Anda di halaman 1dari 9

1.

Kandungan QS Al Luqman 13-14

Ayat 13 surat ini berisi peringatan Luqman kepada anaknya agar tidak mempersekutukan Allah
SWT. Sementara untuk surat Luqman ayat 14 berisi perintah Allah kepada manusia agar berbakti
kepada kedua orang tua mereka dengan berusaha melaksanakan perintah-perintahnya dan
mewujudkan keinginannya.
2. Hukum Bacaan QS Al Luqman 13-14
3. Terjemahan QS Al Baqarah 83

4. Hadits Tentang Ihsan


َ ‫َو َل َّما َب َل َغ َأ ُش َّد ُه َآت ْي َن ُاه ُح ْك ًما َوع ْل ًما ۚ َو َك َ َٰذ ل َك َن ْجزي ْال ُم ْحسن‬
‫ي‬ ِ ِ ِ ِ ِ

Artinya: "Dan ketika dia telah cukup dewasa Kami berikan kepadanya kekuasaan dan ilmu.
Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik (muhsin)." (QS.
Yusuf ayat 22)

َ ‫اّلل ُيحب ْال ُم ْحسن‬ َّ َ ْ ُ ْ َ ُ ْ ُ َ َ َ


َ َ ‫الت ْه ُل َكة َو َأ ْحس ُنوا إ َّن‬ َ ‫َو َأ ْنف ُقوا ف‬
‫ي‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫ل‬ ‫إ‬ِ ‫م‬ ‫يك‬ ‫د‬
ِ ‫ي‬‫أ‬‫ب‬ِ ‫وا‬‫ق‬‫ل‬ ‫ت‬ ‫ل‬‫و‬ ‫اّلل‬
ِ ‫يل‬‫ب‬ ‫س‬
ِ ِ ِِ ِ

Artinya: "Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri) ke
dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan berbuatbaiklah. Sungguh, Allah menyukai orang-
orang yang berbuat baik (muhsin)." (QS. Al Baqarah ayat 195)
ًُ ُ ُ َ ً َ َ ْ ُ ُ ََْ
‫يمانا أ ْح َسن ُه ْم خلقا‬‫أ كمل المؤ ِم ِني ِإ‬

Artinya: "Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling bagus akhlaknya." (HR
Tirmidzi, Riyadlu Al-Shalihin: 278).
Dari Sahabat Abu Ya'la Syaddad bin Aus, dari Rasullah Saw. Beliau bersabda:

َ َ ْ ْ َ َ َ َ َّ : َ َ َ َ َ َ ْ َ َ ُ
ْ َ ‫ان َع َل ُكل‬ َ ُ ْ ُ َ َ ْ َ ْ َّ َ َ ْ َ َ ْ َ
‫شء‬ ‫للا َصل للا علي ِه وسلم قال ِإن للا كتب ا ِإلحس‬ ِ ‫للا َعنه َع ْن َر ُس ْو ِل‬ ‫عن أ ِ ِب يعل شداد ابن أوس رض‬،
ِ ُ َ َ ْ َ ْ ُ ْ َ ُ َ َ ْ َ ْ ُ ُ َ َ َّ ُ ْ َ َ َ ْ ُ ْ َ َ ْ ُ ْ َ َ َ َ َ َ ْ ْ ِ ُ ِ ْ َ َ ْ ُ ِْ َ َ َ َ
]‫ [رواه مسلم‬. ‫ف ِإذا قتلتم فأح ِسنوا ال ِقتلة و ِإذا ذبحتم فأح ِسنوا الذبحة ولي ِحد أحدكم شفرته ول ِيح ذ ِبيحته‬

Dari Abu Ya'la Syaddad bin Aus radhiallahuanhu dari Rasulullah shollallohu 'alaihi wa sallam
bersabda: Sesungguhnya Allah telah menetapkan perbuatan baik (ihsan) atas segala sesuatu .
Jika kalian membunuh maka berlakulah baik dalam hal tersebut. Jika kalian menyembelih
berlakulah baik dalam hal itu, hendaklah kalian mengasah pisaunya dan menyenangkan hewan
sembelihannya. (HR. Riwayat Muslim)

Ihsan adalah perbuatan yang mencakup segala kebaikan yang berkaitan dengan akidah, ibadah,
atau lainnya. Selain ihsan terhadap Allah Swt, muhsin juga akan melakukan kebaikan yang sama
kepada sesama Muslim atau makhluk hidup lain ciptaan Allah Swt.

