Anda di halaman 1dari 6

Nama : Nabilla

Aubrey Widyadhana
Kelas : XII MIPA B

Pendidikan Agama Islam

Q.S Luqman/31 : 13-14 dan Q.S Al-Baqarah/2 : 83.

>> Q.S Luqman ayat 13-14


Q.S Luqman ayat 13
‫وِا ِذ ﻗﺎ ل ﻟِ ِﻘِﻣ ِنﻻ ِﺑ ِﻧِﮫ و ِھِو ﯾ ِﻌظ ِﮫ ِﯾ ِﺑِﻧﻲ ﻻ ﺗﺷ ِرك ﺑﺎ ِ ِ ِ ِا ﱠناﻟﺷ ِرك ﻟظ ِﻠ ِمﻋظ ِﯾ ِم‬
Wa iż qāla luqmānu libnihī wa huwa ya'iẓuhụ yā bunayya lā tusyrik billāh,
innasy-syirka laẓulmun 'aẓīm.
Artinya:
“Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi
pelajaran kepadanya, "Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar.”

Q.S Luqman ayat 14


‫ِﯾ ِﻧﺎ ا ِﻹ ِﻧﺳﺎ ِن ﺑ ِواﻟ ِد ِﯾ ِﮫ ﺣ ِﻣِﻠ ِﺗ ِﮫ أ ﱡﻣ ِﮫ و ِھِﻧﺎ ﻋ ﻠ‬
‫ِ ِﻰ و ِھن و ِﻓﺻﺎﻟ ِﮫ ﻓﻲ ﻋﺎ ِﻣِﯾن أن اﺷ ِﻛ ِر ﻟﻲ‬
‫وﻟ ِواﻟ ِد ِﯾك إ ِﻟﻲ ا ِﻟ ِﻣﺻﯾ ِرو ِوﺻ‬

Wa waṣṣainal-insāna biwālidaīh, ḥamalat-hu ummuhụ wahnan 'alā wahniw wa


fiṣāluhụ fī 'āmaini anisykur lī wa liwālidaīk, ilayyal-maṣīr.

Artinya :

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang
tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.”

Melansir dari tafsir Kementerian Agama (Kemenag), surat Luqman ayat 13


hendak menekankan pada umat muslim bahwa mempersekutukan Allah disebut
sebagai kezaliman yang besar.

Sementara itu, selain menjelaskan tentang perintah berbakti pada orang tua,
surat Luqman ayat 14 lebih menekankan tentang perintah berbakti kepada seorang
ibu. Hal ini menjadi bukti bahwa Allah tengah menjelaskan perjuangan tanpa batas
seorang ibu dalam melahirkan dan menyusui anaknya.
>> Q.S Al-Baqarah ayat 83

Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 83:

‫ِﻣ ِﻰ وا ﺎﺳ ِﯾﻛن وﻗِوﻟِ وا ﺣﺳ‬ ‫ﷲ ِﺎﺑ ِﻟ ﺎﺳ ا ِﻟﻘ ِرِﺑ‬


‫ِو‬ ‫ِﻌ ِﺑ ِدون‬ ِ ‫ﺑِﻧﻲ إ‬ ‫إوِ ِذ أ ِ ِﺧ ﯾﻣ ِﺛﺎ‬
‫ﻟِﻠ ﱠﻧﺎ س ِﻧﺎ‬ ‫ِﻟ ِﻣ وا ِﻟ‬ ِ
‫ِ اوﻟِ ِدِﯾن ﻧ ِﻰ و ِذي‬ ‫إ ﱠﻻ ﻻ ﺗ‬ ‫ق ِﺳِ ار ِﺋﯾل‬ ‫ِذِﻧﺎ‬
‫ِﯾ ِﺗﺎ‬ ‫إ ِ ِﺣ ﺎ‬
‫ﱠم ِﯾ ِﺗ ِم ِ وأ ِﻧ ِﺗ ِم ﻣ وﺿن‬ ‫ﱠ‬
‫وأ ِﻗﯾ ِﻣوا اﻟ ِﻼ اﻟ ز ِﻛﺎ‬
‫ﺛ إ ﱠﻻ ﺗ ِ ﱠوﻟ ﻼ ِﻌ ِر ﻣِﻧ ِﻛ‬ ‫ِة ﺻ ِة وآ ِﺗوا‬
‫ﻗﻠﯾ‬
‫ِم‬

Wa iż akhażnā mīṡāqa banī isrā`īla lā ta'budụna illallāha wa bil-wālidaini iḥsānaw wa


żil-qurbā wal-yatāmā wal-masākīni wa qụlụ lin-nāsi ḥusnaw wa aqīmuṣ-ṣalāta wa
ātuz-zakāh, ṡumma tawallaitum illā qalīlam mingkum wa antum mu'riḍụn

Artinya: "Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu):
Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu
bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah
kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat.
Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebagian kecil daripada kamu, dan
kamu selalu berpaling."

