Anda di halaman 1dari 11

KERTAS POSISI

“PBROBLEMATIKA BIDIKMISI UNSOED 2015”

“Kalau orang miskin tak boleh pandai,


Pasti serakah semakin menyeringai.”

(Iwan fals)

I. Kasus Posisi

Pada tanggal 18 September 2015, sebanyak 40 Mahasiswa angkatan 2015


yang tersebar dari berbagai fakultas di Unsoed, dikumpulkan oleh pihak
Unsoed (Eko Sumanto : Kassubag Akademik dan Evaluasi) untuk diberikan
pengumuman perihal bidikmisi. sebelumnya mereka menerima pesan
singkat (SMS) terkait informasi ini.1

Setelah semua berkumpul di kantor Administrasi Pusat, mahasiswa tersebut


diberi pengumuman bahwa bidikmisi yang harusnya mereka dapat akan
dicabut atau dengan kata lain, nama mereka dibatalkan dari daftar penerima
Bidikmisi. Alasannya, mereka dianggap tidak layak mendapatkannya dan
selain itu Unsoed menerima mahasiswa bidikmisi melebihi kuota yang
diberikan oleh Dirjen Pendidikan Tinggi (Dirjen dikti).2 Jumlah Penerima
Bidik Misi Unsoed tahun 2015 adalah 615 orang, sedangkan pengakuan dari
Eko Sumanto menyatakan bahwa kuota dari Dirjen Dikti sebanyak 575
orang. Atas alasan tersebut maka Unsoed mencabut bidikmisi pada 40 orang
mahasiswa.3 Selanjutnya diketahui bahwa 2 orang dari 40 mahasiswa
tersebut telah mengundurkan diri yakni mahasiswa fakultas ekonomi dan
biologi, dikarenakan diterima di Universitas lain dan bekerja.

1
http://www.lpm-projustitia.com/2015/10/program-bidik-misi-terancam-dicabut.html. Akses online tanggal 21
oktober 2015.
2
http://www.cahunsoed.com/2015/10/empat-puluh-bidikmisi-terancam-dicabut.html. Akses online tanggal 21
oktober 2015.
3
http://www.soearamassa.com/2015/10/bidik-misi-tahun-2015-dicabut-unsoed.html. Akses online tanggal 21
oktober 2015.

1
Sebelum ada pencabutan itu, tidak ditemukan Surat Keputusan (SK) Rektor
yang mengatur dan menetapkannya, bahkan keterangan yang didapat dari
Eko Sumanto bahwa SK Rektor terkait penetapan ‘Mahasiswa Penerima’
Bidikmisi pun-belum ada karena masih menunggu keputusan dari Direktorat
Pendidikan Tinggi (Dikti), sehingga status mahasiswa hanya sebagai ‘calon
penerima’ bidikmisi.4

Kemudian pada Jum’at 9 Oktober 2015, seluruh mahasiswa dikumpulkan di


gedung Soemardjito Unsoed untuk pembuatan rekening. Pada saat
pembuatan rekening, mahasiswa diminta membayar uang sejumlah 20.000
rupiah. Pada acara di Soemardjito tersebut Eko Sumanto menjelaskan bahwa
38 mahasiswa yang batal menerima bidikmisi akan membayar UKT level 1
(nominal Rp.500.000 per-semester) hingga lulus.5

Melihat kasus diatas kita perlu memblejetinya, apalagi ini berkaitan dengan
hak demokratis mahasiswa atas pendidikan tinggi. Kertas posisi ini dibuat
guna melihat bagaimanakah hak mahasiswa diletakkan, dan bagaimanakah
tanggungjawab pengambil kebijakan atas hal ini.

II. Bidikmisi sebagai Hak Mahasiswa dan Masyarakat

1. Bahwa bidikmisi merupakan program pemerintah pusat yang


dijalankan oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan Republik
Indonesia (Kemendikbud) sejak tahun 2010 yang bertujuan memutus
rantai kemiskinan serta pemenuhan hak rakyat atas pendidikan tinggi.
2. Bahwa pemenuhan hak rakyat atas pendidikan tinggi lewat program
bidikmisi berdasar pada pasal 31 ayat (1) Undang Undang Dasar 1945
yang menyebutkan bahwa “setiap warga negara berhak atas
pendidikan.”
3. Bahwa bidikmisi merupakan hak bagi masyarakat yang secara
ekonomi tergolong tidak mampu sebagaimana dijelaskan dalam Pasal

4
http://beritaunsoed.com/berita/menyoal-kuota-bidikmisi-unsoed-2015/. Akses online tanggal 21 oktober
2015.
5
http://www.persma-agrica.com/berita/bidik-misi-ditangguhkan-unsoed-janjikan-ukt-level-1/ . Akses online
tanggal 21 oktober 2015.

