neurofibrillary
tangles, yang terpusat pada daerah yang sama di mana terjadi deficit kolinergik → plak tersebut
Β-amyloid sendiri juga dijumpai pada generatik normal, tetapi tidak terkonsentrasi pada
Β-amyloid membentuk plak karena berikatan dengan suatu protein yang disebut
Penurunan ingatan jangka pendek atau kemampuan belajar atau menyimpan informasi.
kehilangan barang.
kemampuan psikiater.
Sasaran Terapi
Perkembangan penyakit
Tujuan Terapi
Pasien didiagnosesis AD
MMSE 10-26
Donezepil
Galantamin
Rivastigmin
+vit E
↓ ↓
Ansel, H. C., Popovich, N.G., Allen, L.V., 1999. Pharmaceutical Dosage Forms and Drug
Depkes RI. 2008. Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Rumah (Home Pharmacy Care). Jakarta:
Depkes RI.
Hepler, C.D. and Strand, L.M. 1990. Opportunities and Responsibilities in Pharmaceutical Care.