Isi kandungan dari surat Al-Baqarah ayat 83 adalah Allah SWT mengingatkan
Bani Israil agar beribadah kepada Allah, dan berbuat baik kepada kedua orang tua
serta sesama muslim. Selain itu juga anjuran untuk bersedekah kepada anak-anak
yang bapaknya telah meninggal sebelum mereka berusia baligh, membantu
orang-orang yang membutuhkan, bertutur kata yang baik dan melaksanakan sholat,
serta membayar zakat.

Makna Iman Kepada Qadha Dan Qadar.

Hubungan antara qada dan qadar merupakan hubungan yang tidak dapat
dipisahkan dan merupakan satu kesatuan karena qada diibaratkan rencana,
sedangkan qadar sebagai perwujudan atau kenyataan yang terjadi. Allah Swt. dalam
melakukan qadar-Nya sesuai dengan kehendak-Nya.

Iman kepada qada dan qadar merupakan rukun iman yang keenam. Iman
kepada qada dan qadar berarti percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah
Swt. telah menentukan segala sesuatu yang akan terjadi untuk makhluknya

Sebagaimana firman Allah SWT. dalam surat Al-Furqan ayat 2:

‫ِدﯾ‬ ‫ﱠد‬ ‫ﺷ ٱ ِﻟ ِﻣ و ﺧِﻠ ق ﺷﻰ‬ ‫ِﻛن ﱠﻟ‬ ‫ِﻟ‬ ‫ﱠٱﻟ ِذى ِ ِ كٱﻟ ﺳِ وٱ ِﻷ و ِﻟ ﱠﺗ ِ ِﻟ‬
‫ِرا ﺗ‬ ‫ره ﻓ‬‫ﻛ ل ِء ِ ۥ‬ ‫ِ ۥﮫ ﯾ ِرﯾ ِﻠك ﻓﻰ‬ ‫ِم‬ ‫ِﻣ ِر ت ِم ض ﯾ ذ ِدا‬ ‫ۥﮫ ﻠ‬
‫ِﻘ‬ ‫ﻘ‬ِ ‫ك‬ ‫و‬ ‫ﺧ و‬ ِ ‫ﻟ ﻣ‬
‫ِو‬

Artinya: "Dan dialah yang menciptakan tiap-tiap sesuatu lalu menentukan keadaan
makhluk-makhluk itu dengan ketentuan takdir yang sempurna."
Dapat dimaknai bahwa beriman kepada Qada dan Qadar sesuatu yang penting
karena membuktikan keimanan seseorang tersebut kepada Allah Ta'ala dalam
mengatur segalanya.

Ketentuan Waris Dalam Islam.

Hukum waris dalam Islam mengacu pada peraturan dan aturan yang mengatur
pembagian harta benda dan properti seseorang setelah meninggal dunia. Waris
dalam Islam mencakup anggota keluarga tertentu yang memiliki hak untuk
menerima bagian dari harta peninggalan seseorang. Hukum waris dalam Islam
didasarkan pada ajaran-ajaran Al-Qur'an dan Hadis Nabi Muhammad.

Berikut adalah beberapa syarat utama dalam hukum waris Islam:

1. Kematian Pemilik Harta: Warisan hanya diberikan setelah kematian pemilik


harta. Hukum waris berlaku saat pemilik harta meninggal dunia.
2. Status Islam: Penerima waris haruslah seorang Muslim. Orang non-Muslim
biasanya tidak berhak menerima warisan dari seorang Muslim.
3. Hubungan Darah: Penerima waris harus memiliki hubungan darah langsung
dengan almarhum. Ini melibatkan anggota keluarga seperti anak-anak, cucu,
orang tua, dan saudara kandung.
4. Ketidakadilan Terhadap Orang Lain: Warisan tidak boleh diberikan kepada
penerima yang telah melakukan kejahatan terhadap almarhum, seperti
membunuhnya. Jika seseorang terbukti bersalah atas kematian almarhum,
mereka biasanya dilarang menerima bagian dari harta warisan.
5. Ketidaktahuan Terhadap Kematian Almarhum: Penerima waris harus memiliki
pengetahuan tentang kematian almarhum. Mereka tidak dapat menerima
warisan jika tidak tahu tentang kematian tersebut.
6. Prioritas Penerima Waris (Asabah): Penerima waris utama (asabah) memiliki
prioritas dalam menerima bagian warisan. Penerima waris utama meliputi
anak-anak, orang tua, suami/istri, dan cucu. Namun, tidak semua anggota
asabah menerima bagian yang sama; bagian tergantung pada tingkat
hubungan darah.
7. Ketentuan Bagi Laki-laki dan Perempuan: Hukum waris Islam memberikan
bagian yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Anak perempuan
biasanya menerima setengah dari bagian yang diterima oleh anak laki-laki.
Namun, prinsip ini dapat bervariasi berdasarkan situasi dan mazhab.
8. Persetujuan Terhadap Wasiat: Jika ada wasiat, maka persetujuan penerima
waris lainnya diperlukan untuk melaksanakan wasiat. Wasiat biasanya
terbatas hingga sepertiga dari harta peninggalan.
tata cara pembagian warisan menurut Surat Al-Quran An-Nisa adalah nisbahnya
meliputi setengah (1/2), seperempat (1/4) , seperdelapan (1/8), dua pertiga (2/3),
sepertiga (1/3) dan seperenam (1/6) .

1. Setengah (½)=> Ashhabul furudh mendapat setengah (1/2) adalah


sekelompok laki-laki dan empat perempuan. Ini termasuk suami, anak
perempuan, keponakan laki-laki, saudara kandung, dan saudara perempuan
dari pihak ayah
2. Seperempat (¼)=> Para ahli waris berhak atas seperempat harta peninggalan
seorang ahli waris yang hanya mempunyai dua suami istri.
3. Seperdelapan (⅛)=> Pewaris seperdelapan harta warisan adalah istrinya.
Seorang istri mewarisi harta suaminya, baik dia memiliki anak atau cucu dari
rahimnya atau dari rahim istri lain.
4. Dua pertiga (⅔)=> Ahli waris dari dua pertiga harta adalah empat orang
wanita. Ahli waris ini termasuk anak perempuan kandung, keponakan
laki-laki, saudara perempuan kandung dan saudara perempuan kandung.
5. Sepertiga (⅓)=> Hanya dua ahli waris dari sepertiga harta warisan adalah ibu
dan dua saudara kandung dari ibu yang sama.
6. Seperenam (⅙)=> Ada 7 ahli waris yang berhak atas seperenam harta
warisan sebagai ayah, kakek, ibu, cucu, anak laki-laki, saudara perempuan
kandung dari ayah, nenek, saudara laki-laki dan ibu. kakak perempuan.

besaran pembagian harta warisan dapat bervariasi berdasarkan mazhab yang


dianut dan peraturan hukum waris yang berlaku di negara masing-masing.

Faktor-faktor Kemajuan Peradaban Islam Di Dunia.

Masa kejayaan Islam terjadi antara tahun 650-1250 M dengan ditandai oleh
berkembangnya kebudayaan Islam dengan pesat dan mempengaruhi sebagian
besar dari dunia. Pada masa tersebut, peradaban Islam telah membuat kemajuan
pesat dalam banyak bidang ilmu pengetahuan, di antaranya termasuk matematika,
astronomi, kedokteran, kimia, dan fisika.

sejarah Islam terbagi menjadi tiga periode besar. Periode tersebut di antaranya
meliputi periode klasik yang berlangsung dari tahun 650-1250 M, periode
pertengahan yang berlangsung dari tahun 1250-1800 M, dan periode modern yang
berlangsung dari 1800 M hingga saat ini.

terdapat dua faktor pendorong kemajuan peradaban Islam di masa kejayaan:

1. Faktor Internal

· Konsistensi dan keistiqamahan umat muslim pada ajaran Islam,


· Ajaran Islam yang menjadi pendorong umatnya untuk maju,

· Islam sebagai rahmatan lil 'alamin atau rahmat seluruh alam,

· Islam sebagai agama dakwah sekaligus keseimbangan dalam meraih kehidupan


duniawi dan ukhrawi.

2. Faktor Eksternal

· Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa lainnya yang sudah lebih
dulu mengalami perkembangan ilmu pengetahuan. Pada saat itu, pengaruh Persia
sangat penting di bidang pemerintahan. Tak hanya itu, mereka banyak memberikan
kontribusi dalam perkembangan ilmu filsafat dan sastra. Kemudian pengaruh Yunani
masuk melalui berbagai macam terjemah dalam beberapa bidang ilmu, terutama
ilmu filsafat.

· Adanya gerakan terjemah pada periode klasik yang dilakukan dengan giat.
Gerakan terjemahan ini terlihat pengaruhnya dalam perkembangan ilmu
pengetahuan umum, terutama di bidang astronomi, kedokteran, kimia, filsafat, dan
sejarah.

Kaitan antara Beribadah dan Bersyukur kepada Allah Swt. dalam Q.S.
Luqmān/31: 13-14.

Syukur dapat diartikan sebagai ungkapan terima kasih kepada pihak yang telah
berjasa kepada kita baik dalam bentuk moril maupun materiil. Ibadah adalah proses
mendekatkan diri kepada Allah Swt. dengan melakukan segala yang diperintahkan
dan meninggalkan segala yang dilarang-Nya, serta melakukan sesuatu yang
diizinkan-Nya.

Bersyukur dapat ditujukan kepada Allah Swt. dan kepada manusia.


Perwujudan dari syukur kepada manusia adalah dengan cara membalas perbuatan
baik dengan yang lebih baik (ihsān) atau setidaknya sama baiknya, walaupun dalam
konteks bersyukur kepada orang tua, tidak ada perbuatan yang dapat setimpal
dengan kebaikan mereka, apalagi melebihi. Begitupun bersyukur kepada Allah Swt.
perwujudannya tidak lain adalah dengan beribadah, yaitu melaksanakan
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, meskipun tidak ada amal yang dapat
mencukupi untuk sekadar berterima kasih atas segala limpahan nikmat-Nya kepada
kita. Jika untuk mensyukuri nikmat-Nya saja tidak cukup, apalagi untuk “membeli”
surga-Nya.
Kaitan antara beriman kepada qadha dan qadar Allah Swt dengan sikap
optimis, berikhtiar, dan bertawakal.

Qada’ dan Qadar atau takdir berjalan menurut hukum “sunnatullah”. Artinya
keberhasilan hidup seseorang sangat tergantung sejalan atau tidak dengan
sunnatullah. Sunnatullah adalah hukum-hukum Allah Swt. yang disampaikan untuk
umat manusia melalui para Rasul, yang tercantum di dalam al-Quran berjalan tetap
dan otomatis. Misalnya malas belajar berakibat bodoh, tidak mau bekerja akan
miskin, menyentuh api merasakan panas, menanam benih akan tumbuh, dan
lain-lain.

Kenyataan menunjukkan bahwa siapa pun orangnya tidak mampu mengetahui


takdirnya. Jangankan peristiwa masa depan, hari esok terjadi apa, tidak ada yang
mampu mengetahuinya. Siapa pun yang berusaha dengan sungguh-sungguh sesuai
hukum-hukum Allah Swt. disertai dengan do’a, ikhlas, dan tawakal kepada Allah
Swt., dipastikan akan memperoleh keberhasilan dan mendapatkan cita-cita sesuai
tujuan yang ditetapkan.

Manusia memiliki kewajiban untuk berusaha (ikhtiar), do'a, dan kemudian


akhirnya mereka bertawakal kepada Allah Swt dan hasilnya ini merupakan takdir
Allah Swt. Dengan kita mempercayai atau beriman kepada Qda' dan Qadar maka
kita akan memiliki ketenangan dalam menjalani hidup ini dan mengurangi sifat kufur
atas nikmat Allah Swt.

Berkaitan dengan makna beriman kepada Qada’ dan Qadar dapat diketahui
bahwa nasib manusia telah ditentukan Allah Swt. sejak sebelum ia dilahirkan.
Walaupun setiap manusia telah ditentukan nasibnya, tidak berarti bahwa manusia
hanya tinggal diam menunggu nasib tanpa berusaha dan ikhtiar. Manusia tetap
berkewajiban untuk berusaha, sebab keberhasilan tidak datang dengan sendirinya.

Anda mungkin juga menyukai