Anda di halaman 1dari 2

Puasa Melatih Kontrol Keinginan

Allah swt berfirman dalam surat asy-Syams 1-10:

)5( ‫) َو الَّس َم اِء َو َم ا َبَناَه ا‬4( ‫) َو الَّلْي ِل َذ ا َيْغَش اَها‬3( ‫) َو الَهَّناِر َذ ا َج اَّل َه ا‬2( ‫) َو اْلَقَم ِر َذ ا َتاَل َه ا‬1( ‫َو الَّش ْم ِس َو َحُضاَها‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ‬
‫) َو َقْد َخاَب َمْن َد َّس اَها‬9( ‫) َقْد َأْفَلَح َمْن َز اَّك َها‬8( ‫) َفَأْلَهَم َها ُفُج وَر َها َو َتْقَو اَها‬7( ‫) َو َنْفٍس َو َم ا َس َّو اَها‬6( ‫َو اَأْلْر ِض َو َم ا َط َح اَها‬
)10(
Setiap manusia diberikan potensi untuk melakukan kebaikan dan potensi untuk melakukan keburukan. Tidak ada
manusia yang selalu saja melakukan keburukan tanpa ada kebaikan sedikitpun. Demikian juga tidak ada yang selalu
saja baik tanpa pernah tergelincir melakukan keburukan. Kita sering mendengar dan membaca ada orang yang
setelah bergelimang dalam lumpur dosa dan kejahatan, tiba-tiba menjadi orang baik dan dekat dengan agama. Begitu
pula sebaliknya ada orang yang dari kecil dikenal sebagai orang shaleh, tiba-tiba saja ia berubah menjadi orang yang
sangat jauh dari agama dan dari kebaikan. Ada orang yang dikenal sebagai orang yang suka berbuat jahat dan
mengganggu orang lain, tapi satu waktu ia pun pernah berbuat baik. Ada juga orang yang dikenal sebagai orang baik-
baik tapi satu kesempatan ia melakukan kesalahan yang kadang-kadang sangat fatal. Semua ini karena setiap manusia
punya dua potensi itu; kebaikan dan keburukan. Berbeda dengan malaikat dan iblis yang potensinya hanya satu.

Kalau kita ditanya apa tandanya seorang manusia yang bermutu dan berkualitas? Banyak jawaban yang bisa kita
berikan. Ada mungkin yang mengatakan, lihat dulu apa isi kepalanya. Kalau isi kepalanya yang baik-baik saja berarti
ia orang yang bermutu. Apalagi kalau isi kepalanya adalah ilmu pengetahuan dan pengalaman. Ada juga yang
mungkin mengatakan, lihat perbuatannya sehari-hari. Kalau sehari-hari ia banyak berbuat baik dan membantu orang
lain berarti ia orang yang bermutu dan berkualitas. Ada juga yang menjawab dengan ukuran-ukuran duniawi.
Baginya orang yang bermutu adalah yang punya harta banyak, pengusaha sukses, ilmuwan hebat, pejabat tinggi,
politikus ulung dan sebagainya.

Tapi semua jawaban itu ada kelemahannya. Kalau dikatakan orang yang hebat itu adalah yang isi kepalanya ilmu,
kita banyak melihat orang yang berilmu tapi perangainya tak seperti orang berilmu… dan seterusnya. Maka kita perlu
menemukan standar lain untuk mengatakan seseorang hebat atau berkualitas. Berdasarkan ayat-ayat yang kita kaji
dalam al Quran, sebenarnya orang hebat itu adalah orang yang bisa mengendalikan diri dan keinginannya.

Apa beda antara kita dengan binatang. Tentu banyak. Tapi yang paling menarik, beda antara kita dengan hewan
terletak pada pilihan. Seandainya seekor binatang buas seperti harimau bertemu seorang manusia yang tersesat di
dalam hutan, apa yang akan dilakukan harimau tadi? Pilihannya hanya ada dua; kalau ia lapar maka ia akan
memangsa manusia tadi. Tapi jika ia sedang tidak lapar ia akan biarkan orang itu pergi berlalu dan ia akan selamat.
Sekarang lihat pada manusia. Andaikan seorang manusia melihat seekor burung terjebak di dalam rumahnya. Apa
saja pilihan yang terbentang dihadapannya terhadap burung tadi? Ada banyak. Jika ia mau ia bisa memakan burung
itu, atau ia bisa menjualnya, atau dijadikannya sebagai piaraan, atau bisa untuk permainan anaknya, atau bisa
dikembang biakkan, atau ia berikan pada orang lain yang suka burung, atau ia lepaskan.

Pilihan-pilihan itulah yang menentukan kualitas dan hebatnya seorang manusia. Apa yang ia pilih menunjukkan
bagaimana pribadi dan karakternya. Ia punya uang. Apa pilihan yang bisa ia ambil untuk menggunakan uang tadi?
Sangat banyak. Ia bisa …

Pilihan-pilihan itulah yang menunjukkan kualitas seorang manusia. Ada pilihan-pilihan yang mungkin tidak salah
tapi ia tidak pilihan terbaik. Seseorang yang letih pulang bekerja –kantor atau sawah- ia ingin untuk bersantai.
Banyak pilihan yang terbuka di depannya. Kalau ia bersantai dan melepas lelah dengan menonton tv, apakah salah?
Tidak. Tapi mana yang lebih baik ia melepas lelah dengan menonton tv atau ia membaca sebuah buku ringan yang
tidak perlu terlalu serius tapi punya banyak pelajaran.

Bagaimana cara kita mengasah kemampuan untuk mengendalikan diri dalam memilih segala sesuatu yang terbentang
dalam hidup sehari-hari kita? itulah puasa.

Anda mungkin juga menyukai