2
12 ayat (1) huruf c Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional yakni, “Setiap peserta didik pada setiap
satuan pendidikan berhak mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka
yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya.”
4. Bahwa Pasal 74 ayat (1) Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012
Tentang Pendidikan Tinggi (UU Dikti) menegaskan kembali dan
mewajibkan bagi setiap “Perguruan Tinggi Negeri (PTN) untuk mencari
dan menjaring calon Mahasiswa yang memiliki potensi akademik
tinggi, tetapi kurang mampu secara ekonomi dan calon Mahasiswa
dari daerah terdepan, terluar, dan tertinggal untuk diterima paling
sedikit 20% (dua puluh persen) dari seluruh Mahasiswa baru yang
diterima dan tersebar pada semua Program Studi.”
5. Bahwa persentase 20% mahasiswa yang dimaksud dan diatur
sebagaimana point 4 (empat) diatas senyatanya adalah kuota minimal
‘mahasiswa penerima bidikmisi’ disetiap Perguruan Tinggi Negeri
termasuk di Unsoed, karena frasa : “calon Mahasiswa yang memiliki
potensi akademik tinggi, tetapi kurang mampu secara ekonomi”
merupakan frasa yang digunakan oleh undang-undang sebagai
program bidikmisi, walaupun tidak secara tegas menyebut “bidikmisi”
sebagai program pelaksanaannya, namun ditegaskan dalam
Permenristekdikti Nomor 22 Tahun 2015 Tentang Biaya Kuliah
Tunggal dan Uang Kuliah Tunggal (UKT & BKT) yang didalam Pasal 7
(1) menyatakan : “UKT yang dibebankan kepada mahasiswa
penerima bantuan biaya pendidikan bagi mahasiswa miskin dan
berprestasi (bidikmisi) paling banyak Rp2.400.000,00 (dua juta
empat ratus ribu rupiah) per semester.”
6. Bahwa kuota 20% yang dimaksud secara hitungan matematis adalah
sebanyak 918 Mahasiswa baru Unsoed angkatan akademik 2015,
dihitung dari seluruh jumlah mahasiswa baru yang diterima oleh
Unsoed sebanyak 4.592 orang.
7. Bahwa Unsoed hanya menyerap dan memenuhi kuota “mahasiswa
penerima bidikmisi” tahun 2015 sebanyak 615 orang atau hanya 13,4
% dari seluruh mahasiswa yang diterima di Unsoed pada tahun 2015.

3
8. Bahwa tidak terpenuhinya kuota bidikmisi Unsoed tahun 2015
merupakan bentuk pencerabutan hak masyarakat dan mahasiswa atas
pendidikan tinggi dan dapat dikatakan Unsoed telah melanggar Asas-
asas umum pemerintahan yang baik (AAUPB) khususnya melanggar
asas kepastian hukum sebagaimana diatur dalam pasal 3 angka 1
Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan
Negara Yang Bersih dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, yang
menyatakan : setiap kebijakan penyelenggaraan negara harus
mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan;
9. Bahwa asas kepastian hukum yang dilanggar sebagaimana
dimaksud poin 8 diatas karena kebijakan unsoed tidak tunduk pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku, yakni Pasal 31 ayat (1)
UUD 1945, Pasal 12 ayat (1) huruf c UU Sisdiknas, pasal 74 ayat (1)
UU Dikti, dan Pasal 7 ayat (1) Permenristekdikti tentang UKT & BKT.
10. Bahwa dana bidikmisi yang diterima oleh mahasiswa (sebagai hak)
yang terdiri dari beberapa komponen seperti biaya akademik, biaya
hidup dan biaya pengelolaan merupakan dana yang berasal dari
Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN) sebagaimana
disebut dalam Pasal 6 ayat (1) Permendikbud Nomor 96 tahun 2014
tentang Penyelenggaraan Bantuan Biaya Pendidikan Bidikmisi.
11. Bahwa tidak terpenuhinya kuota minimal 20 % “mahasiswa penerima
bidikmisi” di Unsoed merupakan bentuk penyelewengan terhadap
Anggaran Negara dan pengabaian kewajiban Rektor sebagai pejabat
publik Penyelenggara Negara di Unsoed yang akhirnya menimbulkan
kerugian bagi mahasiswa dan masyarakat baik segi materiil maupun
imateriil karena tidak terpenuhinya hak warga negara untuk mendapat
pendidikan dan menerima bidikmisi.
12. Bahwa kenyataan/fakta yang tertera pada point 10 (sepuluh)
merupakan tindakan maladministrasi pejabat publik (Rektor Unsoed)
sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Nomor 37
Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik Indonesia yang
menyatakan bahwa : “Mal-administrasi merupakan perilaku atau
perbuatan melawan hukum, melampaui wewenang, menggunakan

4
wewenang untuk tujuan lain dari yang menjadi tujuan wewenang
tersebut, termasuk kelalaian atau pengabaian kewajiban hukum
dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh
Penyelenggara Negara dan pemerintahan yang menimbulkan
kerugian materiil dan/atau immateriil bagi masyarakat dan
orang perseorangan”;
13. Bahwa maladministrasi yang berawal dari penyalahgunaan atas
wewenang yang ada pada rektor untuk memenuhi kewajiban menyerap
kuota minimal bidikmisi sebanyak 20 % namun tidak dilaksanakan
bahkan rektor Unsoed melakukan pengabaian kewajiban hukum dan
menimbulkan kerugian bagi orang serta kerugian uang negara (APBN
sebagai sumber dana bidikmisi) dapat di- indikasikan terjadinya
praktek korupsi sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 3 Undang-
undang Nomor 31 tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi yang menyebutkan :
“Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri
atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan
kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya
karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana
penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda
paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).

III. Mengenai Pencabutan Bidikmisi bagi 40 Mahasiswa Unsoed 2015

14. Bahwa Pada tanggal 18 September 2015, sebanyak 40 Mahasiswa


angkatan 2015 diberikan informasi oleh pihak Unsoed berkaitan
dengan pencabutan hak atas bidikmisi yang seharusnya diterima.
15. Bahwa pencabutan bidikmisi yang dilakukan oleh Unsoed bagi 40
mahasiswa tersebut tidaklah berdasar bahkan tidak ada suatu
ketetapan/besichking berupa Surat Keputusan Rektor (SK Rektor) yang
menetapkan pencabutan itu.

5
16. Bahwa kekeliruan lain yang dilakukan oleh Unsoed adalah melakukan
pencabutan yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku yakni
Pedoman Penyelengaraan Bantuan Biaya Pendidikan Bidikmisi 2015
(selanjutnya disebut Pedoman Bidikmisi 2015).
17. Bahwa didalam Pedoman Bidikmisi 2015 telah diatur salah satu tugas
dan tanggungjawab Perguruan Tinggi adalah “Menetapkan dan
melaporkan perubahan/penggantian penerima Bidikmisi setiap akhir
semester,” artinya jika diawal saja sudah ada penetapan perubahan
atau dengan bahasa lain adalah pencabutan bidikmisi maka Unsoed
telah melakukan pelanggaran terhadap prosedur pelaksanaan program
bidikmisi seperti yang tercantum dalam Pedoman tersebut.
18. Bahwa sekalipun terdapat SK Rektor berkaitan dengan pencabutan
bidikmisi tidaklah dapat dibenarkan adanya dan berakibat batal demi
hukum karena pasti akan bertentangan dengan peraturan prundang-
undangan yang berlaku.
19. Bahwa penghentian atau pencabutan bidikmisi sebagaimana diatur
dalam pedoman bidikmisi 2015 BAB IV tentang Pendanaan pada huruf
D disebutkan hal-hal yang menjadikan mahasiswa penerima bidikmisi
dihentikan atau dicabut hak-nya apabila mahasiswa bersangkutan
secara umum :

(1) menjalani cuti;


(2) drop out;
(3) non-aktif

Sedangkan ketentuan khusus yang membuat bidikmisi dihentikan


adalah ketika mahasiswa bersangkutan :

(1) Terbukti memberikan keterangan data diri yang tidak benar;


(2) Mengundurkan diri;
(3) Meninggal dunia, atau
(4) Lulus kurang dari masa studi yang ditetapkan.

20. Bahwa ke-40 (empatpuluh) Mahasiswa yang bidikmisinya dicabut


secara nyata dan terang tidak sama sekali memenuhi satu pun unsur

6
yang telah disebutkan pada poin 18 diatas. Bahkan mahasiswa yang
bersangkutan baru saja menempuh masa akademik bahkan belum
genap satu semester menjalaninya karena mereka merupakan
mahasiswa baru angkatan akademik 2015.
21. Bahwa mahasiswa yang dicabut bidikmisi-nya adalah mahasiswa yang
kurang mampu secara ekonomi sebagaimana sesuai dengan syarat-
syarat penerima bidikmisi yang diatur dalam Pedoman Bidikmisi 2015
BAB III tentang Persyaratan dan Kuota, yakni Pendapatan kotor
gabungan orangtua/wali (suami istri) sebesar-besarnya Rp.
3.000.000,00 per bulan, untuk pekerjaan non-formal/informal
pendapatan yang dimaksud adalah rata-rata penghasilan per-bulan
dalam satu tahun terakhir; dan atau Pendapatan kotor gabungan
orangtua/wali dibagi jumlah anggota keluarga sebesar-besarnya Rp.
750.000,00 setiap bulannya.
22. Bahwa pencabutan atau penghentian bidikmisi yang dilakukan oleh
Unsoed merupakan bentuk dari ketidakberpihakan Unsoed kepada
masyarakat yang secara ekonomi kurang mampu, padahal telah jelas
diatur dalam Pasal 6 huruf i UU Dikti bahwa “Pendidikan Tinggi
diselenggarakan dengan prinsip keberpihakan pada kelompok
Masyarakat kurang mampu secara ekonomi;”
23. Bahwa selain daripada melanggar prinsip diatas Unsoed juga telah
melanggar prinsip keadilan dalam penyelenggaraan pendidikan
sebagaimana disebutkan dalam pasal 58 ayat (2) PP Nomor 48 Tahun
2008 tentang Pendanaan Pendidikan yakni “memberikan akses
pelayanan pendidikan yang seluas-luasnya dan merata kepada peserta
didik atau calon peserta didik, tanpa membedakan latar belakang
suku, ras, agama, jenis kelamin, dan kemampuan atau status sosial-
ekonomi.”
24. Bahwa pencabutan bidikmisi bagi mahasiswa juga merupakan
pengkhianatan atas sejarah berdirinya Unsoed (mengutip website
resmi Unsoed), yakni “untuk menjalankan amanat yang tersurat dalam
Pembukaan UUD 1945 dan desakan masyarakat Banyumas akan
kebutuhan pendidikan tinggi, sehingga para pemimpin formal dan

7
informal Banyumas menggagas perlunya didirikan perguruan
tinggi/universitas di wilayah Banyumas;”
25. Bahwa pencabutan atas bidikmisi bukan hanya sekedar pelanggaran
yang kecil belaka, melainkan sebuah kebijakan yang berdampak pada
sempitnya akses masyarakat untuk mendapat pendidikan tinggi
khususnya di Unsoed dan akan mendiskriminasi hak apalagi ditambah
dengan semakin mahalnya biaya kuliah (UKT) tentu sangat membuat
sulit masyarakat untuk mengakses pendidikan tinggi.

IV. Status dan Kedudukan Mahasiswa Penerima Bidikmisi

26. Bahwa mahasiswa penerima bidikmisi tahun 2015 perlu diperjelas


status dan kedudukannya sehingga jelas pula hak-hak nya atas
bidikmisi.
27. Bahwa keterangan Unsoed lewat Kasubag Kemahasiswaan dan
Evaluasi yakni Eko Sumanto menyatakan 40 mahasiswa yang
bidikmisi-nya dicabut beserta seluruh mahasiswa 2015 yang
seharusnya adalah “penerima bidikmisi” statusnya hanya sekadar
“calon penerima” saja. Dengan alasan belum ada penetapan bagi
“penerima bidikmisi” tahun 2015.6
28. Bahwa berdasarkan pasal 5 ayat (1) Permendikbud Nomor 96 Tahun
2014 tentang Penyelenggaraan Bantuan Biaya Pendidikan Bidikmisi
yang dinyatakan sebagai “calon Penerima” bidikmisi adalah :

a. Siswa SMA/SMK/MA/MAK atau bentuk lain yang sederajat


yang akan lulus pada tahun berjalan; atau;
b. Siswa SMA/SMK/MA/MAK atau bentuk lain yang sederajat
yang lulus 1 (satu) tahun sebelumnya yang bukan penerima
Bidikmisi.

29. Bahwa syarat calon penerima menjadi penerima bidikmisi berdasarkan


pasal 5 ayat (2) Permendikbud Nomor 96 Tahun 2014 tentang

6
http://beritaunsoed.com/berita/menyoal-kuota-bidikmisi-unsoed-2015/ . akses online tanggal 21 oktober
2015.

8
Penyelenggaraan Bantuan Biaya Pendidikan Bidikmisi diantaranya
meliputi :

a. warga Negara Indonesia;


b. memiliki keterbatasan ekonomi dan mempunyai potensi akademik
baik yang didukung bukti dokumen yang sah;
c. tidak sedang menerima bantuan biaya pendidikan/beasiswa lain
yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara;
dan
d. lulus seleksi masuk perguruan tinggi yang diadakan oleh tim
seleksi nasional atau seleksi mandiri. diterima di
universitas/Perguruan Tinggi.

30. Bahwa secara nyata dan jelas 40 mahasiswa yang bidikmisinya dicabut
beserta mahasiswa 2015 lainnya yang telah memenuhi syarat
penerima bidikmisi sebagaimana point 29 diatas status dan
kedudukannya merupakan “penerima bidikmisi”.

V. Kewenangan dan Tanggung Jawab Rektor dalam Pencabutan dan


Penetapan Kuota Bidikmisi

31. Bahwa permasalahan pencabutan bidikmisi oleh Unsoed dengan


alasan kuota bidikmisi unsoed yang tidak sesuai (berlebih) dengan
yang ditetapkan oleh dirjen dikti sebagaimana telah dijabarkan pada
point-point diatas padahal kuota unsoed masih jauh dari angka
minimal menurut peraturan-perundang-undangan perlu diperjelas
pertanggung jawabannya yang berdasar pada kewenangan menurut
hukum.
32. Bahwa Unsoed merupakan Institusi Negara dan secara administratif
dipimpin oleh Rektor berserta jajarannya sehingga segala keputusan
dikeluarkan oleh Rektor sebagai pejabat publik merupakan tindakan
pejabat publik. Hal ini senada dengan yang diatur dalam Pasal 4
Permendikbud Nomor 21 tahun 2014 tentang organisasi dan tata kerja
Unsoed bahwa Rektor mempunyai tugas memimpin penyelenggaraan
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat serta
membina pendidik, tenaga kependidikan, mahasiswa, dan
hubungannya dengan lingkungan.

9
33. Bahwa berdasar pada pedoman bidikmisi 2015 khususnya dalam BAB
IV tentang Pendanaan dalam huruf C disebutkan Pimpinan PT (rektor)
mempunyai kewenangan melakukan Pengalihan atau penggantian
mahasiswa penerima Bidikmisi yang ditetapkan melalui SK dan
dilaporkan ke Ditjen Belmawa, artinya yang bertanggungjawab dalam
hal pencabutan/penghentian bidikmisi bagi 40 mahasiswa Unsoed
adalah Rektor Unsoed.
34. Bahwa selain permasalahan pencabutan seperti point 33 diatas
terdapat permasalahan kuota unsoed yang tidak memenuhi angka
minimal sebagaimana diatur dalam pasal 74 UU Dikti sebanyak 20 %
dari seluruh jumlah mahasiswa baru yang diterima di Unsoed.
35. Bahwa rektor mempunyai kewenangan untuk menetapkan kuota
bidikmisi sebagaimana diatur dalam pedoman bidikmisi khususnya
pada BAB II tentang Organisasi Pelaksana yang menempatkan
Pimpinan Perguruan Tinggi (rektor) sebagai Tim Pengelola Pusat
dan tugas serta tanggung jawabnya diatur dalam angka 4 huruf e
salahsatunya yakni; Menetapkan kuota mahasiswa baru Bidikmisi;
36. Bahwa selain sebagai tim pengelola pusat rektor juga ditempatkan
pada Tim pengelola perguruan tinggi yang bertanggung jawab
Menetapkan calon penerima Bidikmisi melalui sistem Bidikmisi dengan
surat keputusan pimpinan perguruan tinggi;
37. Bahwa berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab yang ada pada
rektor sebagai pimpinan perguruan tinggi (Unsoed) maka segala
permasalahan terkait bidikmisi ini harus dipertanggung
jawabankan oleh rektor unsoed.

10
TUNTUTAN

Bahwa berdasarkan pada uraian atas problematika bidikmisi unsoed 2015


diatas, maka kami Mahasiswa Unsoed serta seluruh elemen yang
mendukung, mengajukan beberapa tuntutan kepada Rektor Unsoed agar
tercapainya Unsoed sebagai Kampus Rakyat yang demokratis. Adapun
tuntutan kami adalah sebagai berikut:

1. Menuntut Rektor untuk tidak mencabut atau menghentikan bidikmisi


bagi 40 mahasiswa Unsoed angkatan 2015.
2. Menuntut Rektor untuk memenuhi kuota minimal bidikmisi 2015
sebanyak 918 Mahasiswa atau 20% (dua puluh persen) dari seluruh
Mahasiswa baru yang diterima dan tersebar pada semua Program Studi
di Unsoed.
3. Menuntut Rektor agar secepatnya memberikan seluruh hak-hak bagi
Mahasiswa Bidikmisi secara umum, dan lebih khusus memberikan
hak atas dana bantuan bidikmisi tahun 2015.

Purwokerto, November 2015

11

Anda mungkin juga menyukai