5. Jenis Ihsan
1. Ihsan kepada Allah SWT:
• Menjalankan ibadah dengan penuh keikhlasan dan kesempurnaan.
• Menjauhi segala bentuk kemusyrikan dan maksiat.
• Selalu bersyukur atas nikmat yang Allah berikan.
• Bersabar dalam menghadapi cobaan dan ujian.
• Menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT.
2. Ihsan kepada sesama manusia:
• Bersikap adil dan bijaksana dalam setiap tindakan.
• Menolong orang lain yang membutuhkan.
• Memaafkan kesalahan orang lain.
• Menebar kasih sayang dan kedamaian.
• Mencegah kemungkaran dan amar ma'ruf nahi munkar.
3. Ihsan kepada makhluk hidup lainnya:
• Menyayangi dan memelihara hewan.
• Menjaga kelestarian alam.
• Tidak menyakiti makhluk hidup lainnya.
• Memanfaatkan sumber daya alam dengan bijak.
• Menjaga keseimbangan ekosistem.

6. Pengertian Qada dan Qadar


Qada secara bahasa memiliki arti keputusan atau ketetapan. Secara konsep, Qada memiliki
makna suatu ketetapan atau keputusan Allah SWT yang sudah ditetapkan sejak zaman azali,
yaitu zaman ketika segala sesuatu belum tercipta. Manusia sejak zaman azali sudah ditentukan
jenis kelamin, kebahagiaan, rezeki serta ajal.

Sedangkan qadar dalam arti bahasa memiliki arti sebagai ukuran atau pertimbangan. Secara
konsep, qadar berarti suatu ketetapan Allah berdasarkan ukuran pada setiap diri umat manusia
sesuai kehendak-Nya pada zaman azali.

Perbedaan dari kedua konsep di atas adalah qada berperan sebagai ketetapan pada seorang
manusia untuk menjadi apa seseorang itu kelak. Sedangkan qadar merupakan perwujudan
realisasi Allah atas qada seorang manusia sesuai dengan kehendak-Nya.

7. Jenis Takdir
Tetap (mubram, hatami, musayyar) dan berubah (ghairu mubram atau mu’allaq, ghairu hatami,
dan mukhayyar).
Takdir mubram yaitu takdir yang terjadi pada diri manusia dan tidak dapat diusahakan. Contoh:
Jenis kelamin, Ciri-ciri fisik, dll.
Sedangkan takdir mu’allaq yaitu takdir yang erat kaitannya dengan ikhtiar manusia. Disebut juga
dengan takdir yang tertulis di Lauh Mahfudh yang masih mungkin berubah jika Allah
menghendaki. Contoh: seorang siswa MI bercita-cita ingin menjadi Pilot, maka untuk mencapai
cita-citanya tersebut ia belajar dan berdo’a dengan tekun. Sehingga apa yang ia cita-cita akan
menjadi kenyataan.
8. Hitung Bagian Ahli Waris
1. Hitung Total Harta Waris yang Ditinggalkan
Rumus perhitungan total harta waris adalah sebagai berikut:

2. Hitung Bagian Harta Waris yang Diperoleh Setiap Ahli Waris


Setelah itu, hitung bagian waris yang diperoleh masing-masing ahli waris, dengan rumus
berikut:
a. Bagian Ayah (Kakek Anda)
Sebagaimana yang telah kami jelaskan sebelumnya, bagian ayah sudah ditentukan, yaitu berhak
atas 1/6 bagian dari harta waris.
b. Bagian Anak
Dikarenakan Anda selaku anak merupakan ahli waris asabah, maka perlu dihitung terlebih
dahulu besaran harta waris yang tersisa setelah dikurangi dengan bagian ahli waris dzul
faraid, dengan rumus berikut:

Dalam kasus Anda, perhitungannya adalah sebagai berikut:

Sehingga, sisa harta waris yang berhak dibagi kepada ketiga anak pewaris ialah 5/6 bagian dari
harta waris.

Selanjutnya, hitung bagian masing-masing anak.


Diketahui bahwa:
A = Anak perempuan
B = Anak laki-laki (1)
C = Anak laki-laki (2)

Sehingga bagian masing-masing, sebagaimana yang kami jelaskan sebelumnya, yaitu: A = 1, B =


2, dan C = 2.
Kemudian, besaran bagian tersebut dijumlahkan sebagai penyebut, sehingga masing-masing
anak mendapat bagian sebagai berikut:

Setelah itu, kalikan bagian masing-masing dengan sisa harta waris tadi, sehingga hasilnya
sebagai berikut:

Dengan demikian, bagian masing-masing ahli waris dalam kasus Anda adalah sebagai berikut:
Ayah (kakek Anda) : 1/6 bagian;
Anak perempuan : 1/6 bagian;
Anak laki-laki (1) : 2/6 bagian;
Anak laki-laki (2) : 2/6 bagian.
9. Sebab – Sebab Memperoleh Harta Waris
1. Nasab (Hubungan Kekerabatan)
Hubungan darah merupakan sebab utama yang menjadikan seseorang berhak atas harta waris.
Pewaris dan ahli waris harus memiliki hubungan darah, seperti anak, orang tua, saudara
kandung, kakek, nenek, dan seterusnya.
2. Perkawinan (Hubungan Semenda)
Suami atau istri berhak atas harta waris pasangannya. Hal ini juga berlaku bagi menantu dan
mertua.
3. Wala' (Memerdekakan Budak)
Budak yang dimerdekakan oleh tuannya berhak atas harta waris tuannya.
4. Mewariskan Harta kepada Ahli Waris Non-Muslim
Ahli waris non-Muslim dapat menerima harta warisan dari pewaris Muslim, namun dengan
beberapa ketentuan.
5. Wasiat
Pewaris dapat memberikan sebagian hartanya kepada orang lain yang bukan ahli waris melalui
wasiat.
Syarat-Syarat Menjadi Ahli Waris:
• Beragama Islam.
• Merdeka.
• Masih hidup saat pewaris meninggal dunia.
• Tidak terhalang oleh sebab-sebab tertentu, seperti membunuh pewaris atau murtad.

10. Sebab – Sebab Tidak Mendapatkan Harta Waris


1. Perbedaan Agama:
Ahli waris non-Muslim tidak berhak menerima harta warisan dari pewaris Muslim. Hal ini
dikarenakan adanya perbedaan prinsip dan hukum waris dalam agama.
2. Membunuh Pewaris:
Seseorang yang terbukti membunuh pewaris, baik sengaja maupun tidak sengaja, tidak berhak
menerima harta warisan dari pewaris tersebut.
3. Memfitnah Pewaris:
Seseorang yang terbukti memfitnah pewaris dengan tuduhan zina atau kebohongan besar, tidak
berhak menerima harta warisan dari pewaris tersebut.
4. Murtad:
Seseorang yang murtad dari agama Islam tidak berhak menerima harta warisan dari pewaris
Muslim.
5. Budak:
Budak tidak berhak menerima harta warisan.
6. Pernah Menjadi Budak:
Seseorang yang pernah menjadi budak, meskipun telah dimerdekakan, tidak berhak menerima
harta warisan dari orang tuanya yang meninggal saat ia masih berstatus budak.
7. Tidak Diketahui Keberadaannya:
Seseorang yang tidak diketahui keberadaannya dan tidak ada kabar berita selama beberapa
waktu tertentu, tidak berhak menerima harta warisan.

Anda mungkin juga menyukai