Anda di halaman 1dari 2

Merasa Sedih Atau Tidak Mampu Mengasuh Diri dan Bayinya

Pada minggu-minggu awal setelah persalinan sampai kurang lebih 1 tahun ibu post partum
cenderung akan mengalami perasaan-perasaan yang tidak pada umumnya, seperti merasa sedih,
tidak mampu mengasuh dirinya sendiri dan bayinya.
Faktor penyebabnya adalah:
a. Kekecewaan emosional yang mengikuti kegiatan bercampur rasa takut yang dialami
kebanyakan wanita selama hamil dan melahirkan.
b. Rasa nyeri pada awal masa nifas
c. Kelelahan akibat kurang tidur selama persalinan dan telah melahirkan kebanyakan di rumah
sakit.
d. Kecemasan akan kemampuannya untuk marawat bayinya setelah meninggalkan rumah sakit.
e. Ketakutan akan menjadi tidak menarik lagi.
Bermacam-macam Reaksi, tindakan serta pemikiran-pemikiran ibu yang merasa sedih atau tidak
mampu mengasuh diri dan bayinya, dapat dilihat pada poin2 dibawah ini :
a. Perasaan tidak menentu menyertai ibu seusai kelahiran anak. Yang dominan, rasa ingin
marah terus. “kadang ibu bisa kasihan pada suami karena ia sudah berusaha keras untuk
membantu, termasuk bangun malam. Tapi sedikit saja kekeliruan bisa membuat ibu meledak,”
b. Tak jarang seorang ibu merasakan banyak kekhawatiran; khawatir tak bisa menjadi ibu yang
baik dan lain-lain. Juga rasa sedih yang tak tentu sebab. Kadang ia merasa berada di padang luas
tanpa batas, Sendirian, Sunyi, Perasaan kosong yang teramat dalam, yang tak pernah bisa ia bagi
kepada siapa pun. Padahal orang-orang terdekatnya, seperti orangtua dan suami, sangat
mendukungnya. Setiap malam, sang suami ikut mengganti popok anaknya yang basah.
c. Banyak perempuan mengalami perasaan berubah-ubah secara ekstrem (mood swings) pasca
melahirkan. Semua perempuan berpotensi mengalaminya, termasuk aktivitas yang tercerahkan
dengan suami yang sungguh-sungguh sangat mendukung. Selama lebih tiga bulan ibu mengalami
gejolak emosi yang sangat tidak stabil. Terkadang ia merasa bahagia dianugerahi seorang anak,
lalu muncul kesedihan yang luar biasa. Ia juga merasa kebebasan dan privasinya sangat berkurang
karena waktunya habis untuk mengurus anak.
Walaupun selama masa kehamilan, ibu sudah mempersiapkan secara matang tentang perawatan
anaknya yang akan lahir. Ia membaca semua buku menjelang kelahiran anaknya itu. ibu yang
tinggal jauh dari mertua dan orangtua merasa sudah siap mental untuk mengasuh dan merawat
bayi. Namun perkiraannya ibu bisa meleset. Setelah melahirkan, secara teknis ibu memang tidak
canggung lagi merawat dan mengasuh anaknya. Akan tetapi tidak secara psikologis. Petunjuk
“ilmu” yang ia pelajari dari buku ternyata tidak mendapat dukungan dari lingkungan
terdekatnya.
Akan tetapi, tak banyak yang memerhatikan berbagai faktor yang dapat membuat perempuan
mengalami gangguan kejiwaan atau depresi pascamelahirkan. Beberapa di antaranya bahkan dapat
berakibat fatal. Rasa bahagia ketika mendapatkan bayi bukanlah jaminan semuanya akan baik-
baik saja.
Rasa sakit yang luar biasa pada proses kelahiran bisa menjadi salah satu faktor pencetus. Seperti
ibu yang mengalami proses panjang dan rumit (sempat diinduksi beberapa kali, ketubannya pecah
sementara rahimnya belum mengalami proses pembukaan, tekanan darahnya naik) sebelum dokter
yang menanganinya memutuskan agar ia dioperasi cesar.
Perjuangan berat saat melahirkan membawa dampak psikologis yang cukup berat bagi ibu. Setelah
melahirkan, ibu harus istirahat total satu minggu. Dalam keadaan sakit, ia masih harus berjuang
lagi untuk menyusui anaknya.
Adapun tindakan yang harus kita lakukan terhadap keadaan ibu yang seperti ini yaitu:
a. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman yang terjadi
pada masa nifas.
b. Berikan support yang bisa diterima oleh ibu, misalnya kita mengatakan bahwa ibu pasti bisa
melakukan yang terbaik buat bayi ibu. Ibu tidak perlu takut dan kwatir dalam pengasuhan bayi
ibu, karena ibu tidak sendiri ada suami, orang tua, apalagi saya yang akan tetap sedia membatu ibu
dalam mengasuh bayi ibu tersebut karena ini merupakan salah satu tanggung jawab saya juga.
c. Bertindaklah sebagai promotor hubungan antara ibu, bayi dan keluarga.
d. Memberikan dukungan yang berkesenambungan.
e. Beri keyakinan kepada ibu agar tidak ragu-ragu dalam memberikan asuhan terhadap
bayinya.

Anda mungkin juga menyukai