Makalah Trisila

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PANCASILA

TRISILA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pancasila
Dosen Pengampu: Dr. Dra. Lusila Andriani Purwastuti M.Hum

Disusun Oleh Kelompok 2


1. Adillah Nurul Hasanah 23010130004
2. Latifah Hikmawati 23010130021
3. M. Na’imul Huda 23010130026
4. Hidayati Nurlailiyah Agustin 23010130086

MANAJEMEN PENDIDIKAN S1
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2024
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2
BAB I ......................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 3
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 3
C. Tujuan.......................................................................................................................... 3
BAB II........................................................................................................................................ 4
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 4
A. Sejarah Trisila ............................................................................................................. 4
B. Trisila .......................................................................................................................... 4
C. Implementasi Trisila .................................................................................................... 5
D. Kelebihan dan Kekurangan Trisila .............................................................................. 8
BAB III ...................................................................................................................................... 9
PENUTUP.................................................................................................................................. 9
A. Kesimpulan.................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Trisila merupakan sebuah konsep ideologi negara yang menjadi cikal bakal bagi
lahirnya Pancasila. Trisila pertama kali diperkenalkan oleh Ir. Soekarno pada tanggal 1
Juni 1945 dalam diskusi dengan Badan Penyidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI). Konsep Trisila ini muncul sebagai alternatif opsional selain
Pancasila, dengan tujuan memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai nilai-
nilai yang terkandung dalam ideologi negara Indonesia.
Dalam pidatonya, Ir. Soekarno menjelaskan bahwa Trisila terdiri dari tiga sila utama,
yaitu sosio-nasionalisme, sosio-demokrasi, dan ketuhanan. Setiap sila ini mencerminkan
nilai-nilai persatuan bangsa, hak asasi manusia, dan keberagamaan. Meskipun Trisila
awalnya dianggap memiliki kelebihan karena kesederhanaannya dan fleksibilitasnya,
namun konsep ini juga menuai kontroversi dan kritik karena dianggap kurang mewakili
keragaman agama dan budaya Indonesia.
Dengan demikian, makalah ini akan mengulas secara mendalam tentang sejarah,
konsep, implementasi, kelebihan, dan kekurangan Trisila sebagai fondasi awal
terbentuknya Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia yang komprehensif.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah Trisila terbentuk?
2. Bagaimana pengertian Trisila?
3. Bagaimana implementasi dari Trisila?
4. Bagaimana kelebihan dan kekurangan Trisila?
C. Tujuan
1. Mengetahui sejarah terbentuknya Trisila
2. Mengetahui pengertian Trisila
3. Mengetahui Implementasi dari Trisila
4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan Trisila
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Trisila
Trisila berawal dari pidato Ir. Soekarno pada saat berlangsungnya diskusi dengan
Badan Penyidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada tanggal
1 Juni 1945. Pada pidato itu Ir. Soekarno menjelaskan Pancasila sebagai prinsip bernegara
dan Trisila sebagai opsional lain bersamaan dengan Ekasila. Dalam pidato itu Ir.
Soekarno berkata kepada hadirin yang hadir bahwa jika saudara-saudara ada yang tidak
suka akan bilangan lima itu? Saya boleh peras sehingga menjadi tiga saja yaitu, sosio-
nasionalisme, sosio-demokrasi, dan ketuhanan.

Selain dari Trisila tersebut Ir. Soekarno juga menawarkan Ekasila yang merupakan
inti dan pijakan setiap kelompok dalam menegakkan Indonesia Merdeka yaitu adalah
Gotong Royong. Namun, Trisila dan Ekasila tersebut merupakan dasar negara Indonesia
yang bersifat opsional atau sebagai alternatif lain apabila para hadirin tidak setuju dengan
Pancasila. Hal ini dikarenakan Ir. Soekarno sendiri mengatakan bahwa perasaan Pancasila
menjadi Trisila, yang kemudian diperas lagi menjadi Ekasila yang hanya bersifat opsional
belaka.

B. Trisila
Pilar ideologis dari kelima sila Pancasila utamanya ditopang oleh "trilogi
ideologi", yaitu ideologi-ideologi berhaluan keagamaan; ideologi-ideologi berhaluan
kebangsaan (nasionalisme); dan ideologi-ideologi berhaluan sosialisme. Ketiga haluan
ideologis tersebut meski memiliki titik perbedaan, tetapi juga menemukan titik temu
dalam tiga prinsip dasar, yaitu sosio-religius, sosio-nasionalisme, dan sosio-demokrasi.

Sosio-religius atau Ketuhanan adalah prinsip religiusitas yang bermurah hati


(sosius); yang penuh welas asih dan lapang. Prinsip ini mengandung semangat ke-
Tuhanan yang berkebudayaan, ke-Tuhanan yang berbudi pekerti yang luhur, ke-Tuhanan
yang hormat-menghormati satu sama lain. Sosio-religius menegaskan bahwa tidak boleh
ada diskriminasi antar umat beragama, baik yang diakui UUD 1945, maupun yang tidak
diakui karena sebagai makhluk ciptaan Tuhan dan mengakui adanya Tuhan, seharusnya
memiliki sifat saling menghormati dan menghargai perbedaan agama satu dengan yang
lain. Prinsip ini terkandung pada sila pertama.
Sosio-nasionalisme adalah prinsip kebangsaan yang bermurah hati (sosius); penuh
welas asih dan lapang; semangat kebangsaan yang menjunjung tinggi perikemanusiaan ke
dalam dan keluar. Sosio-nasionalisme mengandung nasionalisme dan internasionalisme.
Soekarno dalam pidatonya menyebutkan bahwa "Kebangsaan yang kita anjurkan bukan
kebangsaan yang menyendiri, bukan chauvinisme.... Kita harus menuju persatuan dunia,
persaudaraan dunia.” Dalam hal ini, sosio nasionalisme mengandung prinsip kebangsaan
dan perikemanusiaan yang menegaskan pentingnya hubungan antarbangsa atau atas dasar
keadilan yang sesungguhnya. Prinsip ini merupakan perpaduan dari sila kedua dan ketiga.

Sosio-demokrasi adalah demokrasi yang bermurah hati (sosius); penuh welas asih
dan lapang; demokrasi yang berorientasi keadilan sosial, yang tidak hanya menghendaki
partisipasi dan emansipasi di bidang politik, tetapi juga partisipasi dan emansipasi di
bidang ekonomi. Soekarno dalam pidatonya mengatakan bahwa "Demokrasi sejati jang
mencari keberesan politik dan ekonomi, keberesan negeri dan keberesan rezeki. Sosio-
demokrasi adalah demokrasi-politik dan demokrasi-ekonomi." Prinsip ini merupakan
perpaduan dari sila keempat dan kelima.

C. Implementasi Trisila
- Sosio Nasionalisme

Implementasi Trisila dalam konteks sosio-nasionalisme mencerminkan


komitmen untuk membangun persatuan, kebangsaan, dan kebinekaan di tengah
masyarakat Indonesia. Pendidikan menjadi salah satu aspek utama dalam memperkuat
identitas nasional. Kurikulum sekolah yang mengintegritaskan mata pelajaran seperti
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan serta Bahasa Indonesia membantu
membentuk kesadaran akan nilai-nilai kebangsaan dan persatuan di antara generasi
muda.

Selain itu peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia menjadi momentum


penting untuk membangkitkan semangat patriotisme dan rasa cinta tanah ai. Acara
perayaan yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat membantu memupuk rasa
kebangsaan yang kuat dan mengingatkan akan pentingnya merawat kemerdekaan.
Gotong royong dan solidaritas sosial juga menjadi bagian integral dari implementasi
sosio-nasionalisme.

Masyarakat secara bersama-sama membantu sesama dalam mengatasi


berbagai masalah tanpa memandang perbedaan sosial, ekonomi, atau agama. Konsep
Bhineka Tunggal Ika menjadi landasan sosio-nasionalisme di Indonesia, dimana
masyarakat memelihara dan menghargai keberagaman sebagai sumber kekuatan dan
kekayaan bangsa.

Proses pemilihan umum juga menjadi wujud nyata partisipasi masyarakat


dalam membangun negara demokratis. Masyarakat dengan beragam latar belakang
turut berperan dalam menentukan masa depan negara dengan memberikan suara
secara bebas dan dil, tanpa memandang perbedaan latar belakang sosial atau agama.
Demikianlah implementasi sosio-nasionalisme di Indonesia menciptakan fondasi yang
kuat bagi persatuan kebangsaan, dan keberagaman dalam bingkai Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

- Sosio-Demokrasi

Implementasi Trisila dalam konteks sosio-demokrasi di Indonesia mencakup


berbagai aspek yang mendukung praktik-praktik demokratis dalam kehidupan sehari-
hari. Salah satu contohnya adalah proses pemilihan umum yang diatur secara
demokratis dan melibatkan partisipasi aktif dri seluruh warga negara. Dalam
pemilihan umum, setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk memberikan
suara secara bebas dan rahasia tanpa tekanan dari pihak manapun.

Selain itu, implementasi sosio-demokrasi juga terlihat dalam praktik


partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan masalah-
masalah publik. Misalnya melalui forum-forum diskusi, konsultasi publik, atau
mekanisme partisipasi lainnya, masyarakat memiliki kesempatan untuk menyuarakan
pendapat menyampaikan aspirasi dan turut serta dalam proses pembuatan kebijakan
yang memengaruhi kehidupan mereka.

Selain itu, perlindungan terhadap hak asasi manusia dan kebebasan sipil
merupakan aspek penting dari implementasi sosio-demokrasi. Negara dan masyarakat
secara aktif memastikan bahwa setiap individu memiliki hak yang dijamin oleh
konstitusi dan hukum termasuk hak untuk berekspresi, berkumpul, berorganisasi, dan
memperoleh informasi. Upaya-upaya untuk mencegah dan menindak pelanggaran hak
asasi manusia juga menjadi bagian dari komitmen sosio-demokrasi di Indonesia.

Selain itu, implementasi sosio-demokrasi juga tercermin dalam keterbukaan


dan akuntabilitas pemerintah. Pemerintah diharapkan untuk bertanggung jawab
kepada rakyatnya dalam menjalankan tugas dan kewenangannya, serta terbuka
terhadap kritik, saran, dan pertanyaan dari masyarakat. Transparansi dalam proses
pengambilan keputusan, pengelolaan keuangan negara, dan pelaksaan program-
program publik menjadi kunci dalam memastikan terciptanya tata kelola
pemerintahan yang baik dan demokratis.

Terakhir, implementasi sosio-demokrasi juga mengacu pada pembangunan


masyarakat yang inklusif dan berkeadilan. Ini mencakup upaya untuk mengurangi
kesenjangan sosial, ekonomi, dan politik antara berbagai kelompok masyarakat, serta
memberikan perlindungan dan dukungan kepada mereka yang rentan dan
terpinggirkan. Dengan demikian, implementasi sosio-demokrasi di Indonesia menjadi
landasan bagi terwujudnya masyarakat yang demokratis, inklusif, dan berkeadilan
bagi semua warganya.

- Ketuhanan

Implementasi Trisila dalam konteks ketuhanan di Indonesia tercermin dalam


berbagai aspek kehidupan masyarakat yang mengakui dan menghormati keberagaman
agama serta menjaga keseimbangan antara kepentingan keagamaan dengan
kepentingan sosial dan politik. Salah satu contohnya adalah pengakuan dan
penghormatan terhadap berbagai agama dan kepercayaan sebagai bagian integral dari
identitas dan kehidupan berbangsa dan bernegara. Negara menjamin kebebasan
beragama dan berkeyakinan bagi seluruh warga negaranya, serta melindungi tempat
ibadah dan pelaksanaan ibadah sesuai dengan ajaran agama masing-masing.

Implementasi Trisila dalam konteks ketuhanan juga tercermin dalam


peringatan hari raya keagamaan yang diakui secara resmi. Pemerintah dan masyarakat
secara bersama-sama merayakan hari raya keagamaan dengan penuh kegembiraan dan
kebersamaan tanpa memandang perbedaan agama atau kepercayaan. Hal ini
mencerminkan sikap saling menghormati dan toleransi antar umat agama yang
menjadi salah satu nilai dasar dalam Trisila.

Pembangunan tempat ibadah yang representatif dan memadai juga merupakan


bagian dari implementasi Trisila dalam konteks ketuhanan. Negara memastikan
adanya fasilitas ibadah yang cukup dan layak bagi berbagai agama dan kepercayaan di
berbagai daerah sehingga setiap warga negara dapat menjalankan ibadahnya dengan
tenang dan khusyuk tanpa hambatan.
Dalam konteks pendidikan implementasi Trisila dalam aspek ketuhanan
tercermin dalam pemberian pendidikan agama dan moral kepada seluruh warga
negara. Mata pelajaran agama diajarkan secara inklusif dan menghormati
keberagaman agama serta mengajarkan nilai-nilai moral dan etika yang universal
yang sesuai dengan ajaran agama masing-masing.

Implementasi Trisila dalam konteks ketuhanan juga tercermin dalam adanya


kerja sama antara pemerintah, agama-agama, dan masyarakat dalam mempromosikan
perdamaian toleransi dan kerukunan antar umat. Melalui dialog antar agama, kegiatan
sosial bersama, dan program-program keagamaan yang inklusif, masyarakat Indonesia
memperkuat fondasi persatuan dan kesatuan berdasarkan rasa saling menghormati dan
toleransi antar umat beragama.

D. Kelebihan dan Kekurangan Trisila


Trisila merupakan konsep awal yang dirancang oleh Soekarno untuk menjelaskan
tafsir lebih lanjut mengenai ide-ide yang terkandung dalam Pancasila. Gagasan ini
memiliki kelebihan karena dianggap mampu mempermudah pemahaman masyarakat
terhadap Pancasila dengan membaginya menjadi tiga bagian sila. Jumlah sila yang lebih
sedikit ini diyakini membuat Trisila tidak hanya lebih sederhana dan praktis
diimplementasikan, tetapi juga lebih fleksibel untuk mengakomodasi berbagai
perkembangan pemikiran.

Namun demikian, Trisila juga memiliki beberapa kekurangan. Pertama, konsep ini
hanya merujuk pada gagasan pribadi Soekarno sehingga belum tentu mendapat dukungan
seluruh pendiri bangsa. Kedua, Trisila menuai kontroversi karena dianggap kurang
mewakili keragaman agama dan budaya Indonesia lantaran hanya mengakomodasi agama
Islam. Ketiga, Trisila dikritik kurang mampu merepresentasikan semangat persatuan dan
kesatuan bangsa karena hanya mengandung nilai nasionalisme. Terakhir, jumlah sila
Trisila yang terbatas pada tiga dianggap belum cukup komprehensif untuk menjadi
ideologi negara yang menyatukan seluruh elemen bangsa.

Karena kekurangan tersebut, akhirnya Trisila disempurnakan menjadi Pancasila


dengan lima sila agar mampu menjadi ideologi negara yang lebih inklusif dan
merepresentasikan berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Trisila merupakan konsep ideologi negara awal yang dirancang oleh Bung Karno
sebagai pendahulu Pancasila. Trisila pertama kali digagas melalui pidato Bung Karno
pada tanggal 1 Juni 1945 dalam rapat BPUPKI sebagai alternatif opsional selain Pancasila
atau Ekasila yang hanya terdiri dari satu sila yakni gotong royong. Dalam pidatonya,
Bung Karno menjelaskan bahwa apabila para hadirin tidak suka dengan Pancasila yang
terdiri dari lima sila, maka Trisila dapat menjadi alternatifnya yang terdiri dari tiga sila
saja yakni sosio-nasionalisme, sosio-demokrasi, dan ketuhanan.
Secara garis besar, ketiga sila utama Trisila menggambarkan nilai-nilai persatuan
bangsa, hak asasi manusia, dan keberagamaan. Trisila pada awalnya dianggap memiliki
kelebihan karena konsepnya lebih sederhana dan fleksibel dibandingkan Pancasila.
Namun demikian, Trisila juga dianggap memiliki kekurangan karena hanya terfokus pada
gagasan Bung Karno saja dan belum sepenuhnya merepresentasikan keragaman
Indonesia. Karena itu, akhirnya Trisila disempurnakan menjadi Pancasila dengan
penambahan dua sila baru yaitu sila keempat tentang musyawarah/permusyakaratan dan
sila lima tentang keadilan sosial.
Implementasi dari nilai-nilai Trisila tercermin dalam berbagai aspek kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia. Dalam konteks sosio-
nasionalisme, implementasinya terlihat dalam upaya pendidikan untuk membentuk
kesadaran nasional, perayaan hari kemerdekaan, gotong royong masyarakat, dan
pemilihan umum bebas. Sedangkan dalam konteks sosio-demokrasi, implementasinya
terwujud dalam mekanisme pemilu bebas dan rahasia, partisipasi masyarakat, hak asasi
manusia, akuntabilitas pemerintah, serta pembangunan masyarakat berkeadilan.
Implementasi Trisila dalam konteks ketuhanan terlihat dalam pengakuan dan
penghormatan terhadap berbagai agama, perayaan hari raya agama, pendidikan agama
inklusif, Dialog antar umat beragama, serta kerja sama antara pemerintah, masyarakat,
dan berbagai agama.
Meski demikian, Trisila memiliki kekurangan akademis dan kontroversi sehingga
akhirnya disempurnakan menjadi Pancasila. Secara keseluruhan, Trisila dapat dikatakan
sebagai fondasi awal terbentuknya Pancasila sebagai ideologi negara yang lebih
komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Pertahanan. (2019). Sinergitas Aktualisasi Bela Negara Dan Kearifan Lokal
Dalam Membangun Indonesia Unggul. Wira, 2(April 2019), 14.
https://www.kemhan.go.id/wp-content/uploads/2019/05/wiraMA2019.pdf

Wedakarna, S. I. G. N. A., & Suyasa, M. W. (2022). Perdebatan Hari Lahir Pancasila, Trisila,
Dan Ekasila Berdasarkan Pemikiran Sukarno Dalam Perumusan Pancasila. Jurnal
Pembumian Pancasila, 2(1), 22-35.

Burlian, P. (2020). Pemikiran Soekarno Dalam Perumusan Pancasila. Doctrinal, 5(2), 143-
169.

Zai, R., Nurlatifa, N., Samsuri, S., & Suyato, S. (2024). Urgensi Filosofi Dasar-dasar
Indonesia Merdeka dalam Pendidikan Kewarganegaraan. JIIP-Jurnal Ilmiah Ilmu
Pendidikan, 7(3), 3403-3408.

David Maharya Ardyantara, S. D. (2022). Perspektif Pancasila konsep, strategi,


implementasi.
Kurniawan, A. (2020, Juli 14). Pancasila, Trisila, Ekasila dalam Pandangan Sukarno dan
KH Achmad Siddiq (Bagian 1). Diambil kembali dari NU Online:
https://nu.or.id/fragmen/pancasila-trisila-ekasila-dalam-pandangan-sukarno-dan-kh-
achmad-siddiq-bagian-1-QAKyI
Stiawn, A. (2021). PEMBERDAYAAN INKLUSIF DESA WONOCOYO KABUPATEN
TRENGGALEK SEBAGAI DESA WISATA RINTISAN PANCASILA
SEMANGAT SPIRIT OF DEVELOPMENT. jurnal pelatihan, pengembangan,
pengabdian